TUGAS MAKALAH
MATA KULIAH WAWASAN KEMARITIMAN
DISUSUN OLEH:
NAMA : .....YUDA........
NIM : .....F1A220065........
E.mail : .. ..yuddjaya@gmail.com.................
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Permasalahan lingkungan telah menjadi salah satu isu penting dalam dunia
internasional dimana suatu permasalahan lingkungan yang terjadi di suatu negara
telah menjadi tanggung jawab dunia internasional. Permasalahan lingkungan yang
terjadi meliputi pencemaran lingkungan, degradasi sumber daya dan pemanasan
global. Pencemaran lingkungan adalah salah satu bentuk kerusakan lingkungan
yang terjadi akibat kegiatan / aktivitas manusia ataupun secara alami, selain
pencemaran tanah dan udara, pencemaran air laut menjadi salah satu masalah yang
banyak di hadapi oleh beberapa negara di dunia.
Laut di dalam kehidupan suatu negara mempunyai arti dan peranan yang penting
sekali. Laut terutama sekali merupakan jalan raya yang menghubungkan seluruh
pelosok dunia. Melalui laut, masyarakat dari berbagai bangsa mengadakan segala
bentuk pertukaran dari komoditi perdagangan sampai ilmu pengetahuan. Dalam
sejarah, laut terbukti telah mempunyai pelbagai fungsi, antara lain sebagai: sumber
makanan bagi manusia, jalan raya perdagangan, sarana untuk penaklukan, tempat
pertempuran-pertempuran, tempat bersenang-senang dan pemisah atau pemersatu
bangsa. Laut juga mempunyai arti penting bagi riset mengingat 2/3 dari
permukaan bumi terdiri dari laut.
Ekosistem laut merupakan sistem akuatik yang terbesar di planet bumi. Lautan
menutupi lebih dari 80 persen belahan bumi selatan tetapi hanya menutupi 61
persen belahan bumi utara, dimana terdapat sebagian besar daratan bumi.
Indonesia sebagai Negara kepulauan terletak di antara Samudera Pasifik dan
Samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi yang rumit dilihat dari
topografi dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia di beberapa tempat, terutama di
kawasan barat menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata yang hampir
seragam, tetapi di tempat lain terutama kawasan timur menunjukkan bentuk-
bentuk yang lebih majemuk, tidak teratur dan rumit.
Pencemaran perairan laut berupa tumpahnya minyak atau oil spill seringkali
terjadi. Penyebabnya beragam, mulai dari kecelakaan kapal tanker, kegiatan
pengeboran minyak offshore (lepas pantai), docking (reparasi kapal secara
periodic termasuk pembersihan tangki kapal yang membuang minyak ke laut),
scrapping (kapal yang sudah tidak berfungsi dengan baik sehingga kapal dijadikan
besi tua dengan cara badan kapal dipotong-potong) dan sebagainya. Seringkali oil
spill disebabkan oleh kecelakaan tanker, biasanya kecelakaan terjadi karena ada
kebocoran lambung (terutama kapal-kapal yang masih ‘single hull’), kapal kandas,
terjadi ledakan atau kebakaran maupun kapal tabrakan. Pada sejumlah kasus,
tumpahnya minyak juga dapat disebabkan karena dangkalnya perairan, sementara
kapal dalam kondisi muatan penuh. Tumpahnya minyak juga dapat terjadi pada
saat kapal melakukan bongkar muat, baik di pelabuhan maupun di laut. Proses
bongkar muat ini sangat beresiko menimbulkan kecelakaan, seperti pipa pecah,
bocor maupun kesalahan yang dilakukan awak kapal. Namun sumber utama
pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan minyak baik dari proses di kapal,
pengeboran lepas pantai maupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan
minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus
perhatian dari masyarakat luas, karena akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh
masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup di sekitar
pantai tersebut. Akibat dari tumpahan minyak dari yang paling berat, berupa suatu
kematian yang langsung (direct lethal effect) terhadap organisme laut, sampai
kepada berbagai akibat yang tidak mematikan secara langsung (sub lethal effect)
yang seringkali baru dapat diketahui akibatnya setelah berlangsung beberapa saat
tertentu.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat yang kita dapat dalam makalah ini ialah menambah wawasan dan
pengetahuan bagi pembaca mengenai kemaritiman Indonesia terutama bagian
ekosistem dan pencemaran lingkungan, serta menambah nilai bagi penulis untuk
memenuhi tugas mata kuliah Wawasan Kemaritiman.
BAB 2
PEMBAHASAN
padang lamun, dan ekosistem terumbu karang sebagai representasi dari ekosistem
pesisir. Misalkan, kerugian karena hilangnya fungsi mangrove sebagai penahan
abrasi, kerugian karena hilangnya fungsi terumbu karang sebagai tempat
pemijahan dan perlindungan, atau kerugian karena hilangnya fungsi padang lamun
sebagai pelindung garis pantai. Sedangkan formula perhitungan yang disediakan
oleh PermenLH No. 7 Tahun 2014 seperti biaya revegetasi, biaya pembangunan
reservoir, biaya pendaur ulang unsur hara tentu saja tidak dapat dipersamakan
dengan kerugian karena hilangnya fungsi penahan abrasi, tempat pemijahan dan
perlindungan, dan lain-lain. Oleh karena itu, tidaklah tepat apabila perhitungan
kerugian pencemaran dan/atau kerusakan ekosistem pesisir dan laut menggunakan
formula-formula yang disediakan PermenLH No. 7 Tahun 2014.
Kasus kerusakan dan/atau pencemaran ekosistem pesisir yang baru selesai diusut
bulan April lalu adalah Kapal MV Lyric Poet dan Kapal MT Alex yang menabrak
terumbu karang. Keduanya diminta membayar ganti rugi sejumlah lebih dari
USD$ 2,5 juta kepada negara melalui KLHK. Nilai ganti rugi ini terdiri dari nilai
jasa ekosistem, biaya pemulihan, dan biaya verifikasi. Karena USD$ 2,5 juta
mencakup biaya pemulihan, maka upaya pemulihan sudah menjadi tanggung
jawab Pemerintah. Belum ada informasi lain yang dikeluarkan KLHK terkait
mekanisme perhitungan USD$ 2,5 juta tersebut dan apakah didasari atau rencana
pemulihan atau tidak. Untuk perhitungan kerugian kerusakan terumbu karang yang
komprehensif, USD$ 2,5 juta sebaiknya mencakup seluruh fungsi terumbu karang
di Bangka Belitung yang rusak dan didasari oleh rencana pemulihan yang
mencakup identifikasi komponen lingkungan hidup yang rusak dan/atau tercemar,
lokasi pemulihan, jangka waktu pemulihan, biaya pemulihan, standard untuk suatu
ekosistem dikatakan pulih, dan mekanisme pengawasan. Penentuan standard untuk
suatu ekosistem dikatakan pulih sangatlah penting untuk mencegah upaya
pemulihan sekadar formalitas saja. Upaya pemulihan hanya selesai setelah
standard tersebut terpenuhi. Selain melakukan upaya pemulihan, Pemerintah juga
bertanggung jawab melakukan pengawasan pasca pemulihan untuk memastikan
terumbu karang dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya dan mencegah
terjadinya kerusakan lagi. (Ohiongyi dan Vania).
Di laut Indonesia sendiri terdapat 8.500 spesies ikan, 555 spesies rumput laut, dan
950 spesies biota terumbu karang. Oleh sebab itu pula Indonesia adalah negara
dengan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia (marine mega-biodiversity).
Namun keanekaragaman tersebut dirusak oleh tangan tangan manusia yang tidak
Bisa dikatakan Indonesia berada pada posisi yang sangat rentan terhadap dampak
dari kerusakan ekosistem laut. Pencemaran dan kerusakan ekosistem laut perlu
dikendalikan karena dengan adanya pencemaran air laut dapat mengurangi
pemanfaatan air tersebut. Jumlah limbah di Indonesia ini semakin lama kian
bertambah dan membesar. Salah satu contoh adalah sampah plastik.
Di Indonesia sampah plastik tidak hanya dijumpai di wilayah darat saja tetapi juga
banyak sekali sampah plastik yang menyebar luas ke wilayah lautan Indonesia
bahkan luasnya sudah mencapai dua pertiga dari total luas Indonesia. Koalisi
Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA) mencatat, setiap tahun sedikitnya
sebanyak 1,29 juta ton sampah dibuang ke sungai dan bermuara di lautan. Dari
jumlah tersebut, sebanyak 13.000 plastik mengapung di setiap kilometre persegi di
setiap tahunnya. Fakta yang sangat mengejutkan adalah bahwa Indonesia
merupakan negara nomor dua di dunia dengan konsumsi sampah plastik terbanyak
di lautan.
racun yang di buang ke lautan dalam jumlah banyak yang menyebabkan sulitnya
mengontrol limbah-limbah yang di buang ke dalam laut tersebut. Air laut
merupakan komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di mana
buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut lepas.
Selain itu, air laut juga sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang
jatuh dari atmosfir. Limbah yang mengandung polutan tersebut kemudian masuk
ke dalam ekosistem perairan pantai dan laut Indonesia. Sebagian larut dalam air,
sebagian lagi tenggelam ke dasar laut dan terkonsentrasi ke sedimen. Sebagian lagi
masuk ke dalam jaringan tubuh organisme laut ( fitoplankton, ikan, cumi, udang,
cumi-cumi, kerang, rumput laut dll).
Polutan tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan
predator dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam
jaringan tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian
dijadikan sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia.
Karena kesehatan manusia sangat di pengaruhi oleh makanan yang di makan,
makanan yang berasal dari daerah yang tercemar kemungkinan besar juga
tercemar. Demikian juga dengan makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai
dan laut yang tercemar juga mengandung bahan polutan yang tinggi. Oleh karena
itu, kita sebagai warga negara yang baik beserta pemerintah berkewajiban untuk
melakukan perlindungan dan pengelolan lingkungan hidup kita khususnya
menjaga dan melindungi ekosistem laut.
Laut yang mengandung berbagai jenis sumber daya yang dapat dimanfaatkan
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan meningkatkan
kesejahteraannya, banyak mengalami tekanan baik dari aktivitas manusia yang
secara langsung dilakukan di laut, maupun karena aktivitas manusia di daratan.
Pencemaran laut yang merupakan salah satu bentuk tekanan terhadap lingkungan
Berikut ini dibahas tentang dampak dari beberapa jenis bahan pencemar yang
sering menyebabkan terjadinya pencemaran di laut.
Limbah industri lainnya yang umumnya terbuang ke badan sungai dan dialirkan ke
laut atau yang langsung terbuang ke laut akan terakumulasi. Dalam jumlah tertentu
yang melebihi kapasitas daya asimilatif perairan, bahan pencemar ini akan
menjadi sludge yang menimbulkan bau busuk. Kandungan kimia sludge dapat
menurunkan DO dan BOD serta meningkatkan COD. Disamping itu sludge
mengeluarkan pula bahan beracun berbahaya seperti sulfida, fenol, Cr
(Heksavalen), Pb(Timbal), dan Cd (Cadmium) yang dapat terakumulasi dalam
organisme perairan tertentu dan secara tidak langsung merupakan acaman bagi
kehidupan manusia (Suratmo, 1990). Untuk itu limbah industri harus diolah
terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut melalui badan sungai.
Limbah domestik berupa limbah rumah tangga dan kotoran manusia yang
terbuang ke perairan apabila melebihi kemampuan asimilasi perairan sungai dan
terbawa ke laut dapat mencemari perairan dan menimbulkan penyuburan
berlebihan (eutrofikasi). Gejala ini akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen
terlarut akibat meledaknya populasi organisme tertentu sehingga dapat
menimbulkan kematian beberapa organisme perairan. Nybakken (1992)
mengemukakan bahwa pada kondisi perairan yang mengalami “eutrofikasi”,
organisme makro-zoobenthos yang menjadi indikator lingkungan jarang sekali
ditemukan. Sedangkan kadar NH3 perairan meningkat dan pH-nya menjadi rendah
(asam). Keadaan ini menunjukan kondisi perairan yang tidak stabil dimana terjadi
penurunan kualitas perairan sehingga organisme laut akan mati atau tidak dapat
melangsungkan aktifitas hidupnya untuk proses pertumbuhan dan
perkembangbiakan.
Akibat tidak langsung dari kegiatan pertanian berupa perladangan berpindah dan
penebangan hutan secara serampangan juga dapat menimbulkan pencemaran
berupa sedimentasi dan pendangkalan sungai yang disebabkan oleh erosi. Proses
kekeruhan dan sedimentasi ini bisa mencapai perairan estuaria dan perairan pantai.
Secara ekologis proses kekeruhan karena sedimentasi dapat menyebabkan
terganggunya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan, sehingga kegiatan
fotosintesa plankton maupun organisme laut lainnya menjadi terhenti. Hal ini
menyebabkan kadar oksigen dalam perairan menjadi menurun diikuti oleh
kematian organisme laut. Kematian organisme laut yang pada akhirnya akan
menurunkan kualitas perairan karena proses pembusukan pada perairan yang telah
mengalami pendangkalan dan penumpukan bahan organik akan menimbulkan
racun. (Johnston, 1976).
Secara fisik dengan adanya tumpahan/buangan minyak maka permukaan air laut
akan tertutup oleh minyak. Secara kimia, karena minyak bumi tergolong senyawa
aromatik hidrokarbon maka dapat bersifat racun. Sedangkan secara biologi adanya
buangan atau tumpahan minyak dapat mempengaruhi kehidupan organisme laut.
Tumpahan minyak bumi pada perairan laut akan membentuk lapisan filem pada
permukaan laut, emulsi atau mengendap dan diabsorbsi oleh sedimen-sedimen
yang berada di dasar perairan laut. Minyak yang membentuk lapisan filem pada
permukaan laut akan menyebabkan terganggunya proses fotosintesa dan respirasi
organisme laut. Sementara minyak yang teremulsi dalam air akan mempengaruhi
epitelial insang ikan sehingga mengganggu proses respirasi. Sedangkan minyak
yang terabsorbsi oleh sedimen-sedimen di dasar perairan akan menutupi lapisan
atas sedimen tersebut sehingga akan mematikan organisme-organisme penghuni
dasar laut dan juga meracuni daerah-daerah pemijahan.
Untuk menjadi sebuah negara maritim, maka infrastrukur antar pulau dan
sepanjang pantai di setiap pulau merupakan hal yang harus dibangun dan
dikembangkan. Jalan antarpulau ini harus benar-benar dapat direalisasikan
untuk mempercepat transportasi antar pulau di Indonesia.
dua samudera Pasifik dan Hindia, serta negara-negara Asia Tenggara. Untuk
dapat menjadi poros maritim dunia maka sistem pelabuhan di Indonesia harus
dimodernisasi sesuai dengan standar internasional sehingga pelayanan dan
akses di seluruh pelabuhan harus mengikuti prosedur internasional.
Kerusakan laut dapat disebabkan oleh berbagai hal, berikut beberapa faktor yang
menyebabkan kerusakan ekosistem laut:
Dari berbagai faktor diatas dapat dilihat bahwa kerusakan ekosistem laut
ditimbulkan sebgaian besar oleh manusia. Dibutuhkan kesadaran dari setiap orang
untuk melestariakan ekosistem laut. Karena ekosistem laut juga merupakan bagian
dari keseimbangan alam. Jika salah stau penyeimbang alam terganggu atau rusak
maka akan berpengaruh terhadap keseimbangan alam yang lain. Akan berpengaruh
juga terhadap kehidupan manusia.
Cara mengatasi kerusakan di lingkungan laut, sebenarnya ada dalam diri manusia
itu sendiri tergantung dari kemauan mereka mau atau tidaknya seseorang
melakukan hal tersebut. Diantaranya:
Penangkapan ikan sebagai cara mencari nafkah para nelayan ataupun untuk indutri
perikanan dapat diperbolehkan. Asal cadangan ikan yang mereka tangkap tidak
dalam keadaan punah, sedangkan untuk ikan yang belum mencapai besar tertentu,
harus dilepaskan kembali ke dalam laut, yang teah diatur dalam Undang-Undang
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
atau terganggu. Dampak pencemaran laut dapat berpengaruh terhadap banyak hal,
yaitu organisme laut, ekosistem laut, manusia, dan kegiatan pariwisata dan
industri. Kerusakan ekosistem juga memilik banyak faktor salah satunya yaitu
pengeboman ikan secara brutal.
3.2 Saran
Makalah ini belum cukup memuat materi tentang ekosistem dan pencemaran laut,
diharapkan kepada pembaca agar mencari informasi dan referensi yang lain agar
menambah wawasan dan pengetahuan tentang wawasan kemaritiman.