Anda di halaman 1dari 20

Makalah

Aquaculture Engineering

Makalah Ini Di Buat Untuk Memenuhi Tugas Dari Mata Kuliah Aquaculture
Engineering

Dosen Pengampuh :DrJuliana, S.Pi., MP

Disusun Oleh:

Indrawan Abas 1111419035

BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah


memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan Allah, tentunya makalah ini tidak dapat
terselesaikan. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta
kita Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam, yang dengan risalah yang
diturunkan oleh Allah kepada beliau, kita bisa menikmati nikmat Islam dan iman.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Aquaculture


Engineeringdalam program studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, di Universitas Negeri Gorontalo. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr Juliana, S.Pi., MP selaku dosen
pembimbing mata kuliah Aquaculture Engineering.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga diharapkan
kritikan dan saran mendukung dari pembaca agar bisa lebih baik.

Gorontalo, Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Aquaculture Engineering 3
2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aquaculture Engineering 4
2.3 Aquaculture Engineering Ikan Mas (Cyprinus carpio) 6
BAB III PENUTUP 12
3.1 Kesimpulan 12
3.2 Saran 12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Budidaya perikanan atau perikanan budidaya yaitu kegiatan mengolah biota
(organisme) akuatik (air) untuk mendapatkan keuntungan. Dalam pengolahan sektor
perikanan, produksi biota akuatik tidak hanya dapat dilakukan dengan kegiatan
budidaya perikanan. Namun, dapat juga dilakukan melalui penangkapan atau
perikanan tangkap. Berbeda dengan perikanan tangkapan, produksi dari budidaya
perikanan dihasilkan melalui kegiatan pemeliharaan biota akuatik dalam wadah dan
lingkungan yang terkendali. Kegiatan pembudidayaan tersebut berdasarkan dengan
tujuannya mencakup pembenihan dan pembesaran. Sedangkan berburu atau
memanen biota akuatik dari alam tanpa pernah memelihara merupakan metode
dalam produksi perikanan tangkap. Budidaya perikanan dan perikanan tangkap serta
kegiatan pengolahan perikanan merupakan tulang punggung sektor perikanan dalam
menyediakan pangan dan sumber protein bagi manusia. (Irzal Effendi, 2012).
Dalam pembangunan perikanan nasional, pengembangan perikanan budidaya
merupakan salah satu strategi tepat yang dapat ditempuh. Pasalnya perikanan
budidaya sangat potensial untuk dijadikan sebagai andalan produksi di masa depan
untuk menggantikan peranan perikanan tangkap. Di dalam mendukung pencapaian
target produksi ikan budidaya, maka peranan teknik budidaya menjadi sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan ikan nasional. Oleh karena itu, diperlukan
penciptaan serta perbaikan teknik ataupun inovasi untuk peningkatan produktivitas
perikanan budidaya (Hadie, dkk 2019).
Ikan air tawar merupakan ikan yang dikenal dan digemari oleh sebagian besar
masyarakat Indonesia sehingga ikan menjadi salah satu sumber pangan (Darwis,
dkk. 2019). Pemenuhan kebutuhan ikan sebagai sumber protein dapat dilakukan
melalui penangkapan di perairan umum dan budidaya.
Hermawan, dkk (2017) menyebutkan bahwa akuakultur (budidaya perikanan)
merupakan salah satu subsektor yang diharapkan dapat mewujudkan misi
kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan. Akuakultur di tingkat bawah
berkontribusi terhadap kesejahteraan pembudidaya ikan dalam menjamin
ketersediaan pangan rumah tangga, gizi dan kesehatan, penyedia lapangan pekerjaan
dan juga pendapatan di pedesaan.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui definisi Aquaculture Engineering
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Aquaculture Engineering
3. Mengetahui Aquaculture Engineering ikan Mas (Cyprinus carpio)
1.3 Manfaat
Adapaun manfaat yang didapatkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Memahami definisi Aquaculture Engineering
2. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi Aquaculture Engineering
3. Memahami Aquaculture Engineering ikan Mas (Cyprinus carpio)
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Akuakultur Engineering


Budidaya perikanan memiliki beberapa istilah, antara lain akuakultur,
perikanan budidaya, budidaya ikan dan budidaya perairan. Akuakultur berasal dari
bahasa Inggris aquaculture (aqua = perairan, culture = budidaya) dan
diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi budidaya perairan atau budidaya
perikanan. Aquaculture merupakan istilah yang sudah umum dari budidaya
perikanandan diadopsi ke dalam bahasa Indonesia menjadi akuakultur. Istilah
akuakultur belum digunakan secara luas di Indonesia. Istilah ini hanyasering
digunakan oleh kalangan akademisi dan peneliti. Sedangkan istilah budidaya
perikanan atau budidaya ikan lebih banyak dipakai secara meluas, baik di kalangan
pelaku (praktisi) kegiatan budidaya perikanan (masyarakat dan perusahaan),
birokrasi pemerintah,serta masyarakat pada umumnya (Mulyadi, 2012).
Mulyadi (2012) mendefinisikan budidaya perikanan sebagai suatu upaya
untuk memproduksi biota (organisme) akuatik secara terkontrol dengan tujuan
mendapatkan keuntungan (profit). Jika terfokus pada kondisi terkontrol dan
orientasi untuk mendapatkan keuntungan tersebut, definisi ini memiliki makna
bahwa kegiatan budidaya perikanan merupakan kegiatan penerapanprinsip-prinsip
ekonomi yang mengarah pada bidang industri perikanan.
Penjelasan di atas tidak jauh berbeda dari beberapa definisi akuakultur
menurut para ahli berikut ini.
a. Akuakultur merupakan suatu proses pembiakan organisme perairan dari mulai
proses produksi, penanganan hasil sampai pemasaran (Wheaton, 1977).
b. Akuakultur merupakan upaya produksi biota atau organisme perairan melalui
penerapan teknik domestikasi (membuat kondisi lingkungan yang mirip dengan
habitat asli organisme yang dibudidayakan), kultivasi (perbaikan kondisi
lingkungan), penumbuhan hingga pengelolaan usaha yang berorientasi ekonomi
(Bardach, dkk., 1972).
c. Akuakultur merupakan proses pengaturan dan perbaikan organisme akuatik
untuk kepentingan konsumsi manusia (Webster, 1990).
Dari berbagai definisi akuakultur itulah maka berkembang pula pengertian
mengenai teknik budidaya, yang menurut Wheaton (1977) aquaculture engineering
didefinisikan sebagai penerapan berbagai ilmu pengetahuan praktis terhadap usaha
budidaya sehingga dapat meningkatkan produksi, termasuk di dalamnya cara
penanganan sampai masalah pemindahan dan pemasaran hasil. Berangkat dari
pengertian mengenai keteknikan budidaya perairan, maka proses budidaya menjadi
masalah yang sangat kompleks, yang melibatkan berbagai disiplin ilmu seperti
ekonomi, lingkungan, mesin, listrik, biologi, dan kimia di samping ilmu yang
berkaitan dengan perikanan itu sendiri (Hadie, dkk. 2019).
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aquaculture Engineering
Terdapat 13 teknik budidaya perikanan yang sudah diupayakan untuk
memproduksi ikan di Indonesia. Teknik atau sistem tersebut adalah kolam air
tenang, kolam air deras, tambak, jaring apung, jaring tancap, keramba, kobongan,
kandang (penculture), sekat (enclosure), tambang (longline), rakit, bak-tangki-
akuarium dan ranching melalui restocking (Mulyadi, 2012).
Setiap teknik budidaya perikanan memiliki komponen sistem masing-masing,
seperti kolam yang memiliki komponen pematang, dasar kolam, pintu air masuk
(inlet), pintu air keluar (outlet), saluran pemasukan air dan saluran pembuangan air.
Pemilihan sistem tersebut bergantung pada sumber daya air yang ada. Sebagai
contoh, sistem tambak dipilih untuk kawasan yang memiliki sumber daya air payau,
seperti dekat muara sungai, pantai, rawa payau atau paluh. Contoh lainnya, kolam
air deras dipilih untuk kawasan yang memiliki sumber daya air berupa sungai jeram
(sungai di daerah perbukitan atau pegunungan).
Keragaman di atas membuat faktor-faktor yang mempengaruhi taknik
budidaya berbeda di setiap sistem yang digunakan. Namun, terdapat beberapa
faktor pada umumnya yang perlu untuk diperhatikan agar kegiatan budidaya dapat
terlaksana dengan baik (Roziq, dkk. 2016) di antaranya yaitu :
A. Perencanaan
Perencanaan adalah proses pemilihan dan pengembangan daripada
tindakan yangpaling baik/menguntungkan untuk mencapaitujuan. Dalam setiap
perencanaan selaluterdapat tiga kegiatan yang meskipun dapatdipisahkan antara
satu dengan yang lainnyadalam proses perencanaan. Ketiga kegiatan itu adalah
1) Perumusan tujuan yang ingin dicapai,tujuan dari pembudidaya melakukan
usaha budidaya ikan aalah untuk mendapatkan produksiikan yang baik dan
berkualitasserta bisa mendapatkan keuntungan yangtinggi. Tujuan dari
pembudidaya sudahada ketika awal melakukan budidaya ikan.
2) Pemilihan program untuk mencapaitujuan itu, pembudidaya melakukan
usaha budidaya dengan sebaik mungkin,melakukan perawatan secara rutin
untukmenjaga kondisi ikan agar tetapsehat dan berkualitas.
3) Identifikasi dan pengerahan sumber yangjumlahnya selalu terbatas,
memaksimalkan sarana dan prasarana yang ada seperti ketersediaan air,
untukmendapatkan kualitas air yang baik.
Perencanaan yang dilakukan oleh pembudidaya ikan bertujuan untuk
mendapatkan produksi yang tinggi sehingga bisa meningkatkan pendapatan.
Diantaranya yaitu :
a. Menentukan kolam yang akan digunakan
Volume kolam yang akan digunakan sangat diperhatikan oleh
pembudidaya karena akan berhubungan dengan jumlah ikan yang akan
ditebar dan akan berpengaruh untuk pertumbuhan ikan, karena semakin luas
kolam dengan jumlah tebar yang sama, akan mempercepat pertumbuhan
ikan karena ruang gerak ikan yang cukup dan kebutuhan oksigen ikan
terpenuhi.
b. Menentukan jumlah benih ikan yangakan dibudidayakan
Jumlah ikan yang akan ditebarkan juga diperhatikan oleh pembudidaya,
sebelum menentukan jumlah benih yangakan dibudidayakan, pembudidaya
terlebihdahulu menentukan volume kolam yangakan digunakan dan padat
tebar yang digunakan, sehingga kebutuhan benih akandapat ditentukan.
Penentuan kondisi dankualitas benih sangat diperhitungkan karenaakan
menentukan hasil kedepannya.
c. Menentukan pakan yang akan digunakan
Pakan ikan yang bisa digunakan oleh pembudidaya ikan adalah pakan
buatan berupa pelet ikan dan pakan alami berupa cacing sutra. Penentuan
jumlah pakan buatan dan pakan alami didasarkan pada jumlah benih ikan
yang ditebarkan dan waktu yang akan digunakan dalam 1 kali proses
budidaya.
d. Menentukan waktu budidaya yang akan dilakukan
Penentuan waktu budidaya dilakukan untuk menentukan ukuran ikan
yang siap panen, selain itu juga untukmenentukan jumlah pakan yang akan
digunakan dalam satu kali proses budidaya. Pembudidaya menentukan
waktu budidaya juga bertujuan untuk mengantisipasi cuaca yang sering
berubah, sehingga bisa mengantisipasi kondisi cuaca yang akan datang dan
menentukan perawatan yang sesuai dengan ikan yang dibudidayakan.
B. Pengorganisasian
Pembudidayaberperan aktif langsung selaku pemimpin,di mana semua
keputusan yang akan diambil, berada ditanganpemimpin. Kegiatan harian lain
yang membutuhkan tenaga lebih, akan direncanakan menggunakan tenaga kerja
yang membantu kelancaranusaha.
C. Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan budidaya pada umumnya masih menggunakan cara
tradisional atau cara yangdiajarkan secara turun temurun karena dianggap masih
baik oleh pembudidaya ikan. Pelaksanaan kegiatan budidaya ikan yang bisa
dilakukan oleh pembudidayamulai dari persiapan kolam,penebaran, perawatan
ikan mas koki,sampai pada proses pemanenan.
D. Pengawasan dan Evaluasi
Pengawasan yang dilakukan oleh pembudidaya dapat dilakukan setiap
hari, yaituketika pemberian pakan di waktu pagi, siangdan sore hari.
Pengawasan yang dilakukan dengan melihat kondisi ikan yang ada,
membersihkan kotoran yang ada di dalam kolam, mengatasi hama yang ada di
kolam.
2.3 Contoh Aquaculture Engineering Ikan Mas Koi (Cyprinuscarpio)
Ramadhan, dan Luthfiana (2018) Pelaksanaan teknik pembenihan ikan mas
mencakup beberapa proses yaitu persiapan kolam, seleksi induk, pelepasan induk,
pemijahan, penetasan telur, perawatan larva, pendederan, pemanenan, packing,
Pengelolaan kualitas air, pengendalian hama dan penyakit. Seluruh kegiatan
tersebut dikontrol agar panen yang didapatkan optimal.
1. Persiapan Kolam
Rangkaian dari proses pembenihan ikan mas dapat diawali dari persiapan
kolam pemijahan, kolam yang dapat digunakan di yaitu kolam beton berukuran
15×5×1 m dengan dasar beton. Persiapan kolam berupa pembersihan dasar
kolam yang telah kering dari cangkang keong dan sisa organisme yang telah
mengering menggunakan sapu lidi tujuan dari pembersihan ini agar kotoran
tersebut tidak menjadi sumber penyakit. Sunarma (2007) menambahkan, kolam
pemeliharaan indukikan mas dapat berupa kolam tanah atau kolam tembok dan
juga memiliki saluran pemasukan serta pengeluaran air.
Langkah selanjutnya yaitu pengisian air ke dalam kolam dengan
membuka saluran inlet dan menutup saluran outlet yang telah dipasang saringan
untuk mencegah kotoran masuk dan keluarnya larva ikan. Air diisi hingga
mencapai ketinggian 30 cm dari dasar kolam. Tahap selanjutnya yaitu
pemasangan waring dan kakaban. Waring yang digunakan berukuran 2×1x1 m
dengan meshsize 0,1 cm dipasang dengan diberi pemberat di setiap ujung
waring dan kakaban yang digunakan terbuat dari lembaran jaring yang telah
dipotong berbentuk persegi panjang sebanyak +80 lembar dengan lebar 40-50
cm yang dijepit dengan 2 bilah bambu berukuran 1 m dan diberi pemberat
berupa batu, jumlah kakaban yang digunakan sebanyak 4 buah. Fungsi dari
kakaban dan waringyaitu sebagai tempat melekat telur ikan mas.
2. Seleksi Induk
Seleksi induk dilakukan di kolam pemeliharaan induk proses seleksi
dilakukan melalui dua tahap yaitu seleksi berdasarkan jenis kelamin dan
berdasarkan perbandingan berat induk ikan. Seleksi tahap pertama berdasarkan
penentuan jenis kelamin yaitu dengan metode stripping pada bagian
perut.Seleksi tahap kedua yaitu berdasarkan perbandingan berat induk ikan
yang akan dipijahkan. Perbandingan berat, indukan yang digunakan yaitu 2 kg
jantan banding 1 kg betina (2:1) dengan tujuan agar telur dari induk betina
dapat dibuahi secara maksimal oleh spermapejantan.
Menurut Saputra (2011), induk betina matang kelamin ditandai dengan
gerakan yang lamban, perut membesar atau buncit kearah belakang, jika di raba
terasa lunak, lubang anus agak menonjolatau membengkak, dan bila dilakukan
pemijatan perlahan kearah anus maka akan keluar cairan kuning kemerahan.
Untuk induk jantan, gerakan lincah, bandan ramping, jika diurut kearah anus
maka akan mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
Mantau, dkk. (2004) menyatakan bahwa induk ikan mas betina yang
dapatdipijahkan berumur 1,50−3 tahun denganbobot minimum 1,50 kg/ekor,
sedangkaninduk jantan berumur 6 bulan ke atasdengan bobot minimum 0,50
kg/ekor.
3. Pelepasan Induk
Induk ikan mas yang telah diseleksi kemudian dilepas di kolam
pemijahan pada pukul 10.00. Dalam fase pemeliharaan indukan ikan mas
dibutuhkan pakan, wadah pemeliharaan dan kualitas air yang baik (Maharani,
2009). Menurut Ismail dan Khumaidi (2016), waktu pelepasan induk yang baik
yaitu pada waktu pagi dan sore hari karena pada waktu tersebut suhu perairan
cenderung rendah.
4. Pemijahan
Pemijahan memiliki makna menyatukan indukanjantan dan betina yang
telah matang gonad untukmenjalankan aktivitas pembuahan telur, yaitu
bertemunya sel sperma jantan dengan sel telur betina ( Prakoso dan Rizqi Ayu
2016).
Pemijahan ikan mas dilakukan secara alami yaitu dengan meletakkan
induk jantan dan betina dalam satu kolam tanpa diberi perlakukan khusus dan
hanya menggunakan kakaban serta waring sebagai substrat sebagai tempat telur
melekat. Pemijahan ikan mas terjadi sekitar pukul 22.00 – 03.00, proses
pemijahan ditandai dengan bunyi percikan air yang dihasilkan akibat proses
pengejaran induk betina oleh pejantan.Menurut Ismail dan Khumaidi (2016),
ikan mas memijah pada pukul 22.00 sampai menjelang subuh ditandai dengan
aktivitas induk jantan yang mengejar induk betina. Induk betina akan
mengeluarkan telur menjelang tengah malam pada kakaban dan waring dan
diikuti oleh induk jantan yang mengeluarkan cairan sperma berwaranputih.
Pukul 05.00 dilakukan pengamatan kembali pada kolam pemijahan, telur ikan
mas terlihat menempel pada kakaban dan waring, kemudian dilakukan
pemindahan induk ikan mas dari kolam pemijahan. Tujuan dari pemisahan
induk setelah memijah yaitu agar telur yang baru menempel tidak dimakan oleh
induk ikan mas.
5. Penetasan Telur\
Penetasan telur ikan mas berlangsung selama + 48 jam. Pada saat telur
sudah menetas, waring dan kakaban diangkat dan dibersihkan. Telur yang sudah
menetasakan menjadi larva, sedangkan telur yang gagal menetas akan berwarna
putih yang menandakan telur mengalami kematian. Penyebab kematian telur
dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pembuahan yang tidak
sempurna dan kondisi telur yang saling menempel atau saling tindih pada saat
penyebaran di waring sehingga sirkulasi oksigen terganggu dan menyebabkan
kematian (Setyono, 2009).Menurut Saputra (2011), faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penetasan telur ikan mas adalah kematangan gonad pada induk
ikan dan kualitas air.
6. Perawatan Larva
Perawatan larva merupakan hal yang penting dalam pembenihan ikan
karena mortalitas tinggi. Menurut Saputra (2011), larva ikan merupakan fase
yang paling kritis dalam budidaya ikan karena larva ikan mempunyai ketahanan
yang kurang baik dan rentan pada perubahan kondisi lingkungan. 48 jam setelah
menetas cadangan makanan pada larva akan habis, sehingga diperlukan asupan
gizi tambahan, pakan yang diberikan berupa kuning telur yang telah direbus
matang kemudian kuning telur di ayak di atas air menggunakan saringan sampai
merata. Pemberian kuning telur diberikan selama 2x sehari pagi hari dan sore
hari selama 3 hari. Perlakuan lain selama perawatan larva yaitu pemberian
pupuk, pemupukan dilakukan dengan metode Pulling, Metode Pulling adalah
pemupukan pada beberapa lokasi perairan dengan maksud mineralisasi terjadi
secara bertahap (Akbar, 2016). Pemberian pupuk bertujuan menumbuhkan
pakan alami yang diperlukan larva yang telah menghabiskan cadangan kuning
telur. Menurut Akbar (2016), salah satu cara untuk penyediaan pakan ikan di
kolam selain pemberian pakan buatan, yaitu dengan cara memberi pupuk
dengan tujuan meningkatkan jumlah pakan alami ikan dan mampu
meningkatkan produksi ikan yang dipelihara. Larva akan dipelihara dalam
kolam selama 1 bulan (Dalam, Ramadhan dan Luthfiana 2018).
7. Pendederan
Kolam pendederan yang telah di beri pupuk kandang akan memiliki
warna air yang kehijauan karena terdapat pakan alami berupa fitoplankton,
larva juga diberi pakan tambahan berupa pellet HI-PRO-VITE 781-3 kadar
protein 31-33%, menurut Masitoh etal. (2015), kebutuhan protein dalam tubuh
benih ikan mas minimal 30%. Pelet yang telah dihaluskan menggunakan mesin
slep diberikan kepada benih dengan metode blindfeeding menurut Poh (2014),
blindfeeding adalah panduan pemberian pakan yang Dikembangkan oleh pabrik
atau petani perorangan didasarkan pada percobaan.Selama pendederan
ketinggian air pada kolam akan di jaga pada kisaran 30 cm dengan cara
mengatur debit air yang masuk. Pertumbuhan panjang dan berat larva ikan
diukur sebanyak 1 minggu sekali. Menurut Utomo, dkk (2005) konversi dan
efisiensi pakan memiliki hubungan dengan nilai kecernaan yang
menggambarkan persentase nutrien yang dapat diserap oleh saluran pencernaan
tubuh ikan, semakin besar nilai kecernaan suatu pakan maka semakin banyak
pulanutrien pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ikan tersebut.
8. Pemanenan
Pemanenan Benih Ikan mas dimulai pukul 05.00 WIB dimulai dari
pengurangan air dengan cara memasang saringan dan membuka outlet, hingga
ketinggian air 5 cm, selama proses penurunan air dilakukan pemasangan
tanjaran pada saluran dekat outlet bertujuan untuk menampung benih ikan agar
mudah dipindahkan, proses pemanenan dilakukan secara perlahan dikarenakan
terdapat banyak lumut yang ada pada kolam, lumut dapat menyumbat saringan
pada outlet yang menyebabkan benih susah keluar dan dapat menyebabkan ikan
menjadi stress karena kekurangan oksigen.
Benih yang telah dipanen dapat dipindah menuju kolam pendederan
lanjutan atau dimasukkan kedalam kolam pemberokan pada bangsal panen
untuk dijual. Benih ikan sebelum dipasarkan atau di kirim harus dipuasakan
atau diberok terlebih dahulu dengan tujuan mengurangi kotoran atau sisa
metabolisme ikan. Benih ikan yang telah dipanen diberok selama 2-6 jam
bergantung dari jarak transportasi (Ramadhan dan Luthfiana, 2018).
9. Packing
Benih ikan mas berukuran 1-3 cm yang telah diberok selama 2-6 jam
akan di packing dalam plastik rangkap dengan jumlah 1000-2000 ekor benih
per plastik dengan perbandingan antara air dengan oksigen sebesar 1:2. Jarak
tempuh yang mampu dilalui oleh benih sangat bergantung pada kepadatan
dalam plastik packing dan ukuran dari benih tersebut, semakin padat dan besar
ikan maka semakin rendah jarak tempuh. Ramadhan dan Luthfiana (2018)
menjelaskan kandungan O2 terlarut yang baik untuk ikan harus lebih dari 2
mg/l, apabila media pengangkutan memiliki kandungan oksigen terlarut kurang
dari 2 mg/l maka akan menyebabkan kematian.
10. Pengelolaan Kualitas Air
Air yang digunakan sebagai media pemeliharaan induk, larva serta benih
ikan mas. Pengecekan kualitas air dapat dilakukan setiap hari pada pagi hari
(08.00 WIB) dan sore hari (15.00 WIB) menggunakan alat-alat yang telah
disediakan, seperti: suhu air melalui thermometer, pH air melalui pH meter, DO
melalui DO meter, kecerahan melalui secchidisk, serta dilakukan dilakukan
pemeriksaan kualitas air lanjutan setiap 1 minggu sekali. Hal tersebut dilakukan
untuk memastikan bahwa lingkungan tempat hidup ikan mas telah memenuhi
syarat teknis yang baik dan benar.
11. Pengendalian Hama Dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit merupakan suatu upaya untuk
menghindarkan larva atau benih ikan mas terserang hama dan penyakit. Pada
kolam pemeliharaan larva, hama yang biasa menyerang adalah katak dan
kecebong (anak katak). Katak dan kecebong tersebut akan memakan pakan ikan
mas. Penanggulangan dilakukan secara fisik dengan menangkap indukan katak
menggunakan jaring kemudian dibuang, agar tidak bertelur pada kolam
pemeliharaan larva. Pengelolaan kolam sangat mempengaruhi kelulushidupan
dan kualitas ikan yang dipelihara, terutama mengenai perairan kolam, perairan
kolam yang tidak sesuai menimbulkan berbagai macam penyakit ikan
(Ramadhan dan Luthfiana, 2018).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
pengembangan perikanan budidaya merupakan salah satu strategi yang
ditempuh dalam pembangunan perikanan nasional karena perikanan budidaya dapat
dijadikan sebagai andalan produksi di masa depan untuk menggantikan peranan
perikanan tangkap. Pengembangan budidaya perikanan merupakan hal penting dan
menjadi harapan pembudidaya ikan untuk terus meningkatkan teknik-teknik yang
menjadi dasar pengembangan yang diperlukan, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan produksi benih berkualitas untuk penebaran di kolam maupun perairan
umum telah meningkat. Ikan mas (Cyprinus carpio) merupakan salah satu dari 10
jenis ikan budidaya air tawar yang relative mudah dan dapat dibudidayakan di
Indonesia. Dalam kegiatan budidaya ikan mas dapat dilakukan di lahan
perkolaman, sawah sera keramba jaring apung di danau maupun waduk.
3.2 Saran
Di dalam mendukung pencapaian target produksi ikan budidaya, maka
peranan teknik budidaya menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan ikan
nasional. Untuk itu, diperlukan penciptaan serta perbaikan teknik ataupun inovasi
untuk peningkatan produktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Darwis, dkk. (2019). Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio) Sistem Akuaponik
Dengan Padat Penebaran Berbeda. Jurnal Budidaya Perairan. Vol. 7 No. 2:
15 -21
https://www.researchgate.net/publication/334539557
Hadie, Wartono. dkk. (2019) Modul 1 Teknik Budidaya Ikan
https://scholar.google.com/scholar?oe=utf-
8&gcc=id&ctzn=Asia/Makassar&ctf=1&v=12.4.9.23.arm64&fheit=0&biw=360&bih=6
76&ntyp=1&ram_mb=3745&action=devloc&gs_lp=EhNxc2ItYW5kcm9pZC1hc2JsLX
BiGgIYACIAKhAIABAjGOoCGCcg4wQoAVoAMhAIABAjGOoCGCcg4wQoAVoA
MhAIARAjGOoCGCcg4gQoAVoAMhAIAhAjGOoCGCcgvAQoAVoAMhAIAxAjG
OoCGCcguwQoAVoAMhAIBBAjGOoCGCcgugQoAVoAMhAIBRAjGOoCGCcguQ
QoAVoAMhAIBhAjGOoCGCcguAQoAVoAMhAIBxAjGOoCGCcgtwQoAVoAMhA
ICBAjGOoCGCcgtgQoAVoAMhAICRAjGOoCGCcgtQQoAVoAMhAIChAjGOoCG
CcgtAQoAVoAMhAICxAjGOoCGCcgswQoAVoAMhAIDBAjGOoCGCcgsgQoAVo
AMhAIDRAjGOoCGCcgsQQoAVoAMhAIDhAjGOoCGCcgsAQoAVoAQABI8QlQ
AFgAYAFoAHABeACAAQCIAQCQAQCYAQCgAQCqAQCwAQC4AQHIAQCQA
gCYAgGgAt8BqAIPsAIB0gILblVMREtCRHdFRUngAgDoAgDwAgD4AgCAAwCI
AwCQAwaYA-
ABoAPjAroDCBIGEAAYACIAwANA0APdCeIDBAg1GAGQBACYBACiBACwBA
C4BADCBADQBADaBAwIABAAGAAgACgAMADiBACCBQUYASDxDpEFGlLU
cFt5v4mgBZgCsgUA6gUA8QWZ-yLDf7wYlIAGAg&ampcct=4324&client=ms-
android-asus-tpin&wf=pp1&padt=200&padb=676&hl=in-
ID&cds=0&psm=0&um=1&ie=UTF-
8&lr&q=related:LW4WzmPmJPd9sM:scholar.google.com/#d=gs_qabs&u=%23p
%3DLW4WzmPmJPcJ
Hermawan, Aan dkk. (2017). Partisipasi Pembudidaya Ikan dalam Kelompok
Usaha Akuakultur di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Jurnal
Penyuluhan. Vol. 13 No. 1
https://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/article/view/12903
Ismail, A. Khumaidi. 2016. Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) di
Balai Benih Ikan Tenggarang Bondowoso. Jurnal Ilmu Perikanan, 7(1) :
32.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/JSAPI/article/do
wnload/300/294/&ved=2ahUKEwiMyZOE4YDvAhXIdisKHXyKAOUQFnoECAMQ
Ag&usg=AOvVaw2bNcq_vmdXIUFcr6tUh5Vw
Maharani, D.P. 2009. Pengaruh Salinitas terhadap Derajat Penetasan Telur dan
Kelangsungan Hidup Larva Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus
ham. buch.) dalam Akuarium. [Skripsi] Universitas Atmajaya Yogyakarta
Fakultas Teknobiologi Program Studi Biologi. Yogyakarta.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://e-
journal.uajy.ac.id/2599/&ved=2ahUKEwibiumo54DvAhXMfX0KHfaYCa0QFjABegQ
IBBAL&usg=AOvVaw1WuifE-S1bJSRTbz7qRf1R
Mantau, Zulkifli, dkk. (2004) Pembenihan Ikan Mas Yang Efektif Dan Efisiens
Jurnal Litbang Pertanian. Vol. 23 No. (2).
https://scholar.google.com/scholar?oe=utf-
8&gcc=id&ctzn=Asia/Makassar&ctf=1&v=12.4.9.23.arm64&fheit=0&biw=360&bih=6
76&ntyp=15&ram_mb=3745&action=devloc&gs_lp=EhNxc2ItYW5kcm9pZC1hc2JsL
XBiGgIYACJAIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIy
MjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjIyMjI0ABSKcwUIkjWJUqYANoAnAAeAGAAQGIAQK
QAQCYAekBoAHNA6oBAzItMrABALgBA8gBAPgBAZACApgCAaACbqgCALAC
AMICBhAAGEcoAdICC0pWaWJBeWdTQmlz4AIA6AIA8AIA-
AIAgAMAiAMAkAMAoAMAugMIEgYQABgAIgCQBACYBACiBACwBAC4BAD
CBADQBADaBAwIABAAGAAgACgAMADiBACCBQCgBcABsgUA6gUAgAYEk
AYI&ampcct=4324&client=ms-android-asus-
tpin&wf=pp1&padt=200&padb=676&hl=in-ID&cds=0&psm=0&um=1&ie=UTF-
8&lr&q=related:BFbNLxRAUVONaM:scholar.google.com/#d=gs_qabs&u=%23p
%3DBFbNLxRAUVMJ
Masitoh, D., Subandiyono. & Pinandoyo. 2015. Pengaruh Kandungan Protein
Pakan yang Berbeda dengan Nilai E/P 8,5 kkal/g Terhadap Pertumbuhan
Ikan Mas (Cyprinuscarpio). Journal of Aquaculture Management and
Technology, 4 (3): 46-53.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jamt/article/view/
9461&ved=2ahUKEwiXk6us7YDvAhUKWCsKHSIFAogQFjAAegQIARAC&usg=A
OvVaw1FjOR2cGczXv8afx8mU7Wz
Mulyadi, I. Effendi. (2012) Modul Budidaya Perairan
https://www.academia.edu/40106810/Modul_Budidaya_Perikanan_Author_Irzal
_Effendi_Mulyadi_
Poh, Y.T. 2014. Feed Management Improves Profit in Shrimp Farming. Global
Aquaculture Advocate. Hal.26.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.aquaculturealliance.org/advocate/feed-
management-improves-profits-intensive-white-shrimp-farming/&ved=2ahUKEwiNi-
2t7oDvAhXEUn0KHQjjBVAQFjAAegQIARAC&usg=AOvVaw3-n4laC0OcvQv0Wg-
gYVjG
Prakoso, D. Galang dan Rizqi Ayu Ratnayu. (2016). Teknik Pembenihan Ikan
Mas (Cyprinus carpio) Di Unit Pengelola Budidaya Air Tawar (UPBAT)
Pasuruan, Jawa Timur. Jurnal Ilmu Perikanan, Vol. 7 No. 2 Hal : 78-84.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://journal.ibrahimy.ac.id/index.php/JSAPI/article/do
wnload/307/302&ved=2ahUKEwivxZmT5IDvAhXfH7cAHTbVDiAQFjAAegQIARA
C&usg=AOvVaw37v_dtAS-r2SP7mIviMQs_
Ramadhan, Rizki dan Luthfiana Aprilianita Sari. (2018). Teknik Pembenihan Ikan
Mas (Cyprinus carpio) Secara Alami Di Unit Pelaksana Teknik
Pengembangan Budidaya Air Tawar (UPT PBAT) Umbulan, Pasuruan.
Journal of Aquaculture and Fish Health Vol. 7 No.3 https://e-
journal.unair.ac.id/JAFH/article/view/11261
Roziq, M. Fakhrur. dkk. (2016). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Dan Strategi Pengembangan Budidaya Ikan MAas Koki DI Desa Wajak
Lor Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung. JSEP (Journal of
Social and Agricultural Economics) Vol. 9 No.2
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JSEP/article/view/5803
Saputra, S.D. 2011. Aplikasi Sistem Resirkulasi Air Terkendali (SRAT) pada
Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio). Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor. Hal. 5-27.
https://123dok.com/document/lzgkrvvy-aplikasi-sistem-resirkualsi-terkendali-srat-
budidaya-cyprinus-carpio.html
Setyono, B. 2009. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Bahan Pada Pengencer
Sperma Ikan “Skim Kuning Telur” Terhadap Laju Fertilisasi, Laju
Penetasan dan Sintasan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Fakultas
Pertanaian dan Peternakan. Universitas Muhammadiyah Malang. Hal 9.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.scribd.com/document/363859043/749-6741-1-
PB-
pdf&ved=2ahUKEwiJoIjs6YDvAhWqH7cAHXAjB1MQFjAEegQIGRAC&usg=AovV
aw1Ylh2Me72YpLJE_FGIupGq
Sunarma, Ade, 2007. Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin
(Pangasiushypophthalmus). BBPBAT, Sukabumi.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.academia.edu/35239539/Panduan_Singkat_
Teknik_Pembenihan_Ikan_Patin_Pangasius_hypophthalmus&ved=2ahUKEwiW8p745
YDvAhUjmeYKHbRwAZoQFjABegQIGRAC&usg=AOvVaw29MUOqFFmfW7LZH
EKmYxF9
Utomo, N. B. P., P. Hasanah dan I. Mokoginta. (2005). Pengaruh Cara
Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Konversi Pakan dan
Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinuscarpio). Institut Pertanian Bogor. Jurnal
Akuakultur Indonesia, 4(2). Hal. 51.
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/66
420/1/Jurnal%2520Akuakultur%2520Indonesia%252C
%25204%25282%2529%252049%25E2%2580%259352%2520%25282005%2529.pdf
&ved=2ahUKEwjvurHN8IDvAhWJSH0KHRmTCJwQFjABegQIBBAM&usg=AOvV
aw3ackTIank46KYQ2YXcQtFb

Anda mungkin juga menyukai