DISUSUN OLEH :
DEPARTEMEN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................1
PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
A. Masyarakat Pesisir.....................................................................................................................2
B. Dinamika Masyarakat Pesisir....................................................................................................4
C. Kebudayaan Masyarakat Pesisir................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14
1
PEMBAHASAN
A. Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir adalah masyarakat yang tinggal dan melakukan aktivitas
sosial ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya wilayah pesisir dan lautan.
Dengan demikian, secara sempit masyarakat pesisir memiliki ketergantungan yang
cukup tinggi dengan potensi dan kondisi sumber daya pesisir dan lautan. Masyarakat
pesisir adalah sekumpulan masyarakat (nelayan, pembudidaya ikan, pedagang ikan,
dan lan-lain) yang hidup bersama-sama mendiami wilayah pesisir membentuk dan
memiliki kebudayaan yang khas yang terkait dengan ketergantungannya pada
pemanfaatan sumber daya pesisir.
2
organisme laut lainnya, pedagang ikan, pengolah ikan, supplier faktor sarana produksi
perikanan. Dalam bidang non-perikanan, masyarakat pesisir bisa terdiri dari penjual
jasa transportasi dan lain-lain. Yang harus diketahui bahwa setiap komunitas memiliki
karakteristik kebudayaan yang berbeda-beda.
3
menjadi sangat tinggi. Kondisi sumber daya yang berisiko tersebut menyebabkan
nelayan memiliki karakter keras, tegas, dan terbuka.
Jalur air berupa laut menjadi jalan utama adanya relasi atau hubungan dengan
masyarakat luar. Dengan terbangunnya jalur perdagangan laut maka bermunculan
pelabuhan-pelabuhan dan kota-kota dagang di pesisir pantai di berbagai wilayah di
Indonesia. Dunia perdagangan sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu ketika zaman
Hindu-Budha (abad ke-1) bahkan saya berasumsi sudah ada sejak zaman prasejarah
(manusia belum mengenal tulisan). Dalam sejarah kemaritiman, banyak kita temukan
dunia perdagangan dan pelabuhan semasa kejayaan kerajaan-kerajaan Hindhu-Budha
maupun Islam.
Hubungan atau relasi dagang yang terjadi tidak hanya antar masyarakat lokal
setempat melainkan antara wilayah atau pulau dan skala internasional yaitu dengan
para pedagang (saudagar) Asing dari berbagai belahan dunia. Hubungan yang
awalnya terbentuk sebagai hubungan dagang lama-kelamaan menjadi semakin
kompleks dan variatif. Tidak hanya dalam urusan berdagang saja melainkan sudah
mulai merambah ke sektor-sektor lain seperti pendidikan yang berbarengan dengan
misi agama.
4
kampung tersebut dihuni oleh komunitas sesuai namanya. Jadi sebagian ada yang mau
tinggal berbaur dengan masyarakat pribumi setempat dan ada pula yang lebih suka
tinggal bersama dengan orang-orang yang sama asalnya (se-suku, se-etnis, se-agama
atau se-negara) terbukti dengan dibuatnya kampung komunitas mereka masing-
masing.
5
ruang dan sumberdaya serta peluang terjadinya degradasi lingkungan dan problem
eksternalitas lebih besar karena terbatasnya pengaturan pengelolaan sumberdaya.
6
akan mencakup semua fenomena dan untuk pembatasan dan penyederhanaan subjek
kajian kiranya dilakukan fokus-fokus studi pada setiap atau beberapa fenomena sosial
budaya yang kompleks tersebut. Hal tersebut telah memunculkan dinamika pranata
sosial yang sangat mempengaruhi kepada kearifan lokal mereka. Kearifan lokal
merupakan strategi adaptasi yang memang muncul dari dalam masyarakat itu sendiri
dalam membenahi masalah-masalah sosial yang berkenaan dengan kehidupan
masyarakat. Kearifan lokal ini tumbuh dari hasil interaksi antara masyarakat dan
lingkungannya.
7
melaksanakan kegiatan pemerintahan sesuai jabatan masing-masing. Mereka
melalukan aktivitas rutin sebagi petani, nelayan, berdagang, dan sebagainya.
8
bahasa, seni, kepercayaan, pengetahuan, organisasi sosial (politik), teknologi, dan
ekonomi.
Budaya adalah suatu sistem makna dan simbol yang disusun dalam pengertian
dimana individu-individu mendefinisikan dunianya, menyatakan perasaannya dan
memberikan penilaian- penilaiannya, suatu pola makna yang ditransmisikan secara
historis, diwujudkan dalam bentuk-bentuk simbolik melalui sarana dimana orang-
orang mengkomunikasikan, mengabdikan, dan mengembangkan pengetahuan, karena
kebudayaan merupakan suatu sistem simbolik maka haruslah dibaca, diterjemahkan
dan diinterpretasikan.
Kebudayaan mempunyai tiga unsur, yaitu pertama sebagai suatu ide, gagasan,
nilai-nilai, norma-norma peraturan dan sebagainya, kedua sebagai suatu aktifitas
9
kelakuan berpola dari manusia dalam sebuah komunitas masyarakat, ketiga benda-
benda hasil karya manusia.
Ketiga, sistem sosial; Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi
sosial merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia
membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat
tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan
mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan dimana dia hidup dan
bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah
kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya,
10
manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk
membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya.
Ketujuh, kesenian; Dalam hal ini adalah segala aktivitas kesenian suatu
masyarakat tradisional. Bisa berupa benda-benda atau artefak yang memuat unsur
seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Unsur seni pada kebudayaan manusia lebih
mengarah pada teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni tersebut.
11
Adat istiadat suku yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil
sangatlah beragam. Di beberapa tempat sering dijumpai adanya budaya pengaturan
lahan laut atau sering disebut Hak ulayat laut. Aturan-aturan semacam ini merupakan
satu kearifan lokal yang perlu dihargai sesuai dengan UUD 1945 Pasal 18B ayat 2
yang disebutkan bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,
yang diatur dengan Undang-Undang.
Tradisi masyarakat pesisir sangat kental dengan aktivitas bahari, jauh sebelum
teknologi mesin modern digunakan pada perahu-perahu nelayan. Bagi masyarakat
daerah pesisir, menangkap ikan dengan cara yang tradisional selain untuk
melestarikan budaya pendahulu juga dianggap sebagai cara yang tepat untuk tetap
bisa bersahabat dengan alam sekitar yang telah menjadi tempat penghasilan
kehidupan nelayan.
Potensi budaya dan karya seni yang dimiliki masyarakat salah satu wilayah
yaitu di Pulau Bangka meliputi upacara adat/budaya dan seni yang dimiliki dan
makna dari upacara adat tersebut serta atraksi seni yang menyertai pelaksanaannya.
Adapun jenis budaya/seni yang dimiliki Masyarakat Pulau Bangka adalah sebagai
berikut:
12
1. Pesta Adat Tulude
2. Acara Masamper
13
DAFTAR PUSTAKA
Budianto, P. F., Susilo, E., & Indrayani, E. (2013). Implementasi Pengembangan Pariwisata
di Pulau-Pulau Kecil terhadap Masyarakat Pesisir Desa Lihunu, Kecamatan
Likupang, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara. ECSOFiM
(Economic and Social of Fisheries and Marine), 1(1), 1-10.
Fajrie, M. (2017). Gaya Komunikasi Masyarakat Pesisir Wedung Jawa Tengah. INJECT
(Interdisciplinary Journal of Communication), 2(1), 53-76.
Satria, A. (2015). Pengantar sosiologi masyarakat pesisir. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
14