Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH INDIVIDU

KONSEP MASYARAKAT MARITIM DI BMI, KELOMPOK-


KELOMPOK SOSIAL MARITIM, DAN KARAKTERISTIK
SOSIALNYA

Disusun Oleh :

Nur Rezky A (F041231007)

MATA KULIAH WAWASAN BUDAYA DAN IPTEK BMI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang
"Konsep Masyarakat Maritim di BMI, Kelompok-Kelompok SosialMaritim, dan
Karakteristik Sosialnya".

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya,
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan,


baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh
karena itu, saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar
saya dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang saya susun ini memberikan manfaat
dan juga inspirasi untuk pembaca.

Makassar, 18 September 2023

2
DAFTAR ISI

Halaman sampul

Kata Pengantar..........................................................................................2

Daftar isi..................................................................................................3

BAB l PENDAHULUAN

A. Latar belakang..........................................................…........................4

B. Rumusan masalah.................................................................................4

BAB ll PEMBAHASAN

A Konsep Masyarakat Maritim ...................................................................5

B. Kelompok-Kelompok Sosial Maritim Sebagai Cikal Bakal Masyarakat


Maritim Pedesaan Indonesia…......................................................…..........6
C. Kelompok-kelompok Sub-Etnik Pewaris Kebudayaan Maritime Pedesaan
Berikutnya…………………………………………........................….............7
D. Kelas Sosial-Ekonomi dan Struktur Sosial dalam Masyarakat
Maritim……………………………………………………...............…............7

E. Karakteristik Sosial Masyarakat Maritim……………...…..…………………..8

BAB lll PENUTUP

A. Kesimpulan.....................…...............................................................10

B. Saran................................................................................................10

Daftar Pustaka

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara perairan yang ditaburi oleh ribuan
pulau.Tidak kurang dari 13.466 pulau terdapat di wilayah Indonesia. Luas wilayah
perairan Indonesia meliputi kawasan laut seluas 3,1 km2 yang terdiri dari 2,8 juta
km2 perairan kepulauan (termasuk 92,877 km2 perairan darat) dan 0,3 juta km2
wilayah laut, sedangkan luas wilayah daratannya adalah 1.826.440 km2. Apabila
ditambah dengan luas kawasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), maka
jumlah keseluruhan wilayah perairan Indonesia adalah 7,9 juta kilometer persegi.

Sebagai sebuah negara perairan dengan wilayah yang sangat luas,


sebagian penduduk Indonesia tersebar di berbagai kawasan pesisir.Diperkirakan
ada sekitar 40 (empat puluh) juta orang penduduk, tersebar di 4.735 desa pesisir
yang sebagian di antaranya terletak di wilayah perkotaan.Desa-desa pesisir
tersebut terutama terkonsentrasi di wilayah pantai Selat Malaka, Laut Cina
Selatan, Laut Jawa, dan Selat Makassar.Sebagian besar penduduk di desa-desa
pesisir itu merupakan masyarakat yang masih tradisional, dengan strata sosial
ekonomi dan tingkat pendidikan rendah.Mereka merupakan sebuah kelompok
masyarakat yang terdiri dari berbagai suku atau etnis yang sebagian besar
menggantungkan kehidupannya pada laut. Bagi mereka laut bukan hanya
merupakan sumber penghidupan, tetapi juga merupakan penghubung (bukan
pemisah) antara satu wilayah dengan wilayah lain dan antara satu etnis dengan
etnis lainnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah;

1. Apa itu masyarakat maritim?


2. Bagaimana karakteristik masyarakat maritim?
3. Apa-apa saja kelompok-kelompok social masyarakat maritim?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Masyarakat Maritim


Konsep Masyarakat Maritim Istilah “masyarakat” berasal dari bahasa
Arab, yakni berakar dari kata "syaraka" yang berarti "ikut serta, berpartisipasi."
Sementara di bahasa Inggris, istilah "masyarakat" disebut dengan "society"
yang berasal dari kata latin "socius," berarti "kawan." Menurut
koentjaraningrat, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi,
menurut sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh satu
identitas bersama dalam suatu wilayah tertentu. Jadi dapat disimpulkan bahwa
masyarakat adalah kumpulan orang-orang yang hidup bersama, saling
berinteraksi satu sama lain dan memiliki adat istiadat,aturan serta norma yang
berlaku diantara mereka yang bersifat kontinyu (berlangsung secara terus-
menerus).

Menurut Soegiarto, pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat


dan laut. Ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun yang
terendam air, yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angina
laut, dan perembesan air asin. Sedangkan kea rah laut meliputi bagian laut yang
masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti
sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan
manusia di darat seperti penggundulan hutan dan pencereman.

Masyarakat maritim adalah kesatuan hidup manusia berupa


kelompok-kelompok kerja, komunitas sekampung atau sedesa, kesatuan suku
bangsa, kesatuan administratif berupa kecamatan, provinsi, bahkan bisa
merupakan Negara/kerajaan, yang sebagian besar atau sepenuhnya
menggantungkan kebutuhan ekonominya secara langsung atau tidak langsung
pada pemanfaatan sumber daya laut (baik hayati dan non hayati) dan jasa-jasa laut
yang dipedomani dan dicirikan bersama dengan kebudayaan maritimnnya.

Masyarakat maritim menggantungkan mata pencahariannya dari


eksploitasi laut. Artinya bahwa mereka hidup dari sumber daya dana lam yang
masih melimpah didekat sekitar pantai. Dalam perkembangannya, hasil sumber
daya laut yang dihasilkan seperti ikan, kerang dan hasil-hasil yang didapatkan di
laut. Ciri khas yang paling menonjol dari masyarakat maritime adalah sifat

5
keterbukaan dalam menerima unsur-unsur dari luar, sebagai contoh
berkembangnya agama Islam pada abad ke-15 dan ke-16 di Indonesia melalui

daerah-daerah pelabuhan seperti Samudra Pasai, Aceh, Malaka, Demak, Gresik,


dan masih banyak daerah lain.

Masyarakat maritim pada umumnya telah menjadi bagian dari masyarakat


yang pluraristik tapi masing sangat mempunyai jiwa kebersamaan yang kuat.
Artinya bahwa struktur masyarakat maritim rata-rata merupakan gabungan
antara karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan. Karena struktur
masyarakat maritim sangat plurar sehingga mereka mampu membentuk system
dan nilai budaya yang merupakan akultrasi budaya dari masing-masing
komponen yang membentuk struktur masyarakatnya. Masyarakat maritim
mempunyai sifat-sifat atau karakteristik tertentu yang khas/unik. Sifat ini sangat
erat kaitannya dengan sifat usaha di bidang perikanan itu sendiri. Karena sifat dari
usaha-usaha perikanan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
lingkungan, musim, dan pasar, maka karakteristik masyarakat maritim juga
terpengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

B. Kelompok-Kelompok Sosial Maritim Sebagai Cikal Bakal


Masyarakat Maritim Pedesaan Indonesia
Kelompok-kelompok Etnik (Suku-Bangsa) Sebagai Cikal Bakal
Masyarakat Maritim Pedesaan Indonesia Jika melacak cikal bakal masyarakat
maritim Indonesia, maka di antara sekian banyak kelompok-kelompok suku
bangsa pengelola dan pemanfaat sumber daya dan jasa-jasa laut yang ada seperti
nelayan dan pelayar. Beberapa kelompok-kelompok etnik (suku-bangsa) sebagai
cikal bakal masyarakat maritim pedesaan di Indonesia antara lain;

1. Etnis-etnis Bajo (Sea Gypsies)


2. Bugis (bermula di Teluk Bone)
3. Makassar (bermula di Galesong)
4. Mandar (Sulawesi Barat)
5. Buton (dalam wilayah Sulawesi Tenggara)
6. Madura (dalam wilayah Jawa Timur)

Kelompok tersebut dari dulu hingga sekarang menggunakan dan


memanfatkan laut sebagai sumber pendapatan ekonomi serta menggunakan
sarana transportasi di laut karena merupakan cikal bakal dari masyarakat maritim
yang ada di Indonesia.

6
C. Kelompok-kelompok Sub-Etnik Pewaris Kebudayaan
Maritime Pedesaan Berikutnya

Sejak beberapa dekade terakhir, bukan hanya kelompok tersebut


dianggap sebagai masyarakat pewaris dan pendukung kebudayaan maritim di
Indonesia, tapi tidak terkecuali bagi semua komunitas pesisir dan pulau-pulau
dari Sabang sampai Merauke yang telah menggagas dan mengembangkan
sektor-sektor ekonomi berkaitan sumber daya dan jasa-jasa laut di sekelilingnya.
Beberapa kelompok-kelompok sub-etnik pewaris kebudayaan maritime
pedesaan berikutnya antara lain :
1. Pelayar dan nelayan pulau Bawean
2. Pelayar dan nelayan di Masalembo dan Sapudi (Jawa)
3. Pedagang-pedagang Bonerate
4. Nelayan di Pulau Polu’e di Laut Flores
5. Pemburu paus dari Lamalera (Lomblen di Selat Timor, Orang Luang di
sebelah barat dayanya)
6. Pelaut di daerah koloni Bugis (di Flores, Bima, Riau, Lampung yang
menguasai jaringan perdagangan luas dari berbagai jenis komoditi ekspor
dan inpor

Menurut Adrian Horridge, suku-suku bangsa ini dianggap sebagai pewaris


kebudayaan maritim dari ras Melayu-Polinesia perintis dan pengembang
kebudayaan maritim di Asia Tenggara sejak ribuan tahun silam.

D. Kelas Sosial-Ekonomi dan Struktur Sosial dalam Masyarakat


Maritim

Terdapat dua tipe sosial-ekonomi masyarakat maritim (pada kasus nelayan


dan pelayar/pekerja transportasi dan perdagangan) :
1. Tipe pedesaan lokal tradisional yang sedang berkembang Ciri-
cirinya berupa struktur sosialnya tidak tajam, kurang berkelas
dan bersertifikasi. Misalnya perbedaan status dan peran yang
kurang jelas akibat hubungan sosial yang tidak formal
(cenderung akrab satu sama lain) dalam masyarakat
sehingga pembagian kerjanya juga cenderung tidak jelas.

7
Selain itu, aturan dari segi pembagian hasil pendapatan yang
tidak terstruktur juga merupakan ciri tipe pedesaan lokal
tradisional yang sedang berkembang.
2. Tipe modern perkotaan berskala besar yang kapitalis-industrial.
Ciri-ciri berbanding terbalik dengan tipe pedesaan lokal
tradisional yaitu struktur sosialnya berkelas dan bersertifikasi
sehingga terdapat perbedaan status dan peran yang jelas
dalam organisasi mereka serta memiliki hubungan sosial dalam
bentuk yang formal dan resmi. Selain itu, terdapat aturan dari
segi pembagian hasil pendapatan yang telah ditetapkan dan
sudah jelas bergantung dari posisi atau jabatan masing-masing
individu.

E. Karakteristik Sosial Masyarakat Maritim

Karakteristik Masyarakat Maritim;


1. Pertama, masyarakat pantai/maritim tersebut menggantungkan
mataa pencahariannya dari eksploitasi laut. Artinya bahwa
mereka hidup dari sumber daya dan alam ynag masih berlimpah
di dekat sekitar pantai. Dalam perkembangannya, hasil sumber
daya laut yang antara lain dari hasil ikan, kerang dan
sebagaainya.
2. Kedua, ciri khas yang menonjol masyarakat maritim adalah sifat
keterbukaan dalam menerima unsur-unsur dari luar. Sebagai
contoh berkembangnya agama Islam pada abad ke-15 dan ke-16
di Indonesia atau Nusantara, adalah melalui daerah-daerah atau
kota-kota pelabuhan seperti Samudra Pasai, Aceh, Malaka,
Demak, Gresik, Tuban dan lain-lain.
3. Ketiga, dalam hal religi yang berorientasi kepada kepercayaan
adanya dunia roh dan lebih khusus lagi penghormatan kepada
roh nenek moyang mereka. Pada masyarakat pantai, terutama
masyarakat nelayan atau pelaut, upacara-upacara semacam itu
juga ditujukan kepada tokoh-tokoh mistis penjaga laut, seperti
Ratu Pantai Selatan dan Pantai Utara, agar mereka diberi
keselamatan dalam menjalankan pekerjaan sebagai nelayan atau
pelaut.
4. Keempat, ciri masyarakat penduduk pantai suka melakukan
hubungan interaksional dengan penduduk pantai lainnya
maupun terhadap masyarakat pedalaman. Kalau masyarakat

8
pantai dengan masyarakat pantai lainnya yaitu dalam bentuk
perdagangan dan pelayaran. Sedangkan dengan masyarakat
pedalaman yaitu dengan tukar-menukar hasil laut dengan bahan
makanan pokok seperti beras.

Masyarakat pesisir pada umumnya telah menjadi bagian dari masyarakat


yang pluraristik tapi masih memiliki jiwa kebersamaan. Artinya bahwa struktur
masyarakat pesisir rata-rata merupakan gabungan karakteristik masyarakat
perkotaan dan pedesaan. Karena, struktur masyarakat pesisir sangat plurar,
sehingga mampu membentuk sistem dan nilai budaya yang merupakan akultrasi
budaya dari masing- masing komponen yang membentuk struktur masyarakatnya.
Masyarakat pesisir mempunyai sifat-sifat/ karakteristik tertentu yang khas/unik.
Sifat ini sangat erat kaitannya dengan sifat usaha di bidang perikanan itu sendiri.
Karena sifat dari usaha- usaha perikanan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti lingkungan, msim, dan pasar, maka karakteristik masyarakat pesisir juga
terpengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Konsep Masyarakat Maritim di BMI adalah penting dalam konteks


Indonesia sebagai negara kepulauan. Hal ini melibatkan pemahaman tentang
ketergantungan pada laut sebagai sumber daya, ekonomi maritim, kearifan lokal,
dan pengelolaan sumber daya laut secara berkelanjutan. Kelompok-kelompok
sosial maritim, seperti nelayan, pelaut, dan masyarakat pesisir, memiliki peran
penting dalam masyarakat maritim BMI dengan kontribusi mereka dalam
pengelolaan sumber daya laut dan pelestarian budaya maritim.

Karakteristik sosial dari kelompok-kelompok sosial maritim mencakup


nilai-nilai budaya, kearifan lokal, serta tantangan sosial yang dihadapi, seperti
kesenjangan ekonomi dan akses terhadap pendidikan. Pemahaman akan
karakteristik ini adalah kunci untuk merancang kebijakan yang berkelanjutan dan
pemberdayaan masyarakat maritim.
B. Saran

Setelah membaca makalah ini, kami berharap para pembaca dapat


memahami apa itu masyarakat maritime, konsep-konsep masyarakat maritime,
dan karakteristik masyarakat maritime.

10
DAFTAR PUSTAKA

Website/jurnal : Baan, Daniel. 2017. “MASYARAKAT MARITIM”,


https://pdfcoffee.com/masyarakat-maritim-7-pdf-free.html

Hanazah, Miratul. 2020. “Masyarakat maritim dan Kategorinya”,


https://pdfcoffee.com/masyarakat-maritim-dan-kategorisasinya-pdf-free.html

Susilowati, E., 2017, Etnis Maritim dan Permasalahannya, Sabda: Jurnal Kajian
Kebudayaan, 7(1), 1-18.

Wido, A. D. P., dan Daya, P. M. S, Pengembangan Masyarakat Maritim


Dan Desa/Komunitas Pantai dan Pulau-Pulau.

11
12

Anda mungkin juga menyukai