Anda di halaman 1dari 14

PENGEMBANGAN LIMBAH PERIKANAN

DARI SEGI BUDIDAYA, PRODUKSI DAN PERIKANAN


TANGKAP

OLEH :
Rahmi Muh saleh 21001004
Riska Indriani Kuatno 21001007
Sulis 21001016
Fajar Pratama 21001036
Fikram 21001050

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN PALU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat nikmat
kesehatan dan Kesempatan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan
materi mengenai “Pengembangan Limbah Perikanan Dari Segi Budidaya,
Produksi Dan Perikanan Tangkap”. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
tim pengajar mata kuliah Pemanfaatan Limbah Hasil Perikanan yang telah
memberikan bimbingan berupa materi pembelajaran.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDU

L................................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................4

1.1 Latar Belakang................................................................................4

1.2 Tujuan.............................................................................................5

1.3 Manfaat...........................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................6

2.1 Pengembangan Limbah Perikanan dalam Budidaya............................6

2.2 Pengembangan Limbah Perikanan dalam Sektor Produksi.................7

2.3 Pengembangan Limbah Perikanan dalam Perikanan Tangkap............7

2.4 Produk Bioremediasi Terhadap Limbah Perikanan.............................8

BAB III PENUTUP..................................................................................10

3.1 Kesimpulan.......................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Limbah perikanan dapat mencakup sisa-sisa organik seperti bagian


ikan yang tidak dimanfaatkan, kulit, tulang, dan insang, serta bahan kimia
seperti pupuk, antibiotik, dan pestisida yang digunakan dalam budidaya
perikanan. Pengembangan yang tepat dalam pengelolaan limbah perikanan
memiliki potensi besar untuk mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan dan memanfaatkan limbah menjadi sumber daya yang bernilai.
Dalam konteks budidaya perikanan, limbah dapat dihasilkan dari
pemeliharaan dan pengolahan ikan. Pada budidaya ikan, limbah organik
terutama berasal dari pakan yang tidak dikonsumsi oleh ikan dan tinja ikan.
Selain itu, pupuk dan bahan kimia yang digunakan dalam kolam juga dapat
menjadi sumber limbah. Untuk mengelola limbah perikanan, diperlukan
manajemen limbah industri perikanan yang dapat diwujudkan melalui
berbagai pendekatan, seperti kajian karakteristik, baku mutu, daya-
tampung, beban pencemaran, teknologi penanganan, pedoman
pengendalian serta aplikasi pemanfaatan di berbagai bidang kehidupan
(Fattah dan Purwanti, 2017).
Sementara itu, dalam konteks produksi perikanan, limbah perikanan
dapat muncul dalam berbagai tahap proses, seperti pemprosesan dan
pengemasan ikan. Pada tahap ini, limbah organik seperti sisik, tulang, dan
sisa-sisa daging dapat dihasilkan. Limbah kimia seperti air bekas pencucian
dan bahan kimia pengawet juga dapat menjadi masalah dalam pengelolaan
limbah perikanan. Pengembangan dalam pengelolaan limbah perikanan dari
segi produksi melibatkan inovasi dalam pengolahan limbah, seperti
penggunaan teknologi pemisahan dan pemrosesan limbah organik untuk
menghasilkan produk bernilai tambah seperti tepung ikan, minyak ikan,
atau pupuk organik.
Perikanan tangkap juga berkontribusi terhadap limbah perikanan
melalui proses penangkapan, pemrosesan, dan pembuangan limbah dari
kapal perikanan. Limbah perikanan tangkap umumnya terdiri dari bagian
ikan yang tidak dimanfaatkan, seperti kepala, tulang, dan sisik, serta sisa-
sisa organik dari proses pembersihan ikan. Dalam pengembangan limbah
perikanan dari segi perikanan tangkap, solusi yang dapat diterapkan
termasuk pengembangan sistem pengelolaan limbah di kapal, seperti
pemrosesan limbah organik menjadi produk bernilai tambah seperti tepung
ikan, atau pendekatan pencegahan limbah melalui selektivitas alat tangkap
dan praktik penangkapan yang berkelanjutan.
Secara keseluruhan, pengembangan limbah perikanan dari segi
budidaya, produksi, dan perikanan tangkap melibatkan peningkatan
kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah, penerapan teknologi yang
efisien, serta kebijakan yang mendukung dalam mengurangi dampak
negatif limbah perikanan terhadap lingkungan. Dengan pendekatan yang
tepat, limbah perikanan dapat diubah menjadi sumber daya yang bernilai,
seperti pupuk organik, pakan ikan, atau bahan baku untuk industri lain,
sehingga menciptakan keberlanjutan dalam sektor perikanan.

1.2 Tujuan

Tujuan utama penulisan makalah ini adalah untuk mengidentifikasi


dan menganalisis sumber-sumber limbah perikanan yang dihasilkan selama
proses budidaya, produksi, dan perikanan tangkap serta mengetahui
pengembangan yang dapat dilakukan terhadap limbah perikanan yang
dihasilkan.
1.3 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan


pemahaman yang mendalam tentang masalah limbah perikanan dan
tantangan yang terkait. Pembaca akan mendapatkan pengetahuan yang lebih
baik tentang dampak limbah perikanan terhadap lingkungan dan pentingnya
pengelolaan limbah yang berkelanjutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengembangan Limbah Perikanan Dalam Budidaya

Budidaya ikan secara intensif merupakan salah satu sistem budidaya


yang telah dikembangkan dengan menggunakan padat tebar tinggi dan
pemberian pakan buatan berprotein tinggi untuk mendukung pertumbuhan
ikan (Martudi et al, 2017). Dalam budidaya perikanan, limbah perikanan
dapat dihasilkan dalam berbagai bentuk, seperti sisa pakan ikan, kotoran
ikan, dan sisa pembenihan. Limbah ini dapat memiliki dampak negatif
terhadap kualitas air di kolam budidaya jika tidak dikelola dengan baik.
Pengembangan limbah perikanan dalam budidaya juga melibatkan upaya
untuk mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan melalui pengoptimalan
pemberian pakan dan manajemen pakan yang efisien. Limbah budidaya
perikanan seperti sisa pakan dan kotoran ikan juga dapat dimanfaatkan
untuk menghasilkan biogas (Rajendiran et al, 2022).
Biogas adalah gas alam yang dihasilkan dari dekomposisi bahan
organik melalui proses anaerobik. Limbah perikanan seperti sisik ikan,
limbah makanan, atau kotoran ikan dapat diolah dalam sistem pengolahan
anaerobik untuk menghasilkan biogas. Biogas ini dapat digunakan sebagai
sumber energi untuk memasak, penerangan, atau digunakan dalam mesin-
mesin untuk menghasilkan listrik. Pengolahan limbah budidaya dengan
mengkonversinya menjadi energi terbarukan berupa biogas merupakan
salah satu solusi yang dapat diterapkan. Dalam proses produksi terjadi
secara biologi dengan bantuan mikroorganisme secara anaerob. Pengolahan
secara anaerob ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya tidak
memerlukan biaya tambahan untuk sumber oksigen (aerasi), dapat
dilakukan pada lahan yang terbatas dan meghasilkan lumpur yang relatif
sedikit (Febrianto et al, 2016).
Proses awal pembuatal biogas adalah pengumpulan dan penyiapan
limbah ikan limbah ikan bisa dalam berbagai bentuk, seperti jeroan, limbah
cair, atau air limbah dari pabrik pengolahan ikan. Limbah ikan yang sudah
disiapkan kemudian ditempatkan dalam digester, yaitu wadah tertutup
tempat berlangsungnya pencernaan anaerobik. Digester biasanya
dipanaskan sampai suhu tertentu untuk mendorong pertumbuhan
mikroorganisme yang memecah bahan organik dalam limbah. Saat
mikroorganisme mencerna limbah, mereka menghasilkan biogas, yang
merupakan campuran metana dan karbon dioksida. Biogas yang dihasilkan
selama pencernaan anaerobik dikumpulkan dan disimpan dalam wadah
terpisah. Setelah proses pencernaan anaerobik selesai, residu yang tersisa
dapat digunakan sebagai pupuk atau pembenah tanah (Humaira, 2020).
2.2 Pengembangan Limbah Perikanan Dalam Sektor Produksi

Dalam industri pengolahan ikan, limbah perikanan dapat dihasilkan


dalam bentuk seperti kulit, tulang, sisik, dan bagian tubuh ikan yang tidak
dimanfaatkan. Limbah ini seringkali memiliki potensi nilai tambah yang
dapat dimanfaatkan. Salah satu metode pengembangan limbah perikanan
dalam produksi adalah dengan melakukan pengolahan lanjutan untuk
menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi, seperti peptida ikan, minyak
ikan, dan kolagen ikan. Selain itu, limbah perikanan juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk industri lain, seperti industri pakan
ternak, pakan ikan, industri kosmetik, serta dapat dijadikan sebagai sumber
energi terbarukan. Biodiesel adalah salah satu energi terbarukan yang dapat
dihasilkan dari limbah perikanan. Biodiesel adalah bahan bakar yang
diproduksi dari minyak nabati atau lemak hewani. Limbah dan hasil
samping industri perikanan seperti minyak ikan atau lemak ikan dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan biodiesel. Limbah ikan seperti minyak
ikan, yang diekstrak dari limbah ikan dapat digunakan untuk memproduksi
biodiesel melalui proses yang disebut transesterifikasi (Yuvaraj et al, 2019).
Langkah pertama adalah mengekstrak minyak dari limbah ikan dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, seperti ekstraksi dengan
bantuan gelombang mikro atau ekstraksi pelarut tradisional. Minyak yang
diekstraksi kemudian mengalami esterifikasi, yang melibatkan mereaksikan
minyak dengan alkohol metanol dan katalis (biasanya menggunakan asam
sulfat) untuk menghasilkan metil ester asam lemak yang merupakan
komponen utama biodiese. Metil ester asam lemak kemudian mengalami
transesterifikasi, yang melibatkan mereaksikannya dengan alkohol lain
(biasanya metanol) dan katalis (biasanya natrium hidroksida) untuk
menghasilkan biodiesel. Biodiesel kemudian dimurnikan untuk
menghilangkan kotoran, seperti gliserol dan sisa katalis (Hernanda et al,
2014).

2.3 Pengembangan Limbah Perikanan Dalam Perikanan Tangkap

Perikanan tangkap adalah kegiatan ekonomi yang mencakup


penangkapan atau pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di laut
atau perairan umum secara bebas (Monintja dan Yusfiandayani, 2001).
Dalam perikanan tangkap, limbah perikanan dapat berupa bagian-bagian
ikan yang tidak dimanfaatkan, seperti kepala, ekor, dan tulang ikan. Limbah
ini seringkali dibuang kembali ke laut. Untuk mengurangi pembuangan
limbah perikanan ke laut, beberapa metode pengembangan limbah
perikanan telah dikembangkan. Misalnya, limbah perikanan dapat diolah
menjadi produk bernilai tambah, seperti tepung ikan dan minyak ikan.
Selain itu, limbah perikanan juga dapat dimanfaatkan dalam program
pemberdayaan masyarakat pesisir, di mana limbah perikanan diolah
menjadi produk kerajinan tangan, pupuk organik, atau pakan ternak. Selain
itu, limbah hasil perikanan tangkap dapat juga dimanfaatkan untuk
menghasilkan bahan bakar biofuel.
2.4 Produk Bioremediasi Terhadap Limbah Perikanan

Bioremediasi mengacu pada segala proses yang menggunakan


mikroorganisme seperti bakteri, fungi, yeast, alga dan enzim-enzim yang
dihasilkan oleh mikroba tersebut untuk membersihkan atau menetralkan
bahan-bahan kimia dan limbah secara aman dan salah satu alternatif dalam
mengatasi masalah lingkungan. Metode bioremediasi bersifat organik dan
terbukti aman dan juga efektif untuk membersihkan tanah atau wilayah
perairan yang terpapar oleh limbah pertambangan atau industri seperti
minyak mentah, dalam kaitannya dengan proses eksplorasi dan produksi
migas.
Salah satu contoh produk bioremediasi yang dapat digunakan untuk
mengatasi limbah perikanan adalah enzim protease. Enzim protease
merupakan enzim yang dapat mengkatalisis pemecahan protein menjadi
asam amino. Dalam konteks limbah perikanan, enzim protease dapat
digunakan untuk mengurai limbah organik seperti sisa-sisa ikan, kulit ikan,
dan tulang ikan yang biasanya menjadi limbah perikanan yang sulit
diuraikan.
Dengan menggunakan enzim protease, limbah perikanan dapat
diolah secara efektif dan efisien. Enzim protease akan memecah protein
dalam limbah perikanan menjadi komponen yang lebih sederhana seperti
asam amino, peptida, dan oligopeptida. Komponen-komponen ini kemudian
dapat diambil atau digunakan sebagai bahan baku dalam industri makanan,
pakan ternak, atau pupuk organik.
Selain menggunakan enzim protease, bioremediasi dapat dilakukan
menggunakan bakteri da fungi. Bakteri dapat digunakan untuk menguraikan
bahan organik yang terkandung dalam limbah perikanan. Beberapa bakteri
mampu menguraikan senyawa nitrogen, fosfor, dan hidrokarbon. Misalnya,
bakteri Pseudomonas dapat digunakan untuk menguraikan limbah
perikanan yang mengandung senyawa amonia. Sedangkan fungi dapat
digunakan untuk bioremediasi limbah perikanan yang mengandung zat
kimia berbahaya seperti logam berat. Beberapa jenis fungi memiliki
kemampuan untuk mengakumulasi dan menghilangkan logam berat dari
lingkungan. Contohnya, fungi dari genus Aspergillus atau Penicillium dapat
digunakan untuk mengurangi kadar logam berat seperti merkuri atau
kadmium dalam limbah perikanan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pengembangan limbah perikanan dari segi budidaya, produksi, dan


perikanan tangkap memiliki potensi mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan dan memberikan nilai tambah ekonomi. Pemanfaatan limbah
untuk menghasilkan energi terbarukan seperti biodiesel, biogas, dan biofuel
dapat membantu mengurangi limbah dan dampak negatifnya terhadap
lingkungan. Dalam penanganan limbah perikanan yang dihasilkan industri
perikanan dapat juga memanfaatkan bioremediasi dengan memanfaatkan
mikroorganisme dalam penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, P. S., Manampiring, V. S., Dwipayanti, N. K. P., & Mahendra, A. D.


(2023). Keefektivitas Limbah Minyak Goreng (Jelantah) Keripik
KulitIkan Patin (Pangasianodon Hypophatalmus) Sebagai Energi
Terbarukan Diesel Melalui Proses Transesterifikasi Dalam menopang
Pertumbuhan Ekonomi Kreatif Masyarakat Desa Dangri Kaja Kota
Denpasar. Lomba Karya Tulis Ilmiah, 4(1), 241-258.
Fattah, M., & Purwanti, P. (2017). Manajemen Industri Perikanan.
Universitas Brawijaya Press.
Febrianto, J., Purwanto, M. Y. J., & Waspodo, R. S. B. (2016). Pengolahan
air limbah budidaya perikanan melalui proses anaerob menggunakan
bantuan material bambu. Jurnal teknik sipil dan lingkungan, 1(2), 83-
90.
Hernanda, S., Bahri, S., & Yusnimar, Y. (2014). Pembuatan Biodiesel dari
Limbah Ikan Baung Dengan Katalis Padat Lempung. Jurnal Online
Mahasiswa (JOM) Bidang Teknik dan Sains, 1(1), 1-8.
Humaira, N. (2020). Potensi Limbah Ikan Tongkol untuk Produksi Metana
(Doctoral dissertation, UIN Ar-Raniry Banda Aceh).
Martudi, S., Firman, F., & Srilestari, E. (2017). Analisis Limbah Budidaya
Ikan Patin (Pangasius Pangasius) Sistem Resirkulasi Terhadap
Pertumbuhan Cacing Sutra (Tubifex sp). Jurnal Agroqua: Media
Informasi Agronomi dan Budidaya Perairan, 15(2), 72-78.
Monintja, D., & Yusfiandayani, R. O. Z. A. (2001). Pemanfaatan sumber
daya pesisir dalam bidang perikanan tangkap. Bogor, 29 Oktober-3
November 2001, 56.
Rajendiran, N., Ganesan, S., Velmurugan, N. (2022). Synergistic effect of
biogas production from co-digestion of fish and vegetable market
wastes and kinetic modelling. Biomass Conv. Bioref.
Yuvaraj, D., Bharathiraja, B., Rithika, J., Dhanasree, S., Ezhilarasi, V.,
Lavanya, A., & Praveenkumar, R. (2019). Production of biofuels
from fish wastes: an overview. Biofuels, 10(3), 301-307.

Anda mungkin juga menyukai