Anda di halaman 1dari 11

Makalah Sosial Budaya Maritim

PENGEMBANGAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR


BERBASIS MANAJEMEN SUMBER DAYA PERIKANAN
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas final mata kuliah wawasan
sosial budaya maritim
Dosen Pengampun : Varis F Saduan, S. S., M.Si.

Disusun oleh:
NURHALISA OKTAVIANI
G061221045

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur selalu dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa.
Berkat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu. Makalah berjudul Peningkatan Perekonomian Masyarakat Maritim
disusun untuk memenuhi tugas final mata kuliah wawasan sosial budaya
maritim.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
guna penyempurnaan makalah ini pada masa yang akan datang.

Makassar, 21 November 2022

NURHALISA OKTAVIANI

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..........................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................2
C. Tujuan ...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi Masyarakat Pesisir ..............................................................................3
2. Karakter masyarakat Pesisir ..............................................................................3
3. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan .................................................................4
4. Teknologi dan Cara Dalam Pengakapan Ikan ..................................................5
BAB III PENUTUP
D. Kesimpulan .......................................................................................................7
E. Saran..................................................................................................................7
Daftar Pustaka ..........................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari sekitar 17.504
pulau dengan panjang garis pantai kurang lebih 81.000 km. Di sepanjang garis
pantai ini terdapat berbagai potensi sumber daya alam seperti perikanan,
perkebunan, pertambangan dsb. Potensi-potensi tersebut perlu dikelola secara
terpadu agar dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Wilayah pesisir secara
ekologis merupakan daerah pertemuan antara ekosistem darat dan laut. Ke arah
darat meliputi bagian tanah, baik yang kering maupun yang terendam air laut, dan
masih dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik laut seperti pasang surut, ombak dan
gelombang serta perembesan air laut.

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan(KKP


), mencanangkan program agar Indonesia mampu menjadi produsen ikan terbesar
didunia. Pencanangan sebagai produsen terbesar di dunia ini mengharuskan
Indonesia untuk segera memacu produksi perikanannya hingga lebih dari 16 juta
ton per tahun. Hal ini tentu bukan persoalan yang mudah, mengingat pencapaian
produksi perikanan Indonesia saat ini masih sekitar 10,83 juta ton per tahun. Potensi
lestari perikanan laut Indonesia terhitung sebesar 6,4 juta ton per tahun, sedangkan
jumlah tangkapan yang diperbolehkan adalah sebesar 5,12 juta ton per tahun (80%
dari potensi lestari). Saat ini, Indonesia baru mampu memanfaatkan potensi
tangkapan tersebut sebesar 4,3 juta ton atau sekitar 83,98 persen dari jumlah
tangkapan ikan yang diperbolehkan. Namun demikian, terdapat
potensi penangkapan illegal yang dilakukan oleh nelayan asing serta penangkapan
yang tidak dilaporkan kepada lembaga yang ber+enang sebesar 1,5 juta ton per
tahun, sehingga bilamana ini ditambahkan dengan pemanfaatan aktual, maka
sesungguhnya perikanan lautIndonesia telah memasuki kriteria kelebihan
penangkapan.
Pesatnya perkembangan wilayah pesisir dan sumberdaya laut di Indonesia
pada posisi strategis akan menghasilkan keuntungan ekonomi berupa devisa hasil
ekspor. Kontribusi yang demikian akan terus berlangsung, apalagi terdapat berbagai
aktivitas masyarakat yang tidak sesuai dengan kemampuan dan daya dukung
lingkungan, seperti kegiatan perikanan tangkap, budidaya perikanan, dan industri
pariwisata yang berbagai aktivitasnya hanya mengejar keuntungan ekonomi semata.
Berbagai upaya pemanfaatan harus dilakukan secara terencana dan tepat, agar dapat
memberikan manfaat bagi kesejahteraan terutama terakomodasinya kesejahteraan
masyarakat pesisi

1
Usaha meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat dengan implikasi
menaikkan pendapatan per kapita yang terus berlangsung dalam jangka panjang.
Ketiga, perbaikan dan atau penataan sistem kelembagaan di berbagai bidang
(ekonomi, sosial, hukum, politik, budaya, dan lain-lain) terutama dari aspek
perbaikan organisasi dan regulasi. Dengan demikian pembangunan ekonomi di
wilayah pesisir harus dipandang sebagai suatu mekanisme di mana saling
keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya pembangunan ekonomi di daerah tersebut.
Pengelolaan sumberdaya perikanan (fisheries management) merupakan
upaya penting dalam menjaga kesinambungan sumberdaya (sustainability). Hal ini
dimaksudkan agar tidak hanya generasi sekarang yang dapat menikmati kekayaan
sumberdaya, tetapi juga generasi mendatang. Karakteristik sumberdaya alam yang
bersifat terbuka (oppen acces), karakteristik wiiayah yang berupa lautan, dan
karakteristik masyarakat yang berada pada berbagai level sosial-ekonomi
membutuhkan pengelolaan yang relatif lebih rumitdan kompleks, dibandingkan
dengan pengelolaan sumberdaya alam lainnya. Indonesia dengan wiiayah laut yang
luas, atau lebih khusus lagi adalah daerah-daerah yang berkarakteristik kepulauan
harus mampu menciptakan pengelolaan sumberdaya laut yang tepat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masyarakat pesisir?
2. Bagaimana karakteristik dari masyarakat pesisir?
3. Bagaimana cara pengelolaan sumberdaya perikanan?
4. Bagaimana Teknologi dan Cara Dalam Pengakapan Ikan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu masyarakat pesisir
2. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik dari masyarakat pesisir
3. Untuk mengetahui bagaimana cara pengelolaan sumberdaya perikanan
4. Untuk mengetahui bagaimana teknologi dan cara dalam penangkapan ikan

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir secara harafiah diartikan sebagai masyarakat yang berdomisili
di Wilayah pesisir. Namun pemahaman dalam konteks pengembangan masyarakat
(community development), “nomenklatur” masyarakat pesisir dipadankan dengan
kelompok masyarakat yang berdomisili di Wilayah pesisir yang hidupnya masih
“tertinggal” (e.g. nelayan, pembudidaya ikan, buruh pelabuhan, dsb) dibandingkan
dengan kelompok masyarakat pesisir lainnya (e.g. pedagang, pengusaha perhotelan,
dsb) yang lebih sejahtera. Kebijakan sosial ekonomi (pendidikan, kesehatan,
ekonomi, infrastruktur, kelembagaan) dalam pengembangan masyarakat pesisir
yang “tertinggal” tersebut perlu ditinjau kembali (revisited ) dan direkayasa ulang
(re-engineering ) mengingat perbaikan kehidupannya sangat lambat khususnya
nelayan yang sebagian besar masuk kategori miskin dari kelompok yang paling
miskin (poor of the poorest) (Kusumastanto, 2010).
Definisi lain dari Masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang bertempat
tinggal di daerah pantai yang sebagian besar merupakan nelayan memiliki
karakteristik yang berbeda dengan masyarakat lainnya. Perbedaan ini dikarenakan
keterkaitan erat dengan karakteristik ekonomi wilayah, latar belakang budaya dan
ketersediaan sarana dan prasarana penunjang. Pada umumnya masyarakat pesisir
memiliki budaya yang berorientasi selaras dengan alam sehingga teknologi
memanfaatkan sumberdaya alam adalah teknologi adaptif dengan kondisi pesisir.
Masyarakat pesisir pada umumnya adalah berprofesi sebagai nelayan, di
mana nelayan didalam ensiklopedia Indonesia digolongkan sebagai pekerja, yaitu
orang yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung sebagai mata pencahariannya (1983). Arti nelayan
dalam buku statistik perikanan Indonesia disebutkan nelayan adalah orang yang
secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikan/binatang air
lainnya/tanaman air (1995).

2. Karakter Masyarakat Pesisir


Masyarakat pesisir memiliki karakteristik yang plural (merupakan akulturasi buda
ya perkotaan dan pedesaan dari berbagai wilayah). Ada beberapa karakteristik ma
syarakat pesisir yaitu :
1. Budaya yang terbuka
2. Sumber kehidupannya tergantung pada sumberdaya alam
3. Aktivitas ekonominya sangat dipengaruhi oleh cuaca dan musim

3
4. Struktur masyarakat yang masih sederhana dan belum banyak dimasuki oleh
pihak luar. Hal ini dikarenakan baik budaya, tatanan hidup, dan kegiatan
masyarakat relatif homogen dan maasing-masing individu merasa
mempunyai kepentingan yang sama dan tanggung jawab dalam
melaksanakan dan mengawasi hukum yang sudah disepakati bersama.
5. Peran pasar sangat menentukan dalam berkembangnya aktivitas
masyarakat.
Sebagai ilustrasi : masyarakat pesisir yang sebagian besar berprofesi sebagai
nelayan, sangat tergantung dari kondisi lingkungan laut yang sangat rentan dari
kerusakan,seperti penghancuran terumbu karang (coral reef ), mangrove, serta pad
ang lamun(seagrass), pencemaran, maupun bencana laut. Masyarakat pesisir
sering disebut sebagai masyarakat miskin, jika dilihat dari tingkat perekonomian.
Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang relatif berada dalam tingkat
kesejahteraan rendah, maka dalam jangka panjang tekanan terhadap sumberdaya
pesisir akan semakin besar guna pemenuhan kebutuhan masyarakat.

3. Pengelolaan Sumber Daya Perikanan


Pengelolaan sumberdaya perikanan tidak hanya bertumpu pada pemerintah sebagai
pelaksana, akan tetapi perlu Asas pendekatan pembangunan yang berpusat pada
rakyat, dengan melibatkan dan menempatkan masyarakat sebagai subyek dalam
pembangunan. Inisiatif dan kreativitas masyarakat dijadikan energi pembangunan
untuk kemandirian masyarakat. Dalam konteks tersebut, mengikut sertakan
masyarakat melalui pemberdayaan kelompok masyarakat merupakan cara untuk
menggerakkan perekonomian yang didudukkan sebagai salah satu strategi yang
potensial dalam pembangunan yang berpusat pada rakyat. Pengelolaan sumberdaya
laut berarti memberikan perhatian khusus terhadap upaya peningkatan usaha sektor
perikanan yaitu dengan mencurahkan segala kemampuan terhadap langkah-langkah
strategis yang diarahkan secara langsung pada perluasan akses masyarakat terhadap
sumberdaya pembangunan disertai dengan penciptaan peluang-peluang bagi
masyarakat lapisan bawah untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan
ekonominya sehingga mampu mengatasi kondisi keterbelakangan dan kemiskinan.
Berdasarkan hal tersebut untuk menggali berbagai informasi dan aspirasi
dari berbagai pihak berkepentingan tentang potensi, masalah dan kebutuhan
masyarakat berkaitan dengan penanggulangan, konflik dan kemiskinan melalui
pengelolaan sumberdaya perikanan, dilakukan pertemuan dalam bentuk diskusi
dengan mengikutsertakan unsur aparat desa (kepala desa dan BPD), tokoh
masyarakat, dan masyarakat. Adapun dalam pengelolaan sumberdaya perikanan
dan cara pengangkapannya sebagai berikut :

4
1. Batas wilayah penangkapan yang belum terdefinisi. Batas wilayah ini sangat
penting terutama untuk mengatasi konflik apabila budaya tangkap semakin maju
dan modern, dan agar nelayan bisa mengetahui secara jelas area lokasi penangkapan,
serta bisa menjaga perairan secara bersama jika ada kapal penangkap asing yang
masuk ke batas wilayah tangkapan.
2. Pada perikanan tunggal atau jamak, nelayan menggunakan jenis alat tangkap
yang beragam yaitu gill net nylon dan plastik, bubu/pancing, papayang, pukat
cincin, jaring insang, bagan perahu rakit, long line, pancing lain/rawai dan lainnya.
Alat tangkap yang digunakan diketiga lokasi studi cenderung sama.
3. Pada perikanan industri atau artisan (buatan), nelayan menggunakan tipe kapal
yang beragam berupa kapal motor 0-5 gt, kapal motor lebih 0-5 gt, namun ada
nelayan yang menggunakan sampan tanpa mesin. Struktur alat tangkap dihitung
dalam satuan ton. Di Kecamatan Sungai Kunyit hasil tangkapan berjumlah 206,2
ton, di Kecamatan Mempawah Hilir hasil tangkapan berjumlah 26.268,65 ton, dan
di Kecamatan Mempawah Timur hasil tangkapan berjumlah 1.214 ton. Hasil
tangkapan akan menambah nilai ekonomi jika ada industri cool storage dan industri
pengalengan ikan. Sifat industri perikanan berpeluang melalui budi daya tambak,
sebab ketiga lokasi studi yaitu Kecamatan Sungai Kunyit luas areal tambak 79 Ha,
di Kecamatan Mempawah Hilir areal tambak seluas 194 Ha, dan Kecamatan
Mempawah Timur luas areal tambak 86 Ha.

4. Teknologi dan Cara Dalam Pengakapan Ikan


Teknologi di Kecamatan Sungai Kunyit, Kecamatan Mempawah Hilir, dan
Kecamatan Mempawah Timur adalah sebagai berikut;
1. Tingkat teknologi untuk alat kapal dan alat tangkap tidak memadai. Selama ini
atau dalam 7 tahun terakhir nelayan masih menggunakan teknologi lama yaitu
perahu bermotor yang kebanyakan belum dilengkapi dengan sonar. Di
Kecamatan Sungai Kunyit terdapat 222 kapal motor yang mencakup 73 perahu
tempel, 75 kapal motor (0-5 Gt), 76 kapal motor ( > 0-5 Gt). Di Kecamatan
Mempawah Hilir terdapat 299 kapal motor yang mencakup 244 perahu tempel,
39 kapal motor (0-5 Gt), 14 kapal motor ( > 0-5 Gt). Di Kecamatan mempawah
Timur terdapat 461 kapal motor yang mencakup 176 perahu tempel, 118 kapal
motor (0-5 Gt), 167 kapal motor ( > 0-5 Gt). Teknologi untuk penangan ikan
lebih mengandalkan ruang pendingin yang diberi es balok.
2. Kegiatan atau pola penangkapan ikan cenderung dilakukan secara musiman
yaitu berkisar antara 1- 4 minggu. Penangkapan ikan masih dilakukan di lokasi
atau perairan tertentu yaitu di antara pulau-pula, sebab selain tingkat teknologi

5
kapal yang belum memadai juga keterbatasan nelayan dalam batasbatas
penangkapan.
3. Pada umumnya nelayan tidak melakukan penangkapan di lepas pantai
disebabkan teknologi penangkapan. Keterbatasan pengetahuan dan teknologi ini
bisa menjadi sumber potensi kerusakan biota laut.

6
BAB III
PENUTUP
D. KESIMPULAN
Pesatnya perkembangan wilayah pesisir dan sumberdaya laut di Indonesia pada
posisi strategis akan menghasilkan keuntungan ekonomi berupa devisa hasil ekspor.
Kontribusi yang demikian akan terus berlangsung, apalagi terdapat berbagai
aktivitas masyarakat yang tidak sesuai dengan kemampuan dan daya dukung
lingkungan, seperti kegiatan perikanan tangkap, budidaya perikanan, dan industri
pariwisata yang berbagai aktivitasnya hanya mengejar keuntungan ekonomi semata.
Berbagai upaya pemanfaatan harus dilakukan secara terencana dan tepat, agar dapat
memberikan manfaat bagi kesejahteraan terutama terakomodasinya kesejahteraan
masyarakat pesisir.
Dapat dilihat bahwa ada beberapa aspek sosial ekonomi pemegang
kepentingan sangat pada umumnya tergantung dengan perikanan sebagai sumber
utama mencari nafkah. Pemberdayaan masyarakat pesisir khususnya di Kecamatan
Mempawah Timur, berpotensi untuk diteruskan dan dikembangkan dengan alasan
bahwa adanya keseragaman pemanfaatan sumberdaya, tingginya harapan dan
motivasi nelayan untuk tetap mencari ikan sebagai satusatunya sumber ekonomi
dalam meningkatkan pendapatan. Sikap positif dan pro aktif nelayan, baik dalam
bekerja sama dengan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pontianak, maupun
terhadap pihak luar.
Keberhasilan pengelolaan dengan model co-management ini sangat
dipengaruhi oleh kemauan pemerintah untuk mendesentralisasikan tanggung jawab
dan wewenang dalam pengelolaan kepada nelayan dan stakeholder lainnya. Oleh
karena co-management membutuhkan dukungan secara legal maupun finansial
seperti formulasi kebijakan yang mendukung ke arah Co-management,
mengijinkan dan mendukung nelayan dan masyarakat pesisir untuk mengelola dan
melakukan restrukturisasi peran para pelaku pengelolaan perikanan

E. SARAN
Kebijakan pembangunan perlu memberikan keberpihakan kepada masyarakat
pesisir agar kelompok masyarakat yang selama ini kurang diperhatikan dapat
segera mengejar ketertinggalan dari kelompok masyarakat lainnnya sehingga
tujuan pembangunan untuk mencapai kesejahteraan yang adil bagi segenap bangsa
Indonesia dapat diwujudkan.

7
DAFTAR PUSTAKA
Abim, Nurhuda. 2017 . Peningkatan Ekonomi Masyarakat Pesisir Melalui
Pemanfaatan Pengelolaan Ikan di Laut Indonesia. Kompasiana :
https://www.kompasiana.com/abimnyp/peningkatan-ekonomi-masyarakat-
pesisir-melalui-pemanfaatan-pengelolaan-ikan-di-laut-
indonesia_5a00bba1ade2e169c46714b2
Amrizal, Zulkarnain. STRATEGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR
BERBASIS MASYARAKAT DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR.
Repository
https://repository.unri.ac.id/bitstream/handle/123456789/488/amrizal1.PDF;
jsessionid=FD53EB059A81AB4395C590DEFACF8A47?sequence=1
Kusumastanto, T. 2003. Oncean Policy dalam Membangun Negeri di Era Otonomi
Daerah. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Kusumastanto, T. 2007. Pengelolaan Sumber Daya perikanan dalam Rangka
Pengembangan Ekonomi Masyarakat Secara Lestari. PKSPL IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai