Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MASYARAKAT MARITIM BENUA MARITIM


INDONESIA
Dosen : Drs. Abdul Rasyid R., M.Ag

Mata Kuliah : Wawasan Budaya & Ipteks BMI


KELOMPOK 2 :

Iswana D051231074
Nazwa Tri Putri Rezqyawantika D051231047
Salsabilah Arda Kirani D051231032
A. Fatima Dwi Azzahra D051231053
Annisa Buana Atita D051231014
Muh. Rizqan Paris D051231092
Muh. Rifqy Yusri D051231038
Muh. Irfan Andi Pampang D051231077

DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “MASYARAKAT MARITIM BENUA
MARITIM INDONESIA” dapat kami selesaikan dengan baik. Kami berharap makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang apa dan bagaimana kehidupan
masyarakat maritim di Indonesia. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan yang Allah
SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui beberapa sumber yakni
melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Kepada kedua orang
tua, dosen kami, Bapak Drs. Abdul Rasyid R., M.Ag., dan juga kepada teman-teman seperjuangan
yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat dalam
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di dunia, melainkan Allah SWT.
Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik dan saran yang membangun bagi
perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun adanya
ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Kami menerima kritik
dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang lebih baik pada
kesempatan berikutnya.

Gowa, 28 September 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

1.1.. LATAR BELAKANG.......................................................................................1


BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2
2.1..MASYARAKAT MARITIM INDONESIA.....................................................2
2.2..CIRI DAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT MARITIM......................4
2.3..KELOMPOK KEHIDUPAN MASYARAKAT MARITIM..........................5
2.4..KEGIATAN EKONOMI YANG DAPAT DILAKUKAN DI DAERAH
PANTAI.................................................................................................................5
2.5..PEKERJAAN MASYARAKAT PESISIR.......................................................6
2.6..KONDISI MASYARAKAT PESISIR..............................................................6
2.7.. PERMASALAHAN YANG DIALAMI MASYARAKAT MARITIM.........8
BAB III PENUTUP.........................................................................................................9
3.1..KESIMPULAN..................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................10

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Benua Maritim Indonesia, dengan sebaran lebih dari 17.000 pulau-pulau yang membentang
di seluruh kepulauan Nusantara, memiliki potensi maritim yang luar biasa. Dengan luas wilayah
perairan yang mencapai lebih dari 5 juta kilometer persegi, Indonesia dianugerahi salah satu
kekayaan laut terbesar di dunia. Keanekaragaman hayati laut, potensi perikanan yang melimpah,
serta sumber daya alam bawah laut yang beragam menjadikan Indonesia sebagai negara maritim
yang memiliki peran strategis dalam ekonomi global dan keberlanjutan lingkungan.

Pentingnya Benua Maritim Indonesia tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi dan
lingkungan, tetapi juga mencakup dimensi sosial dan budaya. Masyarakat Indonesia secara
historis telah hidup berdampingan dengan laut dan menggantungkan kehidupan mereka pada
sumber daya yang diberikan oleh lautan. Tradisi maritim dan nelayan telah menjadi bagian
integral dari budaya Indonesia selama ribuan tahun.

Namun, di tengah dinamika perkembangan zaman, tantangan dan perubahan signifikan telah
memengaruhi masyarakat maritim di Benua Maritim Indonesia. Perubahan iklim, eksploitasi
sumber daya laut yang berlebihan, urbanisasi, dan perubahan pola hidup merupakan beberapa
faktor yang memengaruhi cara masyarakat berinteraksi dengan lingkungan maritim mereka. Oleh
karena itu, penting untuk memahami peran, tantangan, dan potensi masyarakat maritim di
Indonesia agar dapat mengembangkan strategi yang sesuai untuk menjaga keberlanjutan dan
kesejahteraan di wilayah Indonesia

1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. BENUA MARITIM INDONESIA

Benua maritim Indonesia (BMI) adalah wilayah perairan dengan hamparan pulau-
pulau di dalamnya, sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut, dan udara di atasnya
tertata unik dengan sudut pandang iklim dan cuaca keadaan airnya, tatanan kerak bumi,
keragaman biota serta tatanan sosial budaya.

2.1.1. MASYARAKAT MARITIM


Masyarakat maritim disebut juga masyarakat pesisir. Menurut Satria (2004)
masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-sama
mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang
terkait dengan ketergantungan pada pemanfaatan sumber daya pesisir.

Masyarakat maritim antara lain adalah kelompok nelayan beserta kelompok


lain yang terkait, serta kelompok orang-orang yang meskipun tidak berdomisili di
wilayah pantai atau pesisir tetapi menggantungkan kehidupannya kepada aktivitas
kemaritiman, seperti misalnya kelompok marimir, kelompok buruh bongkar muat
kapal/perahu di pelabuhan, para pelaku ekspidisi muatan kapal laut, para pelaku
industri dan jasa maritim, dan sebagainya.
Masyarakat pesisir biasanya bermukim di daerah dekat dengan wilayah
pesisir atau pantai. Pemukiman ini identik dengan istilah kampung nelayan.
Fachruddin (1976) dalam Kusnadi (2010) dalam Safitri (2013), sebagai suatu
kesatuan sosial, masyarakat nelayan hidup, tumbuh, dan berkembang di wilayah

2
pesisir atau wilayah pantai. Dalam konstruksi sosial masyarakat di wilayah pesisir,
masyarakat nelayan merupakan bagian dari konstruksi sosial tersebut, meskipun
disadari bahwa tidak semua desa di kawasan pesisir memiliki penduduk yang
bermata-pencaharian sebagai seorang nelayan.

2.1.2. ETNIS MARITIM


Etnis maritim adalah suatu kelompok masyarakat yang diikat oleh kesatuan
tempat tinggal, asal-usul, adat-istiadat, dan bahasa yang menggantungkan sepenuhnya
atau sebagian besar kehidupan ekonominya pada pemanfaatan sumber daya laut.
Kelompok masyarakat yang dapat dikatakan etnis maritim adalah suku
Bajo/Bajau (di sebelah Timur Selat Makassar, pantai Timur Kalimantan, Pulau Buton
di Sulawesi Tenggara, Pulau Alor dan sekitarnya, Kepulauan Banggai, Kepulauan
Togian di Teluk Tomini, Kepulauan Bacan, Kepulauan Sulu, dll), Suku Orang Laut
(Selat Malaka dan Perairan Sumatera Timur), Orang Ameng Sewang (Pulau
Belitung), Orang Sekak (Pulau Bangka).

Orang laut lainnya yaitu Orang Banjar (pesisir pantai Kalimantan Selatan),
orang Bugis (pesisir pantai Sulawesi Selatan), Orang Tabati (Pulau Irian), dan Orang
Mbojo (Pulau Sumbawa, NTB). Selain itu, masih ada suku Mandar, Makassar, Buton,
Sangir, Talaud dan Madura yang juga dikenal sebagai etnis maritim.

2.2. CIRI DAN KARAKTERISTIK MASYARAKAT MARITIM


Dalam UU No. 27 tahun 2007, menjelaskan bahwa masyarakat pesisir merupakan
suatu kelompok masyarakat adat atau masyarakat lokal yang bermukim atau tinggal di
wilayah pesisir dan memiliki adat atau cara tersendiri dalam mengelola lingkungannya secara
turun temurun.

2.2.1. CIRI-CIRI MASYARAKAT MARITIM


Secara sosial budaya dijelaskan bahwa masyarakat pesisir tersebut memiliki
ciri-ciri yang saling terkait antara satu dengan yang lain. Adapun ciri tersebut:

2.2.1.1. Terdapat interaksi sosial yang intensif antara warga masyarakat, yang ditandai
dengan efektifnya komunikasi tatap muka sehingga terjadi hubungan yang sangat
erat antara satu dan yang lainnya. Hal tersebut membangun hubungan

3
kekeluargaan yang berdasarkan atas simpati dan bukan berdasarkan pada
pertimbangan rasional yang berorientasi kepada untung dan rugi

2.2.1.2. Dalam mencari nafkah mereka menonjolkan sifat gotong royong dan saling
membantu. Hal tersebut ditandai dengan mekanisme menangkap ikan baik dalam
cara penangkapan maupun dalam penentuan daerah operasi (Dirjen Kebudayaan
Depdikbud, 1997)

2.2.2. KARAKTERISTIK MASYARAKAT MARITIM


2.2.2.1. Penduduk dan mata pencaharian
Pada umumnya, sebagian penduduknya bermatapencaharian di sektor
pemanfaatan sumber daya kelautan (marine resource based).
2.2.2.2. Pola pemukiman dan kehidupan sehari-hari
Berdasarkan kondisi fisiknya, rumah di pesisir dibagi dalam 3 kategori,
yaitu:
a. Rumah permanen (memenuhi syarat kesehatan)
b. Rumah semi permanen (cukup memenuhi syarat kesehatan)
c. Rumah non permanen (kurang atau tidak memenuhi syarat kesehatan)
2.2.2.3. Sistem kekerabatan
Hubungan-hubungan sosial antarkerabat dalam masyarakat pesisir
masih cukup kuat. Perbedaan status sosial ekonomi yang mencolok
antarkerabat tidak dapat menjadi penghalang terciptanya hubungan sosial
yang akrab diantara mereka.
2.2.2.4. Ekonomi lokal
Sumber daya laut adalah potensi utama yang mengerakan kegiatan
perekonomian desa. Secara umum kegiatan perekonomian tinggi-rendahnya
produktivitas perikanan. Jika produktivitas tinggi, tingkat penghasilan
nelayan akan meningkat sehingga daya beli masyarakat yang semakin besar
juga meningkat. Sebaliknya, jika produktifitas rendah, tingkat penghasilan
nelayan akan menurun sehingga tingkat daya beli masyarakat rendah.
Kondisi ini sangat mempengaruhi kuat lemahnya kegiatan perekonomian
desa.

2.3. KELOMPOK KEHIDUPAN MASYARAKAT MARITIM


Di dalam habitat pesisir terdapat banyak kelompok kehidupan masyarakat,
diantaranya:
2.3.1 Masyarakat nelayan tangkap
Adalah kelompok nelayan pesisir yang mata pencaharian utamanya adalah
menangkap ikan di laut. Kelompok ini terbagi 2 lagi yang dapat dibedakan dari jenis
peralatan yang digunakan dan jangkauan wilayah tangkapnya, yaitu nelayan tangkap
modern dan nelayan tangkap tradisional.
2.3.2. Masyarakat nelayan pengumpul atau bakul
Adalah kelompok masyarakat pesisir yang bekerja disekitar tempat
pendaratan dan pelelangan ikan. Mereka akan mengumpulkan ikan ikan hasil
tangkapan melalui pelelangan maupun dari sisa ikan yang tidak terlelang yang
selanjutnya dijual ke masyarakat sekitarnya atau dibawah ke pasar-pasar lokal.
2.3.3. Masyarakat nelayan buruh,

4
Adalah kelompok masyarakat nelayan yang paling banyak dijumpai dalam
khidupan masyarakat pesisir. Umumnya mereka bekerja sebagai anak buah kapal
(ABK) pada kapal-kapal juragan dengan penghasilan yang minim.
2.3.4. Masyarakat nelayan tambak, asyarakat nelayan pengolah, dan kelompok masyarakat
nelayan buruh.

2.4. KEGIATAN EKONOMI YANG DAPAT DILAKUKAN DI DAERAH PANTAI


Manusia bisa melakukan kegiatan ekonomi di mana saja, termasuk di kawasan pantai.
Dalam hal ini, masyarakat sekitar pantai memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan oleh masyarakat
yang tinggal di daerah pantai adalah:
2.4.1. Berdagang
Masyarakat sekitar pantai bisa melakukan kegiatan ekonomi berupa
berdagang, dengan memanfaatkan berbagai sumber daya laut yang ada
2.4.2. Budidaya hasil tambak
Tambak adalah sejenis habitat yang biasa digunakan sebagai tempat
budidaya. Masyarakat pesisir dapat memanfaatkan hasil hasil tambak yang mereka
peroleh.
2.4.3. Menangkap ikan
Kawasan pantai identik dengann kegiatan menangkap ikan di laut. Mereka
mengandalkan hasil tangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Setelah
menangkap ikan, mereka akan menjual atau mengolah ikan tersebut menjadi produk
lain.
2.4.4. Pariwisata
Pantai identik dengan tempat yang indah dan menakjubkan. Sehingga
wilayah ini sering dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan kegiatan pariwisata.

2.5. PEKERJAAN MASYARAKAT PESISIR


Dikutip dari buku pembangunan pedesaan (2010) oleh Chorin dkk, karena
berdampingan dengan laut, masyarakat pesisir mengandalkan sumber daya laut. Contoh
profesi masyarakat di kawasan pantai adalah:
2.5.1. Nelayan
Banyak masyarakat pantai bekerja sebagai nelayan. Sebab mereka
menggantungkan hidupnya pada sumber daya laut. Dilansir dari buku strategi
peningkatan pendapatan nelayan (2021) oleh Septi Rindawati, nelayan bekerja
dengan memanen hasil laut.

2.5.2. Petani garam


Merupakan individu atau kelompok orang yang bekerja dengan mengelola
garam dari air laut. Air laut akan dikumpulkan di sepetak lahan untuk kemudian
dikeringkan dan diolah menjadi garam layak konsumsi.

5
2.5.3. Pembuat kapal dan jaring ikan
Mereka mencari penghasilan dengan membuat kapal dan jaring ikan, yang
kemudian dipakai nelayan untuk menangkap ikan.

2.5.4. Penjual makanan atau oleh-oleh


Sebagian besar masyarakat pesisir pantai yang dijadikan tempat wisata
bekerja sebagai penjual makanan dan oleh-oleh.

2.6. KONDISI MASYARAKAT PESISIR


2.6.1. KONDISI SPESIFIK MASYARAKAT PESISIR
2.6.1.1. Ekologis dan geografis
a. Zona ekologis yang luas dengan luasan daerah yang dikelola relatif sempit.
b. Aspek fisik lautan menyebabkan produktivitas yang tinggi dalam kegiatan
suatu hari pelayaran.
c. Adanya keterbatasan dalam transportasi laut, pelabuhan atau alternatif untuk
mendapatkan bagian daratan.
d. Berhadapan langsung dengan kondisi alam yang berbahaya seperti angin,
arus air, dan berbagai masalah; malaria, kesulitan air bersih, banjir,
kekeringan, serta badai.

6
2.6.1.2. Ekonomi
a. Pendapatan umumnya dibawah standar nasional.
b. Kesenjangan pendapatan diakibatkan oleh perbedaan sumber daya, tipe
armada, alat tangkap, dan akses pasar.
c. Sumber daya yang berfluktuasi dan kesediaan pasar menyebabkan variasi
pendapatan dan ketidakpastian.
d. Lokasi komunitas yang terisolasi membuat biaya tinggi dalam membangun
dan memelihara infrastruktur.
e. Investmen agak sulit dilakukan, dan modal berlebih di beberapa lapisan
masyarakat.
2.6.1.3. Sosial
a. Akses ke pelayanan sosial terbatas, seperti layanan kesehatan dan pendidikan.
b. Adanya intervensi orang luar untuk membentuk organisasi untuk self-help
yang memberdayakan masyarakat perikanan seperti koperasi perikanan,
kelompok nelayan, dll.
c. Keeratan hubungan dalam masyarakat yang cukup tinggi.
d. Ketidaktergantungan pada hukum positif, umumnya masyarakat memiliki
aturan lokal untuk memanfaatkan sumber daya setempat.
e. Adanya tindak kejahatan oleh orang-orang tertentu berupa pembajakan,
pemukulan, dan tindak lain yang kurang diperhatikan oleh pemerintah.

2.6.2. KONDISI SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA MASYARAKAT


PESISIR
Besarnya potensi kelautan ternyata tidak diikuti oleh kesejahteraan
masyarakat nelayan. Hal ini terlihat di mana kondisi sosial ekonomi nelayan kita
sangat jauh berbeda dengan potensi sumber daya alamnya. Hal ini dibuktikan dengan
masih rendahnya sumbangan sektor kelautan selama pelita VI terhadap produk
domestik bruto (PDB) nasional 12,1% dengan laju pertumbuhan 3,8% jauh di bawah
laju pertumbuhan rata-rata seluruh sektor sebesar 7,4% (Waspada, 18 maret 2000).
Menurut Mubyarto dkk, kemiskinan nelayan lebih banyak disebabkan oleh
adanya tekanan struktur, yaitu nelayan terbagi atas kelompok kaya dan kaya sekali di
satu pihak, miskin dan miskin sekali di satu pihak. Penelitian ini menunjukkan
adanya dominasi/eksploitasi dari nelayan kaya terhadap nelayan miskin.
Dari hasil penelitian Resusun (1985) juga menemukan data bahwa nelayan di
pulau Sembilan, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan, ada satu kelompok nelayan
yang hidupnya tidak berkecukupan, yaitu nelayan yang tidak punya modal (nelayan
kecil), dan mereka selalu diekspoitasi oleh nelayan yang punya modal (punggawa)
dan pedagang (pa’bilolo) yaitu sawi bagang (pa’bagang) atau pembantu utama
punggawa dalam menangani kegiatan operasi penangkapan ikan. Ini menunjukkan
adanya struktur hubungan sosial yang khas pada masyarakat nelayan. Hubungan itu
adalah adanya ketidak seimbangan antara yang mempunyai modal usaha dan para
pekerjanya.

2.7. PERMASALAHAN YANG DIALAMI MASYARAKAT MARITIM


2.7.1. Permasalahan sosial budaya
Masyarakat maritim/pesisir telah terbiasa hidup di lingkungan laut, bahkan
telah menyatu dengan lingkungan laut secara harmonis. Kehidupan di darat yang

7
sangat berbeda membuat mereka sulit menyesuaikan diri. Jika dipaksakan untuk
bermukim atau pindah ke darat atau pegunungan, maka akan muncul permasalah
psikis karena kerinduan pada kehidupan di laut.
Jiwa bahari yang bersemayam di dalam diri masyarakat pesisir membuat
mereka selalu ingin kembali ke perkampungan di laut. Persoalan sosial budaya yang
sangat penting adalah rendahnya tingkat pendidikan masyarakat pesisir. Sebagian
besar anak-anak hanya lulus SD. Mereka harus membantu orang tua di laut, sehingga
tidak dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya.
Kemiskinan membuat anak-anak masyarakat pesisir sulit menggapai masa
depan yang lebih baik. Keadaan ini membuat masyarakat pesisir pada umumnya
terpinggirkan dari geliat pembangunan di negeri ini.

2.7.2. Permasalahan sosial ekonomi


Meskipun laut kita terkenal kaya, pada kenyataannya masyarakat pesisir yang
bergantung padanya sebagian besar masih berada dibawah garis kemiskinan. Menurut
Haeruman (1987), masyarakat nelayan merupakan lapisan masyarakat yang paling
miskin di Indonesia.
Pada awalnya, mereka hanya mengenal budaya “petik dan makan” untuk
memenuhi kebutuhan subsistensinya. Tetapi karena bahan kebutuhan hidup lainnya
tidak terpenuhi, maka dikembangkan lagi mnejadi “petik dan jual”. Konsep
berikutnya yaitu “petik, olah dan jual” belum mampu dilakukan.

8
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki warisan maritim
yang kaya dan mendalam. Keberadaan lebih dari 17.000 pulau dan luas wilayah perairan yang
besar memberikan potensi ekonomi, lingkungan, sosial, dan budaya yang luar biasa.
Peran Masyarakat Maritim: Masyarakat maritim di Indonesia memiliki peran yang
signifikan dalam menjaga, memanfaatkan, dan mempertahankan kekayaan laut. Mereka adalah
nelayan, petani garam, pelaut, dan pemilik usaha kecil yang mengandalkan sumber daya laut
untuk kehidupan mereka. Selain itu, masyarakat maritim juga memiliki peran dalam menjaga
tradisi maritim dan budaya kelautan yang telah berlangsung ribuan tahun.
Tantangan yang Dihadapi: Meskipun memiliki potensi besar, masyarakat maritim di
Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan. Perubahan iklim, eksploitasi sumber daya laut
yang berlebihan, polusi, urbanisasi, dan perubahan pola hidup merupakan beberapa faktor yang
mengancam keberlanjutan ekosistem laut dan kehidupan masyarakat maritim. Selain itu, akses
terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan infrastruktur juga menjadi masalah penting yang
memengaruhi kesejahteraan mereka.
Potensi dan Solusi: Potensi masyarakat maritim di Indonesia tidak hanya terbatas pada
sumber daya alam, tetapi juga pada pengetahuan lokal dan kearifan budaya mereka. Dalam upaya
menjaga keberlanjutan lingkungan, perlu mempertimbangkan integrasi pengetahuan tradisional
dalam pengelolaan sumber daya laut. Selain itu, upaya untuk meningkatkan akses mereka
terhadap pendidikan, pelatihan, dan sumber daya ekonomi dapat membantu meningkatkan
kualitas hidup masyarakat maritim.
Kontribusi terhadap Pembangunan Berkelanjutan: Masyarakat maritim di Benua Maritim
Indonesia memiliki potensi besar untuk mendukung agenda pembangunan berkelanjutan. Dengan
menjaga ekosistem laut yang sehat dan berkelanjutan, mereka dapat berkontribusi pada
perlindungan lingkungan global. Selain itu, peran mereka dalam ekonomi kelautan dapat
membantu menggerakkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif di tingkat lokal dan nasional.
Dalam kesimpulan, Masyarakat Maritim di Benua Maritim Indonesia memainkan peran
sentral dalam keberlanjutan dan keberlanjutan di wilayah ini. Penting untuk menghormati serta
melindungi tradisi maritim dan pengetahuan lokal mereka sambil mencari solusi inovatif untuk
mengatasi tantangan yang dihadapi. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa kekayaan
laut dan kehidupan masyarakat maritim akan terus berlanjut untuk generasi mendatang dan
memberikan manfaat yang berkelanjutan bagi bangsa Indonesia dan dunia secara keseluruhan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Fama Achmad. 2016. Komunitas masyarakat pesisir di Tambak lorok,


Semarang.ejournal undip. Semarang
FEB Unila. Peranan juragan terhadap keterikatan kehidupan masyarakat nelayan di
pelanuhan perikanan pantai Lempasing kota Bandar Lampung.
Feb.unila.ac.id. Lampung
Harsyam Anisa. 2021. Masyarakat maritim dan kategorisasinya serta stratifikasi
masyarakat nelayan (punggawa-sawi). Academia.edu
Kompas.Com
Putri karunia mulia vanya. 2023. Contoh profesi masyarakat di kawasan pantai.
Kompas.com
Putri karunia mulia vanya. 2022. Kegiatan ekonomi yang dapat dilakukan di daerah
pantai.
Setan Muslimin. Benua maritim indonesia (BMI). Academia.edu
Susilo Endang. 2017. Etnis maritim dan permasalahannya. Ejournal undip. Semarang

10

Anda mungkin juga menyukai