Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

WAWASAN SOSIAL BUDAYA MARITIM


“ MASYARAKAT MARITIM”

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS HASANUDDIN
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah. kami tentu menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta
kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak telah
membimbing saya dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Makassar, 18 Oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 Latar belakang........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
2.1 Konsep Masyarakat Maritim..................................................................2
2.2 Realitas Masyarakat Maritim.................................................................3
2.3 Masalah Masyarakat Maritim................................................................3
2.4 Solusi Masyarakat Maritim....................................................................5

BAB III PENUTUP................................................................................................9


3.1 Kesimpulan............................................................................................9
........................................................................................................................
3.2 Saran.......................................................................................................9
........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama- sama
mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas yang
terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir (Satria,
2004). Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang hidup, tumbuh dan
berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi antara wilayah darat
dan laut. Masyarakat pesisir pada umumnya sebagian besar penduduknya bermata
pencaharian di sektor pemanfaatan sumberdaya kelautan, seperti nelayan,
pembudidaya ikan, penambangan pasir dan transportasi laut (Iron dalam Mulyadi
2005).
Masyarakat dikawasan pesisir Indonesia sebagian besar berprofesi sebagai
nelayan yang diperoleh secara turun-temurun dari nenek moyang mereka.
Karakteristik masyarakat nelayan terbentuk mengikuti sifat dinamis sumberdaya
yang digarapnya, sehingga untuk mendapatkan hasil tangkapan yang maksimal,
nelayan harus berpindah-pindah. Selain itu, resiko usaha yang tinggi
menyebabkan masyarakat nelayan hidup dalam suasana alam yang keras yang
selalu diliputi ketidakpastian dalam menjalankan usahanya (Sebenan dalam
wasak, m 2007). Seperti juga masyarakat yang lain, masyarakat nelayan
menghadapi sejumlah masalah sosial ekonomi yang begitu komplek (Kusnadi,
2009). Selain permasalahan yang dimiliki oleh nelayan diatas, “nelayan juga 2
identik dengan keterbatasan aset, lemahnya kemampuan modal” (Siswanto, Budi,
2008). Menurut (Apridar, 2011) memanfaatkan potensi laut yang ada sudah
menjadi kebiasaan dan cara utama untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
pesisir. Namun kondisi masyarakat pesisir secara umum lebih-lebih adalah
masyarakat nelayan yang masih tradisional berada dalam kondisi atau di bawah
garis kemiskinan.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa yang dimaksud dengan konsep masyarakat maritim ?
B. Bagaimana realitas masyarakat maritim ?
C. Masalah apa saja yang dihadapi masyarakat maritim ?
D. Apa solusi dari permasalahan masyarakat maritim ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Masyarakat Maritim
Masyarakat bahari dipahami sebagai kesatuan-kesatuan hidup manusia
berupa kelompok-kelompok kerja, komunitas sekampung atau sedesa, kesatuan
suku bangsa, kesatuan administratif berupa kecamatan, provinsi, bahkan bisa
merupakan negara atau kerajaan, yang sebagian besar atau sepenuhnya
menggantungkan kehidupan ekonominya secara langsung atau tidak langsung
pada pemanfaatan sumber daya laut (hayati dan nonhayati) dan jasa-jasa laut,
yang dipedomani oleh dan dicirikan bersama dengan kebudayaan baharinya.
1. Masyarakat Maritim Ideal di Indonesia
Secara ideal, semua masyarakat Indonesia termasuk masyarakat maritim.
Dikatakan demikian, karena penduduk negara kepulauan ini pada umumnya
memiliki wawasan dan gambaran dunia laut yang luas, pulau-pulau besar dan
kecil yang menaburi lautan tersebut, dan penduduk dengan keragaman etnis
menghuni pulau-pulau yang berjejer dari Sabang sampai Merauke.
Gambaran masyarakat pedalaman akan kegiatan ekonomi kebaharian
tumbuh dari pengetahuan dan apresiasi mereka terhadap jasa-jasa positif dan
nyata masyarakat bahari terhadap mereka. Jasa kebaharian tidak kalah pentingnya
bagi masyarakat pedalaman ialah jasa pelayaran antar pulau. Dari sejak dahulu
para pengembara/perantau dan pedagang antar pulau selalu memanfaatkan jasa
perhubungan laut. Pada kenyataannya, dari waktu ke waktu peranan jasa
pelayaran di Indonesia semakin penting dimungkinkan daya tampungnya lebih
besar dan tarif angkutan laut masih selalu lebih rendah dari pada tarif pesawat.
Wawasan kelautan masyarakat pedalaman juga tumbuh dari kenyataan
bahwa dari waktu ke waktu semakin banyak pula orang pedalaman yang terlibat
dalam sektor kebaharian melalui lembaga pendidikan di sekolah-sekolah kelautan
dan perikanan. Pengetahuan dan gambaran dunia kebaharian melalui mitologi dan
informasi, penilaian dan apresiasi terhadap jasa-jasa masyarakat bahari, dan
harapan bagi generasi muda untuk mengakses pendidikan kebaharian dan peluang
kerja pada sektor kebahrian tersebut, tentu akan menyumbang pada peningkatan
kadar budaya kebaharian masyarakat pedalaman pada tingkat ideal semata.
2. Masyarakat Maritim Aktual di Indonesia
Berbeda halnya dengan masyarakat bahari pada tatanan ideal, konsep
masyarakat bahari yang aktual merujuk pada kesatuan-kesatuan sosial yang
sepenuhnya atau sebagian besar menggantungkan kehidupan sosial ekonominya
secara langsung atau tidak langsung pada pemanfaatan sumber daya laut dan jasa-
jasa laut. Mereka terdiri dari kesatuan-kesatuan kelompok kerja seperti komunitas
nelayan dan pelayar, Angkatan Laut dan Satgas Keamanan laut,pekerja tambang,
pedagang dan pengusaha industri hasil laut, dan kawasan industri pariwisata.
Kesatuan sosial masyarakat bahari tersebut kebanyakan bersal dari daerah
pedesaan dan perkotaan pantai dan sebagian lainnya berasal dari pedesaan dan
perkotaan pedalaman. Sebagai kesatuan kelompok kerja, satuan tugas, dan
komunitas, tentu memiliki sistem sosial budaya masing-masing yang berfungsi
sebagai pedoman perilaku hubungan kerja sama dan praktik pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya dan jasa-jasa laut.
3. Cikal Bakal Masyarakat Maritim di Indonesia
Jika melacak cikal bakal masyarakat maritim Indonesia, maka di antara
sekian banyak kelompok-kelompok suku bangsa pengelola dan pemanfaat sumber
daya dan jasa-jasa laut yang ada seperti nelayan dan pelayar, menurut Adrian
Horridge, suku-suku bangsa Bajo, Mandar, Bugis, Buton, dan Madura dianggap
sebagai pewaris kebudayaan maritim dari ras Melayu-Polinesia perintis dan
pengembang kebudayaan maritim di Asia Tenggara sejak ribuan tahun silam.
Sejak beberapa dekade terakhir, bukan hanya kelompok tersebut dianggap
sebagai masyarakat pewaris dan pendukung kebudayaan maritim di Indonesia,
tapi tidak terkecuali bagi smeua komunitas pesisir dan pulau-pulau dari Sabang
sampai Merauke yang telah menggagas dan mengembangkan sektor-sektor
ekonomi berkaitan sumber daya dan jasa-jasa laut di sekelilingnya.

2.2 Realitas Masyarakat Maritim


realitas masyarakat nelayan masih memiliki karakteristik sendiri yang
bukan hanya terdiri dari struktur dan kultur masyarakatnya. Realitas sosial
masyarakat nelayan telah membagi formasi sosial maupun struktur sosial nelayan
menjadi dua kategori, yaitu nelayan tradisional dan nelayan modern.
Nelayan tradisional mengunakan teknologi penangkapan yang sederhana,
umumnya peralatan penangkapan ikan dioperasikan secara manual dengan tenaga
manusia. Kemampuan jelajah operasional terbatas pada perairan pantai.
Nelayan modern menggunakan teknologi penangkapan yang lebih canggih
dibanding dengan nelayan tradisional. Ukuran modernitas bukan semata-mata
karena pengunaan motor yang digunakan serta tingkat eksploitasi dari alat
tangkap yang digunakan. Perbedaan moderenitas teknologi alat tangkap juga akan
berpengaruh pada kemampuan jelajah operasional mereka.

2.3 Masalah Masyarakat Maritim


Persoalan utama yang dihadapi masyarakat pesisir adalah tingkat
kemiskinan, kerusakan sumber daya pesisir, persoalan pokok di atas memberikan
andil atas tingginya kerentanan desa menghadapi bencana alam dan perubahan
iklim.
1. kemiskinan
Masalah kemiskinan nelayan merupakan masalah yang bersifat multi dimensi
sehingga untuk menyelesaikannya diperlukan sebuah solusi yang menyeluruh, dan
bukan solusi secara parsial. Untuk kita, terlebih dahulu harus diketahui akar
masalah yang menjadi penyebab terjadinya kemiskinan nelayan.
Secara umum, kemiskinan masyarakat pesisir ditengarai disebabkan oleh tidak
terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan pangan,
kesehatan, pendidikan, pekerjaan, inftastruktur. Di samping itu, kurangnya
kesempatan berusaha, kurangnya akses terhadap informasi, teknologi dan
permodalan, budaya dan gaya hidup yang cenderung boros, menyebabkan posisi
tawar masyarakat miskin semakin lemah. Pada saat yang sama, kebijakan
Pemerintah selama ini kurang berpihak pada masyarakat pesisir sebagat salah satu
pemangku kepentingan di wilayah pesisir.
2. kerusakan sumber daya pesisir
Daerah pesisir dan laut merupakan salah satu dari lingkungan perairan yang
mudah terpengaruh dengan adanya buangan limbah dari darat. Wilayah pesisir
yang meliputi daratan dan perairan pesisir sangat penting artinya bagi bangsa dan
ekonomi Indonesia. Wilayah ini bukan hanya merupakan sumber pangan yang
diusahakan melalui kegiatan perikanan dan pertanian, tetapi merupakan pula
lokasi bermacam sumber daya alam, seperti mineral, gas dan minyak bumi serta
pemandangan alam yang indah, yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan
manusia, perairan pesisir juga penting artinya sebagai alur pelayaran.
Di daratan pesisir, terutama di sekitar muara sungai besar, berkembang pusat-
pusat pemukiman manusia yang disebabkan oleh kesuburan sekitar muara sungai
besar dan tersedianya prasarana angkutan yang relatif mudah dan murah, dan
pengembangan industri juga banyak dilakukan di daerah pesisir. Jadi tampak
bahwa sumberdaya alam wilayah pesisir Indonesia telah dimanfaatkan secara
beranekaragam. Namun perlu diperhatikan agar kegiatan yang beranekaragaman
dapat berlangsung secara serasi.
Suatu kegiatan dapat menghasilkan hasil samping yang dapat merugikan
kegiatan lain. Misalnya limbah industri yang langsung dibuang ke lingkungan
pesisir, tanpa mengalami pengolahan tertentu sebelumnya dapat merusak sumber
daya hayati akuatik, dan dengan demikian merugikan perikanan. Lingkungan
pesisir terdiri dari bermacam ekosistem yang berbeda kondisi dan sifatnya.
Pada umumnya ekosistem kompleks dan peka terhadap gangguan. Dapat
dikatakan bahwa setiap kegiatan pemanfaatan dan pengembangannya di manapun
juga di wilayah pesisir secara potensial dapat merupakan sumber kerusakan bagi
ekosistem di wilayah tersebut. Rusaknya ekosistem berarti rusak pula sumber
daya di dalamnya. Agar akibat negatif dari pemanfaatan beranekaragam dapat
dipertahankan sekeci-kecilnya dan untuk menghindari pertikaian
antarkepentingan, serta mencegah kerusakan ekosistem di wilayah pesisir,
pengelolaan, pemanfaatan dan pengembangan wilayah perlu berlandaskan
perencanaan menyeluruh dan terpadu yang didasarkan atas prinsip-prinsip
ekonomi dan ekologi.
Secara garis besar gejala kerusakan lingkungan yang mengancam kelestarian
sumber daya pesisir dan lautan di Indonesia yaitu : pencemaran, degradasi fisik
habitat, over eksploitasi sumber daya alam, abrasi pantai, konservasi kawasan
lindung menjadi peruntukan pembangunan lainnya dan bencana alam.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan wilayah pesisir dan laut,
khususnya di Indonesia yaitu pemanfaatan ganda, pemanfaatan tak seimbang,
pengaruh kegiatan manusia, dan pencemaran wilayah pesisir.
3. Rendahnya kemandirian organisasi sosial desa.
4. Minimnya infrasstruktur dan kesehatan lingkungan di pemukiman
desa.

2.4 Solusi Permasalahan Masyarakat Maritim


1. Peningkatan kualitas pendidikan masyarakat nelayan.
Dalam hal ini konteksnya adalah nelayan sebagai kepala rumah tangga, dan
nelayan sebagai seperangkat keluarga. Nelayan yang buta huruf minimal bisa
membaca atau lulus dalam paket A atau B. Anak nelayan diharapkan mampu
menyelesaikan pendidikan tingkat menengah. Sehingga kedepan akses
perkembangan tekhnologi kebaharian, peningkatan ekonomi lebih mudah
dilakukan.
2. Perlunya merubah pola kehidupan nelayan. Hal ini terkait dengan pola
pikir dan kebiasaan.
Pola hidup konsumtif harus dirubah agar nelayan tidak terpuruk ekonominya
saat paceklik. Selain itu membiasakan budaya menabung supaya tidak terjerat
rentenir. Selain itu perlu membangun diverifikasi mata pekerjaan khusus
dipersiapkan menghadapi masa paceklik, seperti pengolahan ikan menjadi
makanan, pengelolaan wialyah pantai dengan pariwisata dan bentuk penguatan
ekonomi lain, sehingga bisa meningkatkan harga jual ikan, selain hanya
mengandalakan ikan mentah.

3. Peningkatan kualitas perlengkapan nelayan dan fasilitas pemasaran.


Perlunya dukungan kelengkapan tekhnologi perahu maupun alat tangkap, agar
kemampuan nelayan Indonesia bisa sepadan dengan nelayan bangsa lain.
Begitupula fasilitas pengolahan dan penjualan ikan, sehingga harga jual ikan bisa
ditingkatkan.
4. Perlunya sebuah kebijakan sosial dari pemerintah
Yang berisikan program yang memihak nelayan, Kebijakan pemerintah terkait
penanggulangan kemiskinan harus bersifat bottom up sesuai dengan kondisi,
karakteristik dan kebutuhan masyarakat nelayan. Kebijakan yang lahir
berdasarkan partisipasi atau keterlibatan masyarakat nelayan, bukan lagi
menjadikan nelayan sebagai objek program, melainkan sebagai subjek. Selain itu
penguatan dalam hal hukum terkait zona tangkap, penguatan armada patroli laut,
dan pengaturan alat tangkap yang tidak mengeksploitasi kekayaan laut dan ramah
lingkungan.
Menkes menjelaskan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat nelayan dilakukan melalui 8 kegiatan lintas kementrian/lembaga yang
tertuang dalam kepres No.X/2011. Sementara itu upaya yang dilakukan dibidang
kesehatan adalah meningkatkan pelayanan kesehatan di puskesmas dan
jaringannya bagi masyarakat nelayan. Kegiatan puskesmas diarahkan pada upaya-
upaya kesehatan promotif-preventif dengan focal point keselamatan kerja dan
disertai berbagai upaya lain yang mencakup : perbaikan gizi, perbaikan sanitasi
dasar dan penyediaan air bersih, pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA),
penanggulangan penyakit menular dan tidak menular, dan pemberdayaan
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Masyarakat pesisir adalah sekumpulan masyarakat yang hidup bersama-
sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan memiliki kebudayaan yang khas
yang terkait dengan ketergantungannya pada pemanfaatan sumberdaya pesisir.
Realitas sosial masyarakat nelayan telah membagi formasi sosial maupun struktur
sosial nelayan menjadi dua kategori, yaitu nelayan tradisional dan nelayan
modern. Persoalan utama yang dihadapi masyarakat pesisir adalah tingkat
kemiskinan, kerusakan sumber daya pesisir, persoalan pokok di atas memberikan
andil atas tingginya kerentanan desa menghadapi bencana alam dan perubahan
iklim.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kita harusnya peka terhadap masalah masalah yang
terjadi di masyarakat, salah satunya diwilayah pesisir, dan kita juga harus turut
serta dalam memberdayakan masyarakat- masyarakat pesisir.
DAFTAR PUSTAKA

https://ekbis.sindonews.com/read/1013402/34/ini-masalah-utama-kemiskinan-
masyarakat-pesisir-1434457234

http://eprints.ung.ac.id/11879/2/2015-1-1-13201-811411090-bab1-
27072015092644.pdf

https://bisnis.tempo.co/read/447914/masyarakat-pesisir-hadapi-empat-masalah/
full&view=ok

http://www.rahmatullah.net/2010/05/menanggulangi-masalah-kemiskinan.html

Anda mungkin juga menyukai