Anda di halaman 1dari 88

PERSONAL SAFETY

AND SOCIAL
RESPONSIBILITIES
TINDAKAN PENCEGAHAN PENCEMARAN LAUT
B. PENCEGAHAN DAN PERLINDUNGAN
PENCEMARAN LAUT

Tujuan Pembelajaran
Setelah menyelesaikan pembelajaran ini peserta
diklat diharapkan memahami :
- pengertian pencemaran laut
- penyebab pencemaran laut
- dasar aturan pencegahan pencemaran laut,
- sebab-sebab pencemaran minyak dari kapal,
- pengenalan peralatan penanggulangan pencemaran
laut serta upaya penanggulangannya.
Mengapa Laut harus dilindungi ?

Fungsi Laut
1. Tempat berkembang biaknya binatang dan tumbuhan laut ;
2. Sebagai sarana transportasi
3. Tempat pariwisata bahari
4. Tempat olah raga laut
5. Produksi bahan tambang (minyak, dan lain lain)
6. Sumber energi
7. Sebagai wilayah pertahanan negara
8. Produksi air tawar
9. Sebagai obyek penelitian
10. Tempat mencari nafkah nelayan
11. Tempat budidaya ikan
12. Dan lain lain.
DAUR HIDROLOGI
Pengertian Pencemaran Laut :

Pencemaran laut didefinisikan sebagai :


- Dampak negatif atau pengaruh yang
membahayakan bagi kehidupan biota, sumber
daya, dan kenyamanan ekosistem laut serta
kesehatan manusia dan nilai guna lainnya dari
ekosistem laut yang disebabkan secara
langsung maupun tidak langsung oleh
pembuangan bahan-bahan limbah ke dalam
laut yang berasal dari kegiatan manusia.
Pencemaran Laut
Menurut UNCLOS III

Menurut Konvensi Hukum Laut III (United Nations


Convention on the Law of the Sea = UNCLOS III),
pencemaran laut adalah perubahan dalam lingkungan
laut termasuk muara sungai (estuaries) yang :
- menimbulkan akibat yang buruk sehingga dapat
merusak sumber daya hayati laut (marine living
resources),
- bahaya terhadap kesehatan manusia,
- gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk
perikanan dan penggunaan laut secara wajar,
- menurunkan kualitas air laut dan mutu kegunaan
serta manfaatnya .
Sumber Pencemaran Laut
Sumber pencemar lautan dapat dikelompokkan menjadi 7
(tujuh) kelas, yaitu :

1. Pencemaran oleh industri


2. Pencemaran oleh limbah cair pemukiman (sewage)
3. Pencemaran limbah cair perkotaan (urban stormwater)
4. Pencemaran oleh industri pertambangan
5. Pencemaran oleh pelayaran (shipping)
6. Pencemaran oleh idustri pertanian, dan
7. Pencemaran oleh kegiatan budidaya perikanan.
Sampah Plastik

 Sampah plastik tergolong dalam sampah non organik yang sangat berbahaya
bagi lingkungan
 Sulit dan membutuhkan waktu dan proses yang lama untuk penguraian ;
 1.000 tahun untuk dapat diuraikan secara alami di tanah dan 450 tahun
untuk
terurai di air ;
 Produk kantong plastik sebagai penyumbang terbesar dari sampah plastik
berasal dari aktivitas bisnis ritel dalam kehidupan masyarakat sehari – hari di
seluruh penjuru dunia.
 Antisipasi atas meningkatnya sampah plastik telah dilakukan secara
internasional
 Keberhasilan dari program tersebut ditentukan oleh adanya tiga peran yaitu :
* Peran dari pemerintah selaku regulator ;
* Peran dari pebisnis ritel sebagai pelaku pasar ;
* Peran dari masyarakat selaku konsumen yang menggunakan dan
mengelola limbah kantong plastik.
Indikator Air yang Tercemar

Indikator atau tanda-tanda fisik, kimiawi maupun


biologis bahwa air lingkungan telah tercemar adalah
adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati
melalui :

 1) adanya perubahan suhu air


 2) adanya perubahan pH atau konsentrasi ion
Hidrogen
 3) adanya perubahan warna, bau dan rasa air
 4) timbulnya endapan, koloid, bahan terlarut
 5) adanya mikro organisme
 6) meningkatnya radioaktivitas air lingkungan.
Sumber Pencemaran Minyak di Laut

Pencemaran minyak di laut berasal dari :


(1) Ladang Minyak Bawah Laut;
(2) Operasi Kapal Tanker;
(3) Docking (Perbaikan/Perawatan Kapal);
(4) Terminal Bongkar Muat Tengah Laut;
(5) Tanki Ballast dan Tanki Bahan Bakar;
(6) Scrapping Kapal (pemotongan badan kapal untuk menjadi besi
tua);
(7) Kecelakaan Tanker (kebocoran lambung, kandas, ledakan,
kebakaran dan tabrakan);
(8) Sumber di Darat (minyak pelumas bekas, atau cairan yang
mengandung hydrocarbon ( perkantoran & industri );
(9) Pembersihan (dari limbah pembuangan Refinery )
Pengaruh Pencemaran Minyak Terhadap
Ekosistem Laut
 Minyak yang tergenang di atas permukaan laut akan menghalangi
sinar matahari masuk sampai ke lapisan air dimana ikan berdiam.
 Komponen hidrokarbon yang bersifat toksik berpengaruh pada
reproduksi, perkembangan, pertumbuhan, dan perilaku biota laut,
terutama pada plankton, bahkan dapat mematikan ikan, dengan
sendirinya dapat menurunkan produksi ikan.
 Proses emulsifikasi merupakan sumber mortalitas bagi organisme,
terutama pada telur, larva, dan perkembangan embrio karena pada
tahap ini sangat rentan pada lingkungan tercemar
 Secara langsung minyak menyebabkan kematian pada ikan karena
kekurangan oksigen, keracunan karbon dioksida, dan keracunan
langsung oleh bahan berbahaya.
Pengaruh Pencemaran Minyak Terhadap Ekosistem Laut
(lanjutan)

 Lapisan minyak juga akan menghalangi pertukaran gas dari atmosfer


dan mengurangi kelarutan oksigen untuk mendukung bentuk
kehidupan laut yang aerob ;
 Lapisan minyak yang tergenang tersebut juga akan mempengarungi
pertumbuhan rumput laut , lamun dan tumbuhan laut lainnya ;
 Menghambat terjadinya proses fotosintesis karena lapisan minyak di
permukaan laut akan menghalangi masuknya sinar matahari ke
dalam zona euphotik, sehingga rantai makanan yang berawal pada
phytoplankton akan terputus;
 Jika lapisan minyak tersebut tenggelam dan menutupi substrat,
selain akan mematikan organisme benthos juga akan terjadi
perbusukan akar pada tumbuhan laut yang ada.
 Pencemaran minyak di laut juga merusak ekosistem mangrove, juga
akan menyebabkan kematian fauna-fauna yang hidup berasosiasi
dengan hutam mangrove seperti moluska, kepiting, ikan, udang, dan
biota lainnya.
Pencemaran di perairan Australia
 Kebocoran kilang minyak Montara di West Atlas,
Australia
 Kejadian : 21 Agustus 2009
 Tumpahan minyak sampai ke Zone Ekonomi Eksklusif
Indonesia
 Menurunkan tangkapan ikan nelayan dan merusak
rumput laut di NTT
 Areal tercemar mencapai lebih 70.000 km2 , dan di
Indonesia mencapai 28.662 km2.
 Kerugian bagi 21.000 warga dari 48 desa di NTT
 Kerusakan terumbu karang, padang lamun, mangrove,
pantai pasir wisata.
 Kerugian ekonomi Rp. 7,6 triliun lebih.
1. Prinsip-prinsip Pencegahan Pencemaran
dari Kapal Tanker

1. Diundangkannya Konvensi MARPOL (Marine


Pollution) 1973, disempurnakan dengan Protocol
1978.
2. Selanjutnya disebut MARPOL 1973 Protocol 1978
3. Prinsip : bagi siapapun tidak diperbolehkan
membuang minyak ke laut.
Peraturan pencegahan pencemaran laut dari
kapal tanker

1. Pengadaan tangki balast terpisah (SBT)


2. Adanya COW pada kapal tanker ukuran tertentu,
dengan peralatan tertentu.
3. Batasan jumlah minyak yang dapat dibuang ke laut
4. Daerah-daerah pembuangan minyak
5. Keharusan pelabuhan-pelabuhan, khususnya
pelabuhan muat untuk menyediakan tangki
penampungan slop (balast kotor)
Peraturan atau Usaha Penanggulangannya

 Membuat contigency plant regional dan lokal


 Ditentukan atau dibuatnya peralatan penanggulangan,
misalnya oil boom, oil skimmer, cairan-cairan sebagai
dispersant agent, dan lain lain.

Contigency plant adalah tata cara penanggulangan


pencemaran dengan prioritas pada pelaksanaan serta jenis
alat yang digunakan dalam :
- Memperkecil/meminimalkan sumber pencemar ;
 Melokalisasi dan mengumpulkan material / bahan
pencemar ;
 Menetralisir pencemaran.
 Oli boom, alat pengumpul material pencemar yang
terapung ;
 Chemical dispersant (sinking agent), sorbent dan bahan-
bahan / zat penetral adalah berfungsi menetralisir atau
mencerai-beraikan / dispersal material pencemar, dan
sangat tergantung dari :

 Jenis minyak dan kerapatannya (density)


 Kepekatan (viscosity)
 Pour point (titik endap)
 Kadar lilin dan aspalnya.
Sifat minyak di Permukaan Laut

 Terjadi penguapan diatas 20 % dalam 24 jam,


tergantung angin, kodisi laut dan jenis minyak ;

 Kecepatan penyebarannya (spreading)


tergantung dari kepadatan relatif (kadar lilin
dan aspalnya).
2. Cara pembersihan tumpahan minyak
 Menghilangkan minyak secara mekanik  memakai oil
boom / barrier, baik untuk laut yang tenang. Juga untuk tebal
minyak yang tidak melampaui tinggi boom.
 Absorbent, menaburkan zat penyerap minyak diatas
permukaan minyak.
 Menenggelamkan minyak : campuran 3000 ton calcium
carbonat ditambah 1 % sodium sterate berhasil
menenggelamkan 20.000 ton minyak.
 Dispersant, masuk dalam lapisan minyak, menenggelamkan
minyak dari permukaan air dan proses penghancuran secara
mikrobiologis.
 Pembakaran, membakar minyak diatas laut. Dapat
menimbulkan polusi udara.
Sekilas tentang Oil Boom
 Gunanya untuk melokalisir tumpahan minyak di laut
agar tidak terbawa arus ke pantai dan merusak
lingkungan di sekitarnya.
 Panjang oil boom bisa sampai 200 meter atau lebih.
 Oil boom di deploy dengan menggunakan at least 2
supply boat yang bekerja bersama2 untuk
"menangkap dan mengurung" oil spill yang
mengapung di permukaan laut dengan
memperhitungkan arah arus dan angin.
 Oil boom biasanya kurang efektif dalam kondisi
ombak besar dan atau cuaca buruk.
Gambar-gambar Oil boom
Oil Boom
Oil Boom
Oil Boom
Oil Boom
Oil boom
Oil boom
Sekilas tentang Oil Skimmer dan Absorbent
 Oil skimmer: alat ini digunakan untuk
mengumpulkan oil spill yang sudah dikurung/
diisolasi oleh oil boom untuk diambil dan
dipompakan ke tanki2 penampung.

 Absorbent : digunakan untuk menyerap dan


membersihkan oil spill yang mengotori pantai, batu2
karang, dan tempat2 lain yang tercemar, untuk
selanjutnya di masukkan ke dalam karung2 atau
tempat2 pembuangan yang terisolasi sebelum di
buang ke final disposal point.
Sekilas tentang Oil Dispersant

 Oil dispersant : adalah chemicals (bahan kimia)


yang disemprotkan ke arah sisa2 oil spill yang
masih ada (setelah melalui proses skimming)
dengan memakai spray gun. Sifat dispersant ini
akan membuat gumpalan2 oil ter-dispersed dan
terbiodegradasi agar efek pollutant dari oil spill
tersebut bisa diminimalisir dan atau dihilangkan.
Tipe-tipe Oil Spill Dispersant

 Chemical yang biasa digunakan untuk mengatasi oil spill dikenal dengan nama
OIL SPILL DISPERSANT (OSD). Ada beberapa jenis oil spill dispersant
berdasarkan cara kerjanya :

1. OSD tipe pengumpul, artinya chemicalnya akan mengumpulkan minyak


(melokalisir) agar tidak menyebar lalu dilanjutkan dengan
pengambilan/penyedotan minyak yang telah terkumpul tadi.
2. OSD tipe pemecah, artinya partikel minyakl akan dipecah hingga sangat kecil lalu
akan tersebar dengan bantuan arus laut. Dengan terpecahnya partikel minyak maka
konsentrasinya pun akan menjadi kecil.
3. OSD tipe penggumpal. Artinya tumpahan minyak akan dikumpulkan lalu setelah
ukuran partikelnya cukup besar dengan sendirinya akan tenggelam.

 Tiap jenis digunakan pada kasus yang berbeda2 tergantung banyaknya tumpahan,
kondisi lingkungan sekitar dll.
 OSD harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh badan akreditasi Migas
karena chemical tersebut langsung akan bersentuhan dengan biota laut.
Oil Water Separator
Oil Water Separator
Efektivitas Oil Skimmer dan Oil Dispersant

 Kekentalan dari minyak yg tumpah tersebut, untuk


light oil akan susah di recover dengan menggunakan
skimmer (untuk skimmer pun ada beberapa type),
dimana skimmer hanya efektif untuk minyak yang
kekentalanya tinggi, penanggulangan dengan
menggunakan dispersant efektif untuk light oil jenis
ini.

 Kondisi cuaca pada saat terjadinya spill tersebut, bila


cuaca buruk sehingga oil boom dirasa tidak dapat
meng contain dari tumpahan tersebut karena ombak
yg tinggi dan angin kencang, dispersant dapat
digunakan dengan cara menyemprot dari udara
dengan menggunakan helikopter ataupun pesawat
khusus.
Tipe Penguraian Minyak Tumpah di Laut
A. Spread (tersebar rata di permukaan laut) ditentukan
dari Specifik gravity, viscosity, volume spilled,
kondisi angin dan ombak, arah dan kecepatan arus.
B. Evaporation (menguap) tergantung dari jenis
minyaknya, temperature udara, dan kecepatan angin
C. Dispersion (molekul minyak terpecah) tergantung
dari Specifik Gravity, viscosity, ombak dan
turbulence pada permukaan laut.
D. Sedimentation (butiran minyak tenggelam ke dasar
laut) tergantung dari specifik grafity dan juga
kedalaman perairan.
E. Stranding (minyak terbawa sampai ke tepi pantai)
3. Dasar Pertimbangan
 Kapal tangki harus mendapat perhatian khusus dalam usaha
mencegah pencemaran lingkungan, karena kapal tangki mudah
menjadi sumber pencemaran pelabuhan, perairan atau pantai.
 Asapnya juga menyebabkan pencemaran udara.

Istilah-istilah dalam kapal tangki :


 Balast tetap : air balast yang terdapat dalam tangki yang khusus
digunakan untuk balast dan tidak pernah digunakan untuk
muatan. Air balast ini bebas dari minyak.
 Balast bersih : air balast yang terdapat didalam tangki yang
sudah dicuci. Air ini masih mengandung minyak, meskipun
dalam jumlah yang sangat kecil.
 Balast kotor : air balast yang terdapat dalam tangki yang bekas
digunakan untuk memuat minyak.
4. Pemuatan, pembongkaran, dan pengisian
bahan bakar
 Pemuatan harus dipimpin oleh Mualim I
 Sebelum pemuatan dan pembongkaran Nakhoda dan Mualim I
harus memeriksa dan mengisi formulir cheking list ketentuan
keselamatan, pencegahan kebakaran dan pencemaran
lingkungan.
 Di pelabuhan bongkar muat, perwira kapal (Nakhoda, KKM,
Mualim) harus mengetahui fasilitas setempat : regu pemadam
kebakaran, pencegahan pencemaran.
 Memuat dan pengisisn BBM harus dengan hati2, untuk
mencegah terjadinya tumpahan minyak.
 Selama bongkar muat minyak, jika tak ada bak penampung
minyak yang cukup besar, siapkan dispersant yang siap
digunakan.
5. Tumpahan minyak di Pelabuhan

 Tumpahan minyak di geladak kapal,


segera dibersihkan dan tidak ada yang
mengalir ke laut ;
 Jika terjadi tumpahan minyak dari kapal
ke laut, segera hilangkan dengan
dispersant yang tersedia.
6. Mengisi Ballast di Pelabuhan
Untuk mencegah jangan sampai ada minyak sisa di dalam
pipa yang mengalir ke laut, pompa balast harus dijalankan
terlebih dahulu sebelum membuka sea valve.

7. Larangan di Pelabuhan
1. Membuang air got
2. Membuang sisa dapur dan sampah lainnya
3. Mengeluarkan jelaga dari cerobong kapal di areal
pelabuhan.
8. Pembuangan Air Ballast
Jika tidak ada peraturan setempat tentang jenis-jenis air balast yang
boleh dibuang kelaut, maka ditentukan sebagai berikut :

 Di dalam pelabuhan umum tidak boleh membuang air ballast,


kecuali air balast tetap ;
 Di dermaga khusus, dibenarkan membuang air balast bersih, tetapi
air stripping harus dipompa ke tangki slop atau slop kapal ;
 Kapal tidak boleh membuang air balast kotor ke sungai, di daerah
pelabuhan, disekitar mooring buoy, atau oil jetty di tengah laut.
9. Kotoran tangki dan air bekas cucian tangki
 Air bekas cucian tangki, lumpur (sludge) dan kotoran
tangki (scale) tidak dibenarkan dibuang didaerah
terlarang.
 Jika tidak ada aturan khusus, dapat dibuang sekurang-
kurangnya 50 mil dari pantai.
 Agar tidak menghambat operasi kapal, karena pencucian
tangki, maka air bekas cucian agar dikumpulkan di slop
kapal, dan selanjutnya :
- dipompa ke tangki slop pelabuhan berikutnya ;
- jika minyak dapat dipisahkan dengan air, maka minyak
tersebut dapat dicampur dengan crude berikutnya,
dengan loading on top procedur.
- menunggu kesempatan untuk membuang di daerah
yang diijinkan, yaitu sekurang-kurangnya 50 mil dari
pantai terdekat.
Contoh Pencemaran Minyak karena
Kecelakaan Kapal
 Torrey Cannon di lepas pantai Inggris tahun 1967.
100.000 burung mati ;
 Showa Maru di Selat Malaka, 1975. 4.000 ton
minyak mentah Kuwait menyebar di Selat Malaka.
Kandas.
 Amoco Cadiz di lepas pantai Perancis 1978,
 MV. Fortuna di Laut Cina Selatan, 1979. 10.000 ton
minyak mentah Kuwait tumpah. Tabrakan.
 Dan lain lain.
Pencemaran minyak mempunyai pengaruh yang luas
terhadap hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup
disuatu daerah
Pencemaran Laut lainnya

 Bocornya kilang minyak di Teluk Meksiko,


bulan Mei tahun 2010
 19.000 barrel / hari tumpah ke laut
10. MARPOL 1973/1978

 Hasil dari International convention for the Prevention of


Pollution from ship tahun 1973
 Disempurnakan dengan Tanker Safety and Pollution
Prevention (TSPP) protokol 1978
 Konvensi ini dikenal dengan nama MARPOL 73/78.
 Memuat 6 Annex yang masih berlaku hingga sekarang.
 Diberlakukan mulai 2 Oktober 1983.
Isi MARPOL 73/78

 Annex I : Pencemaran oleh minyak (pollution by oil)


 Annex II : pencemaran bahan cair berbahaya
dalam keadaan curah (pollution by noxious
liquid substance)
 Annex III : pencemaran bahan berbahaya dalam
kemasan (pollution by harmful subatance in
package form)
 Annex IV : kotoran dari kapal (sewage from the ship)
 Annex V : sampah dari kapal (garbage from the ship)
 Annex VI : pencemaran udara dari kapal (air
pollution from ship)
Annex I MARPOL 73/78
Pollution by Oil
Berisi peraturan untuk mencegah pencemaran oleh tumpahan
minyak dari kapal.

Dokumen penting dari Annex I adalah :


Appendix I : mengenai daftar dan jenis minyak
Appendix II : bentuk format dari IOPP certificate
Appendix III : bentuk format dari oil record book
 List of oil, adalah daftar minyak yang akan menyebabkan
pencemaran apabila tumpah ke laut ;

 International Oil Pollution Prevention certificate (IOPP)


untuk semua kapal barang

 Oil record Book, buku catatan minyak yang ditempatkan di


atas kapal, untuk mencatat semua kegiatan penanganan
pembuangan sisa-sisa minyak, campuran minyak dan air got
(bilga) di kamar mesin, semua jenis kapal dan untuk kegiatan
bongkar muat muatan dan air ballast pada kapal tanker.
Peraturan MARPOL 73/78 dibagi dalam
3 kategori

 Peraturan untuk mencegah terjadinya pencemaran ;


 Peraturan untuk menanggulangi pencemaran ;
 Peraturan untuk melaksanakan ketentuan tersebut.
a. Peraturan untuk mencegah terjadinya
Pencemaran
Sesuai Annex I MARPOL 73/78 Regulation 13 :
 Pemasangan SBT, CBT, dan COW

SBT = Segregated Ballast Tank


CBT = Clean Ballast Tank
COW = Crude Oil Washing

COW :
 Semua crude oil tanker bangunan baru ukuran 20.000 DWT
dan produk tanker ukuran > 30.000 DWT harus dilengkapi
dengan SBT, dan crude oil tanker ukuran > 20.000 DWT harus
dilengkapi dengan COW.
b. Pembatasan Pembuangan Minyak
Annex I Reg. 9 menyebutkan pembuangan minyak atau campuran
minyak hanya dibolehkan apabila :
 Tidak dalam “spesial area” yaitu : Laut Mediteranian, L. Baltik, L.
Hitam, L. Antartika, Teluk Persia dan Teluk Aden.
 Lokasi pembuangan lebih dari 50 mil laut dari darata.
 Pembuangan dilakukan waktu kapal berlayar
 Tidak membuang lebih dari 30 liter/mil laut
 Tidak membuang lebih dari 1 : 30.000 dari jumlah muatan
 Tanker harus dilengkapi dengan oil discharge monitoring (ODM)
dengan kontrol sistemnya.
Catatan :
Pemerintah negara anggota diminta mengeluarkan aturan agar untuk
pelabuhan muat, galangan dan semua pelabuhan dimana tanker akan
membuang sisa atau campuran minyak harus dilengkapi dengan
tangki penampungan di darat.
Monitoring dan Kontrol pembuangan minyak
Annex I Reg 16 :
 Kapal ukuran 400 GT atau lebih tetapi lebih kecil dari 1000
GT harus dilengkapi dengan Oily Water Separating (OWS)
equipment, yang dapat menjamin pembuangan minyak kelaut
setelah melalui sistem tersebut dengan kandungan minyak
kurang dari 100 ppm.

 Kapal ukuran 10.000 GT atau lebih harus dilengkapi dengan


kombinasi OWS dan ODM dengan kontrol sistemnya. Atau
dilengkapi dengan oil filtering equipment yang dapat mengatur
buangan campuran minyak ke laut tidak lebih dari 15 ppm.
Pengumpulan sisa minyak

 Bagi kapal ukuran 400 GT atau lebih :


 Sisa campuran minyak diatas kapal terutama di kamar mesin
yg tidak mungkin diatasi seperti halnya purifikasi minyak
pelumas, dan kebocoran m.pelumas dan kebocoran lainnya,
dikumpulkan dalam tangki penampungan yang daya
tampungnya mencukupi, kemudian dibuang ke tangki darat.
b. Peraturan untuk menanggulangi pencemaran
 Bab III Marpol Annex I Reg 22 dan 23 mengatur tentang usaha
mengurangi seminimum mungkin polusi minyak akibat
kerusakan lambung dan plat dari kapal.
 Petunjuk pencegahan tumpahan minyak ke laut apabila terjadi
tubrukan atau kandas :
- Semua tanker minyak menggunakan ODM dan OWS, atau
filtering equipment yang dapat membatasi kandungan minyak
dalam air maks 15 ppm.
- SBT sesuai Reg 13 E, harus berfungsi sebagai pelindung
daerah tangki muatan pada waktu terjadi tabrakan atau kandas.
Untuk tanker > 20.000 DWT dan tanker prodek > 30.000 GT.

Reg. 24 membatasi volume tangki muat, sehingga tumpahan


minyak dapat dibatasi bila kapal tabrakan atau kandas.
Pemberlakuan dan ketentuan
 Annex I MARPOL 73/78 berlaku untuk semua jenis kapal,
dimana membuang minyak ke laut dibeberapa lokasi dilarang
dan ditempat lain sangat dibatasi
 Kapal harus memenuhi persyaratan konstruksi dan peralatan
serta menyiapkan oil record book
 Kapal-kapal ukuran besar dan terlibat dalam perdagangan
internasional harus di survey dan diberikan sertifikat.
 Pelabuhan harus menyediakan fasilitas penampungan
campuran minyak dan residu dari kapal.
 Pemerintah negara anggota IMO atau Marine Administration
berkewajiban melaksanakan ketentuan ini kepada kapal sendiri
(flag state duties), terhadap kapal asing yang memasuki
pelabuhannya (port state duties) dan terhadap pengawasan
pantainya (coastal state duties).
Peraturan untuk melaksanakan Ketentuan
Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran

 Annex I Reg.4 dan 5 memperkenalkan IOPP Certificate.


 IOPP Certificate harus dimiliki oleh semua tanker ukuran 159
GRT atau lebih, yang berlayar diperairan internasional.
 Untuk mendapatkan dan mempertahankan sertifikat tersebut,
kapal harus melalui pemeriksaan secara berkala, sebagai berikut
:
- pemeriksaan awal tentang kelengkapan struktur dan
kelengkapan kapal.
- Setiap kapal negara anggota IMO harus diperiksa setiap 5
tahun.
- Dilakukan Intermediate Survey untuk IOPP Certificate, untuk
menjamin kelaik lautan kapal.
 Sewaktu-waktu dapat dilakukan pemeriksaan oleh petugas
yang berwenang.
 Crude oil tanker/ Product carrier, tanker yang boleh
mengangkut mentah atau minyak produk, keduanya secara
bersamaan.
 Crude oil tanker, hanya boleh mengangkut minyak mentah
saja.
 Product carrier, hanya boleh mengangkut minyak produk
saja.

Note :
 IOPP Certificate berlaku 5 tahun.

 Sertifikat tersebut dapat ditarik jika saat pemeriksaan ditemui


kelengkapan kapal dibawah standar, yang dapat
membahayakan kelaikan kapal.
11. MARPOL 73/78 Annex II-
Pollution by Noxious Liquid Substance

 Annex II berisi peraturan spesifik yang mendesain batas


jumlah bahan merugikan yang diijinkan dibuang ke laut
dengan satu prosedur operasional.

 Hal penting yang harus diperhatikan :


- Evaluasi bahaya dan kategori dari bahan-bahan.
- Menetapkan batas pembuangan dan prosedurnya.
- penggunaan fasilitas penampungan.
- keharusan kontrol pengunaan.
Evaluasi Bahaya
 GESAMP (Group of Experts on the Scientic Aspects of
Marine, atau kelompok ahli dibidang aspek ilmu pencemaran
lingkungan laut membuat sistem evaluasi / penilaian bahaya.
 Evaluasi didasarkan pada pengaruh terhadap lingkungan laut,
sebagai berikut :
- terhadap kehidupan, bila terakumulasi ;
- terhadap kerusakan sumber daya ;
- terhadap bahaya pada kesehatan manusia (tertelan) ;
- terhadap bahaya pada kesehatan manusia (kena kulit) ;
- terhadap degradasi kehidupan.
Kategori Bahan-bahan Cairan yang merugikan
 Kategori A :
Bahan-bahan yang menimbulkan bahaya besar bagi sumber daya
laut, kesehatan manusia serta kerugian serius bagian lingkungan.
 Kategori B :
Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya, termasuk :
Acrylonitrile, Butyraldehide, Carbon Tetrachloride,
Epichlorohydrin, Ethylene Dichloride, Phenol, Trichlorothylene.
 Kategori C :
Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya kecil :
Acetaldehyde, Bunlene, Cyclohexane, Ethylbenzena,
monoisopro-pilamine, Pentane, Styrene, Topcene, venylacetate,
Xylene.
 Kategori D :
Bahan-bahan yang akan mendatangkan bahaya dan tidak dapat
dikenal : Aceton, Butylacrylate, Isopentene, Phosporic Acid dan
Yellow.
Bahan-bahan yang tidak berbahaya
Bahan-bahan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia,
sumber daya laut, dan lingkungan laut lainnya adalah :
Acetinitute, Cthylene, Glycol, Ethyl Alcohol, Methylbetone,
Propylene Glycol, Propylene Oxide, Water dan Wine.

Fasilitas Penampungan
 Annex II mensyaratkan pemerintah anggota menyediakan
fasilitas penampungan di pelabuhan muat, pelabuhan bongkar,
dan pelabuhan perbaikan kapal
 Fasilitas penampungan untuk mengontrol pencemaran dari
kapal.
 Saat ini banyak pelabuhan telah menyediakan fasilitas
penampungan untuk bahan kategori A dan B.
12. Kontrol Pembuangan Air Got dari Kamar Mesin
1. Tindakan berjaga-jaga di Kamar Mesin
 Setiap kapal mempunyai sarana untuk mencegah BBM
mengalir ke got kamar mesin.
 Pencegahan agar got kamar mesin tidak meluap kedalam
got minyak dan gutter ways.
 Semua pipa tekanan minyak harus diperiksa secara teratur,
untuk mendeteksi secara dini kebocoran minyak.

2. Pembuangan air got dari kamar mesin


a. Air got yang terkontaminasi minyak tidak boleh dibuang
keluar kapal dalam jarak 12 mil, meskipun telah melalui oil
water separator. Kecuali kandungan minyak < 15 ppm dan
memenuhi peraturan lokal.
..... Pembuangan air got dari kamar mesin.

b. Jika tdk ada penampungan darat, air got harus dipompa


kedalam tangki penyimpan.

c. Suatu pembuangan minyak atau air campuran minyak ke


laut dari kapal kurang 400 GT, kecuali tanker minyak,
dilarang pada area khusus, kecuali kandungan minyak < 15
ppm. Atau pada kondisi berikut :
* kapal melaju pada haluannya
* kandungan minak dalam air buangan < 100 ppm.
* pembuangan dilakukan sejauh mungkin dari daratan,
tetapi
tidak kurang dari 12 mil.
..... Pembuangan air got dari kamar mesin

 Suatu pembuangan air got yang terkontaminasi


minyak ke laut dari tanker minyak dan kapal 400 GT
dan lebih, selain tanker minyak, harus berada di
dalam area khusus, kecuali bila
kondisimemungkinkan :
- air got asalnya tidak dari got kamar pompa ;
- air got tidak tercampur dengan residu kargo
minyak ;
- kapal melaju pada haluannya ;
- kapal mengoperasikan OWS, dilengkapi alarm
otomatis jika kandungan minyak mencapai 15 ppm.
..... Pembuangan air got dari kamar mesin.

e. Diluar area khusus, pembuangan air got yang terkontaminasi


minyak ke laut dilarang kecuali semua kondisi berikut
memuaskan :
- kapal berada lebih 12 mil laut dari daratan terdekat.
- kapal melaju pada haluannya
- kandungan minyak dalam air buangan tidak lebih 100 ppm
- kapal mengoperasikan OWS, dan untuk kapal 10.000 GRT
dan lebih dipasang ODM.

f. Sebagai alternatif paragraf e. Air got bercampur minyakboleh


dibuang ke laut melalui alat penyaring minyak, dengan
kandungan minyak tidak lebih dari 15 ppm. Utk kapal 10.000
GRT atau lebih, mengoperasikan alarm otomatis.
..... Pembuangan air got dari kamar mesin.
 Tanker minyak harus memenuhi ketentuan
paragraf d, e dan f, yang sesuai untuk
pembuangan air got kamar mesin yang tidak
berasal dari kamar pompa muat dan tidak
tercampur dengan residu minyak cargo.
 Untuk tanker minyak, got kamar pompa
muat dan got kamar mesin bersama residu
minyak muat boleh ditransfer ke tangki slop
yang boleh dibuang keluar kapal sesuai
dengan ketentuan yang ada.
13. Pembuangan Bahan Cair Beracun
 Pembuangan bahan cair yang beracun dikontrol sesuai kategori
bahannya. Annex II menimbang hanya ada 2 daerah khusus perlu
diperhatikan bila membuang ke laut dari bahan-bahan kategori A, B,
C, sejauh mana bisa dikurangi dan dalam jumlah banyak dilarang.
Daerah khusus yang dimaksud adalah laut Baltik dan laut Hitam.

 Prosedur Dan Perencanaan


Bagian dari persyaratan kapal untuk dipenuhi dalam ”sertifikat
kelayakan” menyetujui prosedur dan pedoman perencanaan yang
akan dipasang di kapal disahkan oleh Pemerintah bendera kapalnya
dan harus ditaati oleh personil di kapal. Adanya P & A ini
pelaksanaannya sesuai dengan buku petunjuk BCH/IBC dan awak
kapalnya mengikuti prosedur untuk mendapatkan sertifikat dari hasil
survey kelayakan yang dilakukan.
Prosedur Pencucian Tangki Muat

 Kategori A & B : Didalam area khusus


Pencucian dilaksanakan dan air cuciannya dibuang kepenampungan
fasilitas darat sebelum kapal berangkat dari pelabuhan bongkar
kecuali jumlah residu melebihi batas yang diijinkan (Viscositas tidak
tinggi/ bahan padat lunak). Pembongkaran tidak mengikuti P & A
manual. Residu yang tersisa di kapal dibuang diluar area khusus
(Special Area).

 Kategori C : Didalam area khusus


Pencucian dilakukan jika jumlah residu melebihi batas yang diijinkan
(Viscositas tidak tinggi/bahan padat lunak). Pembongkaran tidak
mengikuti P & A manual. Air cucian dibuang ke fasilitas darat
sebelum kapal berangkat dari pelabuhan bongkar kecuali jika residu
yang tersisa di kapal dibuang di luar area khusus.

 Kategori D :
Pencucian dan air cuciannya dibuang ke fasilitas penampungan darat
atau diencerkan dengan faktor 10 dalam tabel dan dibuang ke laut.
 Tanki endapan/slop tank :
 Di luar area khusus (untuk kategori A) :
Residu yang ada di slop tank termasuk dari kamar pompa (air
got) yang mana termasuk bahan-bahan kategori A harus dibuang
ke fasilitas penampungan darat.

 Di dalam area khusus (untuk kategori A & B) :


Residu yang ada di slop tank termasuk dari kamar pompa (air
got) yang mana termasuk bahan-bahan kategori A & B harus
dibuang ke fasilitas penampungan darat.

 Buku Catatan Muatan (untuk semua kategori)


Semua kapal-kapal yang mengangkut bahan kimia cair dalam
bentuk curah harus diisi di dalam buku catatan muatan dengan
format yang spesifik. Harus dicatat tangki-tangki yang
digunakan untuk :
- Pengisian muatan
- Pemindahan muatan antar tangki
- Pembongkaran muatan
- Pengisian ballast
- Pembuangan ballast kotor
- Pembuangan residu kapasitas penampungan darat
- Dibuang ke laut atau residu yang dibersihkan dengan peranginan
 Pembuangan ke laut bahan kimia cair dengan alasan :
- Prosedur pencucian kategori A diketahui oleh surveyor
pemerintah.
- Semua yang dicatat dalam buku tidak boleh ditunda dan setiap
pengoperasiannya ditandatangani oleh perwira yang bertugas serta
setiap halamannya ditandatangani oleh Nakhoda.
- Pencatatan kedalam buku menggunakan bahasa bendera kapal atau
bahasan Inggris atau Prancis.

Buku catatan muatan disimpan dikapal paling tidak selama tiga tahun
dan tercatat serta siap inpseksi.
14. Dokumentasi

Ketentuan pelaksanaan konvensi MARPOL adalah sebagai berikut


:
 Kapal ukuran dibawah dari 400 GT, tidak perlu diperiksa
kelengkapannya dan tidak bersertifikat, tetapi harus diawasi agar
kapal tetap memenuhi peraturan sesuai Annex I MARPOL ’73/78
(Reg. 4.2.) dan kondisi kapal tetap terpelihara.
 Tanker ukuran dibawah 150 GT tidak perlu pemeriksaan, tidak
bersertifikat IOPP, tetapi harus mengikuti peraturan dalam Annex I
MARPOL ’73/78 dan kondisi kapal serta peralatan lainnya
dipelihara (Reg. 4.4.).
 Oil Record Book tetap dibutuhkan diatas kapal dan diisi sesuai
Reg 15.4.
 Tanker ukuran 150 GT atau lebih harus memenuhi semua
persyaratan sesuai Reg. 4 Annex I dan kondisi serta peralatan
kapal harus dipelihara untuk menghindari pencemaran.
 Sertifikat IOPP hanya untu tanker domestik, tetapi ditentukan
sendiri oleh Pemerintah yang ada hubungannya dengan survey
(Reg. 5).
Pencegahan dan penanggulangan pencemaran yang datangnya dari
kapal tanker, perlu dikontrol melalui pemeriksaan dokumen sebagai
bukti bahwa pihak perusahaan pelayaran dan kapal sudah
melaksanakannya dengan semestinya. Untuk itu sesuai Annex I
MARPOL ’73/78 kelengkapan dokumen yang harus dibawa
berlayar bersama kapal adalah sebagai berikut :

 Oil Record Book, Part I mengenai operasi kamar mesin dan Part II,
operasi bongkar muat cargo dan air ballast. Reg. 20.
 Loading and Damage Stability Information Book Reg. 25.
 Crude Oil Washing Operation and Equipment Manual Reg. 13 B.
 Clean Ballast Tank Operation Manual Reg. 13 A.
 Instruction and Operation Manual of Oil Water Separating and
Filtering Equipment Reg. 16.
 Shipboard Oil Pollution Emergency Plan Reg. 26.
Manfaat Dokumen sesuai Annex I
Bagi Kapal Tanker

 Dengan adanya dokumen tersebut diatas, diharapkan


pencemaran dapat dicegah dan kalau sampai terjadi
pencemaran, maka untuk kepentingan hukum dan
klaim kompensasi yang timbul dapat ditanggulangi
berdasarkan data dokumen yang tersedia.
 Dokumen tersebut juga digunakan oleh pihak
pemeriksa atau pihak yang berwenang untuk
menentukan apakah sebuah kapal masih layak laut
dipandang dari segi pencegahan pencemaran.
Tumpahan Minyak

Sejalan dengan berkembangnya teknologi dan industrialisasi,


kebutuhan energi semakin meningkat. Dari berbagai sumber enegi,
minyak bumi masih merupakan pilihan terbanyak dikonsumsi bagi
kebutuhan sumber energi. Penggunaan dan pengangkutan minyak
berpotensi mencemari lingkungan, baik danau, sungai dan laut.
Sumber-sumber pencemaran minyak antara lain :

 Pengangkutan minyak dan operasinya, termasuk pembersihannya ;


 Pembuangan limbah cair di kota dan industri yang terbawa ke sungai
;
 Kecelakaan tabrakan alat transportasi ;
 Penguapan ;
 Rembesan / bocoran ;
 Limbah pengilangan.
Bagaimana sifat minyak di air ?

 Minyak yang mencemari air akan mengapung, karena sifatnya


yang tidak larut dalam air. Semua jenis minyak mengandung
senyawa votatil, yaitu mudah berubah menjadi gas atau uap,
yang segera dapat menguap. Sisanya minyak yang tidak
menguap akan mengalami emulsifikasi, yang menyebabkan
air dan minyak dapat bercampur.

 Sebagian emulsi minyak akan mengalami degradasi melalui


fotooxidasi spontan dan oxidasi oleh mikroorganisme.
Mikroorganisme merupakan organisme yang paling berperan
dalam dekomposisi minyak di laut
Apa akibat pencemaran air oleh minyak ?

1. Adanya minyak menyebabkan penetrasi sinar matahari


kedalam air menjadi berkurang ;
2. Konsentrasi oksigen terlarut menurun dengan adanya
minyak, karena lapisan film minyak dapat menghambat
pengambilan oksigen oleh air ;
3. Adanya lapisan minyak pada permukaan air akan
mengganggu kehidupan burung air yang akan berenang dan
menyelam ;
4. Penetrasi sinar matahari dan oksigen yang menurun dapat
mengganggu kehidupan didalam air, seperti : berbagai jenis
ikan, mamalia, tanaman laut, dan lain lain.
Bahan-bahan Pencemar di Lingkungan Laut
 Pathogen  Sampah dan limbah manusia (tinja)
 Sedimen Usaha pertanian
 Sampah padat Sampah domestik olahan dan bahan-bahan sisa industri
 Panas Pembangkit tenaga listrik
 Air tawar  Sistem drainase (dam) yang kurang baik
 Air asin (brine) Limbah industri desalinisasi
 Racun anorganik industri
 Racun organik  Pestisida, fungisida, insektisida, industri kima, dan lain
lain
 Petroleum  Kecelakaan laut/ tabrakan, kehilangan selama transfer,
kebocoran tanker, dan lain lain
 Unsur hara (pupuk) Limbah domestik, pertanian, daerah urban
 Unsur radioaktif Pembangkit Tenaga Nuklir, uji coba nuklir, aktivitas
yang menggunakan nuklir, dan lain lain
 BOD  Semua yang memanfaatkan oksigen
 Asam dan basa  industri
 Bahan-bahan yang tidak nyaman secara estetika  Sampah domestik dan
industri
Pencemaran oleh Logam Berat
 Logam berat yang sering mengkontaminasi air yaitu merkuri dan timbal. Ikan
yang mengkonsumsi merkuri dan timbal tidak mampu menguraikannya,
sehingga apabila ikan tersebut dikonsumsi, juga masih mengandung merkuri dan
timbal yang membahayakan bagi manusia. Beberapa logam berat yang
membahayakan dan sering mencemari lingkungan baik berupa pencemaran
udara maupun pencemaran air, antara lain :

 Merkuri (Hg) Kadmium (Cd)


 Timbal (Pb) Khromium (Cr)
 Arsen (As) Nikel (Ni)

 Meskipun manusia sebagai makhluk hidup memerlukan beberapa jenis logam


seperti Mn, Fe, Cu dan Zn dalam jumlah yang sangat kecil karena logam-logam
tersebut merupakan mikronutrien yang sangat esensial.
Namun ada beberapa jenis logam lain seperti Hg, Cd, Pb dan Ni yang sangat
tidak diharapkan keberadaanya dalam tubuh makhluk hidup meskipun dalam
jumlah yang sangat kecil. Logam-logam tersebut sangat beracun.
Sumber Logam Berat di Laut

Sumber-sumber logam berat di laut dapat dibagi 2, yaitu sumber yang bersifat
alami dan buatan.

Logam berat yang masuk ke laut secara alami berasal dari 3 sumber, yaitu :
1. Masukan dari daerah pantai (coastal supply), yang berasal dari
sungai dan hasil abrasi pantai oleh aktivitas gelombang ;
2. Masukan dari laut dalam (deep sea supply), meliputi logam-logam
yang dibebaskan aktivitas gunung berapi di laut dalam dan
logam-logam yang dibebaskan dari partikelatau sedimen oleh
proses kimiawi ;
3. Masukan dari lingkungan dekat daratan pantai, termasuk logam-logam yang
ditransportasi ikan dari atmosfer sebagai partikel-partikel debu.

Sedangkan sumber-sumber buatan adalah logam-logam yang dibebaskan oleh


proses-proses industri logam dan batu-batuan.
Pengaruh Logam Berat
terhadap Kesehatan Manusia

Manusia sebagai makhluk hidup memerlukan beberapa logam


seperti : Mn, Fe, Cu, Zn dalam jumlah yang sangat kecil.
Tetapi ada beberapa logam lain yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh, yaitu Hg, Cd, Pb, dan Ni.

Logam-logam tersebut bersifat sangat toksik (beracun).


Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui
rantai makanan, inhalasi, maupun penetrasi melalui kulit.
Logam tersebut terakumulasi dalam tubuh,dan meracuni
manusia.
Contoh Kasus Keracunan Logam Berat

1. Merkuri (Hg)
Kasus “Minamata”di Teluk Minamata, Jepang tahun 1953.
Ciri-ciri penderita : korban terjadi kelemahan otot,
kehilangan penglihatan, kelumpuhan, bahkan ada yang
koma dan meninggal.
Penyebab : akibat makan hasil laut seperti : ikan, kerang
yang telah terkontaminasi metik-merkuri dari limbah
industri petrokimia Chisso Minamata Factory, Jepang.
Penyakit ini dikenal dengan penyakit Minamata.
Metil-merkuri dapat meracuni janin, merusah sistem saraf
pusat, hambatan mental, dan gangguan pergerakan.
2. Cadmium (Cd)

Pada th 1947, masyarakat Jepang disekitar Sungai Jintsu,


Toyama dijangkiti penyakit aneh, yaitu semacam rematik.
Penderitanya meraung keras-keras karena rasa nyeri pada
tulang.
penyalit ini disebut Ïtai-itai”, yang artinya “auch-auch”. Tahun
1968 diketahui bahwa penyakit tersebut berasal dari racun
kronis Cadmium, limbah perusahaan tambang Mitsui.
Cadmium masuk kedalam tubuh melalui pernafasan dan
makanan. Konsentrasi tertinggi pada hati dan ginjal.

Penyakit yang ditimbulkan : mempengaruhi kehamilan,


penuaan, kekurangan kalsium, ketidakseimbangan internal
sekresi,hilang indra penciuman, mulut kering, kerusakan
sumsum tulang, paru-paru basah, dll.
3. Plumbum (Pb)
Masuk melalui pernafasan, makanan dan air yang
terkontaminasi
Penyakit yang ditimbulkan : anemia, kerusakan susunan saraf
pusat dan ginjal.

4. Pembaga (Pb)
Penyakit yang ditimbulkan : muntah-muntah, rasa tebakar di
lambung, mencret-mencret.

5. Chromium (Cr)
Penyakit yang ditimbulkan : kanker paru-paru.
Bagaimana Mengetahui Air Terpolusi ?
Dilakukan pengujian sifat-sifat air meliputi :
1. Nilai pH, keasaman dan alkalinitas ;
2. Suhu ;
3. Warna, bau dan rasa ;
4. Jumlah padatan terlarut ;
5. Nilai BOD / COD ;
6. Pencemaran mokroorganisme patogen ;
7. Kandungan minyak ;
8. Kandungan logam berat ;
9. Kandungan bahan radio aktif
 pH (konsentrasi ion hidrogen) antara 6,5 – 7,5 baik untuk
kehidupan binatang air.

 Patogen dalam air : bakteri-bakteri yang menyebabkan infeksi


saluran pencernaan, yaitu :
- Vibrio cholerae, penyebab kolera ;
- Shigella dysenteriae, penyebab disentri basiler ;
- Salmonella typhosa, penyebab typus ;
- Salmonella paratyphi, penyebab para typus ;
- Entamoeba histolytica, penyebab disentri amuba
- Virus polio dan hepatitis.
Tahukah Anda ?
 Pencemaran laut di dunia menyebabkan kerusakan
pada lingkungan dan kehidupan bawah laut.
 Pada tahun 2008 para penyelam mengangkat 99,57
ton sampah dan benda-benda bekas dari 1000 mil luas
laut.
 Setiap menit dalam 1 hari, ada 1 juta plastik
digunakan, dan hampr 3 juta ton plastik serentak
diproduksi untuk membuat botol minuman setiap
tahunnya.
 Hampir 80 % pencemaran laut disebabkan oleh
plastik.
 Diperkirakan 46.000 potong sampah plastik
mengapung setiap 1 mil dari samudera. 70 % plastik
tersebut akhirnya tenggelam.
Tahukan Anda ?
 Plastik tidak mudah untuk diuraikan. Saat sampah
plastik masuk laut, dibutuhkan waktu bertahun-tahun
untuk diuraikan.
 Botol minuman membutuhkan waktu 100 tahun
untuk dapat terurai.
 Botol kaca seperti botol soda membutuhkan waktu 1
juta tahun untuk terurai di alam bebas.
 Dilaporkan ada lebih dari 260 jenis hewan laut
diseluruh dunia yang terjerat dan memakan sisa-sisa
tali pancing, jala dan sampah laut lainnya.
 Lebih dari 1 juta populasi burung laut mati karena
pencemaran laut setiap tahunnya.
Tips mencegah Pencemaran Laut

 Angkatlah sampah-sampah dan benda-benda bekas


yang kita lihat selama kita menyelam atau pergi ke
pantai ;
 Puntung rokok banyak ditemukan saat pembersihan
laut atau pantai. Jangan biasakan buang puntung
rokok dari kapal.
 Biasakan manggunakan barang-barang yang dapat
didaur ulang.
 Kurangi membeli produk yang menggunakan bahan
plastik.
 Hindari pengemasan yang berlebihan dalam membeli
sesuatu.
Lanjutan ..................
Tips mencegah Pencemaran Laut
 Perbanyak fasilitas daur ulang sampah dan benda-
benda bekas didaerah kita.
 Jangan tinggalkan tali pancing, jala/jaring atau sisa
sampah dari kegiatan menangkap ikan di laut.
 Jaga agar sampah plastik dan sampah lainnya tidak
bertebaran di dasar laut.
 Pastikan saluran air/irigasi dan pantai bebas dari
sampah.
 Libatkan diri dalam kegiatan pembersihan sampah di
pantai/laut.

Anda mungkin juga menyukai