Anda di halaman 1dari 22

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN MAS (Cyprinus carpio, L) DI BALAI

BENIH IKAN LEWA SUMBA TIMUR

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANG III


PROGRAM STUDI TEKNIK BUDIDAYA PERIKANAN

Oleh :

CAROLINA DIANE PIGA PALEKAHELU


NIT. 17.3.06.054

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN KUPANG
2019

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus Carpio, L) Di Balai


Benih Ikan Lewa Sumba Timur

Nama : Carolina Diane Piga Palekahelu

NIT : 17.3.06.054

Prodi : Teknik Budidaya Perikanan

Menyetujui :

Dosen Pembimbing

I Nyoman Sudiarsa, A.Pi.,M.Si


NIP. 199660415 199303 1 011

Mengetahui :

Ketua Program Studi

Riris Yuli Valentine, S.Pi., MP


NIP. 19900729 201801 2 002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan proposal Praktek Kerja Lapang (PKL) III.

Dalam penyusunan proposal Praktek Keja Lapang (PKL) III, penulis berterimakasih
kepada Bapak I Nyoman Sudiarsa, A.Pi.,M.Si sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahannya hingga selesainya Proposal ini . selain itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Suseno, MP selaku Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang
2. Ibu Riris Yuli Valentine,S.Pi.,M.P selaku Ketua Program Studi Teknik Budidaya
Perikanan yang telah memprogramkan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) III
3. serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan proposal Praktek
Kerja Lapang III
4. Pimpinan dan pembimbing ekstern di satuan kerja Benih Ikan (BBI) Lewa atas
kesediaannya dan telah memberikan kesempatan belajar untuk PKL III.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga proposal ini dapat
berguna bagi para pembaca.

iii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Klasifikasi dan Morfologi 3
2.2 Habitat, Tikah Laku dan Pertumbuhan 4

2.3 Pembenihan ikan mas 5


2.3.1 Persiapan Kolam 6
2.3.2 Seleksi Induk 7
2.3.3 Pemijahan dan Penetasan Telur 9
2.3.4 Pemeliharaan Larva 10
2.3.5 Penyakit dan Cara Penanggulangannya 11
2.3.5.1 Penyakit Bakteri 11
2.3.5.2 Penyakit Parasit 12
2.3.6 Pemanenan 12

III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat 13
3.2 Prosedur Kerja 13
3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 14
3.4 Rencana Kegiatan 15

DAFTAR PUSTAKA 16

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar

1. Ikan mas (Cyprinus carpio L) 3

v
DAFTAR TABEL

Tabel
1. Materi kegiatan Praktek Kerja Lapangan 15
2. Rencana Kegiatan di BBI Lewa 17

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki perairan tawar yang sangat luas dan berpotensi besar untuk usaha
budidaya berbagai jenis ikan air tawar. Sumberdaya perairan Indonesia meliputi perairan
umum (sungai, waduk, dan rawa), sawah (mina padi) dan kolam dengan total luas lahan
605.990 ha. Perairan umum seluas 375.800 ha. (Anonymous, 1994). Dengan potensi
perairan tawar yang sangat besar tersebut, Indonesia baru mampu memproduksi 6 ton
ikan/tahun. Hal ini masih jauh di bawah produksi dunia yang mencapai 100 juta ton
ikan/tahun (Ade dkk, 1994 dalam Cahyono, 2000). Ketersediaan sumberdaya perairan yang
luas dan sumberdaya yang melimpah merupakan modal dasar untuk meningkatkan dan
mengembangkan pembangunan perikanan di Indonesia (Cahyono, 2000).
Usaha pembenihan merupakan ujung tambak keberhasilan kegiatan budidaya ikan,
sebab usaha pembenihan dapat mensuplai benih terhadap usaha budidaya ikan untuk setiap
musim tanam. Dalam kegiatan budidaya pembenihan memiliki posisi sangat penting
dikarenakan kelangsungan hidup suatu benih dan keberhasilan dalam usaha pembesaran
ikan. Maka, dalam pelaksanaan usaha pembenihan ikan bukan hanya ditentukan oleh daya
ukur sumber daya hayati tetapi juga harus diimbangi dengan kemampuan pengelola
(Suseno,1999).
Ikan Mas (Cyprinus carpio L) sebagai ikan konsumsi merupakan salah satu
komoditas sektor perikanan air tawar yang terus berkembang pesat. Ikan Mas banyak
diminati konsumen karena rasa dagingnya yang enak dan gurih serta memiliki kandungan
protein yang cukup tinggi. Permintaan konsumsi ikan Mas dari tahun ke tahun cenderung
meningkat terutama di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung (Khairuman dkk,
2002). Salah satu faktor yang sangat penting dalam usaha budidaya perikanan adalah
ketersediaan benih yang berkualitas tinggi yang akan memacu perkembangan budidaya
perikanan dengan cepat (Murtidjo, 2001).
Usaha pemerintah dalam memasyarakatkan makan ikan terutama di pedesaan untuk
memenuhi kebutuhan gizi. Hal ini didukung oleh keunggulan ikan Mas yang harganya
cukup terjangkau masyarakat, mudah dibudidayakan, dan pertumbuhannya juga sangat
cepat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik dalam pembenihan ikan mas
yang dilaksanakan di Balai Benih Ikan (BBI) Lewa, Kabupaten Sumba Timur.

1
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) III pembenihan ikan mas di Balai
Budidaya Ikan (BBI) Lewa, Kel. Lewa,Kec. Lewa, Kabupaten Sumba Timur ini adalah:

1. Mempelajari teknik pembenihan ikan mas.


2. Mengetahui permasalahan yang terdapat dalam proses pembenihan ikan mas.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Secara umum ikan mas (Cyprinus carpio L) mempunyai sifat-sifat umum sebagai
hewan omnivora (pemakan segala). Menurut Amri dan Khairuman (2002), berdasarkan
penggolongan ikan mas dapat dipaparkan sebagai berikut:

Phyllum : Chordata
Subphyllum : Vertebrata
Superclass : Pisces
Class : Osteichthyes
Subclass : Actinopterigii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Family : Cyprinidae
Subfamily : Ciprinidae
Genus : Cyprinus
Species : Cyprinus carpio L

Gambar 1. Ikan mas (Cyprinus carpio L)


(https://www.google.co.id)

3
Ikan mas mempunyai ciri-ciri antara lain bentuk badan agak memanjang pipih
kesamping (compressed), mulut berada di ujung tengah (terminal) dapat disembulkan dan
lunak, memiliki kumis (barbel) dua pasang, kadang-kadang mempunyai sungut dua pasang,
jari-jari sirip punggung (dorsal) yang kedua mengeras seperti gergaji. Sedangkan letak antara
kedua sirip punggung dan perut bersebrangan, sirip dada (pectoral) terletak dibelakang tutup
insang (operculum). Pada bibirnya yang lunak terdapat dua pasang sungut (berbel) dan tidak
bergerigi. Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharynreal teeth) sebanyak
tiga baris berbentuk geraham (Pribadi dkk, 2002).

Tubuh ikan mas digolongkan tiga bagian yaitu kepala, badan, dan ekor. Pada kepala
terdapat alat-alat seperti sepasang mata, sepasang cekung hidung yang tidak berhubungan
dengan rongga mulut, celah-celah insang, sepasang tutup insang, alat pendengar dan
keseimbangan yang tampak dari luar. Seluruh bagian tubuh ikan mas ditutupi dengan sisik
yang besar, dan berjenis ctenoid. Pada bagian itu terlihat ada garis linea lateralis, memanjang
mulai dari belakang tutup insang sampai pangkal ekor. Ikan mas memiliki lima buah sirip,
yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip dubur, dan sirip ekor. Sirip punggung
panjang terletak di bagian punggung. Sirip dada sepasang terletak di belakang tutup insang,
dengan satu jari-jari keras, dan yang lainnya berjari-jari lemah. Sirip perut hanya satu terletak
pada perut. Sirip dubur hanya terletak di belakang dubur. Sirip ekor juga hanya satu, terletak
di belakang, dengan bentuk cagak (Cahyono, 2000).

Ikan Mas ( Cyprinus carpio L ) menyukai tempat hidup berupa perairan tawar yang
airnya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras. Ikan ini hidup dengan baik di
daerah dengan ketinggian 150-600 m dpl (di atas permukaan laut) dengan suhu berkisar
antara 25-300C. Meskipun tergolong ikan air tawar, Ikan Mas kadang ditemukan di perairan
payau atau muara sungai dengan salinitas 25-30 ppt. Jika dilihat dari kebiasaan makannya,
Ikan Mas tergolong ikan omnivora, karena ikan ini merupakan ikan yang bisa memakan
berbagai jenis makan, baik yang berasal dari tumbuhan maupun binatang renik. Meskipun
demikian, pakan utamanya adalah yang berasal dari tumbuhan di dasar perairan dan daerah
tepian. (Amri dan Khairuman, 2002).

2.2 Habitat, Tikah Laku dan Petumbuhan


(Rukmana & Yudirachman, 2016) ikan mas menyukai tempat hidup (habitat) di
perairan tawar yang air nya tidak terlalu dalam dan alirannya tidak terlalu deras, seperti
dipinggir sungai atau danau. Ikan mas dapat hidup dengan baik di daerah dengan

4
ketinggian 150 – 600 m dpl dan pada suhu 25 – 30 ºC. meskipun tergolong ikan air tawar,
namun ikan mas kadang-kadang juga ditemukan di perairan payau atau muara sungai
yang bersalinitas (kadar garam 25–30 %).
Ikan mas termasuk ikan satwa boga atau pemakan segala (omnivora). Anak ikan mas
memakan rotifera, protozoa dan udang-udang renik, seperti moina sp. Dan daphina sp.
Setelah mencapai ukuran 10 cm, anak ikan makan chironomidae, oligochaeta,
epemenidae, tubificidae, moluska dan tumbuhaan air serta bahan-bahan orgaanik lain.
Ikan mas termasuk pemakan jasad dasar (bottom feeders) yang menyebabkan air keruh
dan rusak nya pematang kolam yang terbuat dari tanah. Ikan mas makan dengan
mengambil lumpur, mengisap bagian-bagian yang dapat dicerna dan sisanya akan
dikeluarkan. Meski begitu ikan mas dapat dilatih untuk makan pakan buatan. Ikan ini
tidak memiliki lambung sehingga tidak dapat mencerna bahan yang baanyak mengandung
serat dan cenderung lebih sering makan. Derajat metabolisme dan pertumbuhan ikan mas
akan lebih cepat dalam suasana lebih panas.
Perkembangbiakan ikan mas dapat terjadi sepanjang tahun. Siklus hidup ikan mas
dimulai dari perkembangan di dalam gonad, yaitu ovarium pada ikan mas betina
menhasilkan telur, dan testis pada ikan jantan menghasilkan sperma. Dihabitat aslinya,
ikan mas sering memijah pada awal musim hujan karena terangsang aroma tanah kering
yang tergenang air.
Secara alami pemijahan terjadi pada tengah malam sampai akhir fajar.menjelang
memijah, induk-induk ikan mas aktif mencari tempat yang rimbun, yang akan digunakan
sebagai tempat menempelnya telur-telur ikan mas sekaligus membantu perangsangan
ketika terjadi pemijahan.

2.3. Pembenihan Ikan Mas

Dalam pelaksanaan teknik pembenihan ikan mas terdapat beberapa proses yaitu
persiapan kolam, seleksi induk, pemijahan dan penetasan telur, pemeliharaan larva, dan
pemanenan.

2.2.1. Persiapan Kolam

Menurut Cahyono (2000), kolam tempat hidup ikan mas harus subur. Pada kolam yang
subur tumbuh pakan alami dengan beragam jenis, dan ukuran serta jumlah yang melimpah.
Pakan alami sangat penting untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih, hingga
kelangsungan hidupnya tinggi dan pertumbuhannya cepat. Persiapan kolam terdiri dari

5
pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar, perbaikan kemalir, pengapuran,
pemupukan, serta pengairan.

1. Pengeringan
Pengeringan dilakukan dengan cara membuang seluruh air kolam. Kolam dibiarkan
terjemur sinar matahari. Pengeringan dianggap cukup bila tanah dasar sudah retak-retak.
Biasanya selama 4–7 hari. Pengeringan bertujuan untuk memberantas hama dan penyakit,
memperbaiki struktur tanah dasar dan membuang gas-gas beracun. Selain itu juga untuk
mempermudah perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir.
2. Perbaikan pematang
Perbaikan pematang dilakukan dengan cara menutup seluruh permukaan pematang
dengan tanah dasar, agar semua bocoran dalam pematang tertutup. Bila ada bocoran yang
lebih besar, sebaiknya pematang dibongkar, lalu ditutup kembali dengan tanah. Bila
bocorannya banyak, sebaiknya pematang dilapisi plastik. Perbaikan pematang bertujuan agar
kolam terbebas dari bocoran, sehingga bila diisi air, ketinggian air dan kesuburannya dapat
dipertahankan. Kondisi ini sangat baik untuk benih, karena pakan alami selalu tersedia.
3. Pengolahan tanah dasar
Pengolahan tanah dasar dilakukan dengan mencangkul seluruh bagian dasar kolam,
tapi tidak terlalu dalam. Tujuannya agar tanah dasar kedap air, strukturnya baik dan higenis.
Tanah dasar yang kedap dapat menahan air. Struktur tanah yang baik dapat memperlancar
proses penguraian bahan organik (pupuk), sehingga pakan alami tumbuh dengan baik.
Higenis artinya tanah dasar terbebas dari gas-gas beracun, seperti amoniak, belerang dan lain-
lain.
4. Pembuatan kemalir
Pembuatan kemalir dilakukan dengan cara menarik dua buah tali plastik dari pintu
pemasukan ke pintu pengeluaran. Jarak antara tali atau lebar kemalir antara 40-50 cm.
Tanahnya digali sedalam 5–10 cm, lalu dilemparkan ke pelataran. Pembuatan kemalir
bertujuan untuk memudahkan penangkapan benih saat panen. Di depan lubang pengeluaran
dibuak kobakan dengan panjang 1,5 m, lebar 1 m, dan tinggi 20 cm. Setelah kemalir dibuat,
tanah dasar diratakan.
5. Pengapuran
Pengapuran dilakukan setelah pembuatan kemalir dengan cara menyiramkan air
kapur ke seluruh bagian tanah dasar dan pematang. Sebelumnya ditebar atau disiram, kapur
direndam terlebih dahulu dengan air. Untuk kapur yang sudah kering, pengapuran dapat

6
dilakukan dengan cara menaburkan ke seluruh bagian tanah dasar dan pematang. Pengapuran
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanah, terutama pH dan alkalinitasnya. Untuk
kolam yang pH-nya sudah 7, pengapuran tidak perlu dilakukan. Dosis pengapuran yaitu 40-
50 gram/m2.
6. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menebar pupuk ke seluruh tanah dasar kolam. Dengan
cara seperti itu pupuk dapat tersebar merata dan pertumbuhan pakan alami akan merata di
seluruh bagian kolam. Pemupukan dalam kolam bertujuan untuk menumbuhkan pakan alami
agar kolam menjadi subur. Pakan alami sangat berguna untuk berudu agar tumbuh lebih
cepat. Setelah kolam dipupuk, kolam diisi air selama 4 – 6 hari. Caranya dengan menutup
pintu pengeluaran air (monik) dengan 3 – 4 buah belahan papan selebar masing-masing 10
cm, tidak terbuang. Selain cara di atas, pemupukan dapat pula dilakukan setelah kolam diisi
air, agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. Pupuk yang baik untuk kolam adalah
kotoran ayam atau puyuh. Dosis pupuknya 500-1000 gram/m².

2.2.2. Seleksi induk

Induk yang akan digunakan untuk praktek adalah induk ikan mas (Cyprinus carpio L)
yang sudah matang gonad dan siap pijah. Menurut Amri dan Khairuman (2008), induk mas
betina yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri yaitu bagian perutnya tampak gendut dan
tampak menggelambir jika dilihat dari atas. Apabila diraba, perutnya terasa lembek dan
disekitar lubang urogenitalinya tampak memerah dan akan keluar telurnya jika dipijit. Induk
jantan yang sudah matang gonad memiliki ciri-ciri yaitu ditandai dengan keluarnya sperma
yang berwarna putih jika daerah urogenitalnya dipijit atau diurut. Induk yang dianggap ideal
untuk dipijahkan adalah yang memiliki berat antara 6 kg sampai 12 kg/ekor. Pakan yang
diberikan berupa pellet dengan kandungan protein 25%. Dosis pemberian pakan sebanyak
3% per bobot biomas per hari. Pakan tersebut diberikan 3 kali/hari. Induk yang digunakan
dalam pemijahan harus dalam kondisi sehat, tidak terserang penyakit, baik parasiter maupun
non parasiter, tidak cacat, dan gerakannya lincah.

Menurut Bachtiar (2002), beberapa tips cara memilih ikan mas yang hendak dijadikan calon
indukan yaitu :

1. Ditinjau dari morfologinya calon indukan yang baik untuk ikan mas dipilih dengan
ciri-ciri yang dimilikinya berkualitas baik, seperti ikan mas dalam keadaan sehat,
tidak cacat tubuh, tidak terluka, atau tidak sedang menderita suatu penyakit. Tubuh

7
ikan mas jika ditekan menggunakan jari-jari tangan orang dewasa tidak terlalu keras
atau terlalu lembek.
2. Bagi pembudidaya yang telah memiliki beberapa ekor ikan mas yang telah berumur
minimal setahun diseleksi untuk dijadikan indukan. Langkah ini dilakukan merupakan
seleksi yang pertama oleh pembudidaya memilih calon indukan. Diusahakan induk
yang diseleksi benar-benar jenis unggul dengan pertumbuhan bagus, sehat, tidak
cacat, dan bersisik besar dengan letak beraturan. Ikan mas hasil seleksi tersebut
setelah dipisahkan, kemudian dipelihara tersendiri di kolam pemeliharaan induk.
3. Setelah seleksi pertama tersebut selesai dilakukan kemudian dilakukan seleksi kedua
yaitu berdasarkan jenis kelamin ikan mas calon indukan. Hasil seleksi ikan mas
berdasarkan jenis kelamin tersebut dipelihara di kolam khusus, yaitu semua ikan mas
jantan dipelihara dalam satu kolam khusus jantan. Demikian pula dengan ikan mas
yang betina. Tujuan pemisahan ikan mas calon indukan berdasarkan jenis kelamin
tersebut adalah agar induk-induk tersebut tidak dapat kawin sembarangan.
4. Cara menentukan jenis kelamin ikan mas dilakukan dengan cara menekan bagian
perut ke arah ekor. Bila dari lubang kelamin ikan mas yang sedang diperiksa
mengeluarkan cairan berwarna putih susu (sperma), maka dapat dipastikan ikan mas
tersebut jantan. Sedangkan ikan mas betina ditentukan dengan cara melihat bagian
perut ke arah lubang kelamin (uroginetal). Bila di bagian tersebut terlihat seperti
membengkak, maka ikan mas tersebut dapat dipastikan betina.untuk memastikan hal
tersebut, dilakukan dengan cara mengurut perut yang membengkak ke arah ekor. Bila
dari lubang kelamin keluar cairan berwarna kuning bening, maka dapat dipastikan
ikan mas tersebut betina.
5. Diberikan perlakuan secara khusus pada ikan mas calon indukan agar benih yang
dihasilkan berkualitas baik, terutama mengenai masalah kesehatan dan asupan pakan.
Pakan berupa pellet (kandungan protein 20-25%) dan pakan alami berupa dedaunan
atau cacing tanah.
6. Dihindari adanya kawin silang dalam antar induk ikan mas. Jika sampai terjadi
perkawinan antarkerabat dekat dari ikan-ikan mas, maka hal itu akan menghasilkan
benih ikan mas dengan kualitas buruk. Digunakan stok induk dari set induk yang
pemijahannya berbeda untuk menghindari hal tersebut.
7. Generasi-generasi stok induk dipelihara secara terpisah agar tidak terjadi pemijahan di
antara induk dan keturunannya sehingga kualitas genetik induk dapat dipertahankan.

8
2.2.3. Pemijahan dan Penetasan Telur

Pemijahan pada ikan mas diawali dengan memasukkan pasangan induk yang sudah
terseleksi. Pelepasan induk diusahakan tidak menimbulkan gangguan fisik atau gangguan non
fisik. Dalam keadaan normal dan faktor lingkungan yang mendukung, pemijahan dapat
berlangsung pada malam harinya sekitar pukul 23.00 sampai dengan menjelang subuh.
Pemijahan ditandai dengan adanya suara riuh air akibat pasangan yang berpijah saling
berkejaran dan berlompatan pada saat pelepasan telur dan sperma. Telur-telur hasil pemijahan
tersebut akan menetas setelah 3-4 hari kemudian. Larva-larva yang baru menetas tersebut
tidak langsung diberi pakan tambahan karena masih ada kandungan kuning telurnya
(Djarijah, 2001).

Ikan mas tergolong ikan yang mudah melakukan pemijahan, walaupun dibak-bak
terkontrol. Apabila induk benar-benar mencapai matang gonad, maka ikan mas sudah siap
untuk dipijahkan. Pemijahan ikan mas berlangsung selama 1 hari dan bak yang digunakan
untuk pemijahan sesuai dengan teknik pemijahan yang digunakan pemijahan dilakukan
secara semi intensif yaitu dengan menyuntikan larutan ovaprim dengan dosis yang sudah
ditentukan, yaitu untuk betina dosisnya adalah 0,3-0,4 ml/kg sedangkan untuk induk jantan
dosisnya adalah 0,1-0,2 ml/kg. Cara penyuntikannya yaitu dengan menyuntikkan pada bagian
sirip ketiga bagian tubuh ikan sebelah kanan di bawah sirip punggung.

2.2.4. Pemeliharaan Larva

Setelah larva ikan mas dilepas atau dipelihara dalam kolam pendederan maka
selanjutnnya dilakukan tahap pemeliharaan dan perawatan antara lain dengan mengatur air
masuk dan air keluar, jangan sampai ada kebocoran pada kolam yang dapat menimbulkan
hal-hal yang tidak diinginkan. Padat tebar telur untuk penetasan yaitu 10.000-20.000 butir/ m²
kakaban. Air kolam hendaknya diatur sedemikian rupa jangan sampai kolam mengalami
kekeringan atau kelebihan air. Tahap berikutnya memberikan pakan berupa dedak halus yang
sebelumnya dedak tersebut harus dibasahi terlebih dahulu dengan air dan diberikan secara
merata disekelilingnya kolam ada pula pakan alami yang banyak macamnya, yaitu Rotifera,
Daphnia, Moina dan Branchionus. Waktu pemberian pakan tersebut dilakukan pada waktu
pagi hari atau sore hari selama satu minggu (Bachtiar,2002).

Pada minggu kedua ikan baru bisa diberi pakan dedak halus ditaburkan disekeliling
kolam tanpa dibasahi lagi, pada minggu kedua dan ketiga bisa juga diberikan makanan

9
tambahan berupa pellet tapi pellet tersebut harus dihancurkan atau ditumbuk sampai halus
dan ditebarkan secara merata, serta harus memperhatikan lingkungan sekitar kolam agar
usaha pemeliharaan benih ikan mas tidak mengalami kegagalan. Setelah umur benih tiga
minggu (21 hari) dapat dilakukan panen pertama dengan ukuran sekitar 1-3 cm dan bisa
dilanjutkan dengan pemeliharaan benih untuk menjadi ukuran 3-5 cm.

2.2.5. Penyakit dan Cara Penanggulangannya

Dalam budidaya ikan mas sering timbul penyakit yang menyerang benih atau ikan
dewasa.Penyakit merupakan suatu masalah yang sering merepotkan petani. Tak jarang suatu
usaha perikanan gagal karena serangan penyakit.Untuk itu perlu dilakukan langkah-langkah
pengendaliannya.

2.2.5.1. Penyakit Bakteri

Penyakit bakteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Serangan penyakit ini
dapat secara kronis (menahun), oporinis (tidak bersifat ganas, tetapi

bila kondisi induk dan lingkungan memburuk dapat bersifat ganas serta dapat dijumpai
dimana-mana) dan septisemia (penyebab lewat aliran darah dan dapat menginfeksi organ lain
seperti ginjal dan hati) (Rukmana, 2006).

1. Penyakit Columnaris

Gejala:
Ikan kehilangan nafsu makan. Terjadi infeksi kulit pada bagian kepala dan badan
belakang, sirip, insang, serat bagian tubuh lainnya. Penyerangan penyakit ini berlangsung
lambat dan pada suhu 200C akan timbul borok kulit.
Penyebab : Flekxibakter columnaris
Pengendalian:
Menjaga kualitas air agar tetap baik adalah salah satu cara pengendalian penyakit
ini.Untuk pengobatannya dapat dilakukan dengan perendaman dalam kuprisulfat dosis (1-
200) ppm selama (1-20) menit atau oksitetrasiklin HCl dosis 10 mg/1 selama 30 menit.
Selain itu,pengobatan dapat dilakukan lewat pakan dosis 75 mg/kg ikan/hari.
2. Penyakit Penducle

Gejala:

10
Gejala penyakit penducle hampir sama dengan penyakit columnaris pada suhu 160C
timbul borok.
Penyebab : Cytophago psychoropohylla
Pengendalian:
Dilakukan perendaman dengan oksitetrasiklin dosis 10 ppm selama 30 menit atau dengan
melalui pakan dengan 100 mg sulfixzole/kg berat ikan/hari selama 10-20 hari berturut-
turut.
3. Penyakit Pseudomonas flurescens

Gejala:
Terjadi pendarahan pada bagian kulit, hati, ginjal dan limpa juga terjadi borok pada kulit.
Penyebab : Pseudomonas sp.
Pengendalian:
Tindakan preventif untuk mencegah kualitas air.untuk mengobati dilakukan perendaman
dengan oxitetrasiklin HCL dosis 25-30 mg/kg ikan/hari selama 7-10 hari berturut-turut.
4. Penyakit Aeromonas Punctata

Gejala:
Warna badan ikan suram tidak cerah, kulit kesat dan melepuh, cara bernafas mengap-
mengap, kantong empedu gembung, pendarahan dalam organ hati dan ginjal.
Penyebab : Aeromonas punctata
Pengendalian:
Dilakukan penyuntikan chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau streptomycin 80-100
mg/kg ikan; pakan dicampur terramicine 50 mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.

2.2.5.2. Penyakit Parasit

Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, misalnya protozoa,
cacing, jamur dan lainnya.

1. Penyakit Bintik Putih


Gejala:
Pakan ikan terserang tidak ikut berenang dan selalu tinggal dipermukaan air.Pada bagian
kulit,sirip dan insang terdapat bintik-bintik putih.Ikan yang sakit menggosok-gosokan
badannya di dasar kolam atau ke benda keras.
Penyebab : Ichthyphyhirius multifillis

11
Pengendalian:
Dilakukan pemberokan untuk mencegah bintik putih di air yang mengalir dan memperkecil
padat tebar dan untuk pengobatan dilakukan perendaman ikan dengan formalin dosis 25
ml/m3 air yang ditambah dengan larutan melacit green 0,1 gr/m3 air selama (20-24) jam.
2. Penyakit Lernea sp.
Gejala:
Penyakit ini menyerang bagian-bagian insang, sirip dan mata. Pada bagian tersebut akan
tampak luka.
Penyebab : Parasit Lernea sp.
3. Penyakit Kutu
Gejala:
Ikan yang terserang akan tampak kurus dan di daerah serangan akan tampak bekas gigitan
dengan warna merah.

Penyebab : Parasit jenis Argulus sp. Parasit ini menempel pada bagian insang, kulit insang.

2.2.6. Pemanenan
Menurut Khairuman (2002), sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih
dahulu dipersiapkan alat-alat tangkap dan sarana perlengkapannya. Peralatan yang digunakan
untuk memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah warring/scoopnet yang halus, ayakan
panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan ikan,
keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus(untuk mengangkut ikan jarak dekat), ayakan
penyabetan dari alumunium/bamboo, oblok/delok (untuk pengangkut benih), sirib (untuk
menangkap benih ukuran 10 cm keatas), anco/hanco (untuk menangkap ikan), scoopnet.
Untuk panen benih ikan dimulai pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dan sebaiknya
berakhir tidak lebih dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terik
matahari yang dapat mengganggu kesehatan benih ikan tersebut. Pemanenan dilakukan mula-
mula dengan menyurutkan air kolam pendederan sekitar pukul 04.00 atau 05.00 pagi secara
perlahan-lahan agar ikan tidak stres akibat tekanan air yang berubah secara mendadak.
Setelah air surut benih mulai ditangkap dengan seser halus atau jaring dan ditampung dalam
ember atau keramba. Benih dapat dipanen setelah dipelihara selama 21 hari. Panenan yang
dapat diperoleh dapat mencapai 70-80% dengan ukuran benih antara 8-12 cm (Khairuman,
2008).

12
BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan tempat

Kegiatan PKL III semester IV Politeknik Kelautan dan Perikanan Kupang, Jurusan
Teknik Budidaya Perikanan, dilaksanakan pada tanggal 5 April 2019 sampai dengan 25 April
2019 yang bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Lewa, Kabupaten Sumba Timur, Nusa
Tenggara Timur.

3.2. Prosedur Kerja

1. Seleksi dan pemeliharaan induk


 Memilih induk yang baik untuk dipijahkan diantaranya berumur 2,5 tahun untuk
induk betina dengan berat badan 4-5 kg,dan induk jantan minimal 1,5 tahun dengan
berat badan 1-2 kg.
2. Persiapan kolam pemijahan
 Mencuci bak dengan menggunakan sabun hingga dinding dan dasar kolam bersih
 Pengeringan intensif, dilakukan pembersihan kolam lalu di keringkan selama 2-3 hari
sehingga kolam benar-benar kering
 Melakukan pengapuran. Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian (dolomit),
dengan dosis adalah 150 gr/m2.
 Pengisian air dengan Ketinggian air berkisar antara 40 - 50 cm
3. Pemijahan ikan mas
 Setelah kolam pemijahan sudah dipersiapkan, pada waktu pagi atau sore hari induk
ikan mas yang sudah diseleksi dimasukkan pada kolam pemijahan
4. Penetasan telur
 Proses penetasan telur diawali dengan pengangkatan kakaban.
 Telur yang sudah menempel dikakaban di angkat pada pagi hari dari kolam pemijahan
lalu di pindah ke kolam yang sudah disiapkan untuk penetasan telur.
5. Penyediaan Pakan
 Pakan alami menggunakan pupuk organik dengan dosis 350 gr/m2.
 Pakan buatan diberikan setelah 4 hari dari penebaran benih
6. Pengelolaan Kualitas Air

13
 Suhu air di ukur menggunakan thermometer 3 kali dalam seminggu
 DO di ukur menggunakan DO meter setiap hari
 pH (derajat keasaman) diukur menggunakan pH meter setiap hari
7. Pemanenan
 Waktu pemanenan pada pagi atau sore hari
 Menyediakan peralatan panen
 Mengurangi air kolam melalui Outlet (saluran pengeluaran) sebanyak 70 %
 Dilakukan perhitungan benih dengan serok dan kemas menggunakan plastik panen
serta isi dengan oksigen
8. Pemasaran
 Pemasaran dilakukan ke tempat-tempat yang akan dipasarkan

3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Data primer dan data sekunder terkumpul kemudian data tersebut diolah dengan cara:
(Subagyo, 1991)
a. Editing : kegiatan mengecek, memeriksa dan mengoreksi data yang telah
terkumpul
b. Tabulating : menyusun data ke dalam bentuk tabel agar mudah dimengerti.

Analisis data ialah kegiatan yang dilakukan untuk meninjau data hasil dari penelitian
yang sudah dirumuskan tujuan sebelumnya yaitu analisa mengenai cara- cara yang dilakukan
dalam pembenihan ikan mas mustika (Cyprinus Carpio L.) dan analisa jumlah produksi benih
ikan mas yang dihasilkan , kedua tujuan tersebut yang akan menjadi informasi yang nantinya
bisa dipergunakan dalam mengambil kesimpulan.

14
3.4 Rencana Kegiatan

Tabel 2. Rencana Kegiatan di BBI Lewa

Waktu Pelaksanaan
Uraian
NO Bulan April
Kegiatan
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 Persiapan bak
Persiapan
2
Media
Seleksi induk
2 dan pemijahan
Monotoring
3 Hama dan
Penyakit

4 Monotoring
Pertumbuhan
pemeliharaaan
5
larva
Pengecekan
6
kualitas air

Pemberian
7
pakan
pemanenan
8
benih ikan mas

15
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Pusataka Pelajar (Anggota IKAPI).

Djatmika, D. Handojo. 1986. Petunjuk Praktis Budidaya Ikan Mas. Kanisius. Yogyakarta

Khairuman. S.P., Dodi. S., Bambang. G. 2008. Budi Daya Ikan Mas Intensif. Jakarta:
Agromedia Pustaka

Rukmana, H., & Yudirachman, H. (2016). Sukses Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. In
Sukses Budidaya Ikan Mas Secara Intensif (pp. 38-40). Yogyakarta: Lily Publisher.

Suseno, D. 1999. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya. Jakarta

Sriwidodo, M. 2000. Diktat Manajemen Produksi Pembenihan Ikan.

Sutisna H, dan Sutarmanto. R. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar. Kanisius. Yogyakarta

Susanto Heru, 1999. Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta

Zulkifli Jangkaru, 1984. Pemeliharaan Ikan Dalam Kolam Air Deras. Yasaguna. Bogor

Pinus Lingga. 1993. Ikan Mas Kolam Air Deras. Penebar Swadaya. Jakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai