Anda di halaman 1dari 19

Kecelakaan kapal

A. Syahrul
18 618 001
TEKNIKA
Penyebab terjadinya kecelakaan transportasi
laut
1. Faktor manusia
2. Faktor Teknis
3. Faktor Alam
Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor yang paling
besar yang antara lain meliputi:
• Kecerobohan di dalam menjalankan kapal,
• kekurang mampuan awak kapal dalam
menguasai berbagai permasalahan yang
mungkin timbul dalam operasional kapal,
• secara sadar memuat kapal secara berlebihan
Faktor teknis
Faktor teknis biasanya terkait dengan
kekurang cermatan di dalam desain kapal,
penelantaran perawatan kapal sehingga
mengakibatkan kerusakan kapal atau bagian-
bagian kapal yang menyebabkan kapal
mengalami kecelakaan, terbakarnya kapal
seperti yang dialami Kapal Tampomas
diperairan Masalembo, Kapal Livina.
Faktor alam
Faktor cuaca buruk merupakan permasalahan
yang seringkali dianggap sebagai penyebab
utama dalam kecelakaan laut. Permasalahan
yang biasanya dialami adalah badai,
gelombang yang tinggi yang dipengaruhi oleh
musim/badai, arus yang besar, kabut yang
mengakibatkan jarak pandang yang terbatas.
DAMPAK TERJADINYA KECELAKAAN LAUT
1. Pencemaran minyak

kecelakaan laut
dapat
mengakibatkan
tumpahnya minyak
di lautan yang yang
berdampak untuk
jangka waktu pendek
dan jangak waktu
yang panjang
Jangka pendek
Molekul hidrokarbon minyak dapat merusak
membran sel biota laut, mengakibatkan
keluarnya cairan sel dan berpenetrasinya bahan
tersebut ke dalam sel. Berbagai jenis udang dan
ikan akan beraroma dan berbau minyak,
sehingga menurun mutunya. Secara langsung
minyak menyebabkan kematian pada ikan karena
kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida,
dan keracunan langsung oleh bahan berbahaya.
Akibat jangka panjang
Lebih banyak mengancam biota muda. Minyak di dalam laut dapat
termakan oleh biota laut. Sebagian senyawa minyak dapat
dikeluarkan bersama-sama makanan, sedang sebagian lagi dapat
terakumulasi dalam senyawa lemak dan protein. Sifat akumulasi ini
dapat dipindahkan dari organisma satu ke organisma lain melalui
rantai makanan. Jadi, akumulasi minyak di dalam zooplankton
dapat berpindah ke ikan pemangsanya. Demikian seterusnya bila
ikan tersebut dimakan ikan yang lebih besar, hewan-hewan laut
lainnya, dan bahkan manusia. Secara tidak langsung, pencemaran
laut akibat minyak mentah dengan susunannya yang kompleks
dapat membinasakan kekayaan laut dan mengganggu kesuburan
lumpur di dasar laut. Ikan yang hidup di sekeliling laut akan
tercemar atau mati dan banyak pula yang bermigrasi ke daerah lain.
Pencemaran minyak di laut juga merusak ekosistem
mangrove. Minyak tersebut berpengaruh terhadap
sistem perakaran mangrove yang berfungsi dalam
pertukaran CO2 dan O2, dimana akar tersebut akan
tertutup minyak sehingga kadar oksigen dalam akar
berkurang. Jika minyak mengendap dalam waktu yang
cukup lama akan menyebabkan pembusukan pada
akar mangrove yang mengakibatkan kematian pada
tumbuhan mangrove tersebut. Tumpahan minyak juga
akan menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup
berasosiasi dengan hutan mangrove seperti moluska,
kepiting, ikan, udang, dan biota lainnya.
2. Pencemaran Logam
Berat
Logam-logam berat
yang masuk kedalam
tubuh hewan umumnya
tidak dikeluarkan lagi
dari tubuh mereka.
Karena itu logam-logam Hal ini disebabkan oleh karena predator pada
cenderung untuk satu trofik level makan mangsa mereka dari
menumpuk di dalam trofik yang lebih rendah yang telah tercemar
tubuhnya. Sebagi yang kemudian ikan dimakan oleh manusia.
akibatnya logam-logam Disini terlihat bahwa kandungan konsentrasi
tersebut akan terus logam berat terdapat lebih tinggi pada tubuh
berada di sepanjang hewan yang letaknya lebih tinggi didalam
rantai makanan. tropik level.Jadi predator tingkat tinggi
(dengan umur lebih panjang) lebih banyak
menumpuk logam berat.
Logam berat yang dilimpahkan ke perairan, baik sungai ataupun laut
akan mengalami proses-proses seperti pengendapan, adsorpsi dan
absorpsi oleh organisme-organisme perairan. Prosi (1979)
menyatakan bahwa pemindahan logam berat kedalam organisme
dapat dipengaruhi pula oleh kebiasaan organisme dalam cara
memakan makanannya (feeding habit), yaitu sebagai berikut:
Phytophagus (misal : Gastropoda, Crustacea), Filter feeding (misal :
Zooplankton, barnacle, dan bivalva). Sediment feeding (misal:
Polychaeta dan oligochaeta) Detritus feeding (misal : gastropoda,
isopoda, dan amphipoda), Carnivorous (misal : Zooplakton,
Polychaeta, gastropoda, Crustacea, larva serangga air tawar dan
ikan). Sedangkan pengaruh logam berat terhadap organisme-
organisme tersebut atas dasar daya racunnya dibagi menjadi 2
yaitu : yang bersifat lethal atau mematikan -> LC50 (median lethal
concentration) dan yang bersifat sublethal.
upaya mengurangi pencemaran air laut
yang diakibatkan oleh kecelakaan kapal
• Pasca terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan
tumpahan minyak, pertama, yang perlu dilakukan
adalah mengetahui secara cepat dan akurat wilayah
persebarannya, baik secara visual langsung, maupun
hasil penginderaan jauh (remote sensing). Berbagai
cara penanggulangan dilakukan seperti in-situ
burning, penyisihan secara mekanis, teknik
bioremediasi, penggunaan sorbent, dan
penggunaan bahan kimia dispersan, serta metode
lainnya tergantung kasus yang terjadi.
Kedua, mengetahui luasnya lingkup peristiwa tumpahan
minyak yang menyangkut multisektor, mulai dari pangan,
sosial, habitat, pariwisata, kesehatan, dll., maka
diperlukan keterlibatan berbagai instansi, koordinasi di
 antara instansi pemerintah, lembaga penelitian, lembaga
pendidikan, swasta, dan masyarakat sekitar. Dalam
pelaksanaannya, diperlukan keterlibatan stakeholders
terkait yang berada di bawah manajemen pemerintah
untuk bersama-sama melakukan penanggulangan yang
terpadu dan komprehensif. Tinjauan ulang konsesi atau
kegiatan migas juga perlu diperketat untuk mengafirmasi
tuntutan hukum atas pihak yang bertanggung-jawab
dalam kecelakaan tumpahan minyak.
Ketiga, perlunya peningkatan kualitas sumber daya
manusia untuk meneliti dan menanggulangi
pencemaran minyak. Dampak pencemaran yang
sedemikian luas, termasuk untuk organisme renik
sudah semestinya dikalkulasi secara komprehensif,
sehingga mampu memprediksikan dampaknya dalam
jangka panjang. Terlebih, persoalan pencemaran
minyak di laut dan pantai Indonesia, hingga kini belum
menjadi persolan utama pencemaran lingkungan
hidup. Barangkali, perlu dibuat specific executing
agency sebagai satuan badan atau tim khusus yang
secara spesifik mengatasi permasalahan ini di tiap-tiap
pantai yang berpotensi terjadi tumpahan minyak.
Upaya yang lebih strategis adalah tindakan preventif
untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan
tumpahan minyak itu sendiri. Rendahnya
kesadaran akan aspek lingkungan di Indonesia,
baik secara individu, kelompok, maupun institusi,
menjadi restriksi dari implementasi upaya
pencegahan dini. Upaya penyadaran lingkungan
ini bisa melalui pendidikan publik, hingga
pemberian sanksi yang tegas apabila terjadi
pelanggaran atas pencemaran lingkungan.
Selain itu, dalam kaitannya dengan pencegahan
dini, setiap perusahaan migas Indonesia juga
harus mencanangkan program Zero Spill
Operation, yaitu dengan menetapkan target
khusus yang disepakati untuk mencapai zero
spill operation. Untuk mencapai target
tersebut, perusahaan perlu memiliki aturan
wajib dan rigid untuk mencegah terjadinya
kebocoran atau tumpahan minyak, dan
konsisten menerapkan aturan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai