Anda di halaman 1dari 15

TEKNOLOGI BUDIDAYA PERIKANAN

RAMAH LINGKUNGAN
MENUJU SUMATERA UTARA YANG MAJU DAN
BERMARTABAT

PROPOSAL WRITING

Oleh:

SUPRIYADI, S.Pi

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN


PROVINSI SUMATERA UTARA
MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas
segala karunia dan rahmat-Nya, sehingga dapat meyelesaikan tugas Proposal
Writing/makalah yang berjudul “Teknologi Budidaya Perikanan Ramah Lingkungan
Menuju Sumatera Utara yang Maju dan Bermartabat” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini disusun dalam rangka mengikuti Penilaian Kompentensi Aparatur
Sipil Negara Badan Kepegawaian Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Selain itu,
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi pembaca
terkait Teknologi Budidaya Perikanan Ramah Lingkungan dalam perkembangan budidaya
perikanan di era sekarang.
Penulis menyadari bahwa Proposal Writing ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kedepannya.
Besar harapan penulis, makalah tentang Teknologi Budidaya Perikanan Ramah
Lingkungan Menuju Sumatera Utara yang Maju dan Bermartabat ini dapat memberikan
manfaat dan inspirasi bagi pihak yang memerlukan.

Medan, Mei 2023


Penulis,

Supriyadi, S.Pi

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................................1

BAB II.IDENTIFIKASI MASALAH.............................................................................3


2.1. Limbah Budidaya Perikanan ................................................................................3
2.2. Berkurangnya Ketersediaan Lahan dan Air..........................................................3

BAB III. SOLUSI YANG DITAWARKAN...................................................................4


3.1. Gagasan atau Ide untuk Mengatasi Gap yang ada ................................................4
3.2. Sumber Daya/Alat/Teknologi yang Digunakan ...................................................4
3.3. Pengorganisasian untuk Pencapaian Keadaan yang Diharapkan
.....................................................................................................................................7
3.4. Ide atau Gagasan yang Dimunculkan .................................................................10

IV. PENUTUP ................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12

iii
BAB I. PENDAHULUAN

Menurut Soetjipto, dkk (2019) perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan, meliputi:
a. Pra-produksi yaitu proses atau kegiatan sebelum menghasilkan ikan yang berasal dari
penangkapan maupun pembudidayaan ikan;
b. Produksi yaitu proses atau kegiatan menghasilkan ikan yang berasal dari penangkapan
ikan maupun pembudidayaan ikan;
c. Pasca produksi yaitu proses kegiatan penanganan ikan setelah produksi yang meliputi
kegiatan penangkapan ikan di atas kapal sebelum diolah atau dipasarkan
(penangkapan ikan) dan kegiatan penanganan ikan hidup, ikan segar, atau
pengemasan telur, benih, dan induk setelah panen sebelum diolah atau dipasarkan
(pembudidayaan ikan);
d. Pengolahan yaitu rangkaian kegiatan dan/atau perlakuan dari bahan baku ikan sampai
menjadi produk akhir; dan
e. Pemasaran yaitu rangkaian kegiatan memasarkan ikan dan produk olahannya mulai
dari merencanakan, menentukan harga, melakukan promosi, dan mendistribusikan
secara sederhana sampai kepada konsumen.
Perikanan sebagai bagian dari sumberdaya ekonomi maritim, keberadaannya sangat
strategis dalam memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan nasonal. Bahkan,
Badan Pangan Dunia/FAO (Food and Agriculture Organization of The United Nation)
telah memprediksi bahwa sub sektor perikanan budidaya menjadi salah satu sumberdaya
yang akan sangat diandalkan ke depan utamanya dalam memenuhi kebutuhan pangan
dan pemberdayaan ekonomi masyarakat global.
Ikan dipandang sebagai makanan yang menyehatkan bagi manusia dan telah terbukti
bahwa bangsa yang maju dapat diindikasikan dengan tingkat konsumsi ikan yang tinggi
per kapita per tahun bagi masyarakatnya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan tengah mendorong produk perikanan budidaya
agar dapat merebut pasar domestik dan internasional. Kebijakan ini sangat mendukung
iklim usaha dan investasi untuk tumbuh dan berkembang sehingga dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat, menggerakkan sektor riil, dan peningkatan perolehan devisa
negara. Saat ini ikan tidak hanya sebatas di konsumsi oleh masyarakat sebagai masakan

-1-
“rumahan”, namun sudah mulai digunakan untuk menu masakan di Hotel, Restoran dan
Katering (Horeka), bahkan sudah menjadi komoditas ekspor (Soetjipto, dkk, 2019).
Indonesia memiliki beragam jenis ikan yang menjadi andalan dalam subsektor
budidaya perikanan. Hal ini tentu menjadi peluang yang cukup besar bagi Indonesia
sebagai negara dengan potensi akuakulturnya yang sangat besar untuk berkontribusi
sebagai produsen ikan dunia.
Sesuai dengan potensi sumberdaya perikanan yang dimiliki serta dalam rangka
menghadapi tantangan global termasuk di bidang perikanan maka visi pembangunan
perikanan budidaya adalah: perikanan budidaya sebagai salah satu sumber pertumbuhan
ekonomi andalan yang diwujudkan melalui sistem budidaya yang berdaya saing,
berkelanjutan dan berkeadilan (Sukadi, 2002). Untuk mencapai visi tersebut, maka misi
yang dilaksanakan adalah:
a. Pembangunan perikanan secara bertanggungjawab dan ramah lingkungan;
b. Orientasi pembangunan perikanan budidaya berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi;
c. Pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan petani ikan;
d. Penyediaan bahan pangan, bahan baku industri dan peningkatan ekspor;
e. Penciptaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha;
f. Penciptaan kualitas sumber daya manusia;
g. Pencipataan iklim usaha yang kondusif;
h. Pengembangan kelembagaan dan pembangunan kapasitas;
i. Pemulihan dan perlindungan sumberdaya dan lingkungan.
Menurut Syamsuarno et. al (2016) pemacuan produksi perikanan budidaya secara
intesif dan ekstensif dengan menggunakan pakan berdampak terhadap peningkatan bahan
organik dalam perairan dalam bentuk sisa pakan dan feses. Penyebabnya diduga adanya
kelebihan kapasitas perikanan budidaya, baik perikanan darat (kolam, terpal, dll) maupun
di perairan umum seperti waduk, sungai dan danau atau banyaknya pakan terbuang
akibat kelebihan pemberian pakan atau jeleknya kualitas pakan. Hal tersebut dapat
menyebabkan limbah dan penurunan kualitas perairan akibat eutrofikasi yang dapat
menciptakan kondisi perairan budidaya kekurangan oksigen, dan peningkatan bahan
beracun seperti amoniak yang menyebabkan kematian massal secara reguler dan atau
peningkatan serangan penyakit. Hal demikian jika terjadi akan menyebabkan penutupan
usaha budidaya akibat merugi, selanjutnya akan mengganggu penyediaan ikan bagi
masyarakat. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan
menerapkan budidaya ikan secara ramah lingkungan.

-2-
II. IDENTIFIKASI MASALAH

2.1. Limbah Budidaya Perikanan


Pengembangan industri budidaya perairan akuakultur dewasa ini dihadapkan pada
sejumlah isu penting seperti peningkatan laju resistensi antibiotik, budidaya ramah
lingkungan dan alasan kesehatan masyarakat untuk keamanan produk perikanan. Oleh
karena itu, pendekatan atau metode yang ramah lingkungan untuk memperoleh kesehatan
ikan terpadu pada industri budidaya perairan mutlak diperlukan untuk memperoleh
produk akhir yang aman dikonsumsi manusia.
Banyak hal yang masih perlu untuk dipelajari dalam lingkup budidaya perairan,
khususnya manajemen kualitas air, karena kualitas air sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup ikan itu sendiri. Ketika kualitas air kurang baik maka akan
berbahaya bagi ikan yang dibudidayakan. Hal tersebut akan berdampak pada produksi,
dimana ketika produksi tidak lancar maka akan menyebabkan kerugian yang cukup
besar. Permasalahan kualitas air yang sangat berpengaruh di dalam proses budidaya
perikanan adalah permasalahan limbah hasil budidaya.
Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk
kegiatan budidaya serta produktifitas hewan akuatik. Limbah yang dihasilkan dari proses
budidaya memiliki dampak negatif bagi hewan akuatik
Budidaya ikan akan menghasilkan air limbah yang berbahaya bagi kelangsungan
hidup ikan jika tidak ditangani dengan baik. Air limbah tersebut berupa limbah nitrogen
seperti amonia, nitrit dan nitrat yang berasal dari endapan pakan yang tidak termakan dan
feses ikan yang mengendap di dasar perairan. Hal tersebut merupakan masalah nyata
pada sistem akuakultur intensif dan tidak dapat dihindari karena pada proses
pemeliharaan ikan, ikan hanya memanfaatkan 20% - 30% nutrien pakan. Keberhasilan
suatu usaha budidaya sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan yang optimum
untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan/udang yang dipelihara.

2.2. Berkurangnya Ketersediaan Lahan dan Air


Saat ini selain limbah lingkungan, masalah yang timbul dalam kegiatan akuakutur
adalah berkurangnya ketersediaan lahan dan borosnya penggunaan air. Hal ini akan
menyulitkan bagi masyarakat yang memilik lahan yang sempit dan sumber air yang
terbatas dan jauh.

-3-
III. SOLUSI YANG DITAWARKAN

3.1. Gagasan atau Ide untuk Mengatasi Gap yang ada


Sustainability atau keberlanjutan dalam hal budidaya ikan/udang kerapkali
dikesampingkan demi mengejar produksi. Tak sedikit unit budidaya ikan/udang dibuat
tanpa mengindahkan kaidah lingkungan budidaya yang baik dan benar. Karena itu agar
keberlangsungan usaha terjaga dan lingkungan tetap dalam kondisi baik maka sistem
budidaya ikan/udang ramah lingkungan bisa menjadi pilihan bagi pembudidaya baik
tradisional, semi intensif, maupun intensif.
Berkaitan dengan hal terbut, sinergitas antar pemangku kepentingan sangat diperlukan
seperti halnya Pemerintah Daerah melakukan sosialisasi, diseminasi, bantuan, dan
kegiatan lainnya terkait inovasi dan teknologi budidaya ikan ramah lingkungan baik
secara luring maupun daring kepada Pemerintah Kabupaten/Kota, Penyuluh Perikanan,
dan kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan).
Pada dasarnya tahapan pengelolaan budidaya ikan ramah lingkungan baik untuk
komoditas ikan/udang melalui beberapa tahap sederhana seperti berikut ini (Sualia, et al;
2010).
1. Pemilihan Lokasi
2. Persiapan lahan dan air (perbaikan pematang dan saluran, pengeringan, pengapuran,
pembasmian hama dan pemupukan)
3. Pemilihan dan penebaran benih ikan/benur udang
4. Pengelolaan kualitas air dan pakan
5. Pengelolaan kesehatan ikan/udang
6. Panen dan pasca panen
7. Pencatatan dan evaluasi data harian di dalam buku harian

3.2. Sumber Daya/Alat/Teknologi yang Digunakan


a. Teknologi Sistem Resirkulasi
Sistem resirkulasi merupakan salah satu teknologi inovasi akuakultur yang
berkelanjutan yang fungsinya adalah untuk menghemat penggunaan air serta
berfungsi untuk menjaga kualitas air media budidaya
Sistem ini memanfaatkan proses nitrifikasi dari bakteri. Dengan sistem ini limbah
dari sisa pakan maupun hasil metabolisme berupa Amonium dikonversi menjadi

-4-
komponen yang lebih dapat ditoleransi oleh ikan yaitu nitrat. Selanjutnya nitrat dapat
digunakan untuk bahan pupuk.
Sistem resirkulasi tidak hanya meminimalisir limbah namun mampu
meningkatkan produksi ikan. Dengan adanya sistem pembuangan air minimal, tanpa
pembuangan air atau resirkulasi tertutup. Sistem tersebut merupakan alternatif dari
sistem produksi siklus terbuka umumnya yang memerlukan pergantian air yang
banyak. Sistem ini dapat mengatasi masalah berat yang dihadapi produksi budidaya
saat ini, setidak-tidaknya mengurangi, kalau tidak bisa sama sekali mencegah
masuknya karier penyakit ikan/udang ke wadah budidaya.
b. Teknologi Busmetik atau Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik
Model budidaya ini diterapkan dengan memperkecil petakan kolam/tambak dari
ukuran biasanya (1/5 hingga 1/4 dari ukuran tambak pada umumnya). Dengan
memperkecil petakan, maka pengontrolan lebih mudah dan efisiensi penggunaan
pakan menjadi lebih maksimal.
Teknologi ini sudah diselaraskan dengan penanaman vegetasi mangrove yang
sangat berguna untuk mendukung tambak itu sendiri. Air dari tambak tidak dibuang
ke perairan bebas namun diarahkan ke vegetasi mangrove, yang kemudian
dimanfaatkan untuk budidaya bandeng atau kepiting.
c. Teknologi Probiotik
Teknologi ini diyakini mampu membantu meminimalisir limbah (terutama pada
budidaya udang). Bakteri dari genus Bacillus, banyak membantu dalam proses
perbaikan mutu air tambak karena mampu menkonversi bahan organik menjadi
komponen terurai lainnya yang lebih ramah.
Probiotik ini merupakan salah satu upaya budidaya yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan karena probiotik bertugas mengurai H2S, amoniak, nitrit, dan nitrat yang
terdapat pada limbah.
Probiotik untuk lingkungan budidaya didefinisikan sebagai mikroba hidup yang
menguntungkan bagi inang dengan memodifikasi hubungan komunitas mikroba yang
berasosiasi dengan inang atau lingkungannya, meningkatkan penggunaan pakan atau
nilai nutrisi, memacu respons inang terhadap penyakit, atau dengan meningkatkan
kualitas lingkungan perairan.
d. Teknologi Bioflok
Teknologi yang menerapkan keseimbangan unsur organik dalam air ini sudah
banyak diterapkan, baik pada ikan air tawar maupun pada udang di tambak.

-5-
Teknologi ini dapat menekan konversi pakan ikan atau udang sehingga akan
mengurangi buangan air ke lingkungan.
e. Teknologi Akuaponik
Akuaponik merupakan teknologi budidaya yang mengkombinasikan
pemeliharaan ikan dengan tanaman. Akuaponik merupakan teknologi budidaya yang
mengkombinasikan pemeliharaan ikan dengan tanaman, secara nyata mampu
meningkatkan produktivitas lahan sebesar 30% hingga 40%. Secara teknis, sistem
akuaponik akan mampu meningkatkan kapasitas produksi pembudidaya ikan. Hal ini
dapat terjadi karena Teknologi akuaponik merupakan gabungan teknologi akuakultur
dengan teknologi hydroponic dalam satu sistem untuk mengoptimalkan fungsi air dan
ruang sebagai media pemeliharaan. Teknologi tersebut telah dilakukan di negara-
negara maju, khususnya yang memiliki keterbatasan lahan untuk mengoptimalkan
produktifitas biota perairan. Prinsip dasar yang bermanfaat bagi budidaya perairan
adalah sisa pakan dan kotoran ikan yang berpotensi memperburuk kualitas air, akan
dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman air. Pemanfaatan tersebut melalui sistem
resirkulasi air kolam yang disalurkan ke media tanaman, yang secara mutualistis juga
menyaring air tersebut sehingga saat kembali ke kolam menjadi bersih dari kotoran
dan ammonia sehingga mempunyai kondisi yang lebih layak untuk budidaya ikan
Aquaponik merupakan sebuah alternatif menanam tanaman dan memeliharan
ikan dalam satu wadah. Proses dimana tanaman memanfaatkan unsur hara yang
berasal dari kotoran ikan dan tanaman berfungsi sebagai filter biologi yang akan
mengurai zat racun menjadi tidak beracun bagi ikan. Hasilnya, tanaman yang dipanen
akan bersifat organik, karena tidak menggunakan bahan kimia sebagai nutrisinya.
Fungsi lain dari aquaponik yaitu menjadi sumber ekonomi, karena produk yang
dihasilkan bisa dijadikan ide bisnis oleh warga sebagai penghasilan tambahan.
Sehingga aquaponik dapat memiliki dua peran, yakni sebagai ketahanan pangan
(peningkatan imunitas dan asupan gizi seperti kebutuhan protein, vitamin dan
mineral) dan ketahanan ekonomi skala rumah tangga.
Teknologi ini juga mulai banyak dikembangkan, karena dinilai mampu
meminimalisir limbah hasil budidaya. Unsur hara (biasanya didominasi unsur
Nitrogen) akan diserap oleh tanaman melalui akarnya. Jenis tanaman yang digunakan
diantaranya adalah tanaman air seperti kangkung.

-6-
f. Teknologi Yumina (sayur dan ikan) dan Bumina (buah dan ikan)
Teknologi ini dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan kelautan
dan Perikanan. Prinsip dasar dari teknologi tersebut hampir sama dengan teknologi
akuaponik. Teknologi ini bahkan sudah diadopsi oleh FAO sebagai teknologi
recomended untuk dikembangkan.
g. Teknologi Minapadi
Minapadi adalah konsep pemeliharaan ikan dan padi. Adapun keuntungan yang
didapat pada sistem minapadi ini di antaranya:
1. Mengurangi hama penyakit pada tanaman padi seperti hama tikus, keong mas dan
wereng.
2. Lahan sawah menjadi subur dengan adanya kotoran ikan yang mengandung
berbagai unsur hara.
3. Mengurangi penggunaan pupuk.
4. Ikan dapat juga membatasi tumbuhnya tanaman lain yang bersifat kompetitor
(pesaing) dengan padi dalam pemanfaatan unsur hara.
5. Mengurangi biaya penyiangan tanaman liar.

3.3. Pengorganisasian untuk Pencapaian Keadaan yang Diharapkan


Menurut Wijayanto (2012), Organisasi adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
bekerja sama secara terstruktur untuk mencapai tujuan. Tujuan organisasi merupakan
hasil keputusan yang disusun pada fase perencanaan. Jadi disini lebih jelas dikatakan
bahwa pengorganisasian akan dilaksanakan setelah adanya Perencanaan.
Pengorganisasian (organizing) adalah pembagian kerja yang direncanakan untuk
diselesaikan oleh anggota kesatuan pekerjaan, penetapan hubungan antar pekerjaan yang
efektif di antara mereka dan pemberian lingkungan dan fasilitas pekerjaanyang wajar
sehingga mereka bekerja secara efisien. Pengorganisasian juga dapat didefinisikan
sebagai suatu pekerjaan membagi tugas, mendelegasikan otoritas, dan menetapkan
aktivitas yang hendak dilakukan oleh manajer pada seluruh hierarki organisasi.
Oleh karena itu, dalam pengorganisasian diperlukan tahapan sebagai berikut:
1. Mengetahui dengan jelas tujuan yang hendak dicapai.
2. Deskripsi pekerjaan yang harus dioperasikan dalam aktivitas tertentu.
3. Klasifikasi aktivitas dalam kesatuan yang praktis.

-7-
4. Memberikan rumusan yang realistis mengenai kewajiban yang hendak diselesaikan,
sarana dan prasarana fisik serta lingkungan yang diperlukan untuk setiap aktivitas atau
kesatuan aktivitas yang hendak dioperasikan.
5. Penunjukkan sumberdaya manusia yang menguasai bidang keahliannya.
6. Mendelegasikan otoritas apabila dianggap perlu kepada bawahan yang ditunjuk.
7. Melakukan evaluasi atas hasil-hasil dari strategi pengorganisasian yang telah
dilakukan
Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap
hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian maupun orang-orang yang
menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda
dalam suatu organisasi.
Faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah:
1. Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya.
2. Teknologi yang digunakan
3. Anggota dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi
4. Ukuran organisasi
Menurut Stoner (1996) dalam Bahriyah (2018) langkah-langkah dalam proses
pengorganisasian terdiri dari lima langkah sbb:
1. Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi
2. Membagi beban kerja ke dalam kegiatan-kegiatan yang secara logis dan memadai
dapat dilakukan oleh seseorang atau oleh sekelompok orang.
3. Mengkombinasi pekerjaan anggota perusahaan dengan cara yang logis dan efisien
4. Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota organisasi dalam satu
kesatuan yang harmonis
5. Memantau efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah penyesuaian untuk
mempertahankan atau meningkatkan efektivitas.
Menurut Handoko (2001) proses pengorganisasian dapat ditunjukkan dengan tiga
langkah prosedur sebagai berikut:
1. Perincian seluruh kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Pembagian beban pekerjaan total menjadi kegiatan-kegiatan yang secara logis dapat
dilaksanakan oleh satu orang. Pembagian kerja ini sebaiknya tidak terlalu berat juga
tidak terlalu ringan.
3. Pengadaan dan pengembangan suatu mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan
para anggota organisasi menjadi kesatuan yang terpadu dan harmonis.

-8-
Mendorong pelaku bisnis usaha budidaya ikan untuk menciptakan iklim dan sistem
organisasi yang semakin efektif dan efisien, termasuk dalam organisasi. Seperti contoh
tren organisasi sbb:
1. Rantai Komando lebih pendek. Rantai komando merupakan hubungan antar anggota
organisasi berdasarkan tingkatan atau posisi dan kewengan. Pada aliran Klasik, rantai
komando mengikuti prinsip scalar, yang dituntut adanya kejelasan. Semakin panjang
rantai komando, semakin jauh jarak komunikasi, overhead cost dan ganggungan
komunikasi menjadi semakin besar, pengambilan keputusan pun menjadi semakin
lambat.
2. Cross functional team. Berdasarkan aliran klasik terdapat prinsip kesatuan komando,
di mana satu karyawan hanya melaporkan pada satu supervisor. Namun
perkembangan saat ini mengarah pada kerja tim yang bersifat lintas fungsional.
Konsekuensinya karyawan akan memiliki pimpinan lebih dari satu seperti terlihat
pada stuktur organisasi matriks.
3. Span of control lebih besar. Spand of control atau rentang kendali merupakan jumlah
suborginat yang langsung melapor kepda pimpinan. Dengan kecenderungan
organisasi pada saat ini semakin flat dan hierarkinya semakin pendek, maka tanggung
jawab supervise dari pemimpin perlu melakukan pendelegasian di mana pimpinan
memiliki keterbatasan dalam waktu dan tenaga.
4. Lebih banyak pendelegasian dan pemberdayaan. Delegasi merupakan proses
mendistribusikan dan memberi kepercayaan pekerjaan kepada orang lain. Dalam
pendelegasian dan pemberdayaan melekat tiga elemen yaitu tanggung jawab,
wewenang, dan akuntabilitas. Orang yang didelegasikan oleh pimpinan memiliki
tanggung jawab, yaitu kewajiban untuk menunjukkan kinerja sesuai dengan yang
diharapkan.
5. Desentralisasi. Desentralisasi adalah penyebaran kewenagnan dalam pembuatan
keputusan. Sedang Sentralisasi yaitu pemusatan kewenangan sebagian besar
keputusan pada pimpinan tertinggi.
6. Pengurangan komponen staf. Saat ini organisasi cenderung di tuntut lebih efisien
dengan konsekuensi jumlah stas semakn sedikit atau tidak boros.

-9-
3.4. Ide atau Gagasan yang Dimunculkan
a. Konsep Teknologi Budidaya Ikan Ramah Lingkungan
Konsep budidaya ikan ramah lingkungan lebih ke arah responsible aquaculture/
budidaya perikanan yang bertanggungjawab.
Ide atau gagasan yang dapat dimunculkan adalah sbb:
- Melaksanakan kegiatan pengembangan, inovasi & kaji terap teknologi budidaya
ikan
- Melaksanakan kegiatan dukungan teknis dan diseminasi teknologi budidaya ikan
ramah lingkungan
- Melaksanakan kegiatan Sertifikasi Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) pada
unit usaha budidaya ikan
b. Konsep Urban Farming
Ide sebagai salah satu solusi lahan yang sempit dan sumber air yang terbatas adalah
program kegiatan urban farming. Komoditas perikanan sangat prospektif untuk
dibudidayakan di daerah kawasan urban (perkotaan) yang tidak membutuhkan lahan
yang luas. Sehingga teknologi budidaya ikan ramah lingkungan seperti di atas dapat
diterapkan di masyarakat perkotaan, perumahan, sekolah-sekolah, madrasah, pondok
pesantren, dll.
Definisi dari urban farming atau urban agriculture itu sendiri adalah kegiatan
budidaya tanaman atau memelihara hewan ternak di dalam dan di sekitar wilayah kota
untuk memperoleh bahan pangan atau kebutuhan lain dan tambahan finansial (Bareja,
2010 dalam Elfida, 2020).
Adapun menurut Septya (2021) urban farming merupakan bentuk kegiatan budidaya
pertanian dalam pengertian yang luas yang memadukan pertanian, perikanan dan atau
peternakan (integrated farming) atau kegiatan pertanian dalam arti sempit (agriculture
farming). Kegiatan urban farming dapat menjadi salah satu solusi dalam memenuhi
kebutuhan pangan.

- 10 -
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan terkait Teknologi Budidaya Perikanan Ramah Lingkungan
Menuju Sumatera Utara yang Maju dan Bermartabat di atas, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Konsep budidaya ikan ramah lingkungan lebih ke arah responsible aquaculture/
budidaya perikanan yang bertanggungjawab.
2. Salah satu solusi berkurangnya ketersediaan lahan dan sumber air yang terbatas untuk
budidaya ikan adalah program kegiatan urban farming..
3. Inovasi teknologi akuakultur ditujukan untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi,
daya saing, keamanan pangan, dan keberlanjutan.

4.2. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, yang menjadi masukan atau pun saran adalah sbb:
1. Perlunya kerjasama antara instansi pemerintah seperti UPT Pengembangan
Budidaya, UPT Riset, Balai Benih Ikan dan swasta dalam rangka meningkatkan
teknologi budldaya ikan yang ramah lingkungan.
2. Dukungan pemberdayaan UPTD Budidaya Perikanan terus dikembangkan agar
mampu memberikan pendampingan teknologi sehingga budidaya yang
dikembangkan dapat diadopsi oleh pembudidaya dan masyarakat luas.

- 11 -
DAFTAR PUSTAKA

Bahriyah, E. Nurul. 2018. Pengorganisasian dalam Manajemen. Universitas Esa Unggul

Elfida. 2020. Solusi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Perkotaan. Kepulauan Bangka
Belitung: Dinas Ketahanan Pangan.

Handoko, T. Hani. 2001. Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Kristanto, A. Hari. 2015. Bunga Rampai Peran Probiotik pada Budidaya Ikan Air Tawar.
Bogor: IPB Pres

Puspopranoto, Sawaldjo. 2006. Manajemen Bisnis; Konsep, Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Penerbit PPM

Septya, Fanny. 2021. Urban Farming sebagai Upaya Ketahanan Pangan Keluarga di
Kelurahan Labuh Baru Timur Kota Pekanbaru. Reswara: Jurnal Pengabdian kepada
Masyarakat Vol.3 No.1

Soetjipto, Widyono. 2019. Peluang Usaha dan Investasi Patin. Jakarta: KKP

Sualia, Ita; E.B. Priyanto, I Nyoman N.S. 2010. Panduan Pengelolaan Budidaya Tambak
Ramah Lingkungan di Daerah Mangrove. Wetlands International - Indonesia
Programme, Bogor

Sukadi, M. Fatuhri. Peningkatan Teknologi Budidaya Perikanan. Jurnal Iktiologi. Vo.2, No.2

Syamsunarno, Mas B dan Mas TD. Sunarno. 2016. Budidaya Ikan Air Tawar Ramah
Lingkungan untuk Mendukung Keberlanjutan Penyediaan Ikan bagi Masyarakat.
Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan. Universitas Sultan Ageng

Wijayanto, Dian. 2012. Pengantar Manajemen, Jilid 1. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

- 12 -

Anda mungkin juga menyukai