Anda di halaman 1dari 27

Makalah

Aquaculture Engineering Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Makalah Ini Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah Aquaculture
Engineering

Dosen Pengampuh: Dr. Juliana, S.Pi., MP.

Disusun Oleh:

Indrawan Abas 1111419035

BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah


memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan Allah, tentunya makalah ini tidak dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam, yang dengan risalah yang
diturunkan oleh Allah kepada beliau, kita bisa menikmati nikmat Islam dan iman.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Aquaculture Engineering
dalam program studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, di
Universitas Negeri Gorontalo. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Juliana, S.Pi., MP. selaku dosen pembimbing mata
kuliah Aquaculture Engineering.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga diharapkan
kritikan dan saran mendukung dari pembaca agar bisa lebih baik.

Gorontalo, Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus caprio) 3
2.2 Teknik Akuakultur Ikan Mas (CyprinusCaprio) 4
BAB III PENUTUP 14
3.1 Kesimpulan 14
3.2 Saran 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu organisme budidaya yang sangat penting sebagai
komoditas perdagangan baik dalam maupun luar negeri. Hal ini dikarenakan ikan
menjadi salah satu sumber pangan alternatif dalam memenuhi kebutuhan protein,
pasalnya ikan memiliki kandungan gizi protein yang cukup tinggi. Ikan air tawar
merupakan ikan yang dikenal dan digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia
sehingga ikan menjadi salah satu sumber pangan (Darwis, dkk. 2019). Pemenuhan
kebutuhan ikan sebagai sumber protein dapat dilakukan melalui penangkapan di
perairan umum dan budidaya. Selain itu, harga ikan relatif lebih murah daripada sumber
protein hewani lainnya (Ramadhan dan Luthfiana, 2018).
Ikan mas ialah salah satu tipe ikan yang dapat dikonsumsi yang memiliki nilai
ekonomis. Ramadhan dan Luthfiana (2018), menyebutkan bahwa permintaan buat ikan
mas lumayan besar. Jumlah untuk daerah Jakarta, Bogor, Depok serta Bekasi
(Jabodetabek) bisa mencapai angka 50 ton per-hari. Jumlah permintaan terhadap ikan
mas ini terus bertambah sampai pada kisaran 100 ton per-hari.
Selain ikan mas untuk konsumsi, popularitas ikan mas sebagai ikan hias juga
sangat potensial untuk perkembangan ekonomi nasional. Pemeliharaan ikan hias
merupakan salah satu cara menghilangkan stres yang paling populer (Mohammad, et al.,
2018). Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai eksportir ikan hias dengan pasar
7,5% setelah Singapura dan Malaysia. Ikan mas Koi (Cyprinus carpio) adalah salah satu
yang paling populer (Dai, et al., 2020). Ikan mas memiliki banyak jenis dan varietas
seperti ikan mas sinyonya, ikan mas punten, ikan mas majalaya, ikan mas merah dan
ikan mas marwana (Prawesti et al., 2015). Jumlah permintaan terhadap ikan mas yang
terus melonjak, harus dibarengi dengan produksi ikan mas secara berkelanjutan.
Pengembangan budidaya komoditas perikanan ialah perihal penting dan jadi
harapan bagi pembudidaya ikan untuk terus meningkatkan teknik atau metode yang jadi
dasar pengembangan yang dibutuhkan, sehingga kebutuhan produksi benih ikan
bermutu tinggi untuk penebaran di kolam budidaya maupun penebaran di alam dapat
dipenuhi. Ikan mas (Cyprinus carpio) ialah salah satu dari 10 tipe ikan budidaya air
tawar yang cenderung dapat dibudidayakan dengan mudah di Indonesia. Dalam
aktivitas budidaya ikan mas bisa dilakukan pada lahan sawah, kolam, serta keramba
jaring apung di waduk ataupun danau (Prakosa dan Rizqi, 2016).
Upaya pembenihan adalah penentu keberhasilan aktivitas budidaya ikan, karena
usaha pembenihan bisa menyuplai kebutuhan benih terhadap usaha budidaya ikan untuk
tiap masa tanam. Dalam aktivitas budidaya, pembenihan memiliki peranan penting
untuk kelangsungan hidup suatu benih serta keberhasilan dalam usaha pembesaran ikan.
Sehingga, dalam pelaksanaan proses pembenihan ikan tidak hanya ditentukan dari
parameter sumber daya hayati tetapi juga harus diikuti dengan pengelolaan yang
profesional (Ismail dan Ach. Khumaidi, 2016).
Keterbatasan persediaan benih ikan mas di alam, mengharuskan proses
pembenihan ikan mas perlu untuk dilakukan dalam rangkaian tahapan budidaya perairan
tawar sehingga permintaan konsumen terhadap ikan mas yang terus meningkat dapat
terpenuhi. Metode pembenihan ikan mas cenderung mudah dilakukan karena ikan mas
dapat memijah secara alami maupun buatan. Ikan mas dapat memijah dengan baik
secara alami apabila lingkungan kolam budidaya dibuat semirip mungkin dengan habitat
asli ikan mas di alam (Mustamin dkk, 2018).
Budidaya ikan mas sudah dilakukan di berbagai daerah di Indonesia. Aktivitas
budidaya yang dilakukan mulai dari pembenihan sampai pembesaran. Ikan mas dapat
dibudidayakan pada beragam media budidaya contohnya karamba jaring apung dan
kolam. Potensi produksi petani sebenarnya sangat besar, namun karena berbagai
kendala baik dalam teknologi dan alam, potensi produksi ini belum tercapai.
Ketersediaannya yang terjangkau dan teknologi pemijahan ikan yang mudah diterapkan
petani, akan mendorong produksi ikan yang berkualitas dan menjamin kontinuitas
pasokan benih sesuai permintaan (Dai, et al., 2020). Sehubungan dengan ini, maklah ini
menyajikan teknik akuakultur dari ikan mas (Cyprinus carpio).
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk mengetahui Aquaculture Engineering pada ikan mas (Cyprinus carpio).
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dari penulisan makalah ini adalah dapat
memahami, dan menjadi sumber informasi mengenai Aquaculture Engineering pada
ikan mas (Cyprinus carpio).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Mas (Cyprinus caprio)


Ikan Mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang
banyak digemari oleh masyarakat, sehingga telah ramai dibudidayakan di sebagian
besar wilayah Indonesia. Ikan mas berasal dari Cina dan Rusia. Sekitar abad
pertengahan, ikan mas mulai menyebar ke daerah Eropa, Asia Timur dan Asia Selatan
dari negeri asalnya. Di daerah baru tersebut, perkembangan ikan mas semakin dikenal
terutama dalam teknik pemeliharaan dan perkembangbiakannya. Perkembangan
budidaya ikan mas di Indonesia, dimulai sejak dari pertengahan abad ke-19 (Yuatiati,
dkk., 2015).
Ikan mas (Cyprinus carpio) memiliki badan yang memanjang pipih ke samping
dan lentur. Ikan mas sudah dibudidaya sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina.
Sedangkan di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang
terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan dan
Jepang. Perbedaan sifat dan ciri dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara
genotipe dan lingkungan kolam, musim dan metode pemeliharaan yang terlihat dari
penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya (Syafar dkk., 2017).
Menurut Suseno (2005), klasifikasi ikan mas sebagai berikut :
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Cyprinidae
Famili : Cyprinideae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Ikan mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak
(compressed). Mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan
(protaktil). Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara
umum, hampir seluruh tubuh ikan mas ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang
tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan
dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi
dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya. Ikan mas memiliki banyak stain atau
ras, sifat dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan
kolam, musim dan cara pemeliharaan hal ini dapat diidentifikasi dari bentuk fisik dan
warnanya (Yuatiati, dkk., 2015).
Pada habitat aslinya, ikan mas hidup di perairan yang dangkal yang suhunya
tidak terlalu tinggi dan mengalir terutama ditepi-tepi danau, sungai dan air yang
menggenang. Kebiasaan lain ikan mas di alam selalu mencari tempat yang aman, karena
sifat telur ikan mas memerlukan tempat untuk melekat misalnya rerumputan atau alat
penempel lainnya seperti kakaban dan juga tumbuhan air enceng gondok (Ilyas, 2013).
2.2 Teknik Akuakultur Ikan Mas (Cyprinus Caprio)
Dalam perkembangan usaha budidaya yang semakin meningkat pesat,
ketersediaan atas kebutuhan benih dianggap masih kurang akibatnya, produksi benih
kurang mencukupi. Ketersediaan benih merupakan satu di antara banyak faktor yang
sangat penting dalam usaha akuakultur. Namun kendala yang sering terjadi adalah
benih ikan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan atau dengan kata lain tidak
tersedia sepanjang waktu dibutuhkan ( Idrus, 2016).
Pemijahan ikan dapat dilakukan secara alami, semi buatan, dan buatan.
Pemijahan alami yaitu pemijahan yang dilakukan tanpa pemberian tambahan atau
perlakuan tambahan dari luar tubuh induk ikan (Maulana 2019). Pemijahan semi buatan
adalah pemijahan yang dilakukan dengan memberikan rangsangan hormon pada induk,
sedangkan ovulasi terjadi secara alami (Yuatiati et al. 2015). Sedangkan pemijahan
buatan adalah pemijahan yang dilakukan dengan pemberian hormon sebagai rangsangan
pada induk, kemudian dilakukan ovulasi melalui bantuan manusia yaitu dengan
stripping atau pengurutan perut induk (Maulana 2019).
2.2.1 Pemijahan Alami Ikan Mas (Cyprinus Caprio)
Ramadhan dan Luthfiana (2018), Pelaksanaan teknik pembenihan ikan mas
mencakup beberapa proses yaitu persiapan kolam, seleksi induk, pelepasan induk,
pemijahan, penetasan telur, perawatan larva, pendederan, pemanenan, packing,
pengelolaan kualitas air, serta pengendalian hama dan penyakit. Seluruh kegiatan
tersebut dikontrol agar hasil panen dapat dioptimalkan.
1. Persiapan Kolam
 Perbaikan kolam
Dalam memijahkan ikan Mas (Cyprinus carpio L) diperlukan tempat
baik dan sesuai dengan sifat- sifat ikan Mas itu sendiri. Banyak hal yang bisa
dilakukan dalam perbaikan kolam. Seperti, perbaikan pematang yang rusak
atau bocor harus segera diperbaiki dengan cara menambal atau dipadatkan
dengan tanah liat, membabat rerumputan yang masuk area kolam untuk
mengantisipasi adanya predator yang biasanya sebagai tempat
persembunyian, memeriksa atau mengganti saluran pemasukan dan
pengeluaran air dengan bahan baru agar berfungsi seperti yang diharapkan.
 Pengolahan tanah dan perbaikan kemalir
Pengolahan tanah dasar yang dilakukan di kolam dapat dilakukan
dengan cara mencangkul seluruh bagian dasar kolam tapi tidak terlalu dalam
atau bisa dilakukan dengan pembajakan tanah dengan menggunakan Hand
Tractor, Pembajakan menggunakan Hand Tracktor biasanya dilakukan dua
kali dalam setahun. Tujuannya agar tanah dasar kedap air, strukturnya baik
dan higienis. Tanah dasar yang kedap dapat menahan air dan tidak porous.
Menurut hasil wawancara struktur tanah yang baik dapat
memperlancar proses penguraian bahan organik (pupuk), sehingga pakan
alami tumbuh dengan baik. Higienis artinya tanah dasar terbebas dari gas-
gas beracun, seperti amoniak, belerang dan lain-lain (Ismail dan Khumaidi,
2016).
Pembuatan kemalir yaitu dengan cara menarik dua buah tali plastik
dari pintu pemasukan ke pintu Pengeluaran. Jarak antara tali atau lebar
kemalir antara 40-50 cm dan tanahnya digali sedalam 5-10 cm. Pembuatan
kemalir bertujuan untuk memudahkan penangkapan benih saat panen. Di
depan lubang pengeluaran dibuat kobakan dengan panjang 1,5 m, lebar 1 m,
dan tinggi 20 cm. Setelah Kemalir dibuat, tanah dasar diratakan kembali.
 Pengeringan
Pengeringan dasar kolam yang dapat dilakukan ada 2 macam, yaitu
kolam dasar tanah (semi intensif dan tradisional) dan kolam beton (intensif).
Untuk kolam yang dasar kolamnya menggunakan tanah, pengeringan
dilakukan selama 3-7 hari. Sedangkan untuk pengeringan intensif, dilakukan
pembersihan kolam lalu di keringkan selama satu hari sehingga kolam benar-
benar kering. Hal tersebut bertujuan untuk membunuh hama dan penyakit
serta untuk menimbulkan bau ampo yang merangsang induk ikan Mas
memijah.
 Pengapuran
Pengapuran dapat dilakukan setelah pembuatan kemalir dengan cara
menebarkan kapur ke seluruh bagian tanah dasar dan pematang kolam.
Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian (dolomit), sedangkan
dosisnya adalah 150 gr/m2. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan
produktivitas tanah, terutama pH dan alkalinitasnya. Untuk dasar kolam
yang pH-nya sudah 7, pengapuran tidak perlu dilakukan, karena pH tersebut
sudah baik untuk kegiatan pembenihan ikan khususnya ikan Mas.
 Pemupukan
Pemupukan yang dilakukan di BBI Tenggarang yaitu dengan cara
menebar pupuk ke seluruh tanah dasar kolam. Dengan seperti itu pupuk
dapat tersebar merata dan pertumbuhan pakan alami akan merata di seluruh
bagian kolam. Pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dengan dosis
350 gr/m2.
Pemupukan dalam kolam bertujuan untuk menumbuhkan pakan
alami agar kolam menjadi subur. Pakan alami sangat berguna untuk benih
ikan Mas agar tumbuh lebih cepat. Setelah kolam dipupuk, kolam diisi air
selama 4-6 hari.
Caranya adalah dengan menutup pintu pengeluaran air (monik)
dengan 3-4 buah belahan papan kayu selebar masing-masing 10 cm,
kemudian membuka pintu pemasukan air untuk mengalirkan air. Setelah air
mencapai ¾ bagian, pintu pemasukan ditutup, agar air pupuk tidak terbuang.
Kolam tersebut dibiarkan sampai 4-6 hari. Apabila air di kolam sudah
tampak berubah warna kehijau-hijauan bahkan hijau, hal tersebut
menunjukkan bahwa pakan alami sudah tumbuh.
 Pengisian air
Pengisian air dapat dilakukan setelah proses perbaikan kolam
pengeringan selesai dilakukan. Sebelum memasukkan air pastikan pintu
pengeluaran air (outlet) sudah ditutup rapat dan pintu pemasukan air (inlet)
sudah dipasang jaring yang bertujuan untuk mencegah masuknya hama dan
kotoran yang mengikuti aliran air ke dalam kolam. Untuk pemijahan ikan
Mas (Cyprinus carpio L) ketinggian air berkisar antara 40-50 cm dan selama
pemijahan berlangsung air harus tetap di kontrol untuk memastikan air
mengalir dengan sistem limpas yaitu air terus masuk ke kolam dan air yang
melebihi pintu monik keluar. Selain itu bertujuan untuk menyuplai oksigen
terlarut di dalam kolam yang merangsang induk untuk memijah.
 Pemasangan kakaban
Kakaban adalah alat yang terbuat dari ijuk yang di impit oleh bambu.
Kakaban dipasang berjejer di kolam pemijahan agar telur ikan menempel di
kakaban tersebut dan mudah untuk dipindahkan. Pemasangan kakaban dapat
dilakukan sebelum induk-induk dimasukkan. Ukuran kakabannya adalah 2 x
0,2 m. Kakaban yang digunakan dalam satu kolam pemijahan terdapat 24
buah kakaban untuk 4 stel induk. Kakaban diupayakan berada sekitar 5-10
cm di bawah permukaan air. Maka dari itu, kakaban diberi pemberat
menggunakan batu yang diletakkan di kedua sisi kakaban dan di ikat dengan
tali rafia. Hal ini dimaksudkan untuk menenggelamkan kakaban tersebut.
Hal ini tidak jauh berbeda dengan cara yang dijabarkan oleh Dai et al.,
(2020). Sebarkan kakaban dalam bentuk substrat untuk menempelkan telur
ke kolam pemijahan. Agar mengapung, kakaban diatur di atas sebatang
bambu yang masih utuh. Di atas kakaban diberi bambu dan diikat sehingga
sekelompok kakaban tidak terpencar saat pasangan induk melahirkan.
Sebelum menginstal, file kakaban dibersihkan, dicuci dan dibilas agar bebas
dari kotoran.
2. Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan di kolam pemeliharaan induk proses seleksi
dilakukan melalui dua tahap yaitu seleksi berdasarkan jenis kelamin dan
berdasarkan perbandingan berat induk ikan. Seleksi tahap pertama berdasarkan
penentuan jenis kelamin yaitu dengan metode stripping pada bagian perut.
Seleksi tahap kedua yaitu berdasarkan perbandingan berat induk ikan yang akan
dipijahkan. Perbandingan berat, indukan yang digunakan yaitu 2 kg jantan
banding 1 kg betina (2:1) dengan tujuan agar telur dari induk betina dapat
dibuahi secara maksimal oleh sperma pejantan.
Menurut Saputra (2011), induk betina matang gonad memiliki ciri-ciri
gerakan yang lamban, perut membesar atau buncit ke arah belakang, jika di raba
terasa lunak, lubang anus agak menonjol atau membengkak, dan bila dilakukan
pemijatan perlahan ke arah anus maka akan keluar cairan kuning kemerahan.
Sedangkan pada induk jantan, gerakan lincah, bandan ramping, jika diurut anus
maka akan mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
Mantau dkk., (2004), menyatakan bahwa induk ikan mas betina yang
dapat dipijahkan berumur 1,50-3 tahun dengan bobot minimum 1,50 kg/ekor,
sedangkan induk jantan berumur 6 bulan ke atas dengan bobot minimum 0,50
kg/ekor.
Prakoso dan Rizqi (2016), menambahkan ciri-ciri dari calon induk yang
siap dipijahkan adalah sebagai berikut :
 Calon induk betina
- Minimal 18 bulan.
- Berat minimal 1,5 kg.
- Badan terutama bagian perut membesar atau buncit, bila diraba terasa
lembek.
- Gerakan lamban, memberi kesan malas berlembek
- Jika bagian perut diurut dari depan ke arah sirip ekor akan
mengeluarkan cairan berwarna Kuning.
- Pada malam hari biasanya meloncat-loncat.
 Calon induk jantan
- Umur minimal 8 bulan.
- berat minimal 0,5 kg.
- Badan tampak ramping/langsing.
- Gerakannya lincah dan gesit.
- Jika bagian perut diurut dari depan ke arah sirip ekor akan
mengeluarkan cairan berwarna Putih (sperma) seperti santan kelapa.
Prakoso dan Rizqi (2016), juga menyatakan bahwa Indukan ikan mas
yang sehat dapat dilihat dari pergerakan yang lincah, nafsu makan yang tinggi.
Selain itu indukan ikan mas yang bagus untuk dijadikan indukan adalah ikan
mas yang mempunyai berat 0,5-1 kg/ekor untuk jantan dan 1,5-2 kg/ekor
untuk betina, tidak memiliki kecacatan tubuh, tidak sedang terjangkit penyakit
dan juga memiliki warna tubuh yang cerah. Induk yang digunakan dalam
pemijahan harus dalam kondisi sehat dan tidak cacat bawaan karna ditakutkan
akan mempengaruhi hasil turunannya nanti.
Kualitas induk sangat berpengaruh terhadap produksi benih ikan. Selain
itu, terdapat faktor pendukung keberhasilan budidaya seperti kualitas
lingkungan perairan, ketersediaan pakan alami, dan teknik pembenihan yang
diterapkan. Induk yang baik akan menghasilkan benih yang baik. Benih ikan
akan memiliki pertumbuhan lebih baik bila air untuk pemeliharaan dan pakan
yang diberikan memiliki kualitas yang baik (Prakoso dan Rizqi, 2016).
3. Pelepasan Induk Pada Kolam
Induk ikan mas yang telah diseleksi kemudian dilepas di kolam
pemijahan pada pukul 10.00. Dalam fase pemeliharaan indukan ikan mas
dibutuhkan pakan, wadah pemeliharaan dan kualitas air yang baik. Menurut
Ismail dan Khumaidi (2016), waktu pelepasan induk yang baik yaitu pada
waktu pagi dan sore hari karena pada waktu tersebut suhu perairan cenderung
rendah.
Kolam pemeliharaan induk yang biasa digunakan berbentuk persegi
panjang. Ismail dan Khumaidi (2016), menyebutkan bahwa kolam persegi
panjang mempunyai kelebihan tersendiri yaitu dari segi sirkulasi air dan
penyedia pakan alami. Kolam berbentuk persegi panjang mempunyai kelebihan
tersendiri dibandingkan dengan kolam yang berbentuk bujur sangkar. Kelebihan
dalam hal sirkulasi air, penyedia makanan alami ikan, karena kolam berbentuk
persegi panjang mempunyai sisi yang lebih banyak dibandingkan kolam yang
berbentuk bujur sangkar.
kolam pemeliharaan induk menggunakan sistem seri, induk jantan dan
betina tidak boleh dikumpulkan, hal ini dimaksudkan untuk mencegah
perkawinan sendiri karena induk betina gampang terangsang oleh bau sperma
induk jantan. Pada kondisi ini diperlukan adanya penanganan khusus agar
kualitasnya dalam pemijahan induk dapat terjaga. Penanganan secara khusus
mencakup:
 Sistem pengairan dalam kolam pemijahan diupayakan secara paralel, artinya
masing-masing kolam memiliki pintu pemasukan dan pengeluran air
masing-masing dan mendapat air baru terus-menerus. Jika lahan dan air
kurang mendukung pengairan boleh dilakukan secara seri, namun kolam
tersebut harus dua unit dengan catatan induk betina harus ditempatkan di
kolam bagian atas, agar tidak terangsang oleh abu sperma jantan yang keluar
secara tidak sengaja.
 Kolam pemeliharaan induk yang terpisah khususnya bagi ikan-ikan yang
memerlukan manipulasi lingkungan dalam pemijahannya dan membutuhkan
waktu lama untuk mematangkan telurnya dari pemijahan pertama ke
pemijahan selanjutnya. Untuk ikan yang tidak membutuhkan manipulasi,
kolam induk boleh dijadikan satu dengan kolam pemijahan.
 Kolam pemijahan induk dapat disesuaikan, berukuran 6 x 8 m dan tepat
berada disebelah kolam pemeliharaan induk jantan dan betina. Hal tersebut
untuk memudahkan pemindahan induk dari kolam pemeliharaan ke kolam
pemijahan (Ismail dan Khumaidi, 2016). Kontruksi kolam pemijahan induk
terbuat dari beton semua (intensif). Hal tersebut untuk menghindari
kekeruhan air akibat dasar kolam terbuat dari tanah, karena apabila air keruh
itu akan menutupi permukaan telur hasil pemijahan, akibatnya akan
mempengaruhi keberhasilan penetasan telur.
4. Pemijahan
Pemijahan memiliki makna menyatukan indukan jantan dan betina yang
telah matang gonad untuk menjalankan aktivitas pembuahan telur, yaitu
bertemunya sel sperma jantan dengan sel telur betina (Prakoso dan Rizqi Ayu,
2016).
Teknik pemijahan ikan mas dapat dilakukan secara alami dan secara
buatan. Teknik pemijahan secara alami, ikan mas akan tanpa ransangan atau
induksi hormonal. Sedangkan pemijahan secara buatan dilakukan dengan
adanya rangsangan yang disebabkan oleh induksi hormon (Mustamin dkk.,
2018).
Pemijahan ikan mas dilakukan secara alami yaitu dengan meletakkan
induk jantan dan betina dalam satu kolam tanpa diberi perlakukan khusus dan
hanya menggunakan kakaban serta waring sebagai substrat sebagai tempat telur
melekat. Pemijahan ikan mas terjadi sekitar pukul 22.00-03.00, proses
pemijahan ditandai dengan bunyi percikan air yang dihasilkan akibat proses
pengejaran induk betina oleh pejantan. Menurut Ismail dan Khumaidi (2016),
ikan mas memijah pada pukul 22.00 sampai menjelang subuh ditandai dengan
aktivitas induk jantan yang mengejar induk betina. Induk betina akan
mengeluarkan telur menjelang tengah malam pada kakaban dan waring dan
diikuti oleh induk jantan yang mengeluarkan cairan sperma berwara putih.
Pukul 05.00 dilakukan pengamatan kembali pada kolam pemijahan, telur ikan
mas terlihat menempel pada kakaban dan waring, kemudian dilakukan
pemindahan induk ikan mas dari kolam pemijahan. Tujuan dari pemisahan
induk setelah memijah yaitu agar telur yang baru menempel tidak dimakan oleh
induk ikan mas.
5. Penetasan Telur
Penetasan telur ikan mas berlangsung selama ±48 jam. Pada saat telur
sudah menetas, waring dan kakaban diangkat dan dibersihkan. Telur yang sudah
menetas akan menjadi larva, sedangkan telur yang gagal menetas akan
berwarna putih yang menandakan telur mengalami kematian. Penyebab
kematian telur dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pembuahan
yang tidak sempurna dan kondisi telur yang saling menempel atau saling tindih
pada saat penyebaran di waring sehingga sirkulasi oksigen terganggu dan
menyebabkan kematian (Setyono, 2009). Menurut Saputra (2011), faktor yang
mempengaruhi keberhasilan penetasan telur ikan mas adalah kematangan gonad
pada induk ikan dan kualitas air.
6. Perawatan Larva
Perawatan larva merupakan hal yang penting dalam pembenihan ikan
karena mortalitas tinggi. Menurut Saputra (2011), larva ikan merupakan fase
yang paling kritis dalam budidaya ikan karena larva ikan mempunyai ketahanan
yang kurang baik dan rentan pada perubahan kondisi lingkungan. Nur dkk.
(2019), meyebutkan bahwa perubahan lingkungan dan relung habitat dapat
secara langsung menyebabkan kelainan pada fisiologi dan morfologi organ ikan
(Devi & Mishra, 2013; Seebacher et al., 2016). 48 jam setelah menetas
cadangan makanan pada larva akan habis, sehingga diperlukan asupan gizi
tambahan, pakan yang diberikan berupa kuning telur yang telah direbus matang
kemudian kuning telur di ayak di atas air menggunakan saringan sampai merata.
Pemberian kuning telur diberikan selama 2x sehari pagi hari dan sore hari
selama 3 hari. Perlakuan lain selama perawatan larva yaitu pemberian pupuk,
pemupukan dilakukan dengan metode Pulling. Metode Pulling adalah
pemupukan pada beberapa lokasi perairan dengan maksud mineralisasi terjadi
secara bertahap (Akbar, 2016). Pemberian pupuk bertujuan menumbuhkan
pakan alami yang diperlukan larva yang telah menghabiskan cadangan kuning
telur. Menurut Akbar (2016) dan Ramadhan dan Luthfiana (2018), selain
pemberian pakan ikan buatan di kolam, penyediaan pakan dapat dilakukan
secara alami yaitu melalui pemberian pupuk dengan tujuan meningkatkan
jumlah pakan alami ikan dan mampu meningkatkan produksi ikan yang
dipelihara. Larva akan dipelihara dalam kolam selama 1 bulan (Ramadhan dan
Luthfiana, 2018).
Hasil penelitian Sabrina (2018), pengukuran nilai suhu pada media
pemeliharaan benih Ikan mas yang diperoleh berkisar antara 26 ± 28ºC, kisaran
ini masih mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan mas.
Hal ini sesuai dengan penelitian Effendi dkk. (2015), menyatakan suhu 25 ±
32ºC layak untuk pertumbuhan ikan.
7. Pendederan
Kolam pendederan yang telah diberi pupuk kandang akan memiliki
warna air yang kehijauan karena terdapat pakan alami berupa fitoplankton,
larva juga diberi pakan tambahan berupa pellet HI-PRO-VITE 781-3 kadar
protein 31-33%, menurut Masitoh et al. (2015), benih ikan mas memiliki
kebutuhan protein dalam tubuh minimal 30%. Pelet yang telah dihaluskan
menggunakan mesin slep diberikan kepada benih dengan metode blind feeding.
Menurut Poh (2014), blind feeding adalah panduan pemberian pakan yang
Dikembangkan oleh pabrik atau petani perorangan didasarkan pada percobaan.
Selama pendederan ketinggian air pada kolam akan di jaga pada kisaran 30 cm
dengan cara mengatur debit air yang masuk. Pertumbuhan panjang dan berat
larva ikan diukur sebanyak 1 minggu sekali. Menurut Utomo dkk. (2005),
konversi dan efisiensi pakan memiliki hubungan dengan nilai kecernaan yang
menggambarkan persentase nutrien yang dapat diserap oleh saluran pencernaan
tubuh ikan, semakin besar nilai kecernaan suatu pakan maka semakin banyak
pula nutrien pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan tersebut.
8. Pemanenan
Pemanenan Benih Ikan mas dimulai pukul 05.00 WIB dimulai dari
pengurangan air dengan cara memasang saringan dan membuka outlet, hingga
ketinggian air 5 cm, selama proses penurunan air dilakukan pemasangan
tanjaran pada saluran dekat outlet bertujuan untuk menampung benih ikan agar
mudah dipindahkan, proses pemanenan dilakukan secara perlahan dikarenakan
terdapat banyak lumut yang ada pada kolam, lumut dapat menyumbat saringan
pada outlet yang menyebabkan benih susah keluar dan dapat menyebabkan ikan
menjadi stress karena kekurangan oksigen.
Benih yang telah dipanen dapat dipindah menuju kolam pendederan
lanjutan atau dimasukkan ke dalam kolam pemberokan pada bangsal panen
untuk dijual. Benih ikan sebelum dipasarkan atau di kirim harus dipuasakan
atau diberok terlebih dahulu dengan tujuan mengurangi kotoran atau sisa
metabolisme ikan. Benih ikan yang telah dipanen diberok selama 2-6 jam
bergantung dari jarak transportasi (Ramadhan dan Luthfiana, 2018).
9. Packing
Benih ikan mas berukuran 1-3 cm yang telah diberok selama 2-6 jam
akan di packing dalam plastik rangkap dengan jumlah 1000-2000 ekor benih
per plastik dengan perbandingan antara air dengan oksigen sebesar 1:2. Jarak
tempuh yang mampu dilalui oleh benih sangat bergantung pada kepadatan
dalam plastik packing dan ukuran dari benih tersebut, semakin padat dan besar
ikan maka semakin rendah jarak tempuh. Ramadhan dan Luthfiana (2018),
menjelaskan kandungan O2 terlarut yang baik untuk ikan harus lebih dari 2
mg/l, apabila media pengangkutan memiliki kandungan oksigen terlarut kurang
dari 2 mg/l maka akan menyebabkan kematian.
10. Pengelolaan Kualitas Air
Air yang digunakan sebagai media pemeliharaan induk, larva serta benih
ikan mas. Pengecekan kualitas air dapat dilakukan setiap hari pada pagi hari
(08.00 WIB) dan sore hari (15.00 WIB) menggunakan alat-alat yang telah
disediakan, seperti: suhu air melalui thermometer, pH air melalui pH meter, DO
melalui DO meter, kecerahan melalui secchidisk, serta dilakukan pemeriksaan
kualitas air lanjutan setiap 1 minggu sekali. Hal tersebut dilakukan untuk
memastikan bahwa lingkungan tempat hidup ikan mas telah memenuhi syarat
teknis yang baik dan benar. Selain itu, kandungan amonia perlu untuk
diperhatikan agar masih dalam kisaran yang dapat ditoleransi untuk budidaya
ikan mas. Darwis dkk. (2019), menyatakan bahwa pertumbuhan ikan mas mulai
terganggu apabila air media hidupnya mengandung amonia sebesar 1,2 mg/L.
Sedangkan menurut Fazil dkk. (2017), nilai standar amonia yang diperbolehkan
dalam budidaya ikan yaitu 0,5 mg/L. Pendapat yang sama di sampaikan oleh
Silaban et al. (2012), yang menyatakan bahwa nilai standar amonia yang
diperbolehkan dalam budidaya ikan yaitu 0,5 mg/L, karena jika angka di atas
nilai tersebut dapat menyebabkan timbulnya keracunan pada ikan.
11. Pengendalian Hama Dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit merupakan suatu upaya untuk
menghindarkan larva atau benih ikan mas terserang hama dan penyakit. Pada
kolam pemeliharaan larva, hama yang biasa menyerang adalah katak dan
kecebong (anak katak). Katak dan kecebong tersebut akan memakan pakan ikan
mas. Penanggulangan dilakukan secara fisik dengan menangkap indukan katak
menggunakan jaring kemudian dibuang, agar tidak bertelur pada kolam
pemeliharaan larva. Pengelolaan kolam sangat mempengaruhi kelulushidupan
dan kualitas ikan yang dipelihara, terutama mengenai perairan kolam, perairan
kolam yang tidak sesuai menimbulkan berbagai macam penyakit ikan
(Ramadhan dan Luthfiana, 2018).
2.2.2 Pemijahan Buatan Pada Ikan Mas (Cyprinus Carpio)
Pemijahan buatan tidak jauh berbeda dengan pemijahan alami, hanya
saja ada beberapa perlakuan yang perlu untuk di lakukan dalam pemijahan
buatan di antaranya :
1. Persiapan Ikan Mas (Cyprinus Carpio)
Menurut (Khairuman dan Amri 2014), sebelum dilakukan
penyuntikan terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel induk untuk
mengetahui diameter dan kematangan gonad. Ikan yang digunakan
adalah ikan matang kelamin yang siap untuk dipijahkan. Dalam
pemilihan induk jantan dan betina yang unggul dan sudah matang gonad,
sebaiknya memperhatikan beberapa hal yaitu;
a. Induk jantan berumur 8 bulan dan berat > 0,5 kg/ekor sedangkan
induk betina berumur 1,5-2 tahun dengan berat 1,5-2 kg/ekor.
b. Secara fisik ikan tidak cacat
c. Sisik tersusun rapi, cerah dan tidak kusam
d. Pangkal ekor kuat dan normal dengan panjang pangkal ekor harus
lebih panjang dibandingkan dengan lebar/tebal ekor
2. Penyuntikan Hormon Ovaprim Pada Ikan
Sebelum melakukan proses penyuntikan, ikan perlu dipuasakan
terlebih dahulu. Hal ini bertujuan supaya hormon yang akan disuntikan
dapat bekerja dan memberikan efek yang lebih baik serta untuk
mengosongkan perut sehingga ikan hanya sedikit membentuk feses yang
mungkin menggagu pada saat proses striping (Idrus, 2016).
Penyuntikan dilakukan sebanyak dua kali secara intra-muskuler,
yaitu jarum suntik ditusukkan ke dalam otot punggung sedalam ± 2 cm di
atas gurat sisi dengan kemiringan 45º dan di bawah sirip punggung
bagian depan dengan selang waktu suntikan pertama dengan selang
waktu suntikan kedua adalah 8 - 11 jam (Idrus, 2016). Hormon ovaprim
disuntikan pertama, pada penyuntikan kedua tetap diberikan hormon
yang sama dengan penyuntikan pertama.
Penyuntikan dengan menggunakan dosis ovaprim 1,0 ml
dilakukan pada induk betina dengan kemiringan 40°- 45° dan kedalaman
jarum ± 1 cm sebaiknya penyuntikan dilakukan pada sore hari atau
malam hari antara pukul 17.00 – 20.00 frekuensi suntik dilakukan
sebanyak satu kali dengan menggunakan spoit berukuran 1 ml.
3. Pengurutan atau Striping
Striping dilakukan 11 jam setelah penyuntikan, ikan uji
dinyatakan ovulasi saat telur melalui lubang genitalnya. Proses
pengurutan dilakukan dengan cara perlahan dari atas menuju ke lubang
genital pengurutan di hentikan apabila telur yang dikeluarkan bercampur
dengan darah, agar hasil yang diharapkan bisa optimal sesuai yang
diharapkan. Selanjutnya jika ikan uji pada pengurutan pertama tidak
menunjukkan tanda-tanda ovulasi maka pengurutan berikutnya dilakukan
setiap 1 jam sekali sampai terjadi ovulasi pada ikan uji.
Secara umum, urutan striping, sebagai berikut :
a. Siapkan mangkok yang bersih untuk telur sampel
b. Induk betina yang akan di striping dibalut dengan handuk
basah
c. Perut induk betina diurut perlahan-lahan
d. Telur yang keluar ditampung di dalam baskom
e. Perut induk jantan juga diurut secara perlahan-lahan dari
bagian
depan dan ditampung dalam mangkuk kecil
f. Telur dan sperma di satukan selanjutnya diaduk sampai rata
menggunakan bulu ayam
g. Setelah itu, bilas dengan menggunakan air bersih
h. Pembilasan ini dilakukan 2-3 kali hingga sisa sperma dan
sebagian gelembung minyak pada telur berkurang
i. Induk dikembalikan di kolam pemeliharaan induk.
4. Penebaran Telur Di wadah Penetasan
Proses pemijahan dilakukan dengan menggunakan wadah yang
telah disiapkan, pengambilan sperma ikan jantan dan telur betina
dilakukan dengan cara pengurutan, sperma tersebut diletakan di dalam
mangkok kecil kemudian ditambahkan larutan NaCl. Setelah diperolah
telur dan sperma kemudian di lakukan pembuahan yakni dengan cara
pencampuran telur dan sperma di dalam baskom dan diaduk dengan
bantuan bulu ayam agar sperma di dalam baskom dapat membuahi
selulur telur yang ada. Setelah itu pengambilan sampel ditebar di dalam
wadah akuarium yang telah diberikan kode perlakuan. Perhitungan
jumlah telur yang terbuahi dilakukan dengan cara volumettrik atau
manual yakni menghitung langsung telur yang berwarna kecokelatan dan
transparan yang dilakukan 1 jam setelah pemijahan. (Idrus, 2016).
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengembangan budidaya komoditas perikanan ialah perihal penting dan jadi
harapan bagi pembudidaya ikan untuk terus meningkatkan teknik atau metode yang jadi
dasar pengembangan yang dibutuhkan, sehingga kebutuhan produksi benih ikan
bermutu tinggi untuk penebaran di kolam budidaya maupun penebaran di alam dapat
dipenuhi. Pengembangan budidaya perikanan merupakan hal penting dan menjadi
harapan pembudidaya ikan untuk terus meningkatkan teknik-teknik yang menjadi dasar
pengembangan yang diperlukan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan produksi benih
berkualitas untuk penebaran di kolam maupun perairan umum. Dalam pelaksanaan
proses pembenihan ikan tidak hanya ditentukan dari parameter sumber daya hayati
tetapi juga harus diikuti dengan pengelolaan yang profesional.
3.2 Saran
Di dalam mendukung pencapaian target produksi ikan budidaya, maka peranan
teknik budidaya menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan ikan nasional.
Untuk itu, diperlukan penciptaan serta perbaikan teknik ataupun inovasi untuk
peningkatan produktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi
Andi Idrus. (2016). PENGARUH OVAPRIM DENGAN DODIS YANG BERBEDA
TERHADAP PEMIJAHAN BUATAN PADA IKAN MAS (CYPRINU
SCARPIO). Jurnal Ecosystem Vol. 16.(2). 204–218
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=898016&val=14075&title=PENGARUH%20OVAPRIM%20DENGAN
%20DODIS%20YANG%20BERBEDA%20TERHADAP%20PEMIJAHAN
%20BUATAN%20PADA%20IKAN%20MAS%20CYPRINU%20SCARPIO
Ayu. Yuatiati, dkk. (2015). .DISEMINASI PENGGUNAAN OVAPRIM UNTUK
MEMPERCEPAT PEMIJAHAN IKAN MAS DI DESA SUKAMAHI DAN
SUKAGALIH KECAMATAN SUKARATU KABUPATEN TASIKMALAYA
PROVINSI JAWA BARAT. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat Vol. 4,
No. 1, Mei 2015: 1 – 3. ISSN 1410 - 5675
http://jurnal.unpad.ac.id/dharmakarya/article/view/9025
Dai, A. Robinson et all. (2020). Effective and Efficient Spawning Techniques of Koi
Goldfish. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan.Volume 8, Issue 3, Page 56-59.
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Effective+and+Efficient+Spawning+Techniques+of+Koi+G
oldfish&btnG=#d=gs_qabs&u=%23p%3DrKEPI4TCnh8J
Darwis, dkk. (2019). Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) Sistem Akuaponik Dengan
Padat Penebaran Berbeda. Jurnal Budidaya Perairan. Vol. 7 No. 2: 15 -21
https://www.researchgate.net/publication/334539557
Effendi, H., B.A Utomo, G.M Darmawangsa, R.E Karo-karo. 2015. Fitoremediasi
limbah budidaya ikan lele (Clarias sp.) dengan kangkung (Ipomea aquatica) dan
pakcoy (Brassica rapa chinensis) dalam sistem resirkulasi. Ecolab, 9 (2) :
47–104.
https://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JKLH/article/view/1540
Fazil M, Adhar S, Ezraneti R. 2017. Efektivitas penggunaan ijuk, Jerami padi dan
ampas tebu Sebagai filter air pada Pemeliharaan ikan mas Koki (Carassius
auratus). Jurnal Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh. Vol. 4 No 1 : 37-
43.
https://media.neliti.com/media/publications/222598-efektivitas-penggunaan-ijuk-jerami-
padi.pdf
Ilyass, Taslim. (2013). SKRIPSI MANAJEMEN PEMIJAHAN DALAM
MENINGKATKAN PRODUKSI BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L) DI
BALAI BENIH IKAN AIR TAWAR (BBIAT) KARRANG ENREKANG,
SULAWESI SELATAN. JURUSAN AGRIBISNIS PERIKANAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP.
https://www.google.com/search?
safe=strict&sxsrf=ALeKk03cHOywvElPpmYwSGZ5Nn6vC5UOLw:1614794107817&
source=univ&tbm=isch&q=Ilyass,+Taslim.+(2013).
+SKRIPSI+MANAJEMEN+PEMIJAHAN+DALAM+MENINGKATKAN+PRODUK
SI+BENIH+IKAN+MAS+(Cyprinus+carpio+L)
+DI+BALAI+BENIH+IKAN+AIR+TAWAR+(BBIAT)+KARRANG+ENREKANG,
+SULAWESI+SELATAN.
+JURUSAN+AGRIBISNIS+PERIKANAN+POLITEKNIK+PERTANIAN+NEGERI+
PANGKEP.&client=ms-android-asus-
tpin&sa=X&ved=2ahUKEwiU37np2JTvAhUQ63MBHUQYCSAQjJkEegQICRAB&bi
w=1261&bih=2273
Indriyani Nur, Wa O. Erni, Muhammad Idris, Yusnaini (2019). Alterations in
pigmentation and morphology of goldfish (Carassius auratus) exposed to
sublethal treatment with mercury. AACL Bioflux, 2019, Volume 12, Issue 6.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=http://www.bioflux.com.ro/docs/2019.2147-
2156.pdf&ved=2ahUKEwjvy6uY2pbvAhXO8HMBHTw3BSAQFjAAegQIARAC&us
g=AOvVaw0yIc5XtnCzKLZQscIKJKtZ
Ismail dan Ach. Khumaidi. 2016. Teknik Pembenihan Ikan Mas(Cyprinus carpio, L) di
Balai Benih Ikan (BBI) Tenggarang Bondowoso. Jurnal Ilmu Perikanan, 7(1):
27-37. https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/JSAPI/article/download/300/294/
Masitoh, D., Subandiyono. & Pinandoyo. 2015. Pengaruh Kandungan Protein Pakan
yang Berbeda dengan Nilai E/P 8,5 kkal/g Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas
(Cyprinus carpio). Journal of Aquaculture Management and Technology, 4 (3):
46-53.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jamt/article/view/
9461&ved=2ahUKEwiXk6us7YDvAhUKWCsKHSIFAogQFjAAegQIARAC&usg=A
OvVaw1FjOR2cGczXv8afx8mU7Wz
Maulana. Akbar dan Putri (2019). Pemijahan Ikan Koi (Cyprinus Carpio) dengan
Metode Semi Buatan: Pengamatan Nilai Fekunditas, Derajat Pembuahan Telur
dan Daya Tetas Telur. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol. 9(2): 216 – 224
https://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jpk/article/download/6862/5761
Mohammad, T. Sanjib Moulick, dan Chanchal K Mukherjee. (2018). Economic
feasibility of goldfish (Carassius auratus Linn.) recirculating aquaculture system.
Aquaculture Research. 1–9. wileyonlinelibrary.com/journal/are
https://scholar.google.co.id/scholar?q=Economic+feasibility+of+goldfish+
(Carassius+auratus+Linn.)
+recirculating+aquaculture+system&hl=id&as_sdt=0&as_vis=1&oi=scholart#d=gs_qa
bs&u=%23p%3D1M8vLJ74bpgJ
Mustamin, Mia dkk. 2018. Teknik Pemijahan Ikan Mas Di Balai Benih Ikan (BBI)
Pangkajene Kabupaten Sidenreng Rappang Sulawesi Selatan. Seminar Nasional
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Vol. 1, ISSN: 2622
0520 https://jurnal.yapri.ac.id/index.php/semnassmipt/article/view/20
Poh, Y.T. 2014. Feed Management Improves Profit in Shrimp Farming. Global
Aquaculture Advocate. Hal.26.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.aquaculturealliance.org/advocate/feed-
management-improves-profits-intensive-white-shrimp-farming/&ved=2ahUKEwiNi-
2t7oDvAhXEUn0KHQjjBVAQFjAAegQIARAC&usg=AOvVaw3-n4laC0OcvQv0Wg-
gYVjG
Prakosa, D. Galang dan Rizqi Ayu Ratnayu. (2016). Teknik Pembenihan Ikan Mas
(Cyprinus carpio) Di Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT) Pasuruan,
Jawa Timur. Jurnal Ilmu Perikanan, 7(2): 78-84.
https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/JSAPI/article/download/307/302
Prawesti. A., Haryanto, T. dan Effendi, I., 2015. Sistem Pakar Identifikasi Varietas Ikan
Mas (Cyprinus carpio) Berdasarkan Karakteristik morfologi dan Tingkah Laku.
Jurnal Ilmu Komputer Agri-Informatika. 4(1). Pp.6-13
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jika/article/view/14570
Ramadhan, Rizki dan Luthfiana Aprilianita Sari. (2018). Teknik Pembenihan Ikan Mas
(Cyprinus carpio) Secara Alami Di Unit Pelaksana Teknik Pengembangan
Budidaya Air Tawar (UPT PBAT) Umbulan, Pasuruan. Journal of Aquaculture
and Fish Health Vol. 7 No.3
https://e-journal.unair.ac.id/JAFH/article/view/11261
Sabrina, dkk. (2018). Pertumbuhan Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) Pada Media
Biofilter Berbeda. Jurnal Penyuluhan Perikanan dan Kelautan. Vol 12(3) No.
215–224
https://www.neliti.com/publications/283126/pertumbuhan-benih-ikan-mas-cyprinus-
carpio-pada-media-biofilter-berbeda
Saputra, S.D. 2011. Aplikasi Sistem Resirkulasi Air Terkendali (SRAT) pada Budidaya
Ikan Mas (Cyprinus carpio). Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian
Bogor. Hal. 5-27.
https://123dok.com/document/lzgkrvvy-aplikasi-sistem-resirkualsi-terkendali-
srat-budidaya-cyprinus-carpio.html
Seebacher F, Webster M. M., James R. S., Tallis J., Ward A. J. W., 2016 Morphological
Differences between habitats are associated with physiological and behavioural
Trade-offs in stickleback (Gasterosteus aculeatus). Royal Society Open Science
3(6)
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4929920/
Silaban, T.F., Santoso, L., Suparmono, 2012. Pengaruh Penambahan Zeolit Dalam
Peningkatan Kinerja Filter Air Untuk Menurunkan Konsentrasi Amoniak Pada
Pemeliharaan Ikan Mas (Cyprinus Carpio). Jurnal Rekayasa dan Teknologi
Budidaya Perairan. Vol. 1 (1): 47-56.
http://jurnal.fp.unila.ac.id/index.php/bdpi/article/view/104/109
Syafar. L. Abdul, dkk. (2017). BLOOD DESCRIPTION, PARASITE INFESTATION
AND SURVIVAL RATE OF CARP (Cyprinus carpio) WHICH IS EXPOSED
BY SPORE PROTEIN Myxobolus koi ON REARING POND AS
IMMUNOSTIMULAN MATERIAL. Jurnal Biosains Pascasarjana Vol. 19,
No. 2, 158-179.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://e-
journal.unair.ac.id/BIOPASCA/article/download/5705/3583&ved=2ahUKEwi-
gvLe0JbvAhUSjeYKHbITCCEQFjAAegQIAxAD&usg=AOvVaw1jZgaN4wI9SMGD
TB5hjdVS

Anda mungkin juga menyukai