Anda di halaman 1dari 11

Makalah

Definisi Aquaculture Engineering, Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi, Serta Sistem Aquaculture Engineering

Dr. Juliana, S.Pi., MP

DISUSUN OLEH:

NURYANA PONTOH

1111419018

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

BUDIDAYA PERAIRAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Definisi Aquaculture Engineering, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi, Serta
Sistem Aquaculture Engineering”. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu Dr. Juliana, S.Pi., MP pada mata kuliah
‘Akuakultur Engineering’

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Gorontalo, Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Aquaculture Engineering 3

2.2 Faktor-faktor 3

2.3 Sistem Aquaculture Engineering 4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 6

3.2 Saran 6

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor andalan yang dapat mengatasi krisis ekonomi dalam membangun


ekonomi dan juga termasuk prospek bisnis yang cukup besar adalah sektor Perikanan
dan Kelautan Indonesi. Dimana Indonesia memiliki potensi perairan yang banyak
mengandung keanekaragaman hayati melimpah ruah. Sistem budidaya dalam perikanan
hingga saat ini masih ada dan terus dikembangkan, dilakukan dengan menggunakan dua
sistem baik itu sistem budidaya monokultur maupun budidaya polikultur. Sistem
budidaya monokultur adalah sistem budidaya yang pemeliharaannya hanya satu jenis
ikan saja atau organisme. Sedangkan sistem budidaya polikultur adalah sistem budidaya
yang memelihara ikan atau organisme lebih dari satu jenis.

Tidak ada yang tau pasti kapan dan oleh siapa yang memulai kegiatan
akuakultur. Kegiatan akuakultur pertama kali diduga dilakukan oleh orang Mesir saat
itu pada ikan nila dan juga dilakukan oleh orang China pada ikan mas. Kegiatan
pemeliharaan kedua jenis ikan tersebut kemudian menyebar di Asia dan Eropa.
Sebagian besar penduduk dunia telah banyak mengetahui dan mempraktekkan kegiatan
akuakultur atau budidaya biota air, terutama daerah sekitar aliran sungai, pantai, danau,
dan waduk. Bahkan di era globalisasi saat ini, kegiatan pemeliharaan biota air telah
merambah ke masyarakat yang mendiami daerah perkotaan.

Sektor akuakultur adalah produksi perikanan dunia yang lebih dari 13 juta
metrik ton per tahun, dan produksi ini cenderung terus lebih meningkat. Kawasan Asia
yang mayoritas padat penduduk dengan tingkat penghasilan yang relatif rendah, sangat
membutuhkan peningkatan produksi dari hasil akuakultur tersebut. Meskipun kegiatan
akuakultur atau biota air telah banyak dipraktekan oleh masyarakat Indonesia, namun
pengetahuan dasar tentang kegiatan akuakultur atau budidaya biota air kadang-kadang
belum banyak dipahami
1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Aquculture Engineering?


2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Aquaculture
Engineering?
3. Menjelaskan salah satu contoh sistem Aquculture Engineering berdasarkan
spesies yang dipilih?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Aquaculture Engineering
Akuakultur didefinisikan sebagai kegiatan pemeliharaan biota air pada kondisi
yang terkontrol, baik secara intensif maupun semi-intensif. Budidaya perairan atau
akuakultur adalah rekayasa manusia dengan menambahkan energi atau menginput demi
meningkatkan produksi organisme biota air yang bermanfaat dengan merekayasa
tingkat pertumbuhan, mortalitas dan reproduksinya. Namun beberapa pakar ada yang
menyatakan bahwa kegiatan akuakultur merupakan kegiatan pemeliharaan flora dan
fauna air, tetapi kegiatan ini tidak sampai berkaitan dengan pemeliharaan dan
pembenihan jenis-jenis spesies atau biota air untuk akuarium, tapi untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat ada biota yang dipelihara secara khusus.
Selain itu, masih ada beberapa pakar lain yang juga mendefinisikan akuakultur
tersebut sebagai kegiatan untuk memproduksi (termasuk di dalamnya: pemeliharaan,
penanganan, pengolahan, dan pemasaran) untuk tujuan komersial, dalam arti luas di
mana di dalamnya diterapkan pada kegiatan akuakultur. Akuakultur di Indonesia
dikenal dengan istilah budidaya air dapat dibedakan menjadi dua, yaitu budidaya air
tawar dan budidaya air laut (atau air payau). Budidaya air laut lebih dikenal dengan
istilah ‘marikultuf’, kegiatan akuakultur mencakup adanya biota dan air sebagai media
kultur.
2.2 Faktor-faktor
Pencapaian keberhasilan akuakultur yaitu dengan merekayasa siklus hidup
organisme akuatik atau biota air sehingga dapat bermanfaat dengan cara mengontrol
lingkungan yang mempengaruhinya. Faktor-faktor utama yang mempengaruhinya,
terkait dalam hal ini yaitu: mengontrol dan merekayasa reproduksi, memperkecil faktor-
faktor yang menyebabkan kematian alami dan memperhatikan pertumbuhannya.
Langkah yang sangat penting pertama yaitu merekayasa reproduksi, karena jika tidak
dilakukan maka para pembudidaya akan sangat bergantung pada benih dari alam.
Sedangkan benih yang dihasilkan dari alam tergantung pada musim pemijahan,
daerah pemijahan dan penangkapannya. Untuk memilih pertumbuhan benih yang bagus
kita harus memilih dari induk yang unggul dan melalui pakan yang dimakan oleh induk.
Dalam kegiatan akuakultur tempat dan kontruksi pembesaran sangatlah penting, karena
wadah atau tempat pembesaran dimaksudkan untuk meningkatkan bobot biomassa
dengan meminimalkan predasi dari penyakit, serta keberadaan organisme penyaing.
2.3 Sistem Aquaculture Engineering
Salah satu contoh sistem aquaculture engineering pada performa budidaya ikan
gurame:
1. Persiapan Tambak
Sebelum melakukan pembudidayaan pertama-tama yang dilakukan yaitu
mempersiapkan kolam, mulai dari pengeringan dengan menggunakan terik
matahari, setelah itu dilakukan pengapuran dan pemupukan dengan bertujuan
menaikkan pH dan menumbuhkan pakan alami seperti plankton. Kegiatan
selanjutnya yaitu pemasukan air dan penebaran benur pada tambak.
2. Seleksi Induk
Sebelum melakukan pemijahan kita melakukan seleksi induk terlebih dahulu
untuk mendapatkan induk yang baik dan matang gonad, indukan yang digunakan
dalam pemijahan berumur sekitar empat tahun.
3. Pemijahan
Pemijahan ikan gurame dilakukan dengan secara alami dengan sistem massal
dengan perbandingan 1 jantan dan 2 betina.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan dalam kegiatan produksi budidaya ikan gurame
meliputi perawatan wadah, pengontrolan kualitas air, pengamatan kesehatan pada
ikan, dan pemberian pakan.
5. Pemanenan Telur
Tanda-tanda sarang telah berisikan telur adanya lapisan minyak di atas permukaan
air, tercium bau amis menyengat, setelah itu dilakukan pemanenan terhadap telur
dengan menusuk sarang menggunakan jaring setelah itu telur harus segera
diangkat dengan perlahan-lahan pada pagi atau sore hari. Telur yang terbuahi
ditandai dengan berwarna kuning bening.
6. Penetasan dan Pemeliharaan Larva
Telur yang telah dipanen segera dipindahkan kedalam akuarium atau wadah
penetasan, kemudian telur gurame akan menetas setelah 30 jam dan menjadi larva.
Larva yang baru menetas memiliki kantung telur sebagai makanannya yang akan
habis setelah 10 hari. Larva segera diberi pakan alami berupa cacing sutera setelah
kuning telur habis.
7. Pendederan
Pendederan adalaha kegiatan pemeliharaan benih yang bertujuan untuk
mendapatkan benih dengan ukuran tertentu. Pendederan dilakukan hanya dua kali.
8. Panen
Pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari karena suhu tidak terlalu panas
sehingga ikan tidak akan stress.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Budidaya perairan atau akuakultur adalah rekayasa manusia dengan
menambahkan energi atau menginput demi meningkatkan produksi organisme biota air
yang bermanfaat dengan merekayasa tingkat pertumbuhan, mortalitas dan
reproduksinya. Namun beberapa pakar ada yang menyatakan bahwa kegiatan akuakultur
merupakan kegiatan pemeliharaan flora dan fauna air, tetapi kegiatan ini tidak sampai
berkaitan dengan pemeliharaan dan pembenihan jenis-jenis spesies atau biota air untuk
akuarium, tapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ada biota yang dipelihara secara
khusus.
Selain itu, masih ada beberapa pakar lain yang juga mendefinisikan akuakultur
tersebut sebagai kegiatan untuk memproduksi (termasuk di dalamnya: pemeliharaan,
penanganan, pengolahan, dan pemasaran) untuk tujuan komersial, dalam arti luas di
mana di dalamnya diterapkan pada kegiatan akuakultur. Akuakultur di Indonesia
dikenal dengan istilah budidaya air dapat dibedakan menjadi dua, yaitu budidaya air
tawar dan budidaya air laut (atau air payau).
3.2 Saran
Penulis tentunya menyadari jika makalah ini masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kata kesempurnaan. Maka dari itu penulis akan memperbaiki makalah ini
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik dan saran yang membangun dari
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Budiana dkk. 2018. Teknik Pembenihan Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) Di Balai
Benih Ikan Ngoro, Jombang. Journal of Aquaculture and Fish Health. Vol. 7(3):
hlm 90-97

http://www.journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jipk7c45ee9db9full.pdf

Setyono D, E, D. 2004. Pengetahuan Dasar Akuakultur. Oseana. Vol. 29(1): hlm 27-32

http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxix(1)27-32.pdf

Huniyah A, dkk. 2015. Analisis Finansial Pembesaran Ikan Bandeng (Chanos chanos)
Pada Tambak Tradisional Dengan Sistem Monokultur dan Polikultur Di
Kecamatan Mulyorejo, Surabaya, Jawa Barat. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. Vol. 7(2): hlm 169-176

http://www.journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jipk7c45ee9db9full.pdf

Rejeki S, dkk. 2019. Pengantar Akuakultur. Undip Press Semarang. Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/72528/1/Pengantar_Aquaculture_Sri_redjeki.pdf

Hakim L, dkk. 2018. Performa Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Semi
Intensif Di Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.
Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. Vol. 6(2): hlm 692-698.

http://repository.lppm.unila.ac.id/9665/1/supono%20%28L%29.pdf

Sutiani L, dkk. 2020. Analisis Model Budidaya Ikan Air Tawar Berdominansi Ikan
Gurame (Osphronemus Gouramy) di Desa Sukawening, Bogor, Jawa Barat.
Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat. Vol 2(2): hlm 207-214.

https://core.ac.uk/download/pdf/322554898.pdf

Hermawan A, dkk. 2017. Partisipasi Pembudidaya Ikan Dalam Kelompok Usaha


Akuakultur di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Jurnal Penyuluhan. Vol.
13(1): hlm 1-13.

https://media.neliti.com/media/publications/124952-ID-partisipasi-pembudidaya-ikan-
dalam-kelom.pdf

Arifin O Z, dkk. 2009. Aplikasi Rekayasa Genetik Pada Budidaya Ikan di Indonesia.
Jurnal Media Akuakultur. Vol. 4(1): 76-83

http://ejournal-balitbang.kkp.go.id/index.php/ma/article/viewFile/1595/1255
Maloho A, dkk. 2016. Pengaruh Pemberian Jenis Pakan Berbeda terhadap Pertumbuhan
dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame (Osphronemus gouramy). Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan. Vol. 4(1): 16-25

https://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/2926/Juliana-Jurnal-Pengaruh-Pemberian-
Jenis-Pakan-Berbeda-terhadap-Pertumbuhan-dan-Kelangsungan-Hidup-Benih-Ikan-
Gurame-Osphronemus-Gouramy.pdf

Pratama B A, dkk. 2018. Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap Lama Penetasan Telur,
Daya Teteas Telur, Kelulushidupan, dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurame.
Jurnal Sains Akuakultur Tropis. Vol. 2(1): 59-65

http://www.journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jipk7c45ee9db9full.pdf

Anda mungkin juga menyukai