Anda di halaman 1dari 21

lOMoARcPSD|26695681

Tugas Makalah Wawasan Kemaritiman

Wawasan Kemaritiman (Universitas Halu Oleo)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)
lOMoARcPSD|26695681

TUGAS MAKALAH
MATA KULIAH WAWASAN KEMARITIMAN

JUDUL TUGAS MAKALAH:


“ LINGKUNGAN MARITIM ”
SUB JUDUL :
“ EKOSISTEM DAN PENCEMARAN LAUT”

DISUSUN OLEH:
NAMA : .....YUDA........
NIM : .....F1A220065........
E.mail : .. ..yuddjaya@gmail.com.................

JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UHO


PROGRAM STUDI STATISTIKA
KENDARI 2020

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Permasalahan lingkungan telah menjadi salah satu isu penting dalam dunia
internasional dimana suatu permasalahan lingkungan yang terjadi di suatu negara
telah menjadi tanggung jawab dunia internasional. Permasalahan lingkungan yang
terjadi meliputi pencemaran lingkungan, degradasi sumber daya dan pemanasan
global. Pencemaran lingkungan adalah salah satu bentuk kerusakan lingkungan
yang terjadi akibat kegiatan / aktivitas manusia ataupun secara alami, selain
pencemaran tanah dan udara, pencemaran air laut menjadi salah satu masalah yang
banyak di hadapi oleh beberapa negara di dunia.

Laut di dalam kehidupan suatu negara mempunyai arti dan peranan yang penting
sekali. Laut terutama sekali merupakan jalan raya yang menghubungkan seluruh
pelosok dunia. Melalui laut, masyarakat dari berbagai bangsa mengadakan segala
bentuk pertukaran dari komoditi perdagangan sampai ilmu pengetahuan. Dalam
sejarah, laut terbukti telah mempunyai pelbagai fungsi, antara lain sebagai: sumber
makanan bagi manusia, jalan raya perdagangan, sarana untuk penaklukan, tempat
pertempuran-pertempuran, tempat bersenang-senang dan pemisah atau pemersatu
bangsa. Laut juga mempunyai arti penting bagi riset mengingat 2/3 dari
permukaan bumi terdiri dari laut.

Ekosistem laut merupakan sistem akuatik yang terbesar di planet bumi. Lautan
menutupi lebih dari 80 persen belahan bumi selatan tetapi hanya menutupi 61
persen belahan bumi utara, dimana terdapat sebagian besar daratan bumi.
Indonesia sebagai Negara kepulauan terletak di antara Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi yang rumit dilihat dari
topografi dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia di beberapa tempat, terutama di
kawasan barat menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata yang hampir
seragam, tetapi di tempat lain terutama kawasan timur menunjukkan bentuk-
bentuk yang lebih majemuk, tidak teratur dan rumit.

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

Proses pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia khususnya untuk ikan-


ikan karang saat ini banyak yang tidak sesuai dengan Code of Conduct for
Responsible Fisheries. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya kebutuhan
dan permintaan pasar untuk ikan-ikan karang serta persaingan yang semakin
meningkat. Keadaan tersebut menyebabkan nelayan melakukan kegiatan
eksploitasi terhadap ikan-ikan karang secara besar-besaran dengan menggunakan
berbagai cara yang tidak sesuai dengan kode etik perikanan yang bertanggung
jawab. Cara yang umumnya digunakan oleh nelayan adalah melakukan illegal
fishing yakni pemboman, pembiusan, serta penggunaan alat tangkap trawl. Semua
cara yang dilakukan oleh nelayan ini semata-mata hanya menguntungkan untuk
nelayan dan memberikan dampak kerusakan bagi ekosistem perairan khususnya
terumbu karang.

Dewasa ini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, eksplorasi


dan eksploitasi terhadap laut oleh manusia sering menimbulkan kerusakan
lingkungan laut. Dalam hal ini kegiatan-kegiatan manusia kurang bersahabat
dengan lingkungan laut sehingga menyebabkan pencemaran yang berakibat
rusaknya air laut sehingga berdampak buruk pada biota laut. Oleh karena itu,
tindakan manusia yang merusak ini harus dikendalikan. Salah satu alat
pengendaliannya adalah “hukum” dalam hal ini hukum lingkungan.

Laut perlu dilindungi serta di lestarikan seiring pemanfaatannya oleh manusia


sehingga pencemaran laut dapat dikurangi. Pencemaran laut dapat berasal dari
operasi kapal tanker, kecelakaan kapal tanker, scrapping kapal (pemotongan badan
kapal untuk menjadi besi tua), serta kebocoran minyak dan gas dilepas pantai.
Masalah pencemaran minyak di laut mulai mendapat perhatian yang serius dari
masyarakat Internasional pada tahun 1967. Pada waktu itu sebanyak 821.000 barel
minyak tumpah lagi di perairan Seven Stones Reef, Inggris akibat pecahnya kapal
tanker "Torrey Canyon". Pencemaran laut merupakan masalah yang cukup rawan,
akan tetapi seringkali terabaikan ketika kepentingan ekonomi lebih mendesak

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

untuk di kedepankan. Masalah pencemaran laut di perairan nusantara pernah


menghangat dengan terjadinya tabrakan antara tanker Nagasaki Spirit dan kapal
angkut Ocean Blessing di lepas pantai belawan, Sumatra Utara (1993), yang
mengakibatkan tumpahnya minyak dan mengotori perairan di sekitarnya.

Pencemaran laut dapat didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia,


limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme
invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya. Dalam
sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya berbentuk partikel
kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar yang sebagian
besar adalah pengurai ataupun filter feeder (menyaring air). Dengan cara ini, racun
yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam rantai makanan, semakin panjang
rantai yang terkontaminasi kemungkinan semakin besar pula kadar racun yang
tersimpan. Pada banyak kasus lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini bereaksi
dengan oksigen menyebabkan perairan menjadi anoxic (suatu keadaan dimana
konsentrasi oksigen di dalam air menjadi tidak ada).

Pencemaran perairan laut berupa tumpahnya minyak atau oil spill seringkali
terjadi. Penyebabnya beragam, mulai dari kecelakaan kapal tanker, kegiatan
pengeboran minyak offshore (lepas pantai), docking (reparasi kapal secara
periodic termasuk pembersihan tangki kapal yang membuang minyak ke laut),
scrapping (kapal yang sudah tidak berfungsi dengan baik sehingga kapal dijadikan
besi tua dengan cara badan kapal dipotong-potong) dan sebagainya. Seringkali oil
spill disebabkan oleh kecelakaan tanker, biasanya kecelakaan terjadi karena ada
kebocoran lambung (terutama kapal-kapal yang masih ‘single hull’), kapal kandas,
terjadi ledakan atau kebakaran maupun kapal tabrakan. Pada sejumlah kasus,
tumpahnya minyak juga dapat disebabkan karena dangkalnya perairan, sementara
kapal dalam kondisi muatan penuh. Tumpahnya minyak juga dapat terjadi pada
saat kapal melakukan bongkar muat, baik di pelabuhan maupun di laut. Proses
bongkar muat ini sangat beresiko menimbulkan kecelakaan, seperti pipa pecah,
bocor maupun kesalahan yang dilakukan awak kapal. Namun sumber utama
pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan minyak baik dari proses di kapal,

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

pengeboran lepas pantai maupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan
minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus
perhatian dari masyarakat luas, karena akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh
masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup di sekitar
pantai tersebut. Akibat dari tumpahan minyak dari yang paling berat, berupa suatu
kematian yang langsung (direct lethal effect) terhadap organisme laut, sampai
kepada berbagai akibat yang tidak mematikan secara langsung (sub lethal effect)
yang seringkali baru dapat diketahui akibatnya setelah berlangsung beberapa saat
tertentu.

Pada dasarnya lingkungan memang mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi


limbah yang dibuang kedalamnya, namun kemampuaan tersebut pastilah sangat
terbatas, apabila jumlah dan kualitas limbah yang dibuang kedalam lingkungan
tersebut telah melampaui batas kemampuannya untuk mengabsorbsi maka
dikatakanlah lingkungan itu tercemar. Meskipun pada dasarnya minyak dapat
dipecahkan atau dapat dilarutkan oleh microba laut, tetapi kadar kemampuannya
berlainan menurut bentuk dan jumlah mikroorganisme itu sendiri, disamping
tergantung pada temperatur, arus, salinitas, corak dasar laut dan hal-hal lainnya.
Merupakan suatu kenyataan bahwa setiap bagian lingkungan hidup sebagai suatu
keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan. Setiap bagian lingkungan merupakan
bagian dari suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan satu sama lain,
membentuk satu kesatuan tempat hidup yang disebut lingkungan hidup.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ekosistem dan pencemaran laut di Indonesia?


2. Bagaimana dampak pencemaran terhadap ekosistem laut?
3. Apa faktor-faktor pencemaran laut dan penyebab pencemaran laut serta
cara mengatasinya?

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

1.3 Tujuan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui ekosistem dan pencemaran laut di Indonesia


2. Mengetahui dampak pencemaran terhadap ekosistem laut
3. Mengetahui faktor-faktor kerusakan ekosistem laut dan penyebab
pencemaran laut serta cara mengatasinya

1.4 Manfaat

Manfaat yang kita dapat dalam makalah ini ialah menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca mengenai kemaritiman Indonesia terutama bagian
ekosistem dan pencemaran lingkungan, serta menambah nilai bagi penulis untuk
memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Kemaritiman.

BAB 2

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

PEMBAHASAN

2. 1 Ekosistem dan Pencemaran Laut di Indonesia

Peristiwa pencemaran laut kerap terjadi di Indonesia akibat tumpahan minyak,


tabrakan kapal dengan terumbu karang, pembuangan air limbah yang mencemari
laut, dan masih banyak lagi. Peristiwa tersebut antara lain: kasus montara yang
sudah berlangsung selama 10 tahun, tumpahan minyak di Balikpapan yang terjadi
tahun 2018, dan tabrakan Kapal MV Caledonia Sky dengan terumbu karang di
Raja Ampat. Pencemaran-pencemaran tesebut tentu terdapat kerugian pencemaran
dan/atau kerusakan ekosistem pesisir dan laut dan menjadi hal yang penting untuk
menghitung kerugian pencemaraan tersebut. Peraturan yang mengatur terkait
perhitungan kerugian lingkungan hidup adalah PermenLH No. 7 Tahun 2014.
Sayangnya, PermenLH No. 7 Tahun 2014 terlalu bias darat.

PermenLH No. 7 Tahun 2014 memberikan formula perhitungan biaya pemulihan


dan kerugian ekosistem untuk beberapa komponen lingkungan hidup. Namun,
formula-formula perhitungan yang diberikan hanya terkait komponen lingkungan
hidup terrestrial (contoh: biaya revegetasi, biaya pembangunan reservoir, biaya
pendaur ulang unsur hara, biaya pengendalian erosi dan limpasan). Akibatnya,
perhitungan kerugian untuk pencemaran dan/atau kerusakan ekosistem pesisir dan
laut tetap menggunakan formula perhitungan untuk ekosistem terrestrial tersebut
sehingga gagal mencakup kerugian akibat keistimewaan karakteristik ekosistem
pesisir dan laut yang tercemar dan/atau rusak.

Ekosistem yang terdapat di wilayah pesisir sebenarnya ada banyak, yaitu


ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun, atau lainnya seperti pantai
landau berpasir, pantai berbatu, atau estuari. Namun, ekosistem mangrove, padang
lamun, dan terumbu karang adalah ekosistem khas yang mempunyai peran
ekologis cukup besar pada kondisi pesisir secara umum. Kondisi atau tingkat
kualitas masing-masing ekosistem ini berperan dalam menggambarkan status atau
kondisi perairan pesisir secara keseluruhan. Maka perhitungan kerugian kerusakan
ekosistem pesisir dapat ditinjau dari kerusakan ekosistem mangrove, ekosistem

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

padang lamun, dan ekosistem terumbu karang sebagai representasi dari ekosistem
pesisir. Misalkan, kerugian karena hilangnya fungsi mangrove sebagai penahan
abrasi, kerugian karena hilangnya fungsi terumbu karang sebagai tempat
pemijahan dan perlindungan, atau kerugian karena hilangnya fungsi padang lamun
sebagai pelindung garis pantai. Sedangkan formula perhitungan yang disediakan
oleh PermenLH No. 7 Tahun 2014 seperti biaya revegetasi, biaya pembangunan
reservoir, biaya pendaur ulang unsur hara tentu saja tidak dapat dipersamakan
dengan kerugian karena hilangnya fungsi penahan abrasi, tempat pemijahan dan
perlindungan, dan lain-lain. Oleh karena itu, tidaklah tepat apabila perhitungan
kerugian pencemaran dan/atau kerusakan ekosistem pesisir dan laut menggunakan
formula-formula yang disediakan PermenLH No. 7 Tahun 2014.

Selain representasi ekosistem, perhitungan kerugian juga dapat dilakukan terhadap


representasi spesies-spesies yang hidup di laut. Spesies-spesies yang biasanya
diperhitungkan adalah burung, mamalia laut, reptile laut, dan ikan. PermenLH No.
7 Tahun 2014 juga menyediakan formula perhitungan untuk biaya pemulihan
biodiversity. Tetapi setiap spesies memiliki fungsi dan siklus reproduksi yang
berbeda-beda sehingga perhitungan kerugian seluruh spesies tidak dapat
disimplifikasi menjadi satu formula saja.

Untuk itu, yang seharusnya dilakukan adalah menyusun rencana pemulihan


terlebih dahulu. Rencana pemulihan dapat disusun oleh pelaku pencemar
kemudian mendapat persetujuan dari Pemerintah atau disusun Bersama-sama oleh
pelaku pencemar dan Pemerintah. Rencana pemulihan dapat berisi identifikasi
komponen lingkungan hidup yang rusak dan/atau tercemar, lokasi pemulihan,
jangka waktu pemulihan, biaya pemulihan, standard untuk suatu ekosistem
dikatakan pulih, dan mekanisme pengawasan. Rencana pemulihan dibutuhkan
karena setiap ekosistem menyediakan jasa ekosistem dengan kualitas dan nilai
yang berbeda-beda sehingga membutuhkan upaya pemulihan yang berbeda-beda
pula.[4] Perbedaan jasa tidak hanya antara ekosistem terrestrial dengan ekosistem
pesisir, tetapi juga antara ekosistem pesisir yang terletak di wilayah yang berbeda.

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

Kasus kerusakan dan/atau pencemaran ekosistem pesisir yang baru selesai diusut
bulan April lalu adalah Kapal MV Lyric Poet dan Kapal MT Alex yang menabrak
terumbu karang. Keduanya diminta membayar ganti rugi sejumlah lebih dari
USD$ 2,5 juta kepada negara melalui KLHK. Nilai ganti rugi ini terdiri dari nilai
jasa ekosistem, biaya pemulihan, dan biaya verifikasi. Karena USD$ 2,5 juta
mencakup biaya pemulihan, maka upaya pemulihan sudah menjadi tanggung
jawab Pemerintah. Belum ada informasi lain yang dikeluarkan KLHK terkait
mekanisme perhitungan USD$ 2,5 juta tersebut dan apakah didasari atau rencana
pemulihan atau tidak. Untuk perhitungan kerugian kerusakan terumbu karang yang
komprehensif, USD$ 2,5 juta sebaiknya mencakup seluruh fungsi terumbu karang
di Bangka Belitung yang rusak dan didasari oleh rencana pemulihan yang
mencakup identifikasi komponen lingkungan hidup yang rusak dan/atau tercemar,
lokasi pemulihan, jangka waktu pemulihan, biaya pemulihan, standard untuk suatu
ekosistem dikatakan pulih, dan mekanisme pengawasan. Penentuan standard untuk
suatu ekosistem dikatakan pulih sangatlah penting untuk mencegah upaya
pemulihan sekadar formalitas saja. Upaya pemulihan hanya selesai setelah
standard tersebut terpenuhi. Selain melakukan upaya pemulihan, Pemerintah juga
bertanggung jawab melakukan pengawasan pasca pemulihan untuk memastikan
terumbu karang dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya dan mencegah
terjadinya kerusakan lagi. (Ohiongyi dan Vania).

2.2 Dampak Pencemaran Terhadap Ekosistem Laut

Indonesia adalah negara yang terkenal sebagai kepulauan terbesar di dunia.


Setidaknya, ada sekitar 17.000 pulau di wilayah Indonesia, namun hanya sekitar
7.000 pulau yang berpenghuni. Ada dua samudera yang mengapit Indonesia, yaitu
samudera hindia dan samudera pasifik.

Di laut Indonesia sendiri terdapat 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan
950 spesies biota terumbu karang. Oleh sebab itu pula Indonesia adalah negara
dengan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia (marine mega-biodiversity).
Namun keanekaragaman tersebut dirusak oleh tangan tangan manusia yang tidak

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

bertanggungjawab. Sebut saja, penggunaan bahan peledak dalam menangkap ikan,


limbah hasil industri, pengeboran minyak di lepas pantai, dan juga membuang
sampah di sungai yang berikibat sampah tersebut bermuara ke laut lepas. Jelas hal
tersebut selain mencemari juga merusak biota laut. Dampak dari perusakan dan
pencemaran ekosistem laut ini dapat berakibat fatal bagi kelestarian di darat
bahkan mengancam kelangsungan hidup manusia. Hal ini jelas bertentangan Pasal
5 Ayat (1) UUPLH yang berbunyi: “Setiap orang mempunyai hak yang sama atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat”

Bisa dikatakan Indonesia berada pada posisi yang sangat rentan terhadap dampak
dari kerusakan ekosistem laut. Pencemaran dan kerusakan ekosistem laut perlu
dikendalikan karena dengan adanya pencemaran air laut dapat mengurangi
pemanfaatan air tersebut. Jumlah limbah di Indonesia ini semakin lama kian
bertambah dan membesar. Salah satu contoh adalah sampah plastik.

Di Indonesia sampah plastik tidak hanya dijumpai di wilayah darat saja tetapi juga
banyak sekali sampah plastik yang menyebar luas ke wilayah lautan Indonesia
bahkan luasnya sudah mencapai dua pertiga dari total luas Indonesia. Koalisi
Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) mencatat, setiap tahun sedikitnya
sebanyak 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara di lautan. Dari
jumlah tersebut, sebanyak 13.000 plastik mengapung di setiap kilometre persegi di
setiap tahunnya. Fakta yang sangat mengejutkan adalah bahwa Indonesia
merupakan negara nomor dua di dunia dengan konsumsi sampah plastik terbanyak
di lautan.

Ancaman kerusakan ekosistem laut juga disebabkan oleh banyaknya pencemaran


industri, reklamasi pantai, dan pengasaman laut sebagai dampak perubahan iklim.
Banyak orang yang berpikir bahwa dengan melihat luasnya lautan kita Indonesia,
maka semua hasil buangan sampah dan sisa-sisa industri dapat di tampung oleh
lautan tanpa menimbulkan suatu akibat yang membahayakan.

Dengan makin cepatnya pertumbuhan penduduk di dunia dan makin meningkatnya


lingkungan industri mengakibatkan makin banyaknya bahan-bahan yang bersifat

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

racun yang di buang ke lautan dalam jumlah banyak yang menyebabkan sulitnya
mengontrol limbah-limbah yang di buang ke dalam laut tersebut. Air laut
merupakan komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di mana
buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut lepas.

Selain itu, air laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang
jatuh dari atmosfir. Limbah yang mengandung polutan tersebut kemudian masuk
ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut Indonesia. Sebagian larut dalam air,
sebagian lagi tenggelam ke dasar laut dan terkonsentrasi ke sedimen. Sebagian lagi
masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut ( fitoplankton, ikan, cumi, udang,
cumi-cumi, kerang, rumput laut dll).

Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan
predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam
jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian
dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Karena kesehatan manusia sangat di pengaruhi oleh makanan yang di makan,
makanan yang berasal dari daerah yang tercemar kemungkinan besar juga
tercemar. Demikian juga dengan makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai
dan laut yang tercemar juga mengandung bahan polutan yang tinggi. Oleh karena
itu, kita sebagai warga negara yang baik beserta pemerintah berkewajiban untuk
melakukan perlindungan dan pengelolan lingkungan hidup kita khususnya
menjaga dan melindungi ekosistem laut.

Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia yang memilki wilayah


perairan laut yang sangat luas dibandingkan negara-negara lain yang berada di
dunia ini.

Laut yang mengandung berbagai jenis sumber daya yang dapat dimanfaatkan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan meningkatkan
kesejahteraannya, banyak mengalami tekanan baik dari aktivitas manusia yang
secara langsung dilakukan di laut, maupun karena aktivitas manusia di daratan.
Pencemaran laut yang merupakan salah satu bentuk tekanan terhadap lingkungan

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

laut maupun sumberdaya di dalamnya dapat menyebabkan kerugian bagi sistem


alami (ekosistem) yang telah tertata sebelumnya maupun bagi manusia yang
merupakan bagian dari sistem alami tersebut. Dengan kata lain, Pencemaran laut
tidak hanya merusak habitat organisme laut serta proses biologi dan fisiologinya
saja, tetapi secara tidak langsung dapat membahayakan kesehatan dan kehidupan
manusia karena terakumulasi oleh bahan-bahan pencemar melalui konsumsi bahan
pangan laut yang telah terakumulasi sebelumnya.

Secara umum, dampak pencemaran laut dapat berpengaruh terhadap:

1. Organisme Laut, Adanya pencemaran akan berdampak terhadap penurunan


kualitas perairan, sehingga akan mengganggu berlangsungnya proses
biologi maupun fisiologi organisme laut. Dan dengan demikian akan
menyebabkan kematian yang pada akhirnya menurunkan populasi dan
keanekaragaman hayati.
2. Terhadap ekosistem laut, Masuknya sisa-sisa pupuk dan bahan pencemar
organik ke laut akan menyebabkan terjadinya “eutrofikasi’’ sehingga
terjadi peledakan populasi organisme tertentu. Hal ini akan mengakibatkan
terjadinya perubahan keseimbangan dalam ekosistem laut.
3. Manusia, Pencemaran oleh logam-logam berat seperti Hg (Merkuri) dan
Cd (Kadmium), dapat menyebabkan penyakit minimata seperti kasus di
Jepang yang menyebabkan kematian dan cacat tubuh.
4. Kegiatan pariwisata dan industri, Perusakan kawasan wisata bahari dan
ketersedian air untuk industri dan pertanian.

Berikut ini dibahas tentang dampak dari beberapa jenis bahan pencemar yang
sering menyebabkan terjadinya pencemaran di laut.

a. Dampak Dari Limbah Industri

Dengan terdapatnya berbagai jenis kegiatan industri beserta produknya, maka


limbah yang terbentukpun akan bervariasi sesuai dengan jenis industri dan bahan

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

baku yang digunakan. Logam Pb (Timbal) dan Hg (Merkuri) yang merupakan


jenis bahan pencemar di laut, selain dapat menurunkan kualitas dan produktivitas
perairan laut, juga dapat menimbulkan keracunan, karena unsur Hg dan Pb
merupakan unsur logam berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit pada
manusia apabila terakumulasi pada organisme perairan yang dimakan manusia.

Limbah industri lainnya yang umumnya terbuang ke badan sungai dan dialirkan ke
laut atau yang langsung terbuang ke laut akan terakumulasi. Dalam jumlah tertentu
yang melebihi kapasitas daya asimilatif perairan, bahan pencemar ini akan
menjadi sludge yang menimbulkan bau busuk. Kandungan kimia sludge dapat
menurunkan DO dan BOD serta meningkatkan COD. Disamping itu sludge
mengeluarkan pula bahan beracun berbahaya seperti sulfida, fenol, Cr
(Heksavalen), Pb(Timbal), dan Cd (Cadmium) yang dapat terakumulasi dalam
organisme perairan tertentu dan secara tidak langsung merupakan acaman bagi
kehidupan manusia (Suratmo, 1990). Untuk itu limbah industri harus diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut melalui badan sungai.

b. Dampak Dari Limbah Domestik dan Pertanian

Limbah domestik berupa limbah rumah tangga dan kotoran manusia yang
terbuang ke perairan apabila melebihi kemampuan asimilasi perairan sungai dan
terbawa ke laut dapat mencemari perairan dan menimbulkan penyuburan
berlebihan (eutrofikasi). Gejala ini akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen
terlarut akibat meledaknya populasi organisme tertentu sehingga dapat
menimbulkan kematian beberapa organisme perairan. Nybakken (1992)
mengemukakan bahwa pada kondisi perairan yang mengalami “eutrofikasi”,
organisme makro-zoobenthos yang menjadi indikator lingkungan jarang sekali
ditemukan. Sedangkan kadar NH3 perairan meningkat dan pH-nya menjadi rendah
(asam). Keadaan ini menunjukan kondisi perairan yang tidak stabil dimana terjadi
penurunan kualitas perairan sehingga organisme laut akan mati atau tidak dapat
melangsungkan aktifitas hidupnya untuk proses pertumbuhan dan
perkembangbiakan.

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

Sedangkan limbah pertanian selain dapat menimbulkan eutropikasi yang


disebabkan akumulasi bahan-bahan organik sisa tumbuhan yang membusuk,
akumulasi residu dari pestisida terutama bahan kimia beracun chlorine dan
organo-chlorine juga dapat menimbulkan keracunan bagi organisme perairan yang
pada akhirnya akan membawa kematian. Keadaan ini tidak hanya mengancam
kehidupan organisme yang hidup di habitat yang terkena kontaminasi bahan
beracun saja, tetapi dapat mengancam kehidupan organisme lain yang secara
ekologis mempunyai kaitan erat dengan organisme tersebut melalui aliran rantai
makanan.

Akibat tidak langsung dari kegiatan pertanian berupa perladangan berpindah dan
penebangan hutan secara serampangan juga dapat menimbulkan pencemaran
berupa sedimentasi dan pendangkalan sungai yang disebabkan oleh erosi. Proses
kekeruhan dan sedimentasi ini bisa mencapai perairan estuaria dan perairan pantai.
Secara ekologis proses kekeruhan karena sedimentasi dapat menyebabkan
terganggunya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan, sehingga kegiatan
fotosintesa plankton maupun organisme laut lainnya menjadi terhenti. Hal ini
menyebabkan kadar oksigen dalam perairan menjadi menurun diikuti oleh
kematian organisme laut. Kematian organisme laut yang pada akhirnya akan
menurunkan kualitas perairan karena proses pembusukan pada perairan yang telah
mengalami pendangkalan dan penumpukan bahan organik akan menimbulkan
racun. (Johnston, 1976).

c. Dampak Dari Buangan/Tumpahan Minyak.

Pengaruh spesifik dari peristiwa tumpahan minyak terhadap lingkungan perairan


laut dan pantai tergantung pada jumlah minyak yang tumpah, lokasi kejadian dan
waktu kejadian (Neff, 1996). Buangan dan tumpahan minyak bumi akibat
Kegiatan penambangan dan pengangkutannya dapat menimbulkan pencemaran
laut yang lebih luas karena terbawa arus dan gelombang laut. Pengaruh
buangan/tumpahan minyak terhadap ekosistem perairan laut adalah dapat
menurunkan kualitas air laut secara fisik, kimia dan biologis.

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

Secara fisik dengan adanya tumpahan/buangan minyak maka permukaan air laut
akan tertutup oleh minyak. Secara kimia, karena minyak bumi tergolong senyawa
aromatik hidrokarbon maka dapat bersifat racun. Sedangkan secara biologi adanya
buangan atau tumpahan minyak dapat mempengaruhi kehidupan organisme laut.

Tumpahan minyak bumi pada perairan laut akan membentuk lapisan filem pada
permukaan laut, emulsi atau mengendap dan diabsorbsi oleh sedimen-sedimen
yang berada di dasar perairan laut. Minyak yang membentuk lapisan filem pada
permukaan laut akan menyebabkan terganggunya proses fotosintesa dan respirasi
organisme laut. Sementara minyak yang teremulsi dalam air akan mempengaruhi
epitelial insang ikan sehingga mengganggu proses respirasi. Sedangkan minyak
yang terabsorbsi oleh sedimen-sedimen di dasar perairan akan menutupi lapisan
atas sedimen tersebut sehingga akan mematikan organisme-organisme penghuni
dasar laut dan juga meracuni daerah-daerah pemijahan.

Akibat terganggunya proses fotosintesis maka populasi plankton akan menurun.


Penurunan populasi plankton akan diikuti oleh penurunan populasi organisme
pemakan plankton (misalnya : ikan) yang diikuti pula dengan penurunan populasi
burung pemakan ikan. Menurunya populasi burung akan mengakibatkan guano
(penghasil fosfat) akan berkurang sehingga akan terjadi penurunan hasil
perikanan. Selain itu, buangan/tumpahan minyak yang menyebar dengan cepat ke
wilayah laut yang lebih luas akan menyebabkan rusaknya ekosistem hutan
mangrove sehingga mengakibatkan terjadinya abrasi dan intrusi air laut, rusaknya
tempat-tempat pemijahan (Spawning ground) dari organisme laut.

2.3 Faktor-Faktor Kerusakan Ekosistem Laut serta Cara Mengatasinya

Untuk menjadi sebuah negara maritim, maka infrastrukur antar pulau dan
sepanjang pantai di setiap pulau merupakan hal yang harus dibangun dan
dikembangkan. Jalan antarpulau ini harus benar-benar dapat direalisasikan
untuk mempercepat transportasi antar pulau di Indonesia.

Indonesia memiliki potensi besar menjadi poros maritim dunia mengingat


Indonesia berada didaerah equator, antara dua benua Asia dan Australia, antara

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

dua samudera Pasifik dan Hindia, serta negara-negara Asia Tenggara. Untuk
dapat menjadi poros maritim dunia maka sistem pelabuhan di Indonesia harus
dimodernisasi sesuai dengan standar internasional sehingga pelayanan dan
akses di seluruh pelabuhan harus mengikuti prosedur internasional.

Akan tetapi selain perlu diperhatikannya infrastruktur, perlu juga diperhatikan


ekosistem laut yang telah mengalami kerusakan yang merupakan bagian
penting dari laut. Selain memiliki jenis ikan yang beragam, Indonesia juga
ditumbuhi berbagai jenis terumbu karang. Terumbu karang merupakan
ekosistem khas yang terdapat di daerah tropis yang terbentuk dari endapan-
endapan masifter utama kalsium karbonat yang dihasilkan oleh organisme
karang, alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan
kalsium karbonat. Namun keindahan ekosistem laut di Indonesia semakin hari
semakin terancam kerusakannya.

Permasalahan mengenai kerusakan ekosistem laut, salah satunya diakibatkan


oleh nelayan yang menangkap ikan dengan bom atau bahan-bahan kimia yang
berbahaya bagi ekosistem laut. Sebab penggunaan bom ikan tidak hanya
mengaibatkan ikan-ikan kecil mati selainitu merusa terumbu karang, apalagi
terumbu karang tumbuh dengan sangat lama. Selain itu, pencemaran laut yang
diakibatkan oleh pembuangan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
dapat merusak ekosistem laut. Kelangsungan laut dan sekitarnya haruslah
dijaga guna masa depan, yang mana ikan-ikan yang masih kecil dapat dipanen
dikemudian hari, an terumbu karang digunakan untuk tempat hidup makhluk
laut serta keindahannya dapat dijadikan tempat wisata.

Kerusakan laut dapat disebabkan oleh berbagai hal, berikut beberapa faktor yang
menyebabkan kerusakan ekosistem laut:

1. Terumbu karang yang hidup di dasar laut merupakan sebuah pemandangan


yang cukup indah. Banyak wisatawan melakukan penyelaman hanya untuk
melihatnya. Sayangnya, tidak sedikit dari mereka menyentuh bahkan

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

membawa pulang terumbu karang tersebut. Padahal, satu sentuhan saja


dapat membunuh terumbu karang.
2. Membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut.
3. Mungkin tidak banyak yang sadar, penggunaan pupuk dan pestisida buatan
pada lahan pertanian turut merusak terumbu karang di lautan. Karena
meskipun jarak pertanian dan bibir pantai sangat jauh, residu kimia dari
pupuk dan pestisida buatan pada akhirnya akan terbuang ke laut melalui air
hujan yang jatuh di lahan pertanian.
4. Boros menggunakan air, karena semakin banyak air yang digunakan
semakin banyak pula limbah air yang dihasilkan dan akhirnya mengalir ke
laut. Limbah air tersebut biasanya sudah mengandung bahan kimia.
5. Terumbu karang merupakan tujuan wisata yang sangat diminati. Kapal
akan lalu lintas di perairan. Membuang jangkar pada pesisir pantai secara
tidak sengaja akan merusak terumbu karang yang berada dibawahnya.
6. Penambangan pasir atau bebatuan di laut dan pembangunan pemukiman di
pesisir turut merusak kehidupan terumbu karang. Limbah dan polusi dari
aktifitas masyarakat di pesisir secara tidak langsung berimbas pada
kehidupan terumbu karang. Selain itu,sangat banyak yang pengambilan
karang untuk bahan bangunan dan hiasan akuarium.
7. Masih banyak yang menangkap ikan di laut dengan menggunakan bom dan
racun sianida. Ini sangat mematikan terumbukarang.
8. Selain karena kegiatan manusia, kerusakan terumbu karang juga berasal
dari sesama mahkluk hidup di laut. Siput drupella salah satu predator bagi
terumbu karang.
9. Pengundulan hutan di lahan atas sedimen hasil erosi dapat mencapai
terumbu karang di sekitar muara sungai, sehingga mengakibatkan
kekeruhan yang menghambat difusi oksigen ke dalam polip atau hewan
karang.
10. Pengerukan di sekitar terumbu karang Meningkatnya kekeruhan yang
mengganggu pertumbuhan karang.

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

11. Penangkapan ikan hias dengan menggunakan bahan beracun (misalnya,


Kalium Sianida) Mengakibatkan ikan pingsan, mematikan karang dan biota
avertebrata.
12. Penangkapan ikan dengan bahan peledak Mematikan ikan tanpa
dikriminasi, karang dan biota avertebrata yang tidak bercangkang.

Dari berbagai faktor diatas dapat dilihat bahwa kerusakan ekosistem laut
ditimbulkan sebgaian besar oleh manusia. Dibutuhkan kesadaran dari setiap orang
untuk melestariakan ekosistem laut. Karena ekosistem laut juga merupakan bagian
dari keseimbangan alam. Jika salah stau penyeimbang alam terganggu atau rusak
maka akan berpengaruh terhadap keseimbangan alam yang lain. Akan berpengaruh
juga terhadap kehidupan manusia.

Cara mengatasi kerusakan di lingkungan laut, sebenarnya ada dalam diri manusia
itu sendiri tergantung dari kemauan mereka mau atau tidaknya seseorang
melakukan hal tersebut. Diantaranya:

1. Meningkatkan pendayagunaan potensi laut dan dasar laut

Peningkatan pendayagunaan potensi yang ada di lingkungan laut, baik luar


maupun dalam laut. Misalnya dalam pendayagunaan lingkungan laut sebagai
pariwisata,budidaya rumput laut, maupun budidaya ikan. Dimana dalam
peningkatan ini peran pemerintah juga harus diikut sertakan dalam proses
pendayagunan laut ini, seperti yang sudah diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonsia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan yaitu dalam
BAB IV Pasal 8 Ayat 1 dan Pasal 9 Ayat 1 dan Ayat 2.

2. Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan

Penangkapan ikan sebagai cara mencari nafkah para nelayan ataupun untuk indutri
perikanan dapat diperbolehkan. Asal cadangan ikan yang mereka tangkap tidak
dalam keadaan punah, sedangkan untuk ikan yang belum mencapai besar tertentu,
harus dilepaskan kembali ke dalam laut, yang teah diatur dalam Undang-Undang

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

Repubik Indonsia Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan yaitu


dalam BAB III Pasal 5 dan Pasal 6.

3. Mengembangkan potensi industri kelautan

Pengendalian pencemaran oleh indutri, hendaknya bersifat bahwa jumlah bahan


yang mengakibatkan polusi tidak harus berbahaya dan tidak mengganggu
keberadaan biota laut. Oleh karena itu, buangan limbah sebelum dialirkanke
sungai ataupun perairan perlu teknik pengolahan imbah seuai bata yang
ditentukan. Hasil ampah yang berasal dari kegiatan manusia harus di kurangi dan
didorong untuk mendaur ulang kotoran maupun limbah lain. Bahkan, kalau perlu
melarang pembuangan semua limbah ke lingkungan laut.

4. Mempertahankan daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut

Penanggulangan kerusakan tersebut,diharapkan warga yang ada di daerah pesisir


laut untuk dapat mempertahankan aset-aset yang terdapat dalam lingkungan laut
tersebut, menyadari akan kepentingan laut dan ekosistemnya yaitu sebagai sumber
hayati, meletarikan kemampuan alam untuk menjadikan sumber mata pencaharian
penduduk sekitar laut sehingga menadikan suatu kesejahteraan masyarakatnya.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ekosistem dan pencemaran laut sangat berkaitan saling mempengaruhi, apabila


pencemaran di laut terjadi maka akan mengakibatkan ekosistem laut akan rusak

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)


lOMoARcPSD|26695681

atau terganggu. Dampak pencemaran laut dapat berpengaruh terhadap banyak hal,
yaitu organisme laut, ekosistem laut, manusia, dan kegiatan pariwisata dan
industri. Kerusakan ekosistem juga memilik banyak faktor salah satunya yaitu
pengeboman ikan secara brutal.

3.2 Saran

Makalah ini belum cukup memuat materi tentang ekosistem dan pencemaran laut,
diharapkan kepada pembaca agar mencari informasi dan referensi yang lain agar
menambah wawasan dan pengetahuan tentang wawasan kemaritiman.

Downloaded by Zacky Attala (zackyattala2111@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai