Anda di halaman 1dari 18

Tugas

MAKALAH
KEMISKINAN PADA MASYARAKAT PESISIR

Di Susun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Wawasan Budaya


Dosen Pengampuh : Dr. Ir. Hasim, M.Si

Di SUSUN
OLEH

DWI ANDITA BADJUKA (1111420005)


INDRAWAN ABAS (11114190035)
MUH. AZRUL SYAMSAH H. SUNANI (1111420004)

JURUSAN/PRODI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas kesempatan yang diberikan kepada
kami agar dapat menyelesaikan makalah ini. Atas berkat rahmat dan hidayahnyalah
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kemiskinan pada Masyarakat
Pesisir.

Makalah ini di susun guna untuk memenuhi tugas yang telah di berikan pada
mata kuliah wawasan budaya di Universitas Negeri Gorontalo. Selain itu kami
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
kemiskinan pada masyarakat pesisir.

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada bapak/ibu selaku


dosen mata kuliah. Agar tugas yang diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan terkait bidang yang ditekuni kami. Kami menyedari bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami terima demi kesempurnaan laporan ini.

Gorontalo, Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Masyarakat Pesisir................................................................................................2
2.2 Karakteristik Masyarakat Pesisir..........................................................................3
2.3 Kebiasaan Masyarakat Pesisir...............................................................................3
2.4 Kemiskinan...........................................................................................................4
2.5 Kondisi Umum Kemiskinan.................................................................................5
2.6 Penyebab Kemiskinan Pada Masyarakat Pesisir...................................................6
2.7 Strategi Mencegah Kemiskinan Masyarakat Pesisir...........................................10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.........................................................................................................13
3.2 Saran...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negera maritime yang dimana wilayah perairannya lebih


besar di bandingkan dengan wilayah daratan. Wilayah laut Indonesia bisa mencapai
5,8 juta km2 merupakan wilayah laut terbesar di dunia, dengan garis pantai 95.181
kilometer, seharusnya menjadi sumber alam yang potensial bagi kemakmuran rakyat
Indonesia terutama bagi masyarakat pesisir.

Masyarakat adalah sekelompok orang yang memiliki identitas sendiri dan


mendiami eilayah dan daerah-daerah tertentu. pesisir adalah suatu wilayah peralihan
antara daratan dan lautan yang merupakan daerah pertemuan antara daratan dan laut.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang ditemukan adalah Apa yang menyebabkan


masyarakat pesisir kemiskinan.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui penyebab dari kemiskinan di masyarakat pesisir.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masyarakat Pesisir

Pada dasarnya masyarakat yang tinggal dan hidup di sekitar pantai biasanya
disebut dengan masyarakat pesisir. Masyarakat yang hidup si dekat atau sekitar pantai
biasanya mata pencaharian meraka masih bergantung pada sector perairan seperti
nelayan. Seorang masyarakat pesisir memiliki sifat yang keras dan terbuka (Fama,
2016).

Masyarakat pesisir adalah sekumpulan manusia yang hidup bersama-sama


mendiami wilayah pesisir, membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang
terkait dengan ketergantungan pada pemanfaatan sumberdaya dan lingkungan pesisir.
Menurut Tamboto & Manongko, (2019) bahwa masyarakat pesisir adalah masyarakat
yang tinggal dan melakukan aktifitas social ekonomi yang berkaitan dengan sumber
daya wilayah pesisir dan lautan. Sengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir
memiliki ketergantungan yang cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumber daya
pesisir dan lautan. Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat (nelayan,
pembudidaya ikan, pedangang ikan, dan lain-lain) yang hidup bersama-sama
mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang
terkait dengan ketergantungnya pada pemanfaatan sumber daya pesisir.

Ciri Khas wilayah pesisir jika ditinjau dari aspek biofisik wilayah, rungan
pesisir dan laut serta sumber daya yang terkandung di dalam bersifat khas sehingga
adanya intervensi manusia pada wilayah tersebut dapat mengakibatkan perubahan
yang signifikan, seperti bentang alam yang sulit diubah, proses pertemuan air tawar
dan air laut yang menghasilkan ekosistem yang khas. Ditinjau dari aspek
kepemilikan, wilayah pesisir dan laut serta sumber daya yang terkandung di
dalamnya sering memiliki sifat terbuka.

2
2.2 Karakteristik Masyarakat Pesisir

Karakteristik social ekonomi masyarakat pesisir yaitu bahwa sebagian besar


masyarakat pesisir bermata pencaharian pada sector kelutan seperti nelayan,
pembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi laut. Dari segi tingkat
pendidikan masyarakat pesisir sebagian besar masih rendah. serta kondisi lingkungan
permukiman masyarakat pesisir, khususnya nelayan masih belum tertata dengan baik
dan terkesan kumuh. Dengan kondisi social ekonomi masyarakat yang relative berada
dalam tingkat kesejahteraan rendah, maka dalam jangka panjang tekanan terhadap
sumberdaya pesisir akan semakin besar guna pemunuhan kebutuhan masyarakat
pesisir (Tamboto & Monongko, 2019).

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung


langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penagkapan ataupun budidaya,
mereka pada umumnya tinggal di pinggir pantai (Mulyadi, 2005 dalam Menggala,
2016). Mereka umumnya tinggal dan meneteap di daerah dekat dengan pantai dan
membentuk suatu komunitas yang disebut dengan komunitas nelayan. Mereka adalah
orang-orang yang begitu gigih dan akrab dengan kehidupan di laut yang bersifat
keras.

2.3 Kebiasaan Masyarakat Pesisir

Masyarakat di kawasan pesisir Indonesia sebagian besar berprofesi sebagai


nelayan yang diperoleh secara turun-temurun dari nenek moyang mereka.
Karakteristik masyarakat nelayan terbentuk mengikuti sifat dinamis sumberdaya yand
digarapnya, sehingga untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal, nelayan
harus berpindah-pindah. Selain itu, resiko usaha yangtinggi menyebabkan masyarakat
nelayan hidup dalam suasana alam yang keras dimana selalu diliputi oleh adanya
ketidakpastian dalam menjalankan usahanya.

3
Menurut Fama (2016) menyatakan Secara social budaya dijelaskan bahwa
masyarakat pesisir tersebut memiliki ciri-ciri yang saling terkait antara satu dengan
yang lainnya. Adapun ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Terdapat interaksi social yang intensif antara warga masyarakat, yang ditandai
dengan efektifnya komunikasi tatap muka sehingga terjadi hubungan yang
sangat erat antara satu dengan yang lainnya
2. Dalam mencari nafkah mereka menonjolkan sifat gotong royong dan saling
bantu membantu.

Masyarakat pesisir merupakan suatu kelompok masyarakat adat atau tinggal


di wilayah pesisir dan memiliki adat atau cara tersendiri dalam mengelola
lingkungannya secara turun temurun. Masyarakayt pesisir dalam pengelolaan sumber
daya alam di wilayah pesisir masih melakukan secara tradisional dan struktur
masyarakat serta aktivitasnya secara sederhana. Wahyudi (2003) dalam Fama (2016)
menjelaskan beberapa dari pengelolaan sumberdaya alam secara tradisional yaitu:

1. Pengelolaan sumberdaya alam dilakukan secara berkelanjutan;


2. Struktur pihak yang terlibat masih sangat sederhana;
3. Bentuk pemanfaatannya terbatas dalam skala kecil;
4. Tipe masyarakat dan kegiatannya relative homogeny;
5. Komponen pengelolaannya berasal dan berakar pada masyarakat;
6. Rasa kepemilikan dan ketergantungan terhadap sumberdaya alam tinggi.

2.4 Kemiskinan

Kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang tidak sanggup


memlihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok dan juga tidak
mampu memanfaatkan tenaga, mental, maupun fisikanya dalam kelompok tersebut
(Soekanto, 2006 dalam Menggala, 2016). Sedangkan menurut Depsos, kemiskinan
merupakan sebuah kondisi yang berada dibawah garis nilai standar kebutuhan

4
minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan
(Poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Sedangkan, Menurut
Nurwati (2008) Kemiskinan adalah masalah multidimensi karena berkaitan dengan
ketidak-mampuan akses secara ekonomi, social, budaya, politik dan partisipasi dalam
masyarakat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kemiskinan adalah suatu kondisi seseorang


yang dimana tidak mampu untuk memelihara dirinya sendiri secara ekonomi, social,
budaya, politik dan partisipasi dalam masyarakat.

2.5 Kondisi Umum Kemiskinan

Upaya untuk mendefinisikan kemiskinan dan mengidentifikasi kemiskinan


sebenarnya menghasilkan suatu konsep pemikiran yang dapat disederhanakan.
Pertama, dari sudut pandang pengukuran, kemiskinan dibedakan menjadi dua yaitu
kemiskinan absolut dan relative. Kedua dari sudut pandang penyebab, kemiskinan
dapat dikelompokkan menjadi kemiskinan alamiah dan structural (Nurwati, 2008).

Menurut Susilowati (2010) dalam Kusumaningrum (2013), berdasarkan


definisinya kemiskinan dibedakan menjadi dua yaitu kemiskinan relative dan
kemiskinan absolut. Kemiskinan relative ditentukan berdasarkan ketidaknya
mampuan untuk mencapai standar kehidupan yang ditetapkan masyarakat setempat.
Kemiskinan relative merupakan suatu kondisi di mana individu atau kelompok orang
berada dalam tingkatan kekurangan dibandingkan dengan standar kehidupan umum
(disebut sebagi garis kemiskinan) yang layak berlaku di masyarakat, mereka yang
berada di bawah standar penilaian tersebut dikategonikan sebagai miskin secara
relative. Sedangkan kemiskinan absolut, dimana kemiskinan absolut ini berdasarkan
ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan dasar atau kebutuhan pokok minimum.
Seseorang disebut miskin secara absolut apabila tingkat pen, dimana kemiskinan
absolut ini berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan dasar atau
kebutuhan pokok minimum. Seseorang disebut miskin secara absolut apabila tingkat

5
pendapatannya dibawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum (basic need) seperti pangan, sandang, papan, kesehatan,
dan pendidikan (Sumodiningrat, 1988 dalam Kusumaningrum, 2013).

2.6 Penyebab Kemiskinan pada Masyarakat Pesisir

Penyebab kemiskinan di bedakan menjadi 3 yaitu kemiskinan natural,


kemiskinan structural atau pun kemiskinan kultural. Kemiskinan natural adalah
kemiskinan yang disebabkan karena kekurangan dalam sumber daya baik secara SDA
ataupun SDM. Kemiskinan structural disebabkan karena pengaturan kelembangaan
atau status social dalam masyarakat yang membuat seseorang terbelenggu dan tidak
memiliki kesempatan karena lemahnya akses pada kekuasaan. Kemiskinan kultural
disebabkan oleh budaya karena gaya hidup, kebiasaan, dan budaya masyarakat
setempat (Kusumaningrum, 2013).

Kemiskinan bersifat multidimensional, yang berarti tidak hanya berkaitan


dengan aspek ekonomi saja seperti ketiadaan pendapatan dan harta (lack of income
and assets), akan tetapi terkait dengan aspek-aspek lainnya. Hal ini mengandung arti
bahwa kemiskinan disuatu Negara tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
ekomoni saja, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor-faktor non ekonomi.

Menurut Utami (2010) dalam Kusumaningrum (2013) bahwa masyarakat


pesisir sering diidentikkan dengan masyarakat miskin. Disebut masyarakat miskin
karena masih banyak masyarakat pesisir yang menggantungkan hidup dari sumber
daya laut namun modal usaha yang dimiliki relative kecil, peralatan tangkap
tradisional, dan organisasi penangkapan yang relative sederhana.

Kemiskinan yang terdapat pada masyarakat pesisir atau pemukiman nelayan


dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor alamiah, structural, dan kultural.
Apabila dilihat dari faktor alamiah, bahwa keadaan alam di laut sangat tidak bisa di
prediksi seperti gelombang tinggi, angina kencang atau badai serta rusaknya alam

6
sehingga tangkapan ikan semakin sedikit. Selanjutnya masyarakat nelayan memiliki
kelemahan secara structural yaitu kemampuan dalam memenuhi permodalan sangat
lemah bahkan seringkali dibawah kekuasaan tengkulak atau rentenir. Selain itu
manejemen dan kelembagaan yang lemah serta keterbatasan teknologi (Dewi, 2018).

Menurut Mudana (2013) bahwa kemiskinan yang dimiliki oleh masyarakat


nelayan juga tergambarkan dari rendahnya tingkat pendidikan yang dimilikinya.
Mereka umumnya hanya mengenyam pendidikan dasar. Terbatasnya tingkat
pendidikan yang dimilikinya tidak hanya disebabkan oleh rendahnya kesadaran akan
pentingnya pendidikan, tetapi cenderung disebabkan oleh keterbatasan kemampuan
pembiayaan. Keterbatasan kemampuan ekonomi keluarga menyebabkan mereka lebih
diposisikan sebagai bagian dari unit produksi untuk meningkatkan pendapatan
keluarga. Artinya anak-anak dalam keluarga miskin lebih diposisikan sebagai sumber
daya ekonomi keluarga dari pada sebagai sumber daya manusia yang harus
ditingkatkan kualitasnya melalui proses pendidikan formal. Kondisi ini dipacu juga
oleh pembiayaan pendidikan formal yang relatife cukup tinggi.

Menurut Menggela, (2016) Secara umum kemiskinan masyarakat pesisir


disebabkan oleh tidak terpenuhi hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan
pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, infrastruktur. Disamping itu, kurangnya
kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi, taknologi dan
permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan posisi
tawar masyarakat miskin semakin lemah. Pada saat yang sama ini kurang berpihak
pada masyarakat pesisir sabagai salah satu pemangku kepentingan di wilayah pesisir.

a. Kondisi Alam
Kemiskinan masyarakat nelayan terjadi disebabkan masyarakat nelayan hidup
dalam suasana alam yang keras yang selalu dating tiap tahunnya dan lamanya
pun tidak dapat dipastikan akan semakin membuat masyarakat nelayan terus
berada dalam lingkaran kemiskinan setiap tahunnya.

7
b. Tingkat pendidikan nelayan
Nelayan yang miskin umumnya belum banyak tersentuh teknologi modern,
kualitas sumber daya masnusia rendah dan tingkat produktivitas hasil
tengkapannya juga sangat rendah. tingkat pendidikan nelayan berbanding
lurus dengan teknologi yang dapat dihasilkan oleh para nelayan, dalam hal ini
teknologi di bidang penangkapan dan pengawetan ikan. Ikan sangat cepat
mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan bahan makanan lain
disebabkan oleh bakteri dan perubahan kemiawi pada ikan. Oleh karena itu,
diperlukan teknologi pengawetan ikan yang baik. Selama ini, nelayan hanya
menggunakan cara yang tradisional untuk mengawetkan ikan. Hal tersebut
dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan dan penguasaan nelayan terhadap
teknologi.
c. Pola kehidupan nelayan sendiri
Stereotipe semisal boros dan malas oleh berbagai pihak sering dianggap
menjadi penyebab kemiskinan nelayan. Padahal nelayan jika dicermati justru
memiliki etos kerja yang handal. Memang ada sebagian nelayan yang
mempunyai kebiasaan dan budaya boros dan hal tersebut menyebabkan posisi
tawar masyarakat miskin semakin lemah.
d. Pemasaran hasil tangkapan
Tidak semua daerah pesisir memiliki tempat pelelangan ikan (TPI). Hal
tersebut membuat para nelayan terpaksa untuk menjual hasil tangkapan
mereka kepada tengkulak dengan harga yang jauh di bawah harga pasaran.
e. Program pemerintah yang tidak memihak neyalan
Pemerintah tidak mendukung dan tidak memiliki program untuk
meningkatkan potensi alam Yang ada di masyarakat pesisir..

Sedangkan Menurut Kusnadi dalam Sofianto, (2015). Menyatakan penyebab


kemiskinan masyarakat nelayan yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu internal dan
eksternal.

8
a. Sebab internal sebagai berikut:
1) Keterbatasan kualitas sumber daya manusia (SDM)
2) Keterbatasan modal dan teknologi
3) Hubungan kerja kurang menguntungkan
4) Kesulitan diversifikasi usaha
5) Ketergantungan terhadap okupasi melaut
6) Gaya hidup boros

b. Sebab eksternal sebagai berikut:


1) Kebijakan yang berorientasi prooduktivitas dan parsial
2) Sistem pemasaran yang merugikan
3) Kerusakan ekosistem
4) Peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan
5) Penegakan hokum yang lemah
6) Terbatasnya teknologi pengolahan
7) Terbatasnya peluang-peluang kerja non perikanan
8) Kondisi alam dan musim
9) Isolasi geografis.

Secara garis besar, dapat dikatakan bahwa peneybab kemiskinan setidaknya


terkait dengan tiga dimensi, yaitu

a. Dimensi Ekonomi
Kurangnya sumber daya yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kesejahteraan orang, baik secara financial ataupun segala jenis kekayaan yang
dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

b. Dimensi social dan budaya


Kekurangan jaringan social dan struktur yang mendukung untuk
mendapatkan kesempatan agar produktivitas seseorang meningkat.

9
c. Dimensi social dan Politik
Rendahnya derajat akses terhadap kekurangan yang mencakup tatanan
sistem social politik.

2.7 Strategi Mengatasi Kemiskinan Masyarakat Pesisir

2.7.1 Pemberdayaan

Kemiskinan masyarakat pesisr ini kiranya perlu perhatian dari berbagai pihak
untuk mengupayakan berbagai cara baik melalui pemberdayaan, pemberian bantuan
usaha, maupun pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat pesisir untuk
menanggulangi peran kemiskinan yang ada dan untuk meningkatkan taraf hidup yang
sejahtera. Pemberdayaan dan diverifikasi usaha merupakan suatu alternative dalam
mengatasi kemiskinan masyarakat pesisir. Hal iti sejalan dengan keberadaan
kemiskinan yang disebabkan oleh faktor sosiokultural dan structural (Mudana, 2013).
Untuk mengatasi hal itu, diperlukan pendekatan yang terintegrasi antara berbagai
elemen termasuk dukungan kebijakan dan politik. Jalan pintas untuk dapat keluar dari
kemiskinan masyarakat pesisir adalah mengubah kebijakan pemerintahan yang peduli
terhadap pembangunan daerah pesisir, utamanya sumber daya manusia yang
berkualitas agar dapat mengelola secara optimal sumber daya alam di daerah pesisir
yang cukup melimpah (Sabarisman, 2017).

Pemberdayaan didefinisikan sebagai kegiatan membantu individu untuk


memperoleh daya guna mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan
dilakukan, terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi hambatan pribadi dan
social dalam melakukan tindakan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya
diri mereka untuk menggunakan daya yang dimiliki dengan mentransfer daya yang
ada dalam lingkungan (Payne dalam Adi, 2010 dalam Sabarisman, 2017)

10
Sementara itu Ife (1995) dalam Sabarisman (2017) memberikan batasan
pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber,
kesempatan, pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan
merekan menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan
mempengaruhi kehidupan komunitas mereka. Dengan demikian pemberdayaan yang
dikaitkan dengan kemiskinan dapat disebutkan sebagai proses peningkatan kondisi
kehidupan dan penghidupan yang ditujukan kepada masyarakat miskin dengan
mendayagunakan atau menguatkan potensi yang dimiliki individu dan potensi sumber
daya lainnya yang terdapat disekitar lingkungannya. Menurut Mubarak (2010) dalam
Sabarisman (2017) pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai upaya untuk
memulihkan atau meningkatkan kemampuansuatu komunitas untuk mampu berbuat
sesuai dengan harkat dan martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak dan
tanggung jawabnya selaku anggota masyarakat. Sehingga dalam perspektif
pemberdayaan, masyarakat. Sehingga dalam perspektif pemberdayaan, masyarakat
diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana pembangunan baik yang berasal dari
pemerintah maupun swasta, yang mengharuskan masyarakat berperan aktif dalam
proses pemilihan, perencanaan, dan pelaksanaan pembangunan (Sabarisman, 2017).

Peranan perempuan juga sangat penting untuk menstabilkan ekonomi nelayan.


Istri nelayan juga harus diberdayakan untuk menopang perekonomian keluarga.
Ketika suami mencari ikan di laut peranan dari istri harus berusaha mendapatkan
pemasukan tambahan seperti dengan cara mengelolah sumber daya laut (seperti
membuat ikan asin, terasi, dan sebagainya), dan membuat keterampilan seperti
jarring, tambang dan alat-alat mengangkap ikan.

2.7.2 Melakukan pendekatan pengantasan secara Multidimensional

Kemiskinan merupakan masalah yang multidimensional sehingga pendekatan


untuk mengentaskan kemiskinan juga harus muldiminsional. Mengatasi kemiskinan
kaum nelayan, setidaknya perlu menggagas dan mewujudkan harapan akan perkuatan

11
sector kelautan dari semua aspek. Mulai dari pemetaan wilayah terbaru, penegasan
tapal pembatas, perkuatan armada pertahanan lautan (penambahan jumlah kapal
patrol laut sampai jumlah ideal), Pengembangan dan kawal tetap pulau-pulau terluar,
penertiban zona tangkapan ikan dan aktivitas kelautan lain, sampai persoalan
penyelamatan lingkungan perairan. ini termasuk perkuatan sector perikanan,
perjuangan nasib nelayan local, penegasan dan penegakan hokum perairan dan
kelautan, sampau pemanfaatan berkelanjutan potensi laut yang ramah lingkungan.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa penyebab dari kemiskinan masyarakat pesisir


dikarenakan oleh 2 kelompok yaitu internal dan eksternal. sebab internal yaitu 1)
keterbatasan SDM, 2) keterbatasan modal dan teknologi, 3) hubungan kerja kurang
menguntungkan, 4) kesulitan diverifikasi usaha, 5) ketergantungan terhadap okupasi
melaut, dan 6) gaya hidup boros. Sedangkan sebab eksternal yaitu 1) kebijakan yang
berorientasi produktivitas dan parsial, 2) sistem pemasaran yang merugikan, 3)
kerusakan ekosistem, 4) peralatan tangkap yang tidak ramah lingkungan, 5)
penegakan hukum yang lemah, 7) terbatasnya peluang-peluang kerja non perikanan,
8) kondisi alam dan musim, dan 9) geografis.

3.2 Saran

Disarankan agar mempelajari lagi untuk pembaca tentang penyebab-penyebab


terjadinya kemiskinan pada masyarakat pesisir agar dapat menyelesaikan terjadinya
kemiskinan bagi masyarakat pesisir

13
DAFTAR PUSTAKA

Dewi Anak Agung I. A. A., (2018). Model Pengelolaan Wilayah Pesisir Berbasis
Masyarakat :Community Based Develoment. Jurnal Penelitian Hukum De
Jure. 18(2). Hal. 163-182. p-ISSN ; 1410-5832. e-ISSN 2579-8561.

Fama A., (2016). Komunitas Masyarakat Pesisir Di Tambak Lorok, Semarang.


Sabda. Volume 11, Nomor 2, ISSN : 1410-7910.

Kusumaningrum A., (2013). Kebijakan Pembangunan Dalam Pengentasan


Kemiskinan Masyarakat Pesisir (Studi Kasus Pada Masyarakat Pesisir di
Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah). Agriekonomika, Volume 2, Nomor 1,
ISSN: 2301-9948.

Menggela S. R., (2016). Kemiskinan pada Masyarakat Nelayan Di Cilincing. The


Indonesian Journal of Public Administration. Volume 2, Nomor 1.

Mudana I W, (2013). Ideologi Nyegara gunung: Sebuah Kajian Sosiokultural


Kemiskinan Pada Masyarakat Pesisir Di Bali Utara. Jurnal Ilmu Sosial dan
Humaniora. Vol. 2, No. 1. ISSN: 2303-2898.

Nurwati N., (2008). Kemiskinan: Model Pengukuran, Permasalahan dan Alternatif


Kebijakan. Jurnal Kependudukan Padjadjaran. Vol. 10(1). Hal. 1-11.

Tamboto H. J.D., & Manongko A. A.Ch., (2019) Model Pengentasan Kemiskinan


Masyarakat Pesisir Berbasisi Literasi Ekonomi dan Modal Sosial. CV. Seribu
Bintang. ISBN : 978-623-7000-01-3.

Sofianto A., (2015). Prinsip-Prinsip Penanggulangan Kemiskinan di Wilayah Pesisir


Utara Jawa Tengah. Buletin Ilmiah “Marina” Sosial Ekonomi Kelautan dan
Perikanan, Vol. 2, No. 2, Hal. 81-91.

14
Sabarisman M., (2017). Identifikasi dan Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pesisir.
Sosio Informa. Vol. 3, No. 3.

15

Anda mungkin juga menyukai