Anda di halaman 1dari 5

Kyai Maafkan Aku

Namaku Brian, tapi teman temanku memanggilku Bre. Aku sekolah di pondok pesantren,
di pondok pesantren aku termasuk seorang santri yang istimewah, bukan istimewah karena aku
santri yang taat, rajin, maupun pintar, tetapi aku istimewah karena kenakalannya. Berbagai
pelanggaran sudah perna aku lakukan, mulai dari pelanggaran kecil maupun besar.

Di pondok aku sering sekali di hukum, karena pelanggaran yang aku perbuat, di pondok
aku juga sering keluar tampah izin, kalau bahasa anak pondoknya yaitu ocol, biasanya kalau aku
keluar pondok kalau tidak ke warnet ya ke warkop. Aku enggak perna kapok kalau keluar,
meskipun hukuman kalau keluar itu di gondol (di potong habis rambutnya). Sampai sampai
ustadzku maupun ustadz keamanan pondok sudah bosan untuk menasehatiku, karena kalau
aku di nasehati itu masuk kuping kanan keluar kuping kiri, yang artinya tidak perna masuk ke
hatiku apa lagi ke otakku, meskipun itu menyinggung orang tua juga, contonya seperti “Bre
kamu tidak kasihan kepadah orang tua kamu mereka kerja keras demi kamu Bre, mereka ingin
kamu jadi orang baik, tapi kamu malah begini, Bre kamu akan menyesal kalau kamu masi
seperti ini, ingat betul betul ucapan ustadzmu ini Bre, kalau kualat pondok itu betul betul ada”
dalam hatiku-pun berkata ‘mau aku jadi begini begitu itu ma terseraku karena aku mondok
bukan keinginan aku sendiri, aku dulu sudah perna bilang kalau aku tidak mau mondok, tapi
orang tua tetap memondokkan aku, jadi ini semua bukan salahku’.

Aku sekarang berada di kamar mandi, sedang merokok, aku sendirian tidak bersama
teman temanku, karena mereka semua sedang mengaji. Di saat aku sedang menyedut rokokku,
teman sekamarku datang.
“Bre di cari ustadz”
“iya” jawabku malas
Lalu temanku itu pergi meninggalkanku, karena dia tidak ada tujuan lain selain memanggilku.
Aku langsung mematiakan rokok dan pergi meninggalkan kamar mandi, tetapi aku tidak pergi
ke asrama karena aku bosan kalau mengaji, jadi aku pergi ke basecamp, tempat yang biasanya
aku gunakan untuk merokok selain di kamar mandi. Kepalahku sangat pusing dan kantung
mataku terasa sangat berat, jadi aku memilih untuk tidur saja.

Baru saja aku terlelap, tiba tiba ada yang menarik tanganku sangat keras, yang membuat
aku langsung berdiri, ketikah aku sudah dalam posisi berdiri, pukulan yang sangat keras
mengenai wajahku, yang membuat aku terjungkal ke belakan. Aku langsung melihat siapa yang
memukulku,dan ternyata ustadzku
“Bre mau kamu apa si” bentak ustadz ku “Di suru ngaji saja kamu enggak mau, apa kamu
mau di usir dari pondok ?” tanya ustadz ku
Aku hanya diam saja, tidak menjawab, sehinggah membuat ustadzku kesal sendiri dan
langsung membawaku ke kantor ke amanan. Di kantor keamanan aku di nasehati seperti biasa,
lalu aku di suruh untuk membaca yasin tuju kali. Setelah selesai aku kembali ke kamar dan tidur
karena besok pagi aku ada agenda lain yang sudah aku pikirkan tadi waktu membaca yasin.

. . .

Pagi pun tibah, ustadzku menyuruh aku dan teman temanku untuk berangkat ke sekolah,
setelah memakai seragam sekolah aku langsung pergi ke kamar mandi, bukan pergi ke sekolah
karena hari ini aku tidak sekolah, aku memakai seragam sekolah biar ustadzku tidak curiga kalau
aku mau pulang kerumah.

Setelah ustadzku sudah pergi mengaji, aku langsung kembali ke kamar untuk berganti
pakaian dan mengambil barang barang yang akan aku bawah pulang. Setelah semuanya sudah
siap, aku langsung pergi ke luar pondok dan menuju ke jalan raya untuk mencari angkutan
umum, kendaraan yang akan aku gunakan untuk pulang ke rumah

Pukul 09,35 aku sampai di rumah, ketika aku masuk ke halaman rumah ibuku yang
sedang menjemur pakaian, langsung kaget
“lo…kok pulang nak ?”
“enggak papa kangen rumah aja”jawabku sambil mencium punggung tangan ibuku
“ya sudah makan sana”
Ibuku sebenarnya sudah tahu kelakuanku di pondok, karena ibu dan bapakku dulu perna di
panggil ke pondok saat aku kenak SP2 (surat pernyataan dua), gara gara aku terlalu sering
melanggar di pondok. Ibuku sangat sabar menghadapi perilakuku yang semena mena, beda
dengan bapakku yang suka sekali marah, bahkan dulu saat aku terkena SP2, bapakku
menghajarku habis habisan di depan teman temanku.

Tapi tenang, sekarang bapakku sedang kerja, pulang pada hari sabtu dan minggu saja, jadi
aku bisa bersantai santai sambil main game di rumah. tetapi main game itu bukan tujuanku
pulang kerumah, tujuanku itu untuk bertemu sahabat lamaku waktu di pondok dulu,

Pukul 15,30 aku hendak pergi ke rumah Dino, teman seperjuanganku dulu. Sekarang dia
sekolah di luar karena satu taun yang lalu dia di usir dari pondok karena kasus yang sangat
berat yaitu pacaran. Sebelum berangkat aku telepon dulu Dino
“halo bro, elo di mana, gua mau ke situ”
“bla bla bla bla bla bla bla bla”
”iya, otw”
Aku langsung menyalakan mesin motorku lalu pergi dari rumah tampah berpamitan pada ibuku,
karena ibuku sekarang sedang pergi pengajian.
. . .
Setelah magrip aku baru sampai di tempat yang sudah di tentukan Dino, lalu aku
mengabarinya
“bro, lo dimana gua sudah sampai ni”
“bla bla bla bla bla bla”
“ok, gua tunggu”
Aku pun menunggu Dino sambil duduk di atas motor, di trotoan pinggir jalan. Aslinya Dino
menyuruku menunggu di dalam taman yang berada di sebelahku, tetapi aku enggak mau,
karena di dalam taman sana pasti banyak orang pacaran, karena aku males lihat sikap lebai
orang yang sedang pacaran. Sekitar sepulu menit menunggu, Dino pun datang bersama tiga
temannya.
“halo Bre , gimana kabar lo”
“baik” jawabku sambil berjabat tangan dengan dino dan tiga temannya
“jangan di sini kalau ngobrol, ayo ikut gua” ajak Dino
Lalu kami meninggalkan taman, dan pergi ke tempat yang mau di tuju Dino

Sebenarnya aku iri sekali melihat ke hidupan Dino yang bebas, malam minggu bisa
nongkrong bersama teman temannya, dan bisa bersenang senang menikmati masa mudahnya.
Berbeda denganku yang hanya bisa mengaji dan melakukan kegiatan yang sangat
membosankan. Tibah tibah Dino berhenti entah kenapa.
“sorry Bre, motor gua mati, tungguh sebentar biar gua betulkan” kata Dino yang kelihatannya
bingung
“ya enggak papa kok, gua tungguh”
Akupun menungguh Dino yang sedang membetulkan motornya. Di lihat lihat sekarang aku
berada di jalan yang berada di tengah sawah, jalannya sepi dan minim cahaya lampuh, alhasil
motarku dan motarnya temannya beno yang harus di buat untuk menerangi
“halo Bro, ini lo minum aja, gua tahu lo sangat haus”
“ya bang, makasi”
Akupun menerima botol minuman yang di berikan temannya Dino, dan langsung meminumnya.
Lima menit menungggu tapi motornya Dino belum juga beres sedangkan kepalahku tibah tibah
terasa sangat pusing sekali.
“masi lama, No” Tanya ku yang sudah tidak kuat lagi
“dikit la…bre…”
Pandanganku sangat buram sekali, dan pendengaran ku juga tidak jelas, lama kelamaan aku
tidak sadarkan diri.

. . .

Aku-pun terbagun ketika tes-tetesan air hujan mengenai wajahku. Aku langsung kaget
di saat aku mengetahui kalau aku berada di tempat yang sangat gelap. Apa yang sebenarnya
terjadi padaku dan kenapa aku berada di tempat seperti ini dan dimana Dino dan teman
temannya, tungguh..?, seketika aku langsung merabah kantong celanaku untuk mencari hp ku,
ternyata tidak apa, dompet dan sepedah motorku …?.
“sial, kok tega sekali Dino ngelakuin ini pada ku” ucapku kesal, sambil memukul mukul tanah,
frustasi

Sekarang aku bingun harus melakukan apa lagi, di mana mana aku melihat cumak ada
pohon yang gelap dan suara suara hewan malam yang terdengar sangat menyeramkan. Udarah
dingin terus menusuk tulangku, aku hanya bisa duduk bersandar pada pohon sambil memeluk
lututku, membiarkan hujan yang mulai deras menimpah tubuhku. Lab…kilatan petir terlihat
sangat mengerikan meskipun suaranya hanya menggelegar. Apakah ini yang namanya kualat,
batinku tibah-tibah. ucapan ustadzku dulu teringat kembali “Bre kamu tidak kasihan kepadah
orang tuah kamu, mereka kerja keras demi kamu Bre, mereka ingin kamu jadi orang baik, tapi
kamu malah begini, Bre kamu akan menyesal kalau kamu masi seperti ini, Bre ingat betul betul
ucapan ustadzmu ini Bre, kalau kualat pondok itu betul betul ada” hatiku seperti teriris oleh
benda yang sangat tajam, air mataku mengalir deras, seperti halnya hujan yang menimpah
tubuhku. Hanya penyesalan yang aku rasakan sekarang

Ketika aku melihat lihat kearah pohon pohon yang berada di sekitarku yang, tidak sengaja aku
melihat cahaya lampu yang berjalan ”tungguh, itu bukannya lampu mobil”. Aku langsung
berjalan dengan bersusah payah melewati semak semak yang sangat tajam ke arah jalan yang
barusan di lewati mobil tersebut, meskipun kepalahku masi terasa pusing dan badanku terasa
sakit sekali, dan entah sudah beberapa banyak kulitku tergores sama ranting yang sangat tajam

Akan tetapi di jalan ini sangat jarang sekali ada kendaraan yang lewat meskipun jalannya
lumayan luas dan sudah di aspal juga, dan aku sudah memintak tolong sekitar lima mobil yang
lewat tetapi tidak ada sama sekali yang berhenti. Mereka paling mengira aku ini seorang begal
yang sedang modus untuk memintak tolong pada orang orang yang sedang lewat dan bila
mereka berhenti aku bakalan membegal mereka. Padahal itu tidak akulah korban begal yang di
buang di tempat menyeramkan seperti ini
Sudah sekitar dua puluh menit aku di sini, duduk ketakutan di pinggir jalan sendirian. Air
mataku pecah dari tadi, sekarang aku baru menyesal bawah yang selamah ini aku lakukan itu
salah, orang tuah ku menyuru ku mondok, ternyata biar aku tidak jadi anak seperti mereka.
ucapan ustadzku dulu teringat kembali di pikiranku, emang betul kalau penyesalan itu berada di
akhir

Akupun memutuskan untuk berjalan dalam gelapnya malam, dari pada berada di sini
berharap yang tidak pasti. Kepalahku bertamba pusing

Anda mungkin juga menyukai