Anda di halaman 1dari 6

Sepulang sekolah seperti biasa aku dan Aco menuju ke pasar untuk

membantu emma menjual Kue-kue hasil buatannya. Namun kali ini berbeda karena
aku dan Aco tidak menggunakan Motor melainkan jalan kaki, disebabkan motor
kesayangan Aco sedang masa perbaikan di bengkel. Ditengah perjalanan menuju ke
pasar tiba-tiba Aco menunjuk kearah salah satu rumah yang terdapat banyak siswa
laki-lakii dengan seragam yang sama kukenakan.

“ eh..Ita liat I itu e , bukan ga Baso itu “ tunjuknya mengarah ke laki-laki yang iya
duga sebagai Baso.

“ iya kah..manai “ ucapku berusaha memfokuskan pandanganku kearah yang


ditunjuknya.

“ itu di bawah rumahnya orang. Masih merokok I Baso? Kukira to mi berhenti”

“ Ha…!” ucapku kaget.

“ kenapa masih merokok I itu anak. Nda jerah kah sudah mi dimarahi sama Etta”

Setelah berucap seperti itu aku bergegas menuju ketempat Baso saat ini.
Sesampainya disana aku langsung merebut paksa rokok yang tengah ia hisab dan
menginjaknya hingga tak terbentuk. Setelah melihat apa yang ku perbuat, Baso
langsung berdiri dari duduknya dan menatapku tajam.

“ Kenapa ko ha..datang-datang nagangguki saja” ucap Baso dengan nada


membentak

“ kau yang kenapa, kukira berhentimo merokok?.”

“ siapa bilang berhentima. Munafik sekaliko kalau percaya sama ucapanku dulu.”
Ucapnya dengan tampang yang mengejek.
“ jadi mu bohongi si lagi emma sama Etta?.”

“ iyya kenapai?. Katanya dengan angkuh

“ Astagfirullah Baso..”. uacapku disertai gelengan kepala tak percaya.

Setelah pedebatan itu aku lantas menarik paksa Baso untuk pulang kerumah
sebelum ada yang mengenali Baso dan mengadukannya ke Etta. Aku tidak ingin
kejadian dahulu terulang kembali. Baru dua langkah aku keluar dari rumah itu,
langkahku terhenti karena Baso yang tiba-tiba menarik paksa kembali tangannya.

“ apa je mau mu “

“ Ayomi pulangki Baso, kalau na liat ko lagi nanti Etta na maraiki si tu lagi “

“ kalau mauko pulang kauna saja pulang. Kenapa si lagi na ajak-ajak ki”

Tanpa membalas ucapannya aku lantas kembali menarik tangannya. Namun kali ini
berbeda jika sebelumnya hempasan tangannya masih biasa tapi kali ini dia
mendorong ku hingga aku terjatuh. Melihat aku terjatuh Aco lantass membantuku
berdiri, setelah membantuku Aco bukannya mengajakku untuk pulang ia malah
menarik lengan Baso untuk kembali menghadapku.

“ Baso kenapa ko ka begitu sama kakak mu”

“ apa lagi ini ikut campur sekali “

“ Tidak seharusnya begitu ko sama kakakmu “

Mendengar itu Baso berlalu begitu saja meninggalkan Aco dan Ita yang menggeleng
tak percaya atas segala perbuatan Baso.
~~~
Beberapa hari setelah kejadian dimana aku dan Aco memergoki Baso sedang
merokok, aku tidak pernah lagi bertemu denganny Bahkan di rumah sekalipun.
Entah apa lagi yang di perbuat olehnya di luaran sana sehingga tak pernah pulang ke
rumah. Menghilangnya Baso dari rumah membuat Emma sangat cemas.

“ Ita di makakah pergi adekmu, kenapa na jarang sekalimi di lihat?.” Ucap Emma
dengan mimik muka cemas.

“ tidak kutahumi juga ma’ , saya juga jarang to mi ku lihat di sekolah.”

“ coba ki pergi cari’I di rumahnya temannya. Siapa tahu adai di situ.”

“ iyye ma’. Pergi meka dulu pale na cari’I baso “

Setelahnya aku pergi mencari Baso di tempat dimana terakhir kali aku melihatnya
tempo hari. Di perjalanan lagi-lagi aku melihat sosok yang ku kenal sedang
menghadang siswa SMA yang berpenampilan agak cupu. Sosok itu adalah Baso
adikku yang sedang memalak anak cupu tersebut. Karena tidak di beri apa yang di
inginkannya seketika ia melayankan tinjuan ke arah anak tersebut, melihat hal itu
aku lantas berlari kearah Baso untuk menghentikannya.

“ Baso berhenti me ko” ucapku dengan menahan tangannya.

“ kenapa to ji kamu ikut campur sekali.” Ucapnya sembari melepaskan tangannya


yang ku pegang tadi.

“ kenapa ko kah pukul I ini anak. Apa memang salahnya sama kamu?.”
“ mau ko tau I apa salahnya?. Tidak mau I lagi kasi ka uang.” Katanya dengan
menatapku tajam.

Aku hanya mampu menggelengkan kepala tidak percaya akan sifat adikku yang
semakin hari semakin tidak terkendali. Baso yang dulu masih bisa ramah terhadap
keluarganya kini menjadi Baso yang kasar dan sering keluar malam bahkan tidak
kembali ke rumah.

“ Baso kenapa tidak pernah ko pulang selama dua hari? “

“ mauka ga pulang atau tidak bukan to ji urusanmu”

“ tetap urusan ku karena bersaudara ki. Lagi pun tidak merasa bersalah ko ga mu
buat I Emma khawatir?.”

“ TIDAK”

“ astagfirullah Baso, kenapa ki kah membangkan sekali?”

Mendengarku berucap seperti itu,Baso seketika melangkah pergi meninggalkan ku


dengan siswa laki-laki tadi yang sempat ia palak.

“ adakah tadi uang ta na ambil Baso?.”

“alhamdulillah tidak ada ji kak. Pamitka pale pulang dulu”

“iyye”

Setelah kepergian siswa tesebut, aku kembali ke rumah. Sesampainya aku dirumah
ternyata sudah ada Emma yang menunggu kepulanganku di depan pintu. Beliau
sepertinya sangat mengkhawatirkan anak laki-lakinya.

“assalamualaikum, kenapa ki ma berdiri diluar Siapa kita tunggu?”


“ ku tunggu ki pulang sama adekta. Manai pale Baso?.”

Dengan kepala yang menunduk ku lantas menjawab pertanyaan Emma tadi

“ sudah ma ketemu tadi Baso. Tapi ku ajak I pulang na tidak mau I “

“ kenapa I na tidak mau pulang?”

“ itu mi ma tidak kutau juga”

Aku tidak mungkin mengadukan apa yang telah di perbuat oleh Baso. Bisa-bisa
Emma jadi kepikirang dan menyebabkan darah tingginya kambuh.

“ jangan mi terlalu pikirkan I Baso. Insyaallah bisa ji tu na jaga dirinya”

“ sini mi ma masuk. Jangan ki selalu berdiri di situ” ucapku sembari menuntun Emma
untuk kembali masuk kedalam rumah.

~~~

Minggu pagi yang biasanya menjadi hari yang digunakan untuk bersantai, namun hari ini
berbeda. Tak ada waktu untuk bersantai, aku harus sibuk kesana kemari untuk mengurusi
adikku Baso yang harus masuk rehabilitasi karena kasus narkoba. Ya beberapa hari yang lalu
Baso ditahan pihak berwajib karena kedapatan mengomsumsi sabu bersama temannya.

Karena kejadian itu pula rumahku kembali menjadi suram, tidak ada lagi senyuman diwajah
Emma dan Etta. Semenjak penangkapan Baso diketahui kedua orang tuaku, Emma tidak
hentinya menangis.
Disinilah aku di padang rumput yang tak jauh dari rumahku,berdiam diri menunggu senja
berganti dengan rembulan. Kuratapi kegundahan dihatiku ditengah sunyinya malam
ditemani bintang dilangit dan kunang-kunang yang beterbangan. Berkali kali ku menghela
nafas meratapi nasib ku,selalu terbesit dalam benak ku bertanya "mengapa harus aku “.

Akhir-akhir ini musibah silih berganti datang dalam kehidupan ku. Dimulai dari Etta yang
menentang aku untuk lanjut kuliah dan melarang ku untuk mengikuti SNMPTN ditambah
lagi adikku ACO’ harus direhabilitasi karena kasus narkoba. Rasanya duniaku runtuh tak
tersisa.

Tak terasa tetesan air mata turun begitu saja ditengah sepinya malam.

“ Ya allah kenapa harus sesulit ini.” Ucapku menghadap langit yang dipenuhi bintang

Anda mungkin juga menyukai