Study Case
1. Ketika terjadi Pembuangan limbah tanki septik oleh oknum. Dimana limbah itu dialirkan ke
Sungai Setiap malam. Bagaimana upaya anda Sebagai Seorang Mikrobiolog Untuk
Mengatasi Permasalahan lingkungan tersebut
2. Terdapat sebuah SPBU, dimana instalasinya bersebelahan dengan Sungai yang mengalir
di tingah kota. Suatu hari terjadi kebocoran Aliran Minyak yang Merimbas ke Sumur Warga
Sekitar dan terdeteksi di badan Sungai. Sampaikan gagasan anda, Untuk menyelesaikan
Permasalahan tersebut
FGD Kasus 1
Penyebab : Limbah domestik dari septic tank menjadi sumber pencemaran bagi lingkungan.
Masih banyaknya masyarakat / oknum yang membuang limbah tersebut ke sungai langsung
tentu akan berdampak pada pencemaran air.
Dampak : Dampaknya, sungai menjadi tercemar limbah tinja, jijik, kotor dan berbau.
Disamping itu juga menyebabkan berbagai penyakit. Hal ini didukung oleh banyaknya warga
yang belum memiliki septic tank sebagai saluran sanitasi, serta kurangnya pemahaman
akan hal tersebut.
Solusi : Proses pengolahan limbah domestik secara biologis adalah proses penghilangan
berbagai senyawa yang tidak dikehendaki kehadirannya dengan cara memanfaatkan
aktivitas dekomposer yang memetabolisme bahan-bahan organik yang terkandung di dalam
air buangan septic tank
Proses penguraian yang terjadi yang dilakukan oleh mikroorganisme itulah yang diharapkan
terjadi sehingga penurunan kadar bahan organik yang terkandung dalam air limbah dapat
diturunkan. Dalam hal ini peran mikroorganisme sebagai subjek penting dalam menurunkan
konsentrasi air buangan sangatlah penting sehingga keberadaannya perlu di jaga dan
diperhatikan dengan baik. Seperti hal layaknya makhluk hidup lainnya mikroorganisme
memerlukan makanan dan kondisi yang ideal untuk melakukan proses penguraian bahan
organik tersebut.
Pemanfaatan bakteri Clostridium sp diteliti sebagai pengurai limbah padat terutarna pada
septic tank. Bakteri Clostridium memiliki peranan dalam penambatan nitrogen dan
kemampuan dalam perombakan bahan organik di dalam tanah.
FGD Kasus 2
Penyebab: Adanya kebocoran pada pipa aliran minyak SPBU yang dimana bersebelahan
dengan sungai yang mengalir di tengah kota
Solusi:
Dampak dari tumpahan minyak di sungai tergantung pada banyak faktor, antara lain
karakteristik fisik, kimia, dan toksisitas dari minyak, dan juga penyebarannya yang
dipengaruhi oleh dinamika air sungai meliputi pasang surut (banjir atau tidak), angin,
gelombang dan arus. Dampak dari senyawa minyak yang tidak dapat larut di dalam air akan
mengapung dan menyebabkan air sungai berwarna hitam. Beberapa komponen minyak
tenggelam dan terakumulasi di dalam sedimen sebagai deposit polutan pada pasir dan
batuan-batuan di sungai. Kemudian limbah minyak tersebut juga merembes ke sumur
warga. Air sumur yang terkena limbah minyak tersebut akan berbahaya jika dikonsumsi
tanpa pengolahan yang benar karena air sumur tersebut sudah mengandung zat-zat yang
berbahaya
Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh pada reproduksi, perkembangan,
pertumbuhan, perilaku biota sungai, terutama pada plankton. Akibatnya, dapat menurunkan
produksi ikan, hingga kematian yang diakibatkan toksisitas sublethal hingga toksisitas lethal.
Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme, terutama pada telur,
larva, dan perkembangan embrio karena pada tahap ini sangat rentan terhadap lingkungan
tercemar.
Secara tidak langsung, pencemaran sungai akibat minyak dengan susunan kimianya yang
kompleks dapat membinasakan kekayaan sungai dan mengganggu kesuburan lumpur di
dasar sungai . Selain dapat menghalangi sinar matahari masuk ke lapisan air sungai,
lapisan minyak juga dapat menghalangi pertukaran gas dari atmosfer dan mengurangi
kelarutan oksigen sampai pada tingkat tidak cukup untuk mendukung kehidupan laut aerob.
Pasca terjadinya kecelakaan tumpahan minyak, pertama, yang perlu dilakukan adalah
mengetahui secara cepat dan akurat wilayah persebarannya, baik secara visual langsung,
maupun hasil penginderaan jauh (remote sensing). Berbagai cara penanggulangan
dilakukan seperti in-situ burning, penyisihan secara mekanis, teknik bioremediasi,
penggunaan sorbent, dan penggunaan bahan kimia dispersan, serta metode lainnya
tergantung kasus yang terjadi.
Untuk Teknik Bioremediasi, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam
bioremediasi tumpahan minyak: (1) bioaugmentasi, di mana mikroorganisme pengurai
ditambahkan untuk melengkapi populasi mikroba yang telah ada, dan (2) biostimulasi, di
mana pertumbuhan bakteri pengurai hidrokarbon asli dirangsang dengan cara
menambahkan nutrien dan atau mengubah habitatnya.
Hingga sekarang teknologi itu terus dikembangkan termasuk penggunaan bakteri. Indonesia
perlu mengoptimalkan bidang ini menimbang laut Indonesia memiliki berbagai macam jenis
bakteri yang dapat mendegradasi minyak, salah satunya bakteri hidrokarbonoklastik
Pseudomonas Sp yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon.
Upaya yang lebih strategis adalah tindakan preventif untuk mengantisipasi terjadinya
kecelakaan tumpahan minyak itu sendiri. Rendahnya kesadaran akan aspek lingkungan di
Indonesia, baik secara individu, kelompok, maupun institusi, menjadi restriksi dari
implementasi upaya pencegahan dini. Upaya penyadaran lingkungan ini bisa melalui
pendidikan publik, hingga pemberian sanksi yang tegas apabila terjadi pelanggaran atas
pencemaran lingkungan.
Selain itu, dalam kaitannya dengan pencegahan dini, setiap perusahaan migas Indonesia
juga harus mencanangkan program Zero Spill Operation, yaitu dengan menetapkan target
khusus yang disepakati untuk mencapai zero spill operation. Untuk mencapai target
tersebut, perusahaan perlu memiliki aturan wajib dan rigid untuk mencegah terjadinya
kebocoran atau tumpahan minyak, dan konsisten menerapkan aturan tersebut.