Anda di halaman 1dari 17

Masyarakat Maritim Dan Kategorisasinya: Nelayan,

Pelayar/Pekerja, Transportasi, Pedagang, Petambang,


Pengelola Industri, Dan Marinir

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Andi Ashari Nur : 22130005


Nur Aeni : 22130170
Syamsiah : 22130042

PRODI ILMU KOMPUTER KELAS B


INSTITUT TEKNOLIGI SAINS DAN BISNIS MUHAMMADIYAH
SELAYAR
2023
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini disusun sebagai
salah satu tugas mata kuliah etnografi kemaritiman yang diampu oleh Ibu Annisa, S.Tr., M.Si.

Makalah ini membahas tentang pengertian masyarakat maritime, ciri-ciri masyarakat


kemaritiman, aspek-aspek masyarakat maritime, kategorisasi masyarakat maritime, dan
kategorisasi masyarakat maritime berdasarkan profesi.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Lebih dan kurangnya
mohon dimaafkan karena manusia tidak pernah luput dari kesalahan.

Sekian dari kami, terima kasih.

Salam, Penulis
ii

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Makalah1
D. Manfaat Makalah 1
BAB ISI 2
A. Pengertian Masyarakat Maritim 2
B. Ciri-Ciri Masyarakat Maritim 3
C. Aspek-Aspek Masyarakat Maritim 3
D. Kategorisasi Masyarakat Maritim 4
E. Kategorisasi Masyarakat Maritim Berdasarkan Profesi 6
1. Nelayan 6
2. Pelayar/Pekerja(Pelaut) 6
3. Transportasi 8
4. Pedagang 10
5. Petambang 11
6. Pengelola Industri 11
7. Marinir 11
F. KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA SEKTOR MARITIM 12
BAB PENUTUP 13
A. KESIMPULAN 13
B. SARAN 13
DAFTAR PUSTAKA 14
1

BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Luas wilayah Indonesia adalah 5.193.250 km². Dengan rinciannya luas daratan Indonesia
1.919.440 km². Sedangkan luas lautan sekitar 3.273.810 km². Dalam situs Kementerian
Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi disebutkan, Rujukan Nasional Data Kewilayahan
RI menyebutkan luas wilayah Indonesia baik itu darat dan perairan adalah 8.300.000 km2.

Angka rujukan nasional data kewilayahan RI, yang salah satunya luas laut Indonesia itu
dikerjakan sejak tahun 2015 oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Pusat Hidrografi dan
Oseanografi (Pushidros) TNI AL.

1. Luas perairan pedalaman dan perairan kepulauan Indonesia adalah 3.110.000 km2;
2. Luas laut teritorial Indonesia adalah 290.000 km2;
2. Luas zona tambahan Indonesia adalah 270.000 km2;
3. Luas zona ekonomi eksklusif Indonesia adalah 3.000.000 km2;
4. Luas landas kontinen Indonesia adalah 2.800.000 km2;
5. Luas total perairan Indonesia adalah 6.400.000 km2;
6. Luas NKRI (darat + perairan) adalah 8.300.000 km2;
7. Panjang garis pantai Indonesia adalah 108.000 km;
8. Jumlah pulau di Indonesia kurang lebih 17.504, dan yang sudah dibakukan dan disubmisi ke PBB
adalah sejumlah 16.056 pulau.
Dengan adanya data tersebut Indonesia berpotensi menjadi masyarakat maritime. Jika
dikelola dengan baik. Oleh karena itu kita wajib memahami tentang masyarakat maritime.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian masyarakat maritime?
2. Bagaimana ciri-ciri masyarakat maritime?
3. Apa saja yang termasuk kategorisasi masyarakat maritime?
4. Bagaimana mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat maritime?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian masyarakat maritime.
2. Mengetahu ciri-ciri mayarakat maritime.
3. Mengetahui kategorisasi masyarakat maritime.
4. Mengetahui cara mengatasi permasalahan yang ada di masyarakat maritime.

D. Manfaat Makalah
1. Menjadi acuan dalam mempelajari tentang masyarakat maritime.
2. Memberikan informasi penting mengenai masyarakat maritime agar bisa
dikembangkan.
3. Bisa membedakan masyarakat maritime sesuai dengan kategorisasinya.
2

BAB
ISI

A. Pengetian Masyarakat Maritim


Masyarakat maritim, yang terdiri dari dua buah kata yang memiliki makna tersendiri.
Maritim yang merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris yaitu maritime, yang berarti
navigasi, maritim atau bahari. Jika didefinisikan maka maritime berarti segala aktivitas pelayaran
dan perniagaan/perdagangan yang berhubungan dengan kelautan atau disebut pelayaran niaga.
Sedangkan masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, cukup lama
hidup bersama, mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan
melakukan sebagian besar kegiatannya di dalam kelompok tersebut.

Menurut Koentjaraningrat (1980), ialah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi


menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama.
Menurut Ralph Linton (1956), dalam Sitorus et. Al (1998) mengartikan masyarakat
sebagai kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka
dapat mengatur dan menggagap diri mereka sebagai suatu kesatuan social dengan batas-batas
tertentu.

Secara umum masyarakat maritime adalah kesatuan-kesatuan hidup manusia yang saling
berinteraksi berupa kelompok - kelompok kerja, kampung atau desa, suku bangsa (ethnic group),
komunitas, kesatuan-kesatuan administratif berupa kecamatan, provinsi, bahkan bisa merupakan
negara atau kerajaan, yang sebagian besar atau sepenuhnya menggantungkan kehidupan
ekonominya secara langsung atau tidak langsung pada pemanfaatan sumberdaya hayati atau
nonhayati laut serta jasa-jasa laut, yang dipedomani oleh dan dicirikan bersama dengan
kebudayaan maritim/baharinya.

Sebagian besar masyarakat maritim mendiami pulau-pulau kecil dan pantai-pantai


terpencil hampir tidak dikenal oleh sebagian besar oleh orang di Nusantara ini. Hal tersebut telah
menyebabkan mereka termarjinalkan dari berbagai bidang pembangunan kebangsaan, karena itu
perlu ada upaya mengenali kebudayaannya. Kebudayaan adalah sesuatu kumpulan pedoman atau
pegangan yang kegunaannya operasional dalam hal manusia mengadaptasi diri dengan
menghadapi lingkungan tertentu (lingkungan fisik/alam, sosial dan kebudayaan) untuk dapat
melangsungkan kehidupannya, yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dan untuk dapat hidup
secara lebih baik lagi. Karena itu, seringkali, kebudayaan juga dinamakan sebagai blueprint
(cetak biru) ataudesain menyeluruh kehidupan masyarakat (Suparlan, 1986; Spradley, 1972)
Agar mampu melakukan adaptasi diri, maka perlu dikenali ciri-ciri suatu tindakan sosial.
1. Pertama, yang bersifat faktual, yaitu suatu tipe tindakan yang terwujud yang
berdasarkan pada orientasi atau dipengaruhi oleh nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang
hendak dicapai.
2. Kedua, tindakan sosial yang bersifat tradisional, yaitu suatu tipe tindakan sosial yang
berorientasi atau dipengaruhi oleh adanya ikatan tradisi yang ada dalam masyarakat
yang bersangkutan.
3

3. Ketiga, tindakan sosial yang bersifat afektual, yaitu tindakan sosial yang berorientasi
atau sangat dipengaruhi oleh perasaan, seperti rasa pantas atau tidak pantas, senang
atau tidak senang, aman atau tidak aman, bangga atau tidak bangga, dan lain
sebagainya.

B. Ciri-Ciri dari Masyarakat Maritime


Pertama, masyarakat maritim menggantungkan mata pecahariannya dari ekspolatasi laut.
Artinya, bahwa mereka hidup dari sumber daya dan alam yang masih berlimpah di dekat sekitar
pantai. Dalam perkembangannya, hasil sumber daya laut yang antara lain dari hasil ikan, kerang
dan sebagainya.
Kedua, ciri khas yang menojol dari masyarakat maritime adalah sifat keterbukaan dalam
menerima unsur-unsur dari luar. Sebagai contoh berkembangnya agama islam pada abad-15 dam
abad-16 di Indonesia atau Nusantara adalah melalui daerah-daerah atau kota-kota pelabuhan
seperti samudra pasai, aceh, malaka, demak, gresik, tuban dan lain-lain.
Ketiga, dalam hal religi yang berorientasi kepada kepercayaan adanya dunia roh dan
lebih khusus lagi penghormatan kepada roh nenek moyang mereka. Pada masyarakat pantai,
terutama masyarakat nelayan atau pelaut, upacara-upacara semacam itu juga ditujukan kepada
tookoh-tokoh mistis penjaga laut, seperti Ratu Pantai Selatan dan Pantai Utara, agar mereka
diberikan keselamatan dalam menjalankan pekerjaan sebagai nelayan atau pelaut.
Keempat, ciri masyarakat penduduk pantai suka melakukan hubungan interaksional
dengan penduduk pantai lainnya maupun terhadap masyarakat pedalaman. Kalau masyarakat
pantai dengan masyarakat pantai lainnya yaitu dalam bentuk perdagangan dan pelayaran.
Sedangkan dengan masyarakat pedalaman yaitu dengan tukar-menukar hasil laut dengan bahan
makanan pokok seperti beras.
Masyarakat pesisir pada umumnya telah menjadi bagian dari masyarakat yang pluraristik
tapi masih memiliki jiwa kebersamaan. Artinya bahwa struktur masyarakat pesisir rata-rata
merupakan gabungan karakteristik masyarakat perkotaan dan pedesaan. Karena, struktur
masyarakat pesisir sangat plurar, sehingga mampu membentuk system dan nilai budaya yang
merupakan akulturasi budaya dari masing-masing komponen yang membentuk struktur
masyarakatnya. Masyarakat pesisir mempunyai sifat-sifat/karakteristik tertentu yang khas/unik.
Sifat ini sangat erat kaitannya dengan sifat usaha di bidang perikanan itu sendiri. karena sifat dari
usaha-usaha perikanan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti lingkungan, musim, dan
pasar, maka karakteristik masyarakat pesisir juga terpengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.

C. Aspek-Aspek Kemaritiman
Berikut ini adalah beberapa aspek-aspek kemaritiman yaitu:

1. Aspek Sosial Budaya


Sosial adalah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat
juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum (kata sifat). Budaya dari
kata Sans atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat
oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cinta, rasa dan karsa.
Dapat berupa kesenian, moral, pengetahuan, hukum, kepercayaan, adat istiadat, & ilmu. Sosial
Budaya adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya dalam
kehidupan bermasyarakat Secara  sederhana kebudayaan dapat diartikan sebagai hasil dari cipta,
4

karsa, dan rasa. Sebenarnya  budaya atau  kebudayaan berasal dari  bahasa Sansekerta yaitu 
budhayah, yang  merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.

2. Aspek Sosial Ekonomi


Sisi Rencana Pembangunan Nasional,  ditinjau dari sisi ini dimaksudkan agar proyek
dapat memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat, menggunakan sumber daya
lokal, menghasilkan dan menghemat devisa dan menumbuhkan industri lain.

3. Aspek Sosial Politik


Politik berasal dari kata politics dan atau policy artinya berbicara politik akan
mengandung makna kekuasaan (pemerintahan) atau juga kebijaksanaan. Pemahaman itu berlaku
di Indonesia dengan tidak memisahkan antara politics dan policy sehingga kita menganut satu
paham yaitu politik. Hubungan tersebut tercermin dalam fungsi pemerintahan negara sebagai
penentu kebijaksanaan serta aspirasi dan tuntutan masyarakat sebagai tujuan yang ingin
diwujudkan sehingga kebijaksanaan pemerintahan negara itu haruslah serasi dan selaras dengan
keinginan dan aspirasi masyarakat.

D. Kategorisasi Masyarakat Maritim


1. Kelompok-Kelompok Etnik (Suku-Bangsa) Sebagai Cikal Bakal Masyarakat
Maritim Pedesaan di Indonesia
Etnis maritim dapat didefinisikan sebagai suatu kelompok masyarakat yang diikat oleh
kesatuan tempat tinggal, asal-usul, adat-istiadat, dan bahasa, yang pada umumnya
menggantungkan sepenuhnya atau sebagian terbesar kehidupan ekonominya pada pemanfaatan
sumber daya laut. Kelompok masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai etnis maritim adalah
suku Bajau/Bajo yang antara lain mendiami perairan di sebelah timur Selat Makassar, pantai
timur Kalimantan, Pulau Alor dan sekitarnya, Kepulauan Banggai, Kepulauan Togian di Teluk
Tomini, Kepulauan Bacan, Kepulauan Sulu, dan lain-lain; suku Orang Laut di Selat Malaka dan
perairan Sumatra Timur, sekitar Pulau Belitung (dikenal juga dengan sebutan Orang Ameng
Sewang) dan Orang Laut di sekitar Pulau Bangka yang dikenal dengan sebutan Orang Sekak.
Orang Laut yang berlabuh dan mendiami pesisir pantai Kalimantan Selatan selanjutnya dikenal
sebagai Orang Banjar; yang mendiami pesisir pantai Sulawesi Selatan dikenal sebagai Orang
Bugis; yang mendiami Pulau Irian dikenal sebagai Orang Tabati; dan yang mendiami Pulau
Sumbawa, terutama di sekitar Nusa Tenggara Barat, dikenal sebagai Orang Mbojo. Selain itu
masih ada Suku Mandar, Makassar, Buton, Sangir, Talaud, dan Madura yang juga dikenal
sebagai etnis maritim.
5

2. Kelompok-Kelompok Sub-Etnik Pewaris Kebudayaan Maritime Pedesaan


Masyarakat maritim sejak beberapa dekade belakangan, mulai dari semua komunitas
pulau-pulau dan pesisir dari Sabang dan Merauke, tak hanya dianggap sebagai masyarakat
pendukung dan pewaris kebudayaan maritim di Indonesia namun juga dianggap
mengembangkan dan menggagas sektor ekonomi yang berkaitan dengan kemaritiman. Adapun
kelompok-kelompok sub-etnik pewaris kebudayaan maritim pedesaan berikutnya antara lain:
Pelayar dan nelayan pulau Bawean; Pelayar dan nelayan di Masalembo dan Sapudi
(Jawa); Pedagang-pedagang Bonerate; Nelayan di Pulau Polu’e di Laut Flores; Pemburu paus
dari Lamalera (Lomblen di Selat Timor, Orang Luang di sebelah barat dayanya); dan Pelaut di
daerah koloni Bugis (di Flores, Bima, Riau, Lampung) yang menguasai jaringan perdagangan
luas dari berbagai jenis komoditi ekspor dan impor.

3. Kelompok-Kelompok Masyarakat Maritim Pedalaman Dan Kota Pantai Setelah


Indonesia Merdeka

1). Masyarakat maritim yang bersentuhan secara langsung dengan lingkungan laut
Kategori masyarakat maritim yang bersentuhan secara langsung dengan lingkungan laut
ialah penduduk nelayan (pakkaja): (miskin tradisional dan kaya modern), petambak (pallawa),
pelayar/pengusaha transportasi laut (passompe’): (miskin tradisional dan kaya modern),
penambang batu karang dan pasir laut, penambang migas dan mineral (modern), pengelola
industri pariwisata bahari, penyelam dan olahragawan laut, pencinta lingkungan laut, peneliti
dari kalangan akademisi yang terlibat secara langsung dalam dunia laut, Marinir/Angkatan Laut
dan Satuan-satuan Tugas Keamanan Laut, dll.
2). masyarakat ekonomi maritim yang kurang bersentuhan dengan lingkungan laut
Kategori masyarakat ekonomi maritim yang kurang bersentuhan dengan lingkungan laut ialah
pedagang hasil-hasil laut, pemodal/rentenir, pekerja di pelabuhan/pasar atau pelelangan ikan,
pengelola dan pekerja industri hasil-hasil laut, pengusaha dan pekerja industri perahu/kapal, alat
tangkap, tali-temali, dsb, birokrat dan praktisi dari kementerian, lembaga non-pemerintah,
peneliti dari lembaga ilmiah yang terkait, LSM dan pemerhati lingkungan laut, dll.
3). Kelas Sosial-Ekonomi Dan Struktur Sosial Dalam Masyarakat Maritime.
a. Tipe pedesaan lokal-tradisional yang sedang berkembang.
Masyarakat ekonomi maritim memiliki struktur sosial tidak tajam, dan kurang
berkelas/stratifikasi. Cara membedakan peran dan status antara para pemimpin kelompok dengan
Anak Buah Kapal (ABK) atau anggota kelompok seringkali sulit dibedakan atau tidak jelas
sebab mereka dalam pembagian kerjanya atau dalam hubungan sosial di antara mereka bersifat
santai, akrab, dan penuh persaudaraan, pertemanan/persahabatan dan tolong-menolong. Makanya
pada kelompok tipe ini umumnya diterapkan pemerataan diantara mereka dengan sistem bagi
hasil.
b. Tipe modern perkotaan berskala besar yang kapitalis-industrial.
6

Masyarakat maritim yang justru memiliki struktur sosial berkelas/berstratifikasi dengan


contohnya adanya perbedaan peran dan status yang tajam dalam organisasi mereka serta
hubungan sosial yang dibangun bersifat resmi/formal. kelompok kerja masyarakat maritim
(nelayan atau pelayar) seperti ini menerapkan sistem pengupahan dengan porsi pendapatan yang
berbeda-beda dan memiliki hierarki sesuai dengan peranan dan statusnya. Namun, jika
dibandingkan antara kelompok masyarakat ini dengan tipe pertama, ternyata sikap dan semangat
kolektivitas/berkehidupan lebih tampak pada masyarakat tipe pertama.

E. KATEGORISASI MASYARAKAT MARITIM BERDASARKAN PROFESI

1. Nelayan
Nelayan adalah seseorang atau sekelompok orang yang bekerja menangkap ikan atau
jenis hewan lainnya yang hidup di perairan, khususnya laut. Mengutip dari jurnal Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Dermatitis pada Nelayan, nelayan sangat erat hubungannya
dengan wilayah perairan. Saat menangkap ikan, nelayan bisa menggunakan peralatan sederhana,
seperti jala. Namun, juga ada nelayan yang menggunakan peralatan modern dan kapal besar
dengan teknologi canggih. Nelayan menggantungkan hidupnya pada ikan atau hewan laut
lainnya yang didapat. Agar bisa mencukupi kebutuhannya sehari-hari, nelayan harus pergi
berlayar ke tengah laut untuk mencari dan menangkap ikan. Menurut Ansaar dalam jurnal Sistem
Pengetahuan Pelayaran dan Penangkapan Ikan pada Masyarakat Nelayan di Kelurahan Rangas,
Kabupaten Majene (2019), saat akan pergi berlayar, nelayan terlebih dahulu mencari tahu cuaca
pada hari itu.
Nelayan menghadapi permasalahan seperti penurunan hasil tangkapan akibat
penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing), kerusakan ekosistem laut akibat pencemaran
atau perubahan iklim, persaingan dengan nelayan asing atau nelayan skala besar, rendahnya
kesejahteraan dan perlindungan sosial, serta kurangnya akses terhadap modal, teknologi, dan
pasar.
2. Pelayar/Pekerja (pelaut)
Pelaut  adalah kelompok masyarakat maritim yang berprofesi sebagai pengemudi atau
awak kapal/perahu yang mengangkut orang atau barang melalui jalur perairan. Pelaut dapat
bekerja di sektor publik atau swasta, dan dapat beroperasi di tingkat lokal, nasional, atau
internasional.
Pelaut bisa bekerja pada segal Jenis kapal yang meliputi kapal angkut, kapal penumpang,
maupun kapal tanker. Setiap pelaut memilki tugas yang berbeda sesuai bidang pekerjaannya.
Tugas pelaut terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu Perwira Departemen Mesin, Perwira
Departemen Dek, dan Ratings. Pelaut biasa juga disebut ABK( anak Buah Kapal).
Setiap bagian tersebut memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Sedangkan
tanggung jawab utama tetap berada di tangan kapten kapal sebagai pemimpin pelayaran. Dengan
demikian, seluruh pekerjaan pelaut dijalankan sesuai dengan perintah kapten kapal.
7

a. Tugas-tugas pelaut

1) Membuat Patokan Arah Navigasi,


Pelaut bertugas untuk membuat patokan arah navigasi dengan menggunakan pencari
kedalaman, radar laut, lampu penanda, mercusuar, dan cuaca. Hal ini dilakukan agar
kapal memiliki patokan arah yang tepat untuk berlayar mencapai tempat tujuan dengan
aman dan lancar.
2) Membuat Rute Peta Pelayaran
Pelaut harus mengatur dan membuat rute peta pelayaran yang akan dilakukan. Hal ini
dilakukan untuk menentukan jalur terbaik yang dilewati oleh kapal untuk mencapai
tempat tujuan dengan aman.
3) Memeriksa Seluruh Bagian dan Kelengkapan Kapal
Agar pelayaran dapat berjalan dengan lancar, pelaut harus memastikan seluruh bagian
pengoperasian kapal berfungsi dengan baik. Selain itu, alat keselamatan kapal juga harus
diperiksa kelengkapannya. Semua hal itu harus sesuai dengan standar dan peraturan.
4) Mengoperasikan Radio Untuk Komunikasi
Radio komunikasi berfungsi sebagai alat komunikasi antara kapal dengan menara
pengawas. Pelaut bertugas untuk mengoperasikan radio ini agar tidak terjadi marabahaya
dalam kapal baik yang disebabkan oleh alam maupun human error.
5) Mengatur Muatan Kapal
Pelaut bertugas untuk mengatur muatan kapal agar tidak memberatkan laju kapal. Pelaut
juga harus memperkirakan bahwa muatan tersebut beserta persediaan air tawar cukup
untuk semua awak kapal.
Membaca alat pengukur
6) Melalui alat pengukur, pelaut akan mengetahui tingkat cairan hidrolik, tekanan udara, dan
oksigen dalam kapal. Demi keselamatan bersama, semua hal tersebut harus berada dalam
batas yang cukup.

b. Tanggung Jawab Pelaut


Pelaut adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas segala hal yang ada di kapal.
Tanggung jawab pelaut jika dirinci meliputi beberapa hal berikut ini.
1) Melakukan perawatan kapal
Para pelaut dididik untuk memahami seluk beluk kapal. Pemahaman ini diperlukan untuk
dapat melakukan perawatan kapal. Para pelaut dituntut untuk dapat melakukan perawatan
pada kapal termasuk pada bagian mesinnya sehingga kapal dapat berlayar dengan
maksimal.
2) Memelihara alat keselamatan
Memelihara alat keselamatan kapal juga menjadi tanggung jawab pelaut. Hal ini harus
selalu dikontrol agar tidak terjadi kerusakan dan dapat berfungsi dengan baik saat
dibutuhkan.
8

3) Menjaga kebersihan kapal


Kebersihan bagian dalam kapal merupakan salah satu tanggung jawab yang harus selalu
dijaga oleh pelaut. Hal ini berkaitan dengan kenyamanan bagi seluruh penumpang kapal,
termasuk para pelaut itu sendiri.
4) Memuat dan membongkar muatan
Pelaut juga bertanggung jawab atas seluruh muatan kapal. Pelaut akan memperkirakan
muatan yang dapat dimuat dalam kapal. Selain itu, pelaut juga bertanggung jawab saat
membongkar muatan kapal agar tidak terjadi kekeliruan.
5) Membantu penumpang
Sebagai orang yang bertanggung jawab penuh pada kapal, pelaut secara otomatis
memiliki tanggung jawab pula pada penumpang kapal. Para pelaut harus selalu siap
dimintai bantuan oleh penumpang.

3. Tranportasi
Transportasi memegang peran penting pada masyarakat maritime karena tanpa
transportasi maka segala aktfitas pada masyarakat akan terganggu.
Peran transportasi air adalah sebagai sarana yang digunakan untuk memindahkan,
membawa, atau memperjalankan penumpang atau barang-barang melalui media air sebagai jalur
perjalanannya. Transportasi air dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, seperti transportasi laut,
transportasi sungai, dan transportasi danau Contoh transportasi air adalah sampan, kapal laut,
papan selancar, jet ski, perahu motor, dan lain-lain. Transportasi air memiliki beberapa kelebihan
dan kekurangan. Kelebihannya antara lain adalah dapat mengangkut penumpang atau barang
dalam jumlah besar, biaya operasional yang relatif murah, dan dapat mencapai daerah-daerah
yang tidak terjangkau oleh transportasi darat atau udara3. Kekurangannya antara lain adalah
membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai tujuan, rentan terhadap cuaca buruk atau
mengganggu kelancaran dan efektivitas transportasi laut sebagai sarana perdagangan dan
distribusi gelombang tinggi, dan memerlukan prasarana seperti pelabuhan yang memadai.
Permasalahan pada transportasi maritim adalah berbagai hambatan atau kendala yang barang.
Beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh transportasi maritim antara lain adalah:
a. Masalah regulasi, hukum, dan kebijakan pemerintah yang belum memadai atau tidak
sinkron untuk mendukung pengembangan sektor maritim. Misalnya, kurangnya
harmonisasi antara peraturan nasional dan internasional, lemahnya penegakan hukum
terhadap pelanggaran maritim, atau tumpang tindih kewenangan antara instansi terkait.
b. Masalah infrastruktur dan teknologi yang belum merata atau tidak memenuhi standar.
Misalnya, kurangnya fasilitas pelabuhan, navigasi, komunikasi, atau keselamatan di
wilayah perairan Indonesia, terutama di daerah timur dan perbatasan. Atau kurangnya
pemanfaatan teknologi digital, otomatisasi, atau integrasi data untuk meningkatkan
efisiensi, keamanan, dan kualitas layanan transportasi maritim.
c. Masalah ketidakseimbangan kargo atau muatan antara wilayah barat dan timur Indonesia.
Misalnya, banyak kapal yang kembali dengan muatan yang minim setelah mengangkut
9

barang dari barat ke timur Indonesia. Hal ini berdampak pada tingginya biaya logistik
nasional dan rendahnya daya saing produk Indonesia di pasar global.
d. Masalah dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh transportasi maritim. Misalnya,
pencemaran laut akibat tumpahan minyak, limbah kapal, atau bahan berbahaya lainnya.
Atau kerusakan ekosistem laut akibat aktivitas penambangan, pengeboran, atau
penangkapan ikan secara ilegal atau tidak berkelanjutan.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, diperlukan upaya-upaya yang
komprehensif dan kolaboratif dari berbagai pihak, seperti pemerintah, swasta, akademisi,
masyarakat sipil, dan komunitas internasional. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain
adalah:
a. Meningkatkan kualitas regulasi, hukum, dan kebijakan pemerintah yang mendukung
pengembangan sektor maritim. Misalnya, menyelaraskan peraturan nasional dan
internasional, meningkatkan penegakan hukum terhadap pelanggaran maritim, atau
menghapus tumpang tindih kewenangan antara instansi terkait.
b. Meningkatkan kualitas infrastruktur dan teknologi yang merata dan memenuhi
standar. Misalnya, membangun atau memperbaiki fasilitas pelabuhan, navigasi,
komunikasi, atau keselamatan di wilayah perairan Indonesia. Atau memanfaatkan
teknologi digital, otomatisasi, atau integrasi data untuk meningkatkan efisiensi,
keamanan, dan kualitas layanan transportasi maritim.
c. Meningkatkan keseimbangan kargo atau muatan antara wilayah barat dan timur
Indonesia. Misalnya, mengembangkan industri lokal di daerah timur dan perbatasan
untuk meningkatkan produksi barang yang dapat diekspor. Atau memberikan insentif
atau subsidi bagi pengusaha transportasi maritim untuk mengangkut barang dari timur
ke barat Indonesia.
d. Meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab terhadap dampak lingkungan yang
ditimbulkan oleh transportasi maritim. Misalnya, menerapkan standar lingkungan
yang ketat bagi kapal-kapal yang beroperasi di wilayah perairan Indonesia. Atau
melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap aktivitas penambangan,
pengeboran, atau penangkapan ikan.
Untuk memperlancara transportasi maritime pemerintah membangun tol laut. Berikut ini
beberapa manfaat tol laut bagi masyarakat adalah:
a. Meningkatkan konektivitas antara wilayah barat dan timur Indonesia melalui jalur
laut, sehingga memudahkan distribusi barang dan jasa, serta memperluas pasar bagi
pelaku usaha1.
b. Menurunkan harga barang di daerah yang tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan
(3TP), karena adanya kepastian ketersediaan barang dan penurunan biaya transportasi
angkutan2.
c. Mewujudkan visi Indonesia sebagai poros maritim dunia, sesuai dengan Nawacita
yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo2.
10

d. Meningkatkan kesejahteraan semua lapisan masyarakat, terutama nelayan, petani, dan


pedagang kecil yang dapat meningkatkan pendapatan mereka dari hasil laut dan
pertanian3.
e. Meningkatkan pembangunan infrastruktur dan mengurangi jumlah pengangguran,
karena adanya peningkatan aktivitas ekonomi dan pariwisata di berbagai daerah yang
terhubung oleh tol laut3.
f. Meningkatkan pendapatan negara dari sektor maritim, karena adanya peningkatan
volume perdagangan dan penerimaan pajak dari kegiatan usaha di sektor maritim.

Perkembangan kebijakan tol laut saat ini menunjukkan adanya peningkatan dalam
beberapa aspek, seperti jumlah trayek, jumlah kapal, jumlah pelabuhan yang disinggahi, jumlah
muatan, dan tingkat isian kapal1. Berdasarkan data Kementerian Perhubungan, pada tahun 2021,
tol laut melayani hingga 31 trayek dan mengoperasikan sebanyak 31 kapal yang menyinggahi
105 pelabuhan2. Tol laut juga melayani secara khusus provinsi-provinsi di timur Indonesia,
seperti Papua, Papua Barat, Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Utara, NTT, NTB, dan daerah
lainnya2. Selain itu, tol laut juga telah mengangkut muatan berangkat sebanyak 6.617 TEUs
(twenty-foot equivalent units) dengan komoditi muatan terbanyak yaitu semen, beras, dan air
mineral1. Tingkat isian kapal dari Indonesia timur juga terus meningkat menjadi 88,56 persen sepanjang
Januari-Agustus 20211.

Perkembangan kebijakan tol laut ini menunjukkan bahwa program ini telah memberikan
dampak positif terhadap konektivitas laut, distribusi barang, penurunan biaya logistik, dan
pemerataan pembangunan di Indonesia3. Tol laut juga telah melayani sebagian besar wilayah
tertinggal, terluar, terdepan dan perbatasan (3TP) yang memiliki pelabuhan 4. Namun demikian,
perkembangan kebijakan tol laut ini masih perlu ditingkatkan dan dioptimalkan dengan
memperhatikan berbagai faktor, seperti kebutuhan konsumsi daerah tujuan, ketersediaan
infrastruktur pelabuhan dan logistik, kesiapan pelaku usaha untuk mengisi muatan kapal, serta
koordinasi antara berbagai instansi terkait4.

4. Pedagang
Pedagang adalah kelompok masyarakat maritim yang berprofesi sebagai penjual atau
pembeli hasil laut atau barang lainnya yang diperoleh melalui jalur perairan. Pedagang dapat
berdagang secara langsung dengan nelayan atau pelayar/pekerja transportasi, atau melalui pasar,
pelabuhan, atau tempat lainnya3.
Pedagang menghadapi permasalahan seperti rendahnya nilai tambah produk hasil laut
akibat kurangnya pengolahan dan diversifikasi produk, sulitnya mengakses pasar domestik
maupun internasional akibat hambatan non-tarif atau persaingan dengan produk impor,
kurangnya dukungan permodalan dan perbankan untuk mengembangkan usaha dagang, serta
kurangnya perlindungan hukum dan kebijakan yang mendukung perdagangan maritim12
11

5. Petambang
Petambang adalah kelompok masyarakat maritim yang berprofesi sebagai penambang
atau pekerja tambang yang mengeksploitasi sumber daya mineral di dasar laut atau pulau-pulau
kecil. Petambang dapat menambang berbagai jenis mineral, seperti pasir, batu bara, minyak
bumi, gas alam, emas, timah, nikel, dan lain-lain3
Petambang menghadapi permasalahan seperti tingginya risiko lingkungan dan sosial
akibat dampak negatif penambangan laut terhadap ekosistem dan masyarakat pesisir, kurangnya
regulasi dan pengawasan yang jelas dan tegas terkait aktivitas penambangan laut, rendahnya
keterlibatan masyarakat lokal dalam manfaat penambangan laut, serta kurangnya teknologi dan
inovasi yang ramah lingkungan dan efisien dalam penambangan laut12

6. Pengelola Industri
Pengelola Industri adalah kelompok masyarakat maritim yang berprofesi sebagai
pengusaha atau manajer industri yang berkaitan dengan sumber daya laut atau aktivitas
kemaritiman. Pengelola industri dapat terlibat dalam berbagai bidang industri, seperti industri
perikanan, industri pariwisata bahari, industri perkapalan, industri galangan kapal, industri
bangunan lepas pantai, dan lain-lain3.
Pengelola Industri menghadapi permasalahan seperti kurangnya daya saing industri
maritim nasional akibat ketergantungan pada bahan baku atau teknologi impor, rendahnya
kualitas dan produktivitas sumber daya manusia industri maritim, kurangnya insentif dan
kemudahan perizinan untuk berinvestasi di sektor industri maritim, serta kurangnya infrastruktur
dan fasilitas pendukung industri maritime.

7. Marinir
Marinir adalah kelompok masyarakat maritim yang berprofesi sebagai anggota angkatan
laut atau pasukan khusus yang bertugas menjaga kedaulatan dan keamanan wilayah perairan
Indonesia. Marinir dapat terlibat dalam berbagai operasi militer, seperti patroli laut, penegakan
hukum laut, pertahanan pantai, pendaratan amfibi, operasi khusus, dan lain-lain4.
Marinir menghadapi permasalahan seperti kurangnya kemampuan dan kesiapan dalam
menjaga kedaulatan dan keamanan wilayah perairan Indonesia akibat keterbatasan anggaran,
personel, alutsista, dan teknologi, kurangnya koordinasi dan sinergi dengan instansi terkait dalam
penegakan hukum di laut, kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga
keutuhan NKRI di laut, serta kurangnya diplomasi dan kerjasama regional atau internasional
dalam menyelesaikan sengketa atau konflik maritime.
12

F. KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA SEKTOR MARITIM


Beberapa contoh kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan sektor maritim
adalah:
a. Kebijakan poros maritim dunia yang diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada
tahun 2014. Kebijakan ini memiliki lima pilar utama, yaitu membangun budaya
maritim Indonesia, menjaga dan mengelola sumber daya laut, memprioritaskan
pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim, melakukan diplomasi maritim,
dan membangun pertahanan maritim1.
b. Kebijakan tol laut yang bertujuan untuk meningkatkan konektivitas antara wilayah
barat dan timur Indonesia melalui jalur laut. Kebijakan ini juga bertujuan untuk
menurunkan biaya logistik nasional, meningkatkan daya saing produk Indonesia, dan
mendorong pemerataan pembangunan.
c. Kebijakan modernisasi lima pelabuhan utama di Indonesia, yaitu Belawan (Sumatera
Utara), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Makassar (Sulawesi
Selatan), dan Bitung (Sulawesi Utara). Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan
arus perdagangan dari transportasi laut dengan menghubungkan jalur-jalur lintas laut
Indonesia menuju negara-negara tetangga di lingkup Asia Tenggara.
Beberapa cara mengoptimalkan kebijakan tol laut adalah:
a. Melakukan pemetaan rute yang jelas, sesuai dengan kebutuhan konsumsi dan produksi
daerah tujuan dan asal, serta memperhatikan keseimbangan muatan berangkat dan balik1.
b. Menyediakan infrastruktur pelabuhan dan logistik yang memadai, termasuk fasilitas
bongkar muat, gudang penyimpanan, sistem informasi, dan transportasi darat.
c. Meningkatkan kualitas dan kapasitas armada kapal tol laut, baik dari segi ukuran,
kecepatan, keselamatan, maupun efisiensi bahan bakar.
d. Meningkatkan koordinasi antara berbagai instansi terkait, seperti Kementerian Perhubungan,
Kementerian Perdagangan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Pertanian,
Kementerian BUMN, pemerintah daerah, operator kapal, dan pelaku usaha .
e. Menghapus pungutan liar (pungli) atau biaya-biaya tidak resmi yang dapat menambah beban
biaya logistik dan mengurangi daya saing produk Indonesia .
13

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masyarakat maritime adalah kesatuan-kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi
berupa kelompok - kelompok kerja, kampung atau desa, suku bangsa (ethnic group), komunitas,
kesatuan-kesatuan administratif berupa kecamatan, provinsi, bahkan bisa merupakan negara atau
kerajaan, yang sebagian besar atau sepenuhnya menggantungkan kehidupan ekonominya secara
langsung atau tidak langsung pada pemanfaatan sumberdaya hayati atau nonhayati laut serta
jasa-jasa laut, yang dipedomani oleh dan dicirikan bersama dengan kebudayaan
maritim/baharinya.
Masyarakat maritim di Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan
ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Sebagai negara maritim terbesar di
dunia, Indonesia memiliki sumber daya laut yang sangat melimpah dan beragam. Selain itu,
masyarakat maritim juga dapat menjadi pelaku utama dalam sektor pariwisata dan
pelayaran. Namun demikian, masyarakat maritim di Indonesia masih menghadapi berbagai
tantangan seperti minimnya infrastruktur dan aksesibilitas ke wilayah-wilayah terpencil.

B. SARAN
Kami menyadari pada penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk
kedepannya kami harap bisa menyajikan makalah yag lebih baik dari ini. Oleh karena itu kritik
dan saran kami perlukan dari para pembaca. Agar kami bisa mengevaluasi makalah kami
menjadi lebih baik.
Menurut kami untuk mengoptimalkan potensi masyarakat maritime agar sejalan dengan
kebijakan pemerintah, perlu adanya sosialisasi dan pelatihan industry pengembangan hasil laut
pada masyarakat. Selain itu perlu adanya slogan-slogan atau papan reklame disekitar pesisir
pantai untuk mengingatkan masyarakat pentingnya melindungi laut.
14

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2020. Artikel. Luas daerah Indonesia lengkap daratan dan lautan. Dalam.
MedanBisnisDaily.com. Diakses 17 April 2023
Aisy, Rohadatul. Jurnal. Masyarakat maritime. Dalam Academia.edu. Diakses 17 April 2023
Anonym. 2023. Artikel. Budaya maritime. Dalam pakdosen.co.id. Diakses 18 April 2023
Karunia, Vanya MP. 2021. Artikel. Pekerjaan sebagai Nelayan. Dalam kompas.com. Diakses
24 April 2023
Administrator. 2021. Artikel. Program Tol Laut kian Mumpuni. Dalam Indonesia.go.id. Diakses
24 April 2023.
Admin. 2022. Artikel. Studi Evaluasi Dan Optimasi Rute Tol Laut. Dalam Website Badan
Kebijakan Transportasi (dephub.go.id). Diakses 24 April 2023
Anonim. 2021. Artikel. Mengenal Ekonomi Maritim Indonesia Dan Contoh Kebijakannya.
Dalam harmony.co.id. Diakses 24 April 2023
Anonim. 2022. Artikel. Serba-Serbi Tol Laut serta Manfaatnya bagi Indonesia.
Dalam Medcom.id. diakses tanggal 24 April 2023.
Karunia, Vanya MP. 2021. Artikel. 5 Kebijakan Pemerintah dalam Pembangunan Berbasis
Kelautan. Dalam kompas.com. Diakses 24 April 2023
Anonym. 2021. Artikel. 3 Upaya Pengembangan Ekonomi Maritim Indonesia. Dalam
indomaritim.id. Diakses 24 April 2023
Anonym. 2021. Artikel. Mengenal Alat Transportasi Sungai sebagai Salah Satu Jenis
Transportasi Air. Dalam kumparan.com. Diakses 24 April 2023
KX3QT. 2023. Artikel. 4 Permasalahan Indonesia Sebagai Poros Maritim Dunia yang Harus
Segera Dibenahi. Dalam suara.com. Diakses 24 April 2023
Artha, Yohana Uly. 2021. Artikel. Menhub Ungkap Sederet Tantangan di Sektor Transportasi
Laut. Dalam Kompas.com. Diakses 24 April 2023
Admin. 2020. Artikel. Pengertian Transportasi Meliputi Unsur, Fungsi, Manfaat, dan Jenisnya
[ Lengkap ]. Dalam Ilmuips.my.id. Diakses 24 April 2023

Anda mungkin juga menyukai