Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

TUGAS FINAL WAWASAN KEMARITIMAN

Dosen Pengampuh: Kasman Muslimin, S.Pt., M.Si.

DISUSUN OLEH:

NAMA: ADELIA. S
NIM: S1B121054

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kita Panjatkan Kehadirat Allah SWT. atas segala limpahan rahmat,
taufik dan hidayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembacaa dalam
pengantar ekonomi.

Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang saya miliki. Untuk itu
kritik serta saran dari ibu sangat saya harapkan demi penyempurnaan makalah ini dapat
berguna dan bisa menjadi pedoman bagi mahasiswa untuk dapat mempelajari serta
memahami tentang ilmu ekonomi.

Dalam penulisan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar besarnya kepada ibu yang membantu dalam menyempurnakan makalah ini.
akhirnya saya berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi
perkembangan dunia pendidikan Amin Yaa Robbal ‘Alamin.

Kendari, 6 juli 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...
BAB I LINGKUNGAN MARITIM…………………………………………….
1.1 Ekosistem di laut……………………………………………………………...
1.2 Pencemaran laut……………………………………………………………….
1.3 Lumpur Lapindo merusak ekosistem pesisir………………………………….
1.4 Sedot pasir laut ancam ekosistem laut

BAB II ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI………………………


2.1 Riset maritim kurang perhatian, miskin data………………………………….
2.2 Riset laut illegal marak……………………………………………………….
2.3 Teknologi akustik kuak rahasia dasar laut……………………………………
2.4 Transplantasi karang………………………………………………………….
BAB III STRATEGI
MARITIM………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………
I. LINGKUNGAN MARITIM

Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan daratan dan lautan yang sangat kompleks,

dimana terjadi pertemuan antara dua ekosistem yang saling mempengaruhi yakni darat

dan laut. Soegiarto dalam Dahuri (1996) mendefinisikan wilayah pesisir sebagai

kawasan peralihan (interface area) antara ekosistem laut dan darat baik kering maupun

terendam yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut,

perembesan air laut dengan ciri vegetasi yang khas. Kemudian kearah laut mencakup

batas terluar dari daerah paparan benua (continental shelf) dengan ciri perairan yang

masih dipengaruhi dengan proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi,

penggundulan hutan, dan pencemaran.

Masyarakat pesisir merupakan suatu kelompok yang hidup di wilayah pesisir dan

menggantungkan hidupnya dengan sumber daya pesisir. Masyarakat pesisir termasuk

masyarakat yang masih terbelakang dan masih kental dengan adat atau budaya. Selain

itu, banyak dimensi kehidupan yang tidak diketahui oleh orang luar tentang karakteristik

masyarakat pesisir.  

Masyarakat pesisir mempunyai cara berbeda dalam aspek pengetahuan, kepercayaan,

peranan sosial, dan struktur sosialnya.masyarakat pesisir tidak mempunyai banyak cara

dalam mengatasi masalah yang hadir. Masalah kompleks yang dihadapi masyarakat

pesisir adalah kemiskinan, keterbatasan pengetahuan untuk pengelolaan sumberdaya

dan teknologi, serta peran aktif antara pihak luar dengan masyarakat pesisir sehingga
dapat menghidupkan kualitas dan keterampilan masyarakat pesisir tanpa melunturkkan

karakter budayanya.

Masyarakat pesisir masih tergolong perekonomian menengah kebawah,memang tidak

semua masyarakat pesisir yang mengalami kesusahan, untuk daerah bengkulu

masyarakat pesisir berada dalam perekonomian yang teramat sulit. 

kemiskinan masyarakat pesisir  disebabkan oleh persaingan antara nelayan trawl dan

nelayan tradisional serta  tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain

kebutuhan akan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, inftastruktur. 

Disamping itu, kurangnya kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi,

teknologi dan permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan

posisi tawar masyarakat miskin semakin lemah.  Masyarakat pesisir Bengkulu termasuk

dalam kemiskinan kultural karena kemiskinan terjadi berdasarkan faktor dan

budaya,untuk ke faktor eksternal  seperti hubungan antara patron klien bersifat amatris

tidak terlalu ketergantungan, hubungan antara patron klien saling mempengaruhi dan

adanya timbal balik.

Untuk pendapatan antara sesama nelayan tradisional relatif sama berbeda dengan

nelayan modern. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensi sehingga

untuk menyelesaikannya diperlukan sebuah solusi.


1. Ekosistem di laut

Ekosistem laut merupakan sistem akuatik yang terbesar di planet bumi. Lautan

menutupi lebih dari 80 persen belahan bumi selatan tetapi hanya menutupi 61

persen belahan bumi utara, dimana terdapat sebagian besar daratan bumi.

Indonesia sebagai Negara kepulauan terletak di antara Samudera Pasifik dan

Samudera Hindia dan mempunyai tatanan geografi yang rumit dilihat dari

topografi dasar lautnya. Dasar perairan Indonesia di beberapa tempat, terutama di

kawasan barat menunjukkan bentuk yang sederhana atau rata yang hampir

seragam, tetapi di tempat lain terutama kawasan timur menunjukkan bentuk-

bentuk yang lebih majemuk, tidak teratur dan rumit.

Proses pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia khususnya untuk ikan-

ikan karang saat ini banyak yang tidak sesuai dengan Code of Conduct for

Responsible Fisheries. Hal ini disebabkan oleh semakin bertambahnya kebutuhan

dan permintaan pasar untuk ikan-ikan karang serta persaingan yang semakin

meningkat. Keadaan tersebut menyebabkan nelayan melakukan kegiatan

eksploitasi terhadap ikan-ikan karang secara besar-besaran dengan menggunakan

berbagai cara yang tidak sesuai dengan kode etik perikanan yang bertanggung

jawab. Cara yang umumnya digunakan oleh nelayan adalah melakukan illegal

fishing yakni pemboman, pembiusan, serta penggunaan alat tangkap trawl. Semua

cara yang dilakukan oleh nelayan ini semata-mata hanya menguntungkan untuk

nelayan dan memberikan dampak kerusakan bagi ekosistem perairan khususnya


terumbu karang.

Dewasa ini dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, eksplorasi

dan eksploitasi terhadap laut oleh manusia sering menimbulkan kerusakan

lingkungan laut. Dalam hal ini kegiatan-kegiatan manusia kurang bersahabat

dengan lingkungan laut sehingga menyebabkan pencemaran yang berakibat

rusaknya air laut sehingga berdampak buruk pada biota laut. Oleh karena itu,

tindakan manusia yang merusak ini harus dikendalikan. Salah satu alat

pengendaliannya adalah “hukum” dalam hal ini hukum lingkungan

Laut perlu dilindungi serta di lestarikan seiring pemanfaatannya oleh manusia

sehingga pencemaran laut dapat dikurangi. Pencemaran laut dapat berasal dari

operasi kapal tanker, kecelakaan kapal tanker, scrapping kapal (pemotongan badan

kapal untuk menjadi besi tua), serta kebocoran minyak dan gas dilepas pantai.

Masalah pencemaran minyak di laut mulai mendapat perhatian yang serius dari

masyarakat Internasional pada tahun 1967. Pada waktu itu sebanyak 821.000 barel

minyak tumpah lagi di perairan Seven Stones Reef, Inggris akibat pecahnya kapal

tanker "Torrey Canyon". Pencemaran laut merupakan masalah yang cukup rawan,

akan tetapi seringkali terabaikan ketika kepentingan ekonomi lebih mendesak untuk di

kedepankan. Masalah pencemaran laut di perairan nusantara pernah

menghangat dengan terjadinya tabrakan antara tanker Nagasaki Spirit dan kapal

angkut Ocean Blessing di lepas pantai belawan, Sumatra Utara (1993), yang
mengakibatkan tumpahnya minyak dan mengotori perairan di sekitarnya.

2. Pencemaran laut

Pencemaran laut dapat didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia,

limbah industri, pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme

invasif (asing) ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya. Dalam

sebuah kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya berbentuk partikel

kecil yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar yang sebagian

besar adalah pengurai ataupun filter feeder (menyaring air). Dengan cara ini, racun

yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam rantai makanan, semakin panjang

rantai yang terkontaminasi kemungkinan semakin besar pula kadar racun yang

tersimpan. Pada banyak kasus lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini bereaksi

dengan oksigen menyebabkan perairan menjadi anoxic (suatu keadaan dimana

konsentrasi oksigen di dalam air menjadi tidak ada).

Pencemaran perairan laut berupa tumpahnya minyak atau oil spill seringkali

terjadi. Penyebabnya beragam, mulai dari kecelakaan kapal tanker, kegiatan

pengeboran minyak offshore (lepas pantai), docking (reparasi kapal secara

periodic termasuk pembersihan tangki kapal yang membuang minyak ke laut),

scrapping (kapal yang sudah tidak berfungsi dengan baik sehingga kapal dijadikan

besi tua dengan cara badan kapal dipotong-potong) dan sebagainya. Seringkali oil

spill disebabkan oleh kecelakaan tanker, biasanya kecelakaan terjadi karena ada
kebocoran lambung (terutama kapal-kapal yang masih ‘single hull’), kapal kandas,

terjadi ledakan atau kebakaran maupun kapal tabrakan. Pada sejumlah kasus,

tumpahnya minyak juga dapat disebabkan karena dangkalnya perairan, sementara

kapal dalam kondisi muatan penuh. Tumpahnya minyak juga dapat terjadi pada

saat kapal melakukan bongkar muat, baik di pelabuhan maupun di laut. Proses

bongkar muat ini sangat beresiko menimbulkan kecelakaan, seperti pipa pecah,

bocor maupun kesalahan yang dilakukan awak kapal. Namun sumber utama

pencemaran laut adalah berasal dari tumpahan minyak baik dari proses di kapal,

pengeboran lepas pantai maupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan

minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu menjadi fokus

perhatian dari masyarakat luas, karena akibatnya akan sangat cepat dirasakan oleh

masyarakat sekitar pantai dan sangat signifikan merusak makhluk hidup di sekitar

pantai tersebut. Akibat dari tumpahan minyak dari yang paling berat, berupa suatu

kematian yang langsung (direct lethal effect) terhadap organisme laut, sampai

kepada berbagai akibat yang tidak mematikan secara langsung (sub lethal effect)

yang seringkali baru dapat diketahui akibatnya setelah berlangsung beberapa saat

tertentu.

Pada dasarnya lingkungan memang mempunyai kemampuan untuk mengabsorbsi

limbah yang dibuang kedalamnya, namun kemampuaan tersebut pastilah sangat

terbatas, apabila jumlah dan kualitas limbah yang dibuang kedalam lingkungan
tersebut telah melampaui batas kemampuannya untuk mengabsorbsi maka

dikatakanlah lingkungan itu tercemar. Meskipun pada dasarnya minyak dapat

dipecahkan atau dapat dilarutkan oleh microba laut, tetapi kadar kemampuannya

berlainan menurut bentuk dan jumlah mikroorganisme itu sendiri, disamping

tergantung pada temperatur, arus, salinitas, corak dasar laut dan hal-hal lainnya.

Merupakan suatu kenyataan bahwa setiap bagian lingkungan hidup sebagai suatu

keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan. Setiap bagian lingkungan merupakan

bagian dari suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan dan satu sama lain,

membentuk satu kesatuan tempat hidup yang disebut lingkungan hidup.

Peristiwa pencemaran laut kerap terjadi di Indonesia akibat tumpahan minyak,

tabrakan kapal dengan terumbu karang, pembuangan air limbah yang mencemari

laut, dan masih banyak lagi. Peristiwa tersebut antara lain: kasus montara yang

sudah berlangsung selama 10 tahun, tumpahan minyak di Balikpapan yang terjadi

tahun 2018, dan tabrakan Kapal MV Caledonia Sky dengan terumbu karang di

Raja Ampat. Pencemaran-pencemaran tesebut tentu terdapat kerugian pencemaran

dan/atau kerusakan ekosistem pesisir dan laut dan menjadi hal yang penting untuk

menghitung kerugian pencemaraan tersebut. Peraturan yang mengatur terkait

perhitungan kerugian lingkungan hidup adalah PermenLH No. 7 Tahun 2014.

Sayangnya, PermenLH No. 7 Tahun 2014 terlalu bias darat.

PermenLH No. 7 Tahun 2014 memberikan formula perhitungan biaya pemulihan

dan kerugian ekosistem untuk beberapa komponen lingkungan hidup. Namun,


formula-formula perhitungan yang diberikan hanya terkait komponen lingkungan

hidup terrestrial (contoh: biaya revegetasi, biaya pembangunan reservoir, biaya

pendaur ulang unsur hara, biaya pengendalian erosi dan limpasan). Akibatnya,

perhitungan kerugian untuk pencemaran dan/atau kerusakan ekosistem pesisir dan

laut tetap menggunakan formula perhitungan untuk ekosistem terrestrial tersebut

sehingga gagal mencakup kerugian akibat keistimewaan karakteristik ekosistem

pesisir dan laut yang tercemar dan/atau rusak.

Ekosistem yang terdapat di wilayah pesisir sebenarnya ada banyak, yaitu

ekosistem mangrove, terumbu karang, padang lamun, atau lainnya seperti pantai

landau berpasir, pantai berbatu, atau estuari. Namun, ekosistem mangrove, padang

lamun, dan terumbu karang adalah ekosistem khas yang mempunyai peran

ekologis cukup besar pada kondisi pesisir secara umum. Kondisi atau tingkat

kualitas masing-masing ekosistem ini berperan dalam menggambarkan status atau

kondisi perairan pesisir secara keseluruhan. Maka perhitungan kerugian kerusakan

ekosistem pesisir dapat ditinjau dari kerusakan ekosistem mangrove, ekosistem

padang lamun, dan ekosistem terumbu karang sebagai representasi dari ekosistem

pesisir. Misalkan, kerugian karena hilangnya fungsi mangrove sebagai penahan

abrasi, kerugian karena hilangnya fungsi terumbu karang sebagai tempat

pemijahan dan perlindungan, atau kerugian karena hilangnya fungsi padang lamun

sebagai pelindung garis pantai. Sedangkan formula perhitungan yang disediakan


oleh PermenLH No. 7 Tahun 2014 seperti biaya revegetasi, biaya pembangunan

reservoir, biaya pendaur ulang unsur hara tentu saja tidak dapat dipersamakan

dengan kerugian karena hilangnya fungsi penahan abrasi, tempat pemijahan dan

perlindungan, dan lain-lain. Oleh karena itu, tidaklah tepat apabila perhitungan

kerugian pencemaran dan/atau kerusakan ekosistem pesisir dan laut menggunakan

formula-formula yang disediakan PermenLH No. 7 Tahun 2014.

Selain representasi ekosistem, perhitungan kerugian juga dapat dilakukan terhadap

representasi spesies-spesies yang hidup di laut. Spesies-spesies yang biasanya

diperhitungkan adalah burung, mamalia laut, reptile laut, dan ikan. PermenLH No.

7 Tahun 2014 juga menyediakan formula perhitungan untuk biaya pemulihan

biodiversity. Tetapi setiap spesies memiliki fungsi dan siklus reproduksi yang

berbeda-beda sehingga perhitungan kerugian seluruh spesies tidak dapat

disimplifikasi menjadi satu formula saja.

Untuk itu, yang seharusnya dilakukan adalah menyusun rencana pemulihan

terlebih dahulu. Rencana pemulihan dapat disusun oleh pelaku pencemar

kemudian mendapat persetujuan dari Pemerintah atau disusun Bersama-sama oleh

pelaku pencemar dan Pemerintah. Rencana pemulihan dapat berisi identifikasi

komponen lingkungan hidup yang rusak dan/atau tercemar, lokasi pemulihan,

jangka waktu pemulihan, biaya pemulihan, standard untuk suatu ekosistem

dikatakan pulih, dan mekanisme pengawasan. Rencana pemulihan dibutuhkan


karena setiap ekosistem menyediakan jasa ekosistem dengan kualitas dan nilai

yang berbeda-beda sehingga membutuhkan upaya pemulihan yang berbeda-beda

pula.[4] Perbedaan jasa tidak hanya antara ekosistem terrestrial dengan ekosistem

pesisir, tetapi juga antara ekosistem pesisir yang terletak di wilayah yang berbeda

Kasus kerusakan dan/atau pencemaran ekosistem pesisir yang baru selesai diusut

bulan April lalu adalah Kapal MV Lyric Poet dan Kapal MT Alex yang menabrak

terumbu karang. Keduanya diminta membayar ganti rugi sejumlah lebih dari

USD$ 2,5 juta kepada negara melalui KLHK. Nilai ganti rugi ini terdiri dari nilai

jasa ekosistem, biaya pemulihan, dan biaya verifikasi. Karena USD$ 2,5 juta

mencakup biaya pemulihan, maka upaya pemulihan sudah menjadi tanggung

jawab Pemerintah. Belum ada informasi lain yang dikeluarkan KLHK terkait

mekanisme perhitungan USD$ 2,5 juta tersebut dan apakah didasari atau rencana

pemulihan atau tidak. Untuk perhitungan kerugian kerusakan terumbu karang yang

komprehensif, USD$ 2,5 juta sebaiknya mencakup seluruh fungsi terumbu karang

di Bangka Belitung yang rusak dan didasari oleh rencana pemulihan yang

mencakup identifikasi komponen lingkungan hidup yang rusak dan/atau tercemar,

lokasi pemulihan, jangka waktu pemulihan, biaya pemulihan, standard untuk suatu

ekosistem dikatakan pulih, dan mekanisme pengawasan. Penentuan standard untuk

suatu ekosistem dikatakan pulih sangatlah penting untuk mencegah upaya

pemulihan sekadar formalitas saja. Upaya pemulihan hanya selesai setelah

standard tersebut terpenuhi. Selain melakukan upaya pemulihan, Pemerintah juga


bertanggung jawab melakukan pengawasan pasca pemulihan untuk memastikan

terumbu karang dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya dan mencegah

terjadinya kerusakan lagi. (Ohiongyi dan Vania).

Secara umum, dampak pencemaran laut dapat berpengaruh terhadap:

1. Organisme Laut, Adanya pencemaran akan berdampak terhadap penurunan

kualitas perairan, sehingga akan mengganggu berlangsungnya proses

biologi maupun fisiologi organisme laut. Dan dengan demikian akan

menyebabkan kematian yang pada akhirnya menurunkan populasi dan

keanekaragaman hayati.

2. Terhadap ekosistem laut, Masuknya sisa-sisa pupuk dan bahan pencemar

organik ke laut akan menyebabkan terjadinya “eutrofikasi’’ sehingga

terjadi peledakan populasi organisme tertentu. Hal ini akan mengakibatkan

terjadinya perubahan keseimbangan dalam ekosistem laut.

3. Manusia, Pencemaran oleh logam-logam berat seperti Hg (Merkuri) dan

Cd (Kadmium), dapat menyebabkan penyakit minimata seperti kasus di

Jepang yang menyebabkan kematian dan cacat tubuh.

4. Kegiatan pariwisata dan industri, Perusakan kawasan wisata bahari dan

ketersedian air untuk industri dan pertanian.


3. Lumpur Lapindo merusak ekosistem pesisir

kerusakan lingkungan di darat dan lautan akibat perbuatan manusia seperti

halnya peristiwa menyemburnya lumpur Lapindo yang menyebabkan kerusakan

ekosistem perairan terutama sungai Porong Sidoarjo karena kebijakan pemerintah

yang kurang mempertimbangkan kelestarian ekosistem akibat pembuangan lumpur

Lapindo secara langsung ke badan air yaitu sungai.

Pembuangan lumpur Lapindo ke laut tentu akan menimbulkan dampak

terhadap ekosistem air. Apabila terdapat bahan pencemar yang masuk ke aliran

sungai, maka akan membahayakan kehidupan biota, sumberdaya dan kenyamanan

ekosistem perairan di sepanjang aliran sungai dan laut . Pembuangan lumpur ke laut

tentu juga akan kesehatan masyarakat sekitar dan industri-industri kelautan seperti

budidaya tambak udang, ikan, dan produksi garam yang ada (Juniawan, 2013).

Berdasarkan hasil uji pendahuluan yang dilakukan oleh UNDAC (2006);

Juniawan (2013), lumpur Lapindo diketahui mengandung logam berat Pb sebesar

17,8 ppm. Apabila logam berat tersebut masuk ke dalam perairan dapat menyebabkan

pencemaran terhadap sungai, tanah dan organisme di sekitar aliran sungai. Sedangkan

berdasarkan uji pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti, lumpur Lapindo

diketahui mengandung logam berat Pb sebesar 2 ppm, yang jauh di atas ambang batas

menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Baku Mutu hasil

pemantauan kualitas air DAS yaitu 0,03 ppm.

Logam berat adalah semua jenis logam yang mempunyai berat jenis lebih dari

5 g/cm3. Logam berat tersebar ke permukaan bumi di tanah, air dan udara. Logam
berat tersebut dapat berbentuk senyawa organik, anorganik atau terikat dalam suatu

senyawa logam yang lebih berbahaya daripada keadaan murninya. Unsur kimia yang

termasuk ke dalam logam berat antara lain Hg, Pb, Cd, Cu, Mn, Ni, Cr, Mo dan lain-

lain (Fatriyah, 2007).

Timbal (Pb) termasuk salah satu golongan logam berat non-esensial yang

masuk ke dalam tubuh organisme hidup akan dapat bersifat racun. Timbal (Pb)

memiliki afinitas tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan

belerang dalam enzim sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Timbal (Pb)

dapat mencemari udara, air, tanah, tumbuhan, hewan, bahkan manusia karena Pb

bersifat karsinogenik (Juniawan, 2013).

Aliran lumpur Lapindo dengan kadar Pb yang besar dapat mempengaruhi

pertumbuhan dan kehidupan biota sehingga berpengaruh terhadap keseimbangan

rantai makanan, kelestarian fungsi sungai dan laut yang aliri oleh lumpur Lapindo.

Kandungan timbal pada aliran lumpur Lapindo akan berefek negatif terhadap biota air

seperti jenis makroinvertebrata, karena Pb merupakan logam beracun yang akan

mempengaruhi kualitas perairan (Parawita, 2009).

Jumlah logam berat dalam suatu lingkungan bisa berkurang atau bertambah,

hal ini tidak terlepas dari aktivitas manusia yang dapat mencemari lingkungan dan

akhirnya merugikan manusia itu sendiri. Allah telah menciptakan unsur logam berat

dengan kadar yang seimbang di alam.


Sebagai negara kepulauan, dengan panjang pantai 95.181 Km dan luas laut

6.159.032 Km2Indonesia menyimpan banyak potensi laut. Potensi laut yang

dimiliki Indonesia yaitu antara lain potensi perikanan, kekayaan pesisir alami,

kekayaan bioteknologi, kekayaan wisata bahari, serta potensi pengembangan

transportasi laut. Namun terdapat fakta menarik, yaitu produksi Indonesia lebih

sedikit dibandingkan dengan produksi di China. Dimana negara China hanya

memiliki panjang pantai 30.017 Km dan luas laut 2.287.969 Km2. Hal ini terjadi

karena beberapa faktor penyebab salah satunya yaitu kerusakan ekosistem pesisir.

Yang mana kerusakan ekosistem merupakan salah satu isu strategis yang sedang

dihadapi oleh Indonesia.

4. Sedot pasir laut ancam ekosistem laut

Salah satu kegiatan yang mengakibatkan kerusakan ekosistem pesisir yaitu

penambangan pasir. Menurut pakar Oseanografi Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr

Mahatma mengatakan ancaman abrasi akan terjadi jika tambang pasir terus

beroprasi. Selai itu menurut pakar Ekologi Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr

Syafiuddin Yusuf mengatakan, dengan beroprasinta tambang pasir akan mengancam

keberlangsungan laut, penurunan organisme, dan peningkatan kekeruhan. Selain

yang telah disebutkan oleh beberapa pakar, dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan

penembangan pasir yaitu terancamnya hasil laut.


Dampak dari kegiatan pertambangan pasir salah satunya yaitu abrasi, hal ini juga

akan mengancam ke permukiman warga dibibir pantai. Air laut datang tanpa

penghalang dan dengan mudahnya masuk ke permukiman warga di bibir pantai.

Hal ini juga diperparah dengan kerusakan hutan mangrove. Mengingat fungsi

ekologi dari mangrove itu sendiri yaitu sebagai penahan abrasi dan peredam

gelombang air laut, melindungi pantai dari badai dan taufan serta mencegah dan

mengurangi intrusi laut, memperkuat dan menstabilkan sedimen pantai, dan

mengurangi polusi udara dan air.

Kegiatan penambangan pasir juga mengancan hasil laut, riset Central of

Information and Development Studies (CIDES) Indonesia menyebutkan bahwa

pengerukan pasir laut berdampak besar bagi ekosistem dan ketahanan pangan.

Dampak bioekologi dari penambangan pasir yaitu kekeruhan, mematikan ikan,

dan menganggung proses pemijahan ikan dan biota lainnya.


II. ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Sering orang kurang membedakan antara pengertian ilmu pengetahuan dan

pengetahuan. Ilmu pengetahuan berasal dari bahasa Latin Scientea atau dalam bahasa

Inggrisnya science dan sudah dimasukkan dalam perbendaharaan kamus bahasa

Indonesia menjadi sains. Sementara pengetahuan secara harfiah dalam bahasa

Inggrisnya adalah knowledge. Adapun pengertian keduanya juga berbeda.

Ilmu pengetahuan (sains) merupakan pengetahuan yang bersifat metodis, sistematis, dan

logis serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sementara pengetahuan

(knowledge) adalah pemahaman akan suatu hal yang bersifat spontan tanpa perlu

pengamatan dan penelitian yang mendalam.

Semua ilmu pengetahuan menunjukkan langkah umum yang sama yang disebut metode

ilmiah. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan adalah suatu metode khusus yang telah

dikembangkan secara berangsur-angsur sepanjang abad untuk meningkatkan

pengetahuan kita mengenai dunia ini.

Pengetahuan merupakan produk dari kegiatan berpikir, sedangkan ilmu pengetahuan

adalah bagian dari pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri yang membedakan antara

ilmu dengan pengetahuan yang lain, yakni adanya proses tertentu yang dinamakan

metode keilmuan.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan


adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis berdasarkan suatu metode yang

logis dan dapat dipertanggungjawabkan dan diakui keberadaannya.

1. Riset maritim kurang perhatian, miskin data

hasil riset di bidang maritim dan kelautan masih kurang mendapat perhatian kalangan

dalam negeri. Padahal, tidak sedikit produk inovasi yang dihasilkan dari riset anak

bangsa telah dimanfaatkan pihak asing di luar negeri. Sekadar contoh, ikan patin

pasupati hasil pemuliaan dari Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Kementerian Kelautan

dan Perikanan (KKP) justru banyak dipasarkan di Vietnam. "Waktu itu kita kerja sama

penelitian yang dananya dibiayai Prancis. Sudah kita sebarkan ke masyarakat dan dunia

usaha, entah kenapa akhirnya berhenti," ujar Kepala Balai Penelitian Pemuliaan Ikan

KKP Bambang Gunadi di Jakarta, kemarin. Selain patin, hasil persilangan ikan nila

hitam nirwana betina dan ikan nila biru jantan yang disebut ikan nila srikandi berhasil

menembus penjualan tertinggi di pasar global lewat penanaman modal asing (PMA)

dari Norwegia. Sayangnya, pemasaran masih didominasi eksportir perusahaan asing.

2. Riset laut illegal marak

Meski potensi sumber daya perikanan Indonesia sangat melimpah, tetapi permasalahan

struktural masih menjadi kendala utama sehingga masyarakat pesisir belum dapat

disejahterakan dengan melimpahnya sumberdaya tersebut. Dilihat dari kontribusi

ekonominya terhadap Pendapatan Nasional, sektor kelautan dan perikanan pada tahun

2011 berkontribusi terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) relatif masih
terlampau kecil yaitu hanya sebesar 3,05% atau kalau dihitung dengan PDB non minyak

dan gas mencapai 3,33% (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2013). Salah satu

penyebab rendahnya sumbangan sektor kelautan, utamanya sub sector perikanan

tangkap adalah adanya praktek Illegal, Unregulated and Unreported Fishing (IUU

Fishing) yang dilakukan oleh nelayan-nelayan asing terhadap perairan Indonesia,

khususnya di kawasan perbatasan. Data dari Food and Agriculture Organization (FAO)

menunjukkan, bahwa kerugian dunia akan penangkapan ikan secara ilegal mencapai 11-

30 juta ton per tahun, dengan taksiran total kerugian sekitar US $ 10-23 miliar. Dari

jumlah itu, sekitar 30% kejahatan perikanan dunia berlangsung di perairan Indonesia.

Kalau berpijak dari taksiran kerugian yang menjadi ukuran FAO, maka potensi

penerimaan ikan yang hilang akibat penangkapan ilegal di Indonesia mencapai Rp 100

triliun.

Filipina, bahkan sepanjang tahun 2011 Pangkalan TNI Angkatan Laut Tahuna3 telah

menangkap sebanyak 146 Pumpboat asal Filipina dengan sitaan ikan tuna lebih dari 50

ton (Kompas, 6 Juni 2012). Diperkirakan jumlah kerugian negara akan lebih besar lagi

jika ditambah dengan kasus illegal, unregulated dan unreported fishing yang

tidak terungkap. Meskipun Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengesahkan

adanya pengawasan di daerah pesisir dan lautan serta telah merativikasi berbagai

kesepakatan untuk mencegah terjadinya berbagai aktivitas ilegal, tetapi kegiatan

penangkapan ikan ilegal masih marak terjadi di Indonesia, diantaranya terjadi di


Kepulauan Sangihe yang secara geografis terletak di kawasan perbatasan dengan

Filipina.

3.       Teknologi Akustik Kuak Rahasia Dasar Laut

Hasil penelitian Prof Indra Jaya, Guru Besar FPIK-IPB Bogor mengungkapkan

bahwa dari ketinggian ribuan kilometer di atas permukaan bumi, dengan bantuan satelit,

kita dapat memotret kepulauan Indonesia dan dapat segera terlihat bahwa 70 persen per-

mukaan kepulauan tersebut merupakan bentangan laut.  Demikian dominannya laut

dalam konstalasi geografi Indonesia sehingga bentang kepulauan Indonesia yang luas

ini merupakan sebuah benua maritim. Namun laut bukan suatu bidang datar melainkan

ruang 3-dimensi yang kompleks, dengan dimensi vertikal (kedalaman) bervariasi dari

perairan dangkal dengan kedalam perairan beberapa meter ke perairan laut dalam

dengan kedalaman ratusan bahkan ribuan meter. Penetrasi energi cahaya matahari hanya

dapat menjangkau “lapisan kulit permukaan” dari laut saja; demikian pula energi yang

dipancarkan dari satelit untuk memotret laut hanya dapat menembus sebagian kecil dari

kedalaman laut.Dengan demikian, sebagian besar merupakan laut kita merupakan ruang

yang gelap gulita.

Untuk mengetahui obyek apa saja yang ada atau proses apa saja yang terjadi di

laut, dari permukaan sampai ke dasar laut, digunakan teknologi akustik bawah air.

Melalui teknologi ini dapat di ketahui obyek apa saja yang ada (misalnya ikan, mamalia

laut, vegetasi bawah air, deposit mineral di dasar laut), berapa jumlahnya,

kepadatannya, pada kedalaman berapa. Demikian pula dengan proses yang ada dalam
laut, misalnya pergerakan massa air (arus), besar dan arah kecepatan arus dari waktu ke

waktu dapat dipantau dan diketahui dengan bantuan teknologi akustik.

4. Transplantasi karang

Transplantasi Terumbu Karang merupakan salah satu upaya rehabilitasi terumbu karang

yang semakin terdegradasi melalui pencangkokan atau pemotongan karang hidup yang

selanjutnya ditanam di tempat lain yang mengalami kerusakan atau menciptakan habitat

baru. Teknik ini semakin populer baik di pihak pemerintah (KKP-red) maupun di

kalangan masyarakat.

Transplantasi karang dapat dilakukan untuk berbagai tujuan yaitu : (1). Untuk

pemulihan kembali terumbu karang yang telah rusak; (2).Untuk pemanfaatan terumbu

karangsecara lestari (perdagangan karang hias); (3).Untuk perluasan Terumbu Karang;

(4). Untuk tujuan pariwisata;(5). Untuk meningkatkan kepedulian masyarakat akan

statusterumbu karang; (6). Untuk tujuan perikanan; (7). Terumbu karang buatan; (8.)

Untuk tujuan penelitian. Tercatat hampir seluruh dinas perikanan kota maupun provinsi

di Indonesia yang memiliki kawasan terumbu karang dan mulai rusak mempunyai

program rehabilitasi karang melalui teknik transplantasi karang.

Seiring dengan perjalanan di lapangan, telah muncul beberapa persepsi yang cenderung

salah kaprah mengenai teknik transplantasi karang tersebut. Program rehabilitasi yang

tidak didukung dengan sosialisasi mengenai pentingnya terumbu karang membuat

program rehabilitasi ini diartikan sebagai salah satu cara yang paling efektif atau bahkan
sebagai satu-satunya cara yang efektif untuk merehabilitasi karang. Sehingga teknik ini

menjadi populer dan muncul persepsi di masyarakat bahwa jika terumbukarang mulai

rusak maka saatnya dilakukan transplantasi karang. Beberapa kasus terjadi ketika

nelayan sadar bahwa tangkapan ikan karangnya mulai menurun, dan mereka

menganggap bahwa transplantasi karang dapat mengembalikan stok ikan karang dengan

cepat. Di sisi lain praktik perikanan yang tidak lestari masih terus berlangsung. Padahal

kegiatan tersebut merupakan faktor utama yang menyebabkan kerusakan karang yang

pada akhirnya stok ikan karang pun menurun. Sehingga usaha-usaha perlindungan

kawasan menjadi pilihan yang tidak populer dan menurut mereka cenderung merugikan

karena adanya pembatasan mengenai penggunaan alat tangkap maupun pembatasan

fishing ground.

1. Pemulihan Terumbu Karang yang Telah Rusak.

Transplantasi karang dengan tujuan pemulihan terumbu karang yang telah rusak

dilakukan dengan memindahkan potongan karang hidup dari terumbu karang yang

kondisinya masih baik ke lokasi terumbu karang telah rusak. Teknik dan prosedurnya

sebagai berikut: (1) Lokasi pengambilan bibit di sekitar terumbu karang yang telah

rusak (tidak boleh jauh dari lokasi penanaman) dengan kondisi terumbu karang yang

masih baik. (2) Antara lokasi pengambilan bibit dengan lokasi terumbu karang yang

telah rusak mempunyai kondisi lingkungan (kedalaman dan keadaan arus) yang mirip.

(3) Pengambilan bibit dilakukan dengan memotong cabang karang induk di tempat, dan

tidak melakukan pemotongan koloni karang induk yang letaknya saling berdekatan
untuk menghindari kerusakan ekosistem secara menyolok. (4) Transportasi bibit dari

lokasi pengambilan bibit dengan lokasi transplantasi tidak lebih dari satu jam

III. STRATEGI MARITIM

Strategi maritim sangat erat hubungannya dengan keamanan maritim.

Keamanan maritim adalah keamanan yang lebih kombinatif preventif dan responsif

yang terukur untuk melindungi seluruh elemen domain maritim terhadap

pengancamnya dari setiap tindakan yang tidak didasari dengan regulasi yang sah,

atau bisa juga didefinisikan sebagai kegiatan internasional, interagensi,

interoperability, baik oleh sipil maupun militer untuk memitigasi risiko serta

melawan kegiatan ilegal dan ancaman dalam ruang domain maritim. Masalah

keamanan maritim yang akan dihadapi ke depan masih akan berkisar pada sea

robbery and piracy, illegal fishing, transnational threat, illicit trafficking in weapon of

mass destruction and related materials, pelanggaran wilayah, lalu lintas di laut

yang terkait dengan gerakan separatis dan sangat mungkin ancaman maritime

terrorism. Diperkirakan pula bahwa ancaman tersebut akan semakin meningkat

yang diukur dari intensitas, penggunaan teknologi maju, dan pengembangan

modus operandi.

Aspek – aspek yang mendukung pembangunan maritim antara lain : Aspek

Kehidupan sosial dan budaya, Aspek Ekonomi, Aspek pertahanan dan keamanan,

dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Untuk mengoptimalkan aspek ekonomi dari

sumber daya maritim, armada nasional harus mampu mengangkut 100 persen.
Peranan armada nasional dalam angkatan laut internasional, baik ekspor maupun

impor harus lebih dominan. Pelabuhan nasional harus tertata secara konseptual

tentang pelabuhan utama ekspor – impor dan pengumpan. Selain itu, keamanan

dan efisiensi pelabuhan sudah tidak diragukan lagi, terutama bila dihadapkan pada

pemenuhan persyaratan International Ship and Port Safety (ISPS) Code. Tentunya

untuk mengoptimalkan aspek ini harus didukung oleh SDM yang berkualitas,

teknologi yang memadai, serta pengembangan dengan memanfaatkan data – data

dari strategi maritim adalah penangkalan, baik

konvensional maupun strategis. untuk menciptakan penangkalan itu, means – nya

adalah a three – dimensional, versatile, manned by our skilled human resources.

Dalam penyusunan strategi maritim di Indonesia sebagai poros maritim

dunia hendaknya mengandung hal – hal sebagai berikut :

- Sejarah kemaritiman yang up to date, yaitu menggambarkan tentang implikasi

sejarah maritim yang ada di Indonesia mulai dari evolusi penjajahan oleh

Belanda sampai dengan beberapa operasi yang telah dilaksanakan oleh TNI AL.

- Menjelaskan tentang geopolitik dan konstelasi kawasan Indonesia.

- Menjelaskan tentang perdagangan maritim dan security of energy.

- Menjelaskan dan membahas tentang Maritime Domain Awareness dengan

permasalahan – permasalahan perbatasan dengan negara tetangga baik batas

laut maupun batas darat.

- Menjelaskan tentang penggunaan strategi di masa damai.


- Menjelaskan tentang penggunaan strategi kekuatan di masa konflik.

- Menjelaskan strategi pembangunan kekuatan

1. Aspek sosial dan budaya

Aspek sosial adalah segala meliputi hasil aktivitas hubungan manusia dengan alam

disekitarnya aspek sosial meliputi faktor ekonomi, budaya, dan politik.

budaya maritim dapat kita pahami sebagai keseluruhan gagasan yang mampu

menghasilkan tindakan dan perilaku yang menjadi milik suatu kolektif yang tinggal dan

hidup dekat dengan laut.

2. Aspek ekonomi

Secara sederhana, ekonomi maritim adalah seluruh kegiatan ekonomi di pesisir laut, dan

wilayah sekitar laut. Beberapa kegiatan ekonomi maritim adalah mencakup transportasi

laut, industri galangan kapal dan perawatannya, pembangunan dan pengoperasian

pelabuhan beserta industri dan jasa terkait.

3. Aspek pertahanan dan keamanan

pertahanan keamanan adalah tempat yang sering di datangi penyusup dari

luar negeri disana lah perbatasan antara negara dan banyak kemungkinan penjahat yang

menyusupkan barang lewat jalur laut. Diplomasi pertahanan maritim juga dapat

diartikan sebagai optimalisasi kekuatan armada patroli maritim untuk mencapai tujuan

politik luar negeri Indonesia terkait lingkungan strategis maritimnya.


4. Kebijakan pembangunan berbasis maritim

Laut Indonesia sangat dikenal dengan kekayaannya yang melimpah ruah. Hasil laut

yang kaya ini bisa dimanfaatkan untuk membangun Indonesia, khususnya dalam

pembangunan berbasis keluatan. Peran pemerintah dan masyarakat Indonesia sangat

diperlukan dalam pembangunan ini. Agar pembangunan berbasis kelautan bisa berjalan

sebaik mungkin, Pemerintah Indonesia memiliki berbagai kebijakan yang harapannya

bisa diterapkan. Mengutip dari situs Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, visi

kelautan Indonesia ialah mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Artinya

Indonesia menjadi negara maritim yang berdaulat, maju, mandiri, kuat dan memberi

kontribusi positif untuk keamanan serta perdamaian. Agar bisa mewujudkannya, ada

beberapa kebijakan yang dibuat dan diterapkan Pemerintah Indonesia, yakni:

Pengelolaan sumber daya kelautan dan pengembangan sumber daya manusia Menurut

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia dalam buku

Kebijakan Kelautan Indonesia (2017), kebijakan ini mendorong pemanfaatan dan

pengolahan sumber daya laut secara optimal dan berkelanjutan.

Sedangkan pengembangan SDM bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan

SDM di bidang kelautan, agar lebih profesional dan mampu mengedepankan

kepentingan nasional, berdedikasi serta beretika. Tata kelola dan kelembagaan laut

Kebijakan ini bertujuan untuk menciptakan sistem tata kelola kelautan nasional yang

lebih efektif dan efisien. Dalam penerapannya, kebijakan ini diselaraskan dengan
berbagai peraturan perundangan di tingkat nasional serta internasional. Ekonomi dan

infrastruktur kelautan dan peningkatan kesejahteraan Kebijakan ekonomi kelautan

artinya menjadikan perairan laut sebagai dasar untuk membangun laut Indonesia.

Sedangkan infrastruktur kelautan berarti pemerintah membangun serta mengembangkan

infrastruktur kelautan Indonesia. Pengelolaan ruang laut dan perlindungan lingkungan

laut Kebijakan pengelolaan ruang laut bertujuan untuk melindungi sumber daya serta

lingkungan laut serta memanfaatkan sumber daya laut, termasuk pengembangan

kawasan pesisir menjadi kegiatan produksi, distribusi dan jasa. Sedangkan untuk

kebijakan perlindungan laut memiliki tujuan utama untuk melestarikan sumber daya

kelautan. Hal ini termasuk pencegahan pencemaran serta kerusakan lingkungan laut

Indonesia.

Budaya bahari Budaya bahari memiliki tujuan untuk memberikan pemahaman secara

menyeluruh, khususnya tentang optimalisasi pembangunan kelautan Indonesia. Budaya

bahari berperan penting dalam pembangunan berorientasi kelautan.


DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompas.com/skola/read/2021/05/31/134507569/5-kebijakan-pemerintah-

dalam-pembangunan-berbasis-kelautan#google_vignette

https://lexikan.id/news/mengenal-ekosistem-laut

http://etheses.uin-malang.ac.id/490/4/10620106%20Bab%201.pdf

https://www.merdeka.com/jabar/pengertian-ilmu-pengetahuan-dan-teknologi-berikut-

penjelasannya-kln.html

https://mediaindonesia.com/humaniora/80735/riset-maritim-kurang-diperhatikan

https://www.google.com/search?client=firefox-b-d&q=riset+laut+ilegal+marak

https://jurnalekonomi.lipi.go.id/JEP/article/download/277/105/

http://ulmilmukelautan.blogspot.com/2017/10/sejarah-dan-perkembangan-

teknologi.html

http://www.bpsdmkp.kkp.go.id/index.php/detail/

mengenal_transplantasi_terumbu_karang#sthash.fdjCCPk4.dpbs

https://www.researchgate.net/publication/325072368_Strategi_Maritim_Indonesia

https://brainly.co.id/tugas/35551350

https://www.google.com/search?

client=firefoxd&q=aspek+pertahanan+dan+keamanan+maritim

Anda mungkin juga menyukai