Anda di halaman 1dari 31

Tugas Makalah

POTENSI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN NONHAYATI

Dosen Pengampu: Dr. Suhadi,S.K.M.,M.Kes.

Disusun Oleh:

Suci Fitrah Damayanti

J1A120231

Kelas D

Mata Kuliah: Ilmu Pesisir Kepulauan

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

T.A. 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT , yang atas rahmat-Nya dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah
ini adalah “POTENSI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN NONHAYATI”

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Ilmu Pengantar Pesisir Kepulauan yang telah memberikan tugas
kepada saya. Saya juga ingin mengucapkan terimakasih banyak kepada pihak-pihak yang
turut membantu dalam pembuatan makalah ini.

Daya sendiri jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari
study yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan kemampuan saya, maka kritik
dan saran yang membangun senantiasa saya harapkan agar makalah ini dapat berguna
bagi saya dan pihak lain yang berkepentingan.

Raha, 20 November 2020

Penyususn

DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………………………

Kata Pengantar…………………………………………………………………………...

Daftar Isi…………………………………………………………………………………….

Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………………

A. Latar belakang…………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………………………...

Bab II Pembahasan……………………………………………………………………….

A. Profil Laut Indonesia …………………………………………………………


B. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia …………………………………………
C. Keanekaragaman Hayati
D. Keanekaragaman Nonhayati
E. Masalah-Masalah yang Dihadapi dalam Pemanfaatan Kekayaan Laut....
F. Potensi Sumber Daya Kelautan di Indonesia ………………….

Bab III Penutup…………………………………………………………………………

A. Kesimpulan…………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………………….

Daftar Pustaka………………………………………………………………………

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Laut merupakan sumber makanan bagi manusia, sebagai jalan raya perdagangan,
sebagai sarana penaklukan, sebagai tempat pertempuran, sebagai tempat untuk bersen
ang-senang dan rekreasi dan sebagai alat pemisah atau pemersatu bangsa. Di abad ke-
20 ini fungsi laut telah meningkat dengan ditemukannya bahan-bahan tambang dan
galian yang berharga di dasar laut dan dimungkinkannya usaha-usaha menggambil
kekayaan alam tersebut, baik di airnya maupun di dasar laut dan tanah dibawahnya.

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan panjang pantai lebih dari 81.000 km,
dimana 2/3 wilayah kedaulatannya berupa perairan laut. Laut merupakan sumber
kehidupan karena memiliki potensi kekayaan alam hayati dan nonhayati berlimpah.
Sumber kekayaan alam tersebut, menurut amanat Pasal 33 UUD-1945 harus dikelola
secara berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.

Indonesia merupakan negara terluas peringkat ke-2 di Asia dan merupakan negara
terluas di Asia Tenggara. Luas lautan Indonesia lebih besar dibandingkan dengan luas
daratannya, yaitu satu pertiga luas Indonesia adalah daratan dan dua pertiga luas
Indonesia adalah lautan. Perairan laut Indonesia memiliki panjang pantai sampai
95.181 km2 , dengan luas perairan 5,8 juta km2 yang terdiri ataslaut territorial seluas
0,3 juta km, perairan kepulauan dengan luas 2,8 juta km2 , dan perairan Zona Ekonomi
Ekskulsif (ZEE) dengan luas 2,7 juta km2. Luasnya lautan Indonesia sebenarnya
membawa keuntungan dan manfaat yang baik bagi bangsa Indonesia, karena salah satu
fungsi dari laut adalah sebagai sumber kekayaan alamSumber kekayaan yangterkandung
dilaut sangat berlimpah, sehingga bisa digunakan atau dimanfaatkan untuk
mensejahterakan bangsa Indonesia.

Potensi kelautan Indonesia memang kaya akan sumber daya alam yang begitu
melimpah dan berada pada posisi geografis yang strategis. Namun mayoritas penduduk
di Indonesia masih belum dapat menguasai apa yang dimilikinya tersebut. Indonesia
mengatakan “memiliki” kekayaan alam yang berlimpah, tetapi pada kenyataanya (de
facto) yang “menguasai” sumber daya alam itu adalah para pemilik modal atau kapitalis
dari negara- negara lain. Alangkah tepatnya apabila paradigma “memiliki” juga
diimbangi dengan paradigma “menguasai”. Menguasai disini tentu bukan dalam arti
bersikap otoriter, sewenang-wenang terhadap alam yang dimotivasi oleh hawa nafsu,
akan tetapi “menguasai” dalam konteks berkuasa atau mampu memegang amanah
sebagai wakil Tuhan di bumi yang berkomitmen untuk berlaku adil dalam mengelola
sumber daya alam sebaik mungkin, khususnya lautan.

Potensi yang dimiliki Indonesia tersebut merupakan suatu peluang dan potensi
ekonomi yang dapat dimanfaatkan untuk kemajuan perekonomian Indonesia, serta
sebagai tulang punggung pembangunan nasional. Namun, di sisi lain potensi atau
keadaan tersebut justru menyebabkan wilayah Indonesia sering terjadi illegal fishing.
Jumlah kerugian tersebut merupakan jumlah yang tidak sedikit. Selain itu, praktik illegal
fishing juga berdampak pada menurunnya stok sumber daya ikan dan hilangnya
kesempatan sosial dan ekonomi para nelayan yang beroperasi secara legal, serta dapat
mengakibatkan menurunnya ketahanan pangan. Bahkan akibat praktik illegal fishing
proporsi konsumsi rakyat Indonesia terhadap protein hewani yang berasal dari ikan
hanya sebesar 54%.13 Ini merupakan masalah yang besar dan sangat merugikan
Indonesia, oleh karena itu dibutuhkan tindakan yang tepat dalam menangani
masalah tersebut.

B. Rumusan Msalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini:


1. Bagaimana profil laut Indonesia?
2. Bagaimana zona ekonomi eksklusif Indonesia?
3. Apa itu keanekaragaman hayati?
4. Apa itu keanekaragaman nonhayati?
5. Apa masalah-masalah yang di hadapi dalam pemanfaatan kekayaan laut?
6. Bagaimana potensi sumber daya kelautan di Indonesia?

C. Tujuan
Tujuan dalam pembuatan makalah:
1. Untuk memahami profil laut Indonesia.
2. Untuk mengetahui zona ekonomi eksklusif Indonesia.
3. Untuk memahami keanekaragaman hayati.
4. Keanekaragaman nonhayati.
5. Untuk mengetahui masalah-masalah yang di hadapi dalam pemanfaatan
kekayaan laut.
6. Potensi sumber daya kelautan di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Profil Laut Indonesia

Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,6 juta km 2 dengan garis pantai sepanjang
81.000 km, dengan potensi sumberdaya, terutama perikanan laut yang cukup besar, baik dari
segi kuantitas maupun diversitasnya. Selain itu Indonesia tetap berhak untuk berpartisipasi
dalam pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam di laut lepas di luar batas 200 mil laut
ZEE, serta pengelolaan dan pemanfaatan kekayaan alam dasar laut perairan internasional di
luar batas landas kontinen.Nampak bahwa kepentingan pembangunan ekonomi di Indonesia
lebih memanfaatkan potensi sumberdaya daratan daripada potensi sumberdaya perairan
laut.Memperhatikan konfigurasi Kepulauan Indonesia serta letaknya pada posisi silang yang
sangat strategis, juga dilihat dari kondisi lingkungan serta kondisi geologinya, Indonesia
memiliki 5 (lima) keunggulan komparatif dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia,
yaitu:

a) Marine Mega Biodiversity; wilayah perairan Indonesia memiliki keragaman hayati


yang tidak ternilai baik dari segi komersial maupun saintifiknya yang harus dikelola
dengan bijaksana.

b) Plate Tectonic; Indonesia merupakan tempat pertemuan tiga lempeng tektonik,


sehingga wilayah tersebut kaya akan kandungan sumberdaya alam dasar laut, namun
juga merupakan wilayah yang relatif rawan terhadap terjadinya bencana alam.

c) Dynamic Oceanographic and Climate Variability , perairan Indonesia merupakan


tempat melintasnya aliran arus lintas antara samudera Pasifik dan samudera Indonesia,
sehingga merupakan wilayah yang memegang peranan penting dalam sistem arus
global yang menentukan variabilitas iklim nasional, regional dan global dan
berpengaruh terhadap distibusi dan kelimpahan sumberdaya hayati.

Indonesia dengan konsep Wawasan Nusantara, sebagaimana diakui dunia internasional


sesuai dengan hukum laut internasional (UNCLOS 82), memberikan konsekuensi kepada
negara dan rakyat Indonesia untuk mampu mengelola dan memanfaatkannya secara optimal
dengan tetap memperhatikan hak-hak tradisional dan internasional. Indonesia sebagai negara
kepulauan telah menetapkan alur perlintasan pelayaran internasional, yaitu yang dikenal
dengan Alur Lintas Kepulauan Indonesia (ALKI), hal ini mengharuskan kita untuk
mengembangkan kemampuan teknik pemantauannya serta kemampuan untuk menjaga
kelestarian lingkungan sekitarnya.

Pembangunan kelautan dan perikanan dimasa datang diharapkan menjadi sektor


andalan dalam menopang perekonomian negara dalam pemberdayaan masyarakat yang
bergerak di sektor kelautan dan perikanan. Menyadari hal tersebut, maka peran ilmu
pengetahuan dan teknologi kelautan dan perikanan menjadi sangat penting dan perlu
dioptimalkan serta diarahkan agar mampu melaksanakan riset yang bersifat strategis yang
dapat diaplikasikan oleh masyarakat luas terutama oleh para pelaku industri dan masyarakat
pesisir pada umumnya.

B. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 Tentang ZEEI Zona Ekonomi Eksklusif


Indonesia adalah jalur di luar dan berbatasan dengan laut wilayah Indonesia sebagaimana
ditetapkan berdasarkan undangundang yang berlaku tentang perairan Indonesa yang meliputi
dasar laut, tanah di bawahnya dan air di atasnya dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut
diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia.(Pasal 2) Apabila Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia tumpang tindih dengan zona ekonomi eksklusif negara-negara yang pantainya
saling berhadapan atau 43 berdampingan dengan Indonesia, maka batas zona ekonomi
eksklusif antara Indonesia dan negara tersebut ditetapkan dengan persetujuanantara Republik
Indonesia dan negara yang bersangkutan.(Pasal 3 (1))

Menurut Pasal 62 ayat (1) KHL 1982 bahwa negara-negara diwajibkan untuk
melakukan pemanfaatan secara optimal dari sumber perikanan ZEE. Sedangkan menurut PP
No. 15 Tahun 1984 Pasal 2: sumber daya alam hayati di ZEEI dimanfaatkan untuk
mengembangkan usaha perikanan Indonesia, dalam rangka meningkatkan kemampuan antara
Republik Indonesia dan negara yang bersangkutan.
(Pasal 3 (1))Menurut Pasal 62 ayat (1) KHL 1982 bahwa negara-negara diwajibkan
untuk melakukan pemanfaatan secara optimal dari sumber perikanan ZEE. Sedangkan
menurut PP No. 15 Tahun 1984 Pasal 2: sumber daya alam hayati di ZEEI dimanfaatkan
untuk mengembangkan usaha perikanan Indonesia, dalam rangka meningkatkan kemampuan
Tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia adalah lautan. Di dalamnya terdapat lebih
dari 17.500 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km yang merupakan garis pantai
terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Banyak sekali kekayaan laut yang dimiliki negara
kita.

Menurut UU No.5/1983 sumber daya alam laut dibagi atas dua kelompok, yakni
sumber daya alam hayati dan non-hayati. Ikan adalah sumber daya alam hayati yang paling
dominan di ZEEI. Disamping banyak pula ragam kekayaan alam hayati lain yang dapat
dimanfaatkan untuk konsumsi dalam negeri mau pun untuk ekspor.

Laut kita mengandung banyak sumber daya yang beragam baik yang dapat diperbaharui
seperti perikanan, terumbu karang, hutan mangrove, rumput laut, dan plasma nutfah lainnya
atau pun sumber daya yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak dan gas bumi, barang
tambang, mineral, serta energi kelautan seperti gelombang, angin, dan OTEC (Ocean
Thermal Energy Conversion) yang sedang giat dikembangkan saat ini.

Terdapat 7,5% (6,4 juta ton/tahun) dari potensi lestari total ikan laut dunia berada di
Indonesia. Kurang lebih 24 juta hektar perairan laut dangkal Indonesia cocok untuk usaha
budi daya laut (marine culture) ikan kerapu, kakap, baronang, kerang mutiara, dan biota laut
lainnya yang bernilai ekonomis tinggi dengan potensi produksi 47 ton/tahun. Selain itu lahan
pesisir (coastal land) yang sesuai untuk usaha budidaya tambak udang, bandeng, kerapu,
kepiting, rajungan, rumput laut, dan biota perairan lainnya diperkirakan 1,2 juta hektar
dengan potensi produksi sebesar 5 juta per tahun. Hampir 70% produksi minyak dan gas
bumi Indonesia berasal dari kawasan pesisir dan laut.
Selain itu, Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati laut pada tingkatan genetik,
spesies, maupun ekosistem tertinggi di dunia. Akan tetapi, saat ini baru 4 juta ton kekayaan
laut Indonesia yang dimanfaatkan. Jika kita telusuri kembali sebenarnya masih banyak
potensi kekayaan laut yang dimiliki Indonesia.

Perkiraan nilai ekonomi potensi dan kekayaan laut Indonesia yangtelah dihitung para
pakar dan lembaga terkait dalam setahun mencapai 149,94 miliar dollar AS atau sekitar Rp
14.994 triliun. Potensi ekonomi kekayaan laut tersebut meliputi perikanan senilai 31,94 miliar
dollar AS, wilayah pesisir lestari 56 miliar dollar AS, bioteknologi laut total 40 miliar dollar
AS, wisata bahari 2 miliar dollar AS, minyak bumi sebesar 6,64 miliar dollar AS dan
transportasi laut sebesar 20 miliar dollar AS.

Disampaikan oleh Tridoyo Kusumastanto, bahwa dalam menangani isu-isu kelautan


diperlukan perencanaan langkah-langkah strategis termasuk mengetahui potensi-potensi yang
sudah dimiliki oleh Indonesia. Potensi-potensi tersebut meliputi:

1. Potensi Fisik
Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi 3 juta km2. Perairan
Nasional seluas 3,1 juta km2, Luas Daratan sekitar 1,9 juta km2, Luas Wilayah
Nasional 5,0 juta km2, luas ZEE (Exlusive Economic Zone) sekitar 3,0 juta km2,
Panjang garis pantai lebih dari 81.000 km dan jumlah pulau lebih dari 18.000 pulau.

2. Potensi Pembangunan
Potensi Wilayah pesisir dan laut Indonesia dipandang dari segi pembangunan adalah
sebagai berikut:
a. Sumber daya yang dapat diperbaharui seperti; Perikanan (Tangkap, Budidaya,
dan Pasca panen), Hutan mangrove, Terumbu karang, Industri Bioteknologi
Kelautan dan Pulaupulau kecil.
b. Sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui seperti; Minyak bumi dan Gas,
Bahan tambang dan mineral lainnya serta Harta Karun.
c. Energi Kelautan seperti; Pasang-surut, Gelombang, Angin, OTEC (Ocean
Thermal Energy Conversion).
d. Jasa-jasa Lingkungan seperti; Pariwisata, Perhubungan dan Kepelabuhanan
serta Penampung (Penetralisir) limbah.

3. Potensi Sumberdaya Pulih (Renewable Resource)


Potensi wilayah pesisir dan lautan lndonesia dipandang dari segi Perikanan meliputi;
Perikanan Laut (Tuna/Cakalang, Udang, Demersal, Pelagis Kecil, dan lainnya) sekitar
4.948.824 ton/tahun, dengan taksiran nilai US$ 15.105.011.400, Mariculture (rumput
laut, ikan, dan kerangkerangan serta Mutiara sebanyak 528.403 ton/tahun, dengan
taksiran nilai US$ 567.080.000, Perairan Umum 356.020 ton/tahun, dengan taksiran
nilai US$ 1.068.060.000, Budidaya Tambak 1.000.000 ton/tahun, dengan taksiran
nilai US$ 10.000.000.000, Budidaya Air Tawar 1.039,100 ton/tahun, dengan taksiran
nilai US$ 5.195.500.000, dan Potensi Bioteknologi Kelautan tiap tahun sebesar US$
40.000.000.000, secara total potensi Sumberdaya Perikanan Indonesia senilai US$
71.935.651.400 dan yang baru sempat digali sekitar US$ 17.620.302.800 atau 24,5 %.
Potensi tersebut belum termasuk hutan mangrove, terumbu karang serta energi
terbarukan serta jasa seperti transportasi, pariwisata bahari yang memiliki peluang
besar untuk dikembangkan.

4. Potensi Sumberdaya Tidak Pulih (Non Renewable Resource).


Pesisir dari Laut Indonesia memiliki cadangan minyak dan gas, mineral dan bahan
tambang yang besar. Dari hasil penelitian BPPT (1998) dari 60 cekungan minyak
yang terkandung dalam alam Indonesia, sekitar 70 persen atau sekitar 40 cekungan
terdapat di laut. Dari 40 cekungan itu 10 cekungan telah diteliti secara intensif, 11
baru diteliti sebagian, sedangkan 29 belum terjamah. Diperkirakan ke-40 cekungan itu
berpotensi menghasilkan 106,2 miliar barel setara minyak, namun baru 16,7 miliar
barel yang diketahui dengan pasti, 7,5 miliar barel di antaranya sudah dieksploitasi.

Sedangkan sisanya sebesar 89,5 miliar barel berupa kekayaan yang belum terjamah.
Cadangan minyak yang belum terjamah itu diperkirakan 57,3 miliar barel terkandung
di lepas pantai, yang lebih dari separuhnya atau sekitar 32,8 miliar barel terdapat di
laut dalam. Sementara itu untuk sumberdaya gas bumi, cadangan yang dimiliki
Indonesia sampai dengan tahun 1998 mencapai 136,5 Triliun Kaki Kubik (TKK).
Cadangan ini mengalami kenaikan bila dibandingkan tahun 1955 yang hanya sebesar
123,6 Triliun Kaki Kubik. Sedangkan Potensi kekayaan tambang dasar laut seperti
aluminium, mangan, tembaga, zirconium, nikel, kobalt, biji besi non titanium,
vanadium, dan lain sebagainya yang sampai sekarang belum teridentifikasi dengan
baik sehingga diperlukan teknologi yang maju untuk mengembangkan potensi
tersebut.

5. Potensi Geopolitis
Indonesia memiliki posisi strategis, antar benua yang menghubungkan negaranegara
ekonomi maju, posisi geopolitis strategis tersebut memberikan peluang Indonesia
sebagai jalur ekonomi, misalnya beberapa selat strategis jalur perekonomian dunia
berada di wilayah NKRI yakni Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok, Selat
Makasar dan Selat Indonesia memiliki posisi strategis, antar benua yang
menghubungkan negaranegara ekonomi maju, posisi geopolitis strategis tersebut
memberikan peluang Indonesia sebagai jalur ekonomi, misalnya beberapa selat
strategis jalur perekonomian dunia berada di wilayah NKRI yakni Selat Malaka, Selat
Sunda, Selat Lombok, Selat Makasar dan Selat Ombai-Wetar. Potensi geopolitis ini
dapat digunakan Indonesia sebagai kekuatan Indonesia dalam percaturan politik dan
ekonomi antar bangsa.

6. Potensi Sumberdaya Manusia


Potensi wilayah pesisir dan lautan Indonesia dipandang dari segi SDM adalah sekitar
60 % penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisir, sehingga pusat kegiatan
perekonomian seperti: Perdagangan, Perikanan tangkap, Perikanan Budidaya,
Pertambangan, Transportasi laut, dan Pariwisata bahari. Potensi penduduk yang
berada menyebar di pulau-pulaumerupakan aset yang strategis untuk peningkatan
aktivitas ekonomi antar pulau sekaligus pertahanan keamanan negara.

C. Keanekaragaman Hayati

keanekaragaman hayati adalah variasi kehidupan yang ditemukan di suatu tempat di


bumi. Keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup.
Keanekaragaman dari makhluk hiudp dapat terjadi karena adanya perbedaan warna, ukuran,
bentuk, jumlah, tesktur, penampilan dan sifat.

Indonesia dikenal oleh masyarakat dunia sebagai salah satu negara megabiodiversity.
Sebutan ini didukung oleh keadaan alam di Indonesia dengan iklim tropis yang menjadi
habitat yang cocok bagi berbagai flora dan fauna. Hal ini menjadikan keanekaragaman hayati
(biodiversitas) di Indonesia menjadi terhitung sangat tinggi. Frasa keanekaragaman hayati
sendiri sering pula disebut sebagai biodiversitas. Biodiversitas ini dapat kita temui di sekitar
kita, berbagai makhluk hidup yang kita temui menggambarkan adanya perbedaan-perbedaan
antara makhluk hidup yang saling menyeimbangkan. Dengan demikian, secara sederhana,
keragaman hayati merujuk kepada berbagai jenis kehidupan biologis di bumi. Jumlah spesies
tumbuhan, satwa liar, hewan, mikro organisme, keragaman genetik dalam suatu spesies.
Termasuk juga keragaman ekosistem di bumi seperti padang pasir, hutan hujan, terumbu
karang. Semuanya adalah bagian dari keragaman biologis bumi. Adapun tingkatan-tingkatan
pada keanekaragaman hayati, yakni sebagai berikut antara lain :

1. Keanekaragaman Hayati Tingkat Gen

Keragaman hayati tingkat gen. Merupakan variasi genetik dalam satu spesies, baik di
antara populasi terpisah secara geografis maupun di antara individu dalam satu populasi.
Individu dalam satu populasi memiliki perbedaan genetik antara satu dengan lainnya.
Tingkat keragaman gen timbul karena setiap individu mempunyai bentuk-bentuk gen
yang khas. Variasi genetik bertambah ketika keturunan menerima kombinasi unik gen dan
kromosom dari induknya melalui rekombinasi gen yang terjadi melalui reproduksi
seksual. Proses inilah yang meningkatkan potensi variasi genetik dengan mengatur ulang
alela secara acak sehingga timbul kombinasi yang berbeda-beda.

2. Keanekaragam Hayati Tingkat Ekosistem

Keragaman hayati tingkat ekosistem merupakan komunitas biologi yang berbeda serta
asosiasinya dengan lingkungan fisik masing-masing.

3. Keanekaragaman Hayati Tingkat Spesies

Keanekaragaman spesies mencakup seluruh spesies yang ditemukan di bumi, baik


tumbuhan, satwa liar. Termasuk pula bakteri dan protista serta spesies dari kingdom
bersel banyak seperti tumbuhan, jamur, hewan. Spesies dapat diartikan sebagai
sekelompok individu yang menunjukkan beberapa karakteristik penting yang berbeda
dibandingkan kelompok lain. Karakteristik tersebut dapat berupa morfologi, fisiologi atau
biokimia. Definisi spesies secara morfologis ini paling banyak digunakan oleh ahli
taksonomi. Mereka mengkhususkan diri untuk mengklasifikasikan dan mengidentifikasi
spesimen yang belum diketahui.

D. Keanekaragaman Nonhayati

Sumber daya alam non-hayati merupakan sumber daya alam yang ada diatas permukaan
bumi dan dibawah permukaan bumi tetapi tidak hidup, antara lain tanah, udara dan air. Kali
ini akan mengulas salah satu dari sumber daya alam non-hayati yakni air yang dimana
terdapat fungsi, cara pemakian dan cara menjaga supaya air ini tidak habis.

Sumber daya alam hayati merupakan Sumber daya alam yang keberaannya didapat dari
dalam bumi maupun permukaan bumi, seperti:

1. Air
Air merupakan salah satu kebutuhan utama makhluk hidup dan bumi sendiri
didominasi oleh wilayah perairan.Dari total wilayah perairan yang ada, 97%
merupakan air asin (wilayah laut, samudra, dll.) dan hanya 3% yang merupakan air
tawar (wilayah sungai, danau, dll.). Seiring dengan pertumbuhan populasi manusia,
kebutuhan akan air, baik itu untuk keperluan domestik dan energi, terus meningkat.

Air juga digunakan untuk pengairan, bahan dasar industri minuman, penambangan,
dan aset rekreasi. Di bidang energi, teknologi penggunaan air sebagai sumber listrik
sebagai pengganti dari minyak bumi telah dan akan terus berkembang karena selain
terbaharukan, energi yang dihasilkan dari air cenderung tidak berpolusi dan hal ini
akan mengurangi efek rumah kaca.

2. Angin
Pada era ini , penggunaan minyak bumi, batu bara, dan berbagai jenis bahan bakar
hasil tambang mulai digantikan dengan penggunaan energi yang dihasilkan oleh
angin. Angin mampu menghasilkan energi dengan menggunakan turbin yang pada
umumnya diletakkan dengan ketinggian lebih dari 30 meter di daerah dataran tinggi.

Selain sumbernya yang terbaharukan dan selalu ada , energi yang dihasilkan angin
jauh lebih bersih dari residu yang  dihasilkan oleh bahan bakar lain pada
umumnya.Beberapa negara yang telah mengaplikasikan turbin angin sebagai sumber
energi alternatif adalah Belanda dan Inggris.

3. Tanah
Tanah adalah komponen penyusun permukaan bumi.Tanah termasuk salah satu
sumber daya alam nonhayati yang penting untuk menunjang pertumbuhan penduduk
dan sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis makhluk hidup.

Pertumbuhan tanaman pertanian dan perkebunan secara langsung terkait dengan


tingkat kesuburan dan kualitas tanah. Tanah tersusun atas beberapa komponen, seperti
udara, air, mineral, dan senyawa organik. Pengelolaan sumber daya nonhayati ini
menjadi sangat penting mengingat pesatnya pertambahan penduduk dunia dan kondisi
cemaran lingkungan yang ada sekarang ini.

E. Masalah-masalah yang di hadapi dalam Pemanfaatan Kekayaan Laut


Dengan kekayaan laut yang melimpah ini, sayangnya belum termanfaatkan secara
optimal. Sumber daya kelautan yang begitu melimpah ini hanya dipandang “sebelah mata”,
Kalaupun ada kegiataan pemanfaatan sumber daya kelautan, maka dilakukan kurang
profesional dan ekstraktif, kurang mengindahakan aspek kelestariannya. Bangsa Indonesia
kurang siap dalam menghadapi segala konsekuensi jati dirinya sebagai bangsa nusantara atau
negara kepulauan terbesar di dunia karena tidak disertai dengan kesadaran dan kapasitas yang
sepadan dalam mengelola kekayaannya.

Di satu sisi Indonesia memposisikan diri sebagai negara kepulauan dengan kekayaan
lautnya yang melimpah, tetapi di sisi lain Indonesia juga memposisikan diri secara kultural
sebagai bangsa agraris dengan puluhan juta petani yang masih berada di bawah garis
kemiskinan, sedangkan dalam industri modern, negara kita kalah bersaing dengan negara lain.
Semua ini berdampak juga terhadap sektor industri kelautan sehingga menimbulkan banyak
masalah berkaitan dengan pemanfaatan kekayaan laut.

Diantaranya para nelayan Indonesia masih miskin dan tertinggal dalam perkembangan
teknologi kelautan. Kemiskinan dan kemiskinan yang menyelimuti mereka karena sistem
yang sangat menekan seperti pembelian perlengkapan untuk menangkap ikan yang masih
harus lewat rentenir karena jika melalui Bank, prosesnya yang berbelit-belit dan terlalu
birokrasi. Juga dengan produksi industri kelautan yang keadaannya setali tiga uang, terlihat
dari rendahnya peranan industri domestik seperti nelayan.

Selain itu, banyak nelayan asing yang mencuri ikan di wilayah perairan kita, tiap
tahunnya jutaan ton ikan di perairan kita dicuri oleh nelayan asing yang rata-rata peralatan
tangkapan ikan mereka jauh lebih canggih dibandingkan para nelayan tradisional kita.
Kerugian yang diderita negara kita mencapai Rp 18 trilyun-Rp36 trilyun tiap tahunnya. Hal
ini memang kurang bisa dicegah oleh TNI AL sebagai lembaga yang berwenang dalam
mengamankan wilayah laut Indonesia, karena kita ketahui keadaan alut sista (alat utama
sistem senjata) seperti kapal perang yang dimiliki TNI AL jauh dari mencukupi. Untuk
mengamankan seluruh wilayah perairan Indonesia yang mencapai 5,8 km2, TNI AL
setidaknya harus memiliki 500 unit kapal perang berbagai jenis. Memang jika kita menengok
kembali sejarah, di zaman Presiden Soekarno Angkatan Laut kita pernah menjadi keempat
terbesar di dunia setelah Amerika Serikat, Uni Soviet,dan Iran. Akan tetapi semuanya hanya
bersifat sementara karena tidak dibangun atas kemampuan sendiri, namun karena bantuan Uni
Soviet dalam rangka permainan geopolitik.

Sebenarnya apa yang salah dari pengelolaan laut Indonesia. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan pemanfaatan laut sebagai potensi bangsa yang dahsyat itu terabaikan di
antaranya yaitu lemah pengamanan, lemah pengawasan, dan lemah koordinasi dari negara.
Sebenarnya Indonesia memiliki Maritime Surveillance System (sistem pengamatan maritim)
pada sebuah institusi militer yang domainnya memang laut.Maritime Surveillance System
dititikberatkan pada pembangunan stasiun radar pantai dan pemasangan peralatan
surveillance di kapal patroli, untuk kemudian data-data hasil pengamatan dari peralatan yang
terpasang tersebut dikirim ke pusat data melalui media komunikasi data tertentu untuk
ditampilkan sebagai monitoring dan untuk diolah lebih lanjut. Karena itu, sistem ini lebih
cenderung berlaku sebagai alat bantu penegakan keamanan di laut, meski sangat mungkin
dikembangkan lebih lanjut sebagai alat bantu pertahanan.

F. Potensi Sumber Daya Kelautan di Indonesia

Potensi Sumberdaya Kelautan Potensi dan peluang pengembangan kelautan meliputi (1)
perikanan tangkap, (2) perikanan budidaya, (3) industri pengolahan hasil perikanan, (4)
industri bioteknologi kelautan dan perikanan, (5) pengembangan pulau-pulau kecil, (6)
pemanfaatan Benda Berharga Asal Muatan Kapal Tenggelam, (7) deep sea water, (8) industri
garam rakyat, (9) pengelolaan pasir laut, (10) industri penunjang, (11) pengembangan
kawasan industri perikanan terpadu, dan (12) keanekaragaman hayati laut.

Laut Indonesia memiliki luas lebih kurang 5,8 juta km2 dengan garis pantai sepanjang
81.000 km, dengan potensi sumberdaya ikan diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang
tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia), yang terbagi dalam sembilan wilayah perairan utama Indonesia. Di samping itu
terdapat potensi pengembangan untuk, budidaya laut terdiri dari budidaya ikan (antara lain
kakap, kerapu, dan gobia), budidaya moluska (kerang-kerangan, mutiara, dan teripang), dan
budidaya rumput laut, dan bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri bioteknologi
kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan pakan alami, benih ikan
dan udang, industri bahan pangan.

Luas laut Indonesia mencakup 2/3 dari seluruh luas wilayah Indonesia, yaitu 5,8 juta
km2. Di dalam laut tersebut, tersimpan kekayaan alam yang luar biasa besarnya. Potensi
sumber daya laut Indonesia tidak hanya berupa ikan, tetapi juga bahan tambang seperti
minyak bumi, nikel, emas, bauksit, pasir, bijih besi, timah, dan lain-lain yang berada di
bawah permukaan laut. Kekayaan yang dapat dimanfaatkan dari sumber daya laut yang lain
adalah sumber daya alam berupa mangrove, terumbu karang, dan lain-lain. Sumber daya
tersebut dikenal dengan sumber daya pesisir.

1. Perikanan
Budi Daya Ikan Sumber daya perikanan laut adalah salah satu potensi sumber daya
laut di indonesia yang sejak dulu telah dimanfaatkan penduduk. Laut Indonesia
memiliki angka potensi lestari yang besar, yaitu 6,4 juta ton per tahun. Yang
dimaksud dengan potensi lestari adalah potensi penangkapan ikan yang masih
memungkinkan bagi ikan untuk melakukan regenerasi hingga jumlah ikan yang
ditangkap tidak mengurangi populasi ikan. Berdasarkan aturan internasional, jumlah
tangkapan yang diperbolehkan adalah 80% dari potensi lestari tersebut atau sekitar
5,12 juta ton per tahun.

Kenyataannya, jumlah hasil tangkapan ikan di Indonesia belum mencapai angka


tersebut. Ini berarti masih ada peluang untuk meningkatkan jumlah tangkapan yang
diperbolehkan. Jika dibandingkan sebaran potensi ikannya, terlihat adanya perbedaan
secara umum antara wilayah Indonesia bagian Barat dan Timur. Di Indonesia bagian
Barat dengan rata-rata kedalaman laut 75 meter, jenis ikan yang banyak dtemukan
adalah ikan pelagis kecil. Kondisi agak berbeda terdapat di kawasan Indonesia Timur
dengan rata-rata kedalaman laut mencapai 4.000 m.
Di kawasan Indonesia bagian Timur, banyak ditemukan ikan pelagis besar seperti
cakalang dan tuna. Selain ikan yang tersedia di lautan,penduduk Indonesia juga
banyak yang melakukan budi daya ikan, terutama di daerah pesisir. Di pantai utara
Pulau Jawa, banyak masyarakat yang mengembangkan usaha budi daya ikan dengan
menggunakan tambak. Jenis ikan yang dikembangbiakkan disana adalah ikan bandeng
dan udang. Selain ikan, kekayaan laut Indonesia juga berada di wilayah-wilayah
pesisir berupa hutan mangrove, rumput laut, padang lamun, dan terumbu karang.
Indonesia memiliki lebih dari 13 ribu pulau sehingga garis pantainya sangat panjang.

Garis pantai Indonesia panjangnya mencapai 81.000 km, ukuran ini merupakan
panjang pantai kedua terpanjang di dunia setelah Kanada. Oleh karena itu, potensi
sumber daya alam di wilayah pesisir sangat penting bagi Indonesia. Tidak salah jika
pemerintah di bawah pemerintahan presiden Jokowi memfokuskan pembangunan
maritim di Indonesia. Kekayaan alam kita yang berupa ikan malah banyak diambil
oleh oknum-oknum dari negara lain berupa praktik pencurian ikan atau illegal fishing.
Ada beberapa wilayah perairan Indonesia yang rawan dengan kegiatan illegal fishing.
Wilayah yang paling rawan dengan praktik pencurian ikan adalah Laut Arafuru
(Papua) di Timur perairan Indonesia.

2. Hutan Mangrove
Hutan mangrove (hutan bakau) adalah tipe hutan yang berada di daerah pasang surut
air laut. Saat air pasang, hutan mangrove digenangi oleh air laut, sedangkan pada saat
air surut, hutan mangrove bebas dari genangan air laut. Umumnya hutan mangrove
berkembang baik pada pantai yang terlindung, muara sungai, atau laguna. Tumbuhan
yang hidup di habitat hutan mangrove tahan terhadap garam yang terkandung di
dalam air laut. Ada dua fungsi hutan mangrove sebagai potensi sumber daya laut di
indonesia yaitu fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove
adalah sebagai habitat (tempat hidup) binatang laut untuk berlindung, mencari makan,
dan berkembang biak.
Fungsi ekologis yang lain dari hutan mangrove adalah untuk melindungi pantai dari
abrasi air laut. Fungsi ekonomis hutan mangrove berupa nilai ekonomis dari kayu
pepohonan dan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Biasanya penduduk
memanfaatkan kayu sebagai bahan kayu bakar atau bahan pembuat arang. Kayu bakau
juga dapat dijadikan bahan pembuat kertas. Selain kayu, hutan mangrove juga dihuni
oleh beragam jenis fauna yang bernilai ekonomis, misalnya udang dan jenis ikan
lainnya yang berkembang biak dengan baik di wilayah ini.Di mana sajakah sebaran
hutan mangrove di Indonesia? Hutan mangrove tersebar di pesisir sebelah barat Pulau
Sumatra, beberapa bagian ada di pantai utara Pulau Jawa, sepanjang pesisir Pulau
Kalimantan, Pesisir Pulau Sulawesi, Pesisir sebelah Selatan Papua, dan beberapa
pulau kecil lainnya. Jumlah hutan mangrove di Indonesia mencapai angka 3.716.000
ha (data dari UNESCO).

Hutan mangrove Indonesia tidak tersebar secara merata. Luas terbesar hutan
mangrove berada di Pulau Papua yang mencapai 3,7 juta ha. Berikutnya adalah
Kalimantan (165 ribu ha), Sumatra (417 ribu ha), Sulawesi (53 ribu ha), Jawa (34,4
ribu ha), Bali dan Nusa Tenggara (3,7 ha).

3. Terumbu Karang
Terumbu karang adalah terumbu (batuan sedimen kapur di laut) yang terbentuk dari
kapur yang sebagian besar dihasilkan dari koral (binatang yang menghasilkan kapur
untuk kerangka tubuhnya). Jika ribuan koral membentuk koloni, koral-koral tersebut
akan membentuk karang. Sebagai negara kepulauan, Indonesia merupakan negara
yang memiliki terumbu karang terluas di dunia. Luas terumbu karang Indonesia
mencapai 284,3 ribu km2 atau setara dengan 18% dari terumbu karang yang ada di
seluruh dunia. Kekayaan terumbu karang Indonesia tidak hanya dari luasnya, akan
tetapi juga keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.Keanekaragaman hayati
terumbu karang sebagai potensi sumber daya laut di indonesia juga yang tertinggi di
dunia. Di dalamnya terdapat 2.500 jenis ikan, 2.500 jenis moluska, 1.500 jenis udang-
udangan, dan 590 jenis karang. Mengapa terumbu karang banyak ditemukan di
wilayah Indonesia? Terumbu karang akan dapat tumbuh dengan baik pada suhu
perairan laut antara 21O - 29O C. Pada suhu lebih besar atau lebih kecil dari itu,
pertumbuhan terumbu karang menjadi kurang baik.

Karena Indonesia berada di daerah tropis dan suhu perairannya hangat, pantaslah jika
terumbu karang banyak ditemukan di Indonesia. Pertumbuhan terumbu karang juga
akan baik pada kondisi air yang jernih dan dangkal. Kedalaman air yang baik untuk
tumbuhnya terumbu karang tidak lebih dari 18 meter. Jika lebih besar dari kedalaman
tersebut, pertumbuhan terumbu karang juga akan menjadi kurang baik. Selain
persyaratan tersebut, terumbu karang juga mensyaratkan salinitas (kandungan garam
air laut) yang tinggi. Oleh karena itu, terumbu karang sulit hidup di sekitar muara
sungai karena kadar garam air lautnya menurun akibat bercampurnya air sungai ke
laut. Mengapa terumbu karang wajib dilindungi dari kerusakan? Terumbu karang
memiliki banyak manfaat, baik manfaat yang bersifat ekonomis, ekologis, maupun
sosial ekonomi. Adapun gambaran dari manfaat terumbu karang tersebut adalah
sebagai berikut.

a. Manfaat ekonomi : sebagai sumber makanan, obat-obatan, dan objek wisata


bahari.
b. Manfaat ekologis : mengurangi hempasan gelombang pantai yang dapat
berakibat terjadinya abrasi.
c. Manfaat sosial ekonomi : sebagai sumber perikanan yang dapat meningkatkan
pendapatan para nelayan. Terumbu karang juga dapat menjadi daya tarik objek
wisata yang dapat meningkatkan pendapatan penduduk sekitar dari kegiatan
pariswisata. Terumbu karang banyak ditemukan di bagian tengah wilayah
Indonesia seperti di Sulawesi, Bali, Lombok, dan Papua. Konsentrasi terumbu
karang juga ditemukan di Kepulauan Riau, pantai barat dan ujung barat
Sumatra.

4. Pertambangan dan energi


Potensi sumberdaya mineral kelautan tersebar di seluruh perairan Indonesia.
Sumberdaya mineral tersebut diantaranya adalah minyak dan gas bumi, timah, emas
dan perak, pasir kuarsa, monazite dan zircon, pasir besi, agregat bahan konstruksi,
posporit, nodul dan kerak mangan, kromit, gas biogenic kelautan, dan mineral
hydrothermal.

5. Perhubungan Laut
Transportasi laut berperan penting dalam dunia perdagangan internasional maupun
domestik. Transportasi laut juga membuka akses dan menghubungkan wilayah pulau,
baik daerah sudah yang maju maupun yang masih terisolasi. Sebagai negara
kepulauan (archipelagic state), Indonesia memang amat membutuhkan transportasi
laut, namun, Indonesia
ternyata belum memiliki armada kapal yang memadai dari segi jumlah maupun
kapasitasnya.

Data tahun 2001 menunjukkan, kapasitas share armada nasional terhadap angkutan
luar negeri yang mencapai 345 juta ton hanya mencapai 5,6 persen. Adapun share
armada nasional terhadap angkutan dalam negeri yang mencapai 170 juta ton hanya
mencapai 56,4 persen. Kondisi semacam ini tentu sangat mengkhawatirkan terutama
dalam menghadapi era perdagangan bebas. Selain diperlukan suatu kebijakan yang
kondusif untuk industri pelayaran, maka Peningkatan kualitas SDM yang menangani
transportasi sangatlah diperlukan.

Karena negara Indonesia adalah negara kepulauan maka keperluan sarana transportasi
laut dan transportasi udara diperlukan. Mengingat jumlah pulau kita yang 17 ribu
buah lebih maka sangatlah diperlukan industri maritim dan dirgantara yang bisa
membantu memproduksi sarana yang membantu kelancaran transportassi antar pulau
tersebut. Potensi pengembangan industri maritim Indonesia sangat besar, mengingat
secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari ribuan
pulau. Untuk menjangkau dan meningkatkan assesbilitas pulau dapat dihubungkan
melalui peran dari sarana transportasi udara (pesawat kecil) dan sarana transportasi
laut (kapal, perahu, dan sebagainya).

6. Industri Dan Jasa Maritim


a. Galangan (pembuatan) kapal dan dock-yard.
b. Industri mesin dan peralatan kapal.
c. Industri alat penangkapan ikan (fishing gears) seperti jaring, pancing, fish
finders, tali tambang, dll.
d. Industri kincir air tambak (pedal wheel), pompa air, dll.
e. Offshore engineering and structures.
f. Coastal engineering and structures.g. Kabel bawah laut dan fiber optics.
g. Remote sensing, GPS, GIS, dan ICT lainnya.

7. Pariwisata Bahari
Indonesia memiliki potensi pariwisata bahari yang memiliki daya tarik bagi
wisatawan. Selain itu juga potensi tersebut didukung oleh kekayaan alam yang indah
dan keanekaragaman flora dan fauna. Misalnya, kawasan terumbu karang di seluruh
Indonesia yang luasnya mencapai 7.500 km2 dan umumnya terdapat di wilayah taman
laut. Selain itu juga didukung oleh 263 jenis ikan hias di sekitar terumbu karang, biota
langka dan dilindungi (ikan banggai cardinal fish, penyu, dugong, dll), serta migratory
species.Potensi kekayaan maritim yang dapat dikembangkan menjadi komoditi
pariwisata di laut Indonesia antara lain: wisata bisnis (business tourism), wisata pantai
(seaside tourism), wisata budaya (culture tourism), wisata pesiar (cruise tourism),
wisata alam (eco tourism) dan wisata olah raga (sport tourism).

G. Upaya Pengelolaan yang Optimal

1. Pembangunan berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu amanat dari pertemuan Bumi (Earth
Summit) yang diselenggarakan tahun 1992 di Rio de Janeiro, Brazil. Dalam forum global
tersebut, pemahaman tentang perlunya pembangunan berkelanjutan mulai disuarakan dengan
memberikan definisi sebagai pembangunan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
generasi sekarang dengan tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang untuk
memenuhi kebutuhannya.
Pengelolaan sumberdaya laut perlu diarahkan untuk mencapai tujuan pendayagunaan
potensi untuk meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional dan
kesejahteraan pelaku pembangunan kelautan khususnya, sertauntuk tetap menjaga kelestarian
sumberdaya kelautan khususnya sumberdaya pulih dan kelestarian lingkungan.Secara umum,
sasaran pembangunan yang ingin dicapai adalah mulai membaiknyasistem pengelolaan
sumber daya alam dan lingkungan hidup. Sasaran yang akan dicapai dalam pembangunan
kelautan adalah:

a. Menurunnya kegiatan ilegal dan merusak di wilayah laut dan pesisir;


b. Meningkatnya kualitas pengelolaan eksosistem pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil
secara terpadu, lestari, dan berbasis masyarakat;
c. Meningkat dan berkembangnya kawasan konservasi laut, antara lain melalui
pengembangan daerah perlindungan laut;
d. Terwujudnya ekosistem laut dan pesisir yang bersih, sehat, dan produktif;
e. Terintegrasinya pembangunan laut, pesisir, dan daratan dalam satu kesatuan
pengembangan wilayah;
f. Berkembangnya riset dan teknologi di bidang kelautan;
g. Percepatan penyelesaian batas laut dengan negara tetangga, terutama
Singapura, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea, dan Filipina; dan
h. Meningkatnya upaya mitigasi bencana alam laut dalam rangka melindungi
keselamatan masyarakat yang bekerja di laut dan penduduk yang tinggal di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil

Untuk mencapai sasaran sebagaimana disebutkan di atas, arah kebijakan


pembangunan diutamakan untuk mengarusutamakan prinsip- prinsip pembangunan
berkelanjutan ke seluruh bidang pembangunan. Pembangunan kelautan diarahkan
untuk:

a. Mengelola dan mendayagunakan potensi sumber daya laut, pesisir, dan pulau-
pulau kecil secara lestari berbasis masyarakat;
b. Memperkuat pengendalian dan pengawasan dalam pemanfaatan sumber daya
kelautan dan perikanan;
c. Meningkatkan upaya konservasi laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil serta
merehabilitasi ekosistem yang rusak, seperti terumbu karang, mangrove, padang
lamun, dan estuaria.
d. Mengendalikan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di wilayah
pesisir, laut,perairan tawar (danau, situ, perairan umum), dan pulau-pulau kecil;
e. Menjalin kerjasama regional dan internasional dalam rangka penyelesaian
batas laut dengan negara tetangga;
f. Mengembangkan upaya mitigasi lingkungan laut dan pesisir dalam rangka
peningkatkan perlindungan keselamatan bekerja dan meminimalkan resiko terhadap
bencana alam laut bagi masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau
kecil;
g. Mendorong kemitraan dalam rangka meningkatkan peran aktif masyarakat
dan swasta dalam pengelolaan sumber daya laut, pesisir, dan pulau-pulau kecil.

2. Keterpaduan

Sifat keterpaduan dalam pembangunan kelautan menghendaki koordinasi yang mantap,


mulai tahapan perencanaan sampai kepada pelaksanaan dan pemantauan serta
pengendaliannya. Untuk itu , dibutuhkan visi, misi, strategi, kebijakan dan perencanaan
program yang mantap dan dinamis. Melalui koordinasi dan sinkronisasi dengan berbagai
pihak baik lintas sektor maupun subsektor, tentu dengan memperhatikan sasaran, tahapan
dan keserasian antara rencanan pembangunan kelautan nasional dengan regional, diharapkan
diperolah keserasian dan keterpaduan perencanaan dari bawah (bottom up) yang bersifat
mendasar dengan perencanaan dari atas ( top down) yang bersifat policy, sebagai suatu
kombinasi dan sinkronisasi yang lebih mantap.

Keterpaduan dalam pengelolaan sumberdaya kelautan meliputi

a. Keterpaduan sektoral yang mensyaratkan adanya koordinasi antar sektor dalam


pemanfaatan sumberdaya kelautan.
b. Keterpaduan pemerintahan melalui integrasi antara penyelenggara pemerintahan
antarb level dalam sebuah konteks pengelolaan kelautan tertentu.
c. keterpaduanspasial yang memberikan arah pada integrasi ruang dalam sebuah
pengelolaan kawasan laut.
d. keterpaduan ilmu dan manajemen yang menitikberatkan pada integrasi antarilmu dan
pengetahuan yang terkait dengan pengelolaan kelautan.
e. keterpaduan internasional yang mensyaratkan adanya integrasi pengelolaan pesisir
dan laut yangmelibatkan dua atau lebih negara, seperti dalam konteks
Transboundary species, high migratory species maupun efek polusi antar ekosistem.

3. Desentralisasi Pengelolaan

Dari 400-an lebih kabupaten dan kota di Indonesia, maka 240-an lebih memiliki wilayah
laut. Memperhatikan hal ini maka dalam bagian kesungguhan mengelola kekayaan laut
Diharapkan stabilitas politik di negara kita dapat ditingkatkan, penegakan hukum dapat
segera dilaksanakan sehingga segala upaya dalam pembangunan SDM, pembangunan
ekonomi dapat memperoleh hasil yang optimal. Budaya negeri kita paternalistik, sehingga
perilaku pemimpin nasional dan daerah, perilaku pejabat pusat dan daerah akan menjadi
refleksi masyarakat luas.

Usaha pemberian otonomi yang nyata dan bertanggung jawab dalam urusan
pemerintahan dan pembangunan merupakan isu pemerintahan yang lebih santer di masa-
masa yang akan datang. Proses perencanaan dan penentuan kebijaksanaan pembangunan
yang sekarang masih nampak sentralistis di pemerintahan pusat kiranya perlu didorong untuk
mendesentralisasikan ke daerahdaerah.

Selain itu, peranan daerah juga sangat besar dalam proses pemberdayaan masyarakat
untuk ikut serta secara aktif dalam proses pembangunan, termasuk di dalamnya
pembangunan wilayah pesisir dan lautan. Namun peran tersebut masih perlu ditingkatkan di
masa mendatang mengingat peranan sumberdaya pesisir dan lautan dalam pembangunan di
masa mendatang makin penting. Peranan daerah juga makin penting, terutama apabila
dikaitkan dengan pembinaan kawasan, baik yang berkaitan dengan pemanfaatan dan
perlindungan sumberdaya alam maupun masyarakat di daerah, terutama yang berada di
kawasan pesisir, yang kehidupannya sangat tergantung pada lingkungan di sekitarnya
(lingkungan pesisir dan lautan).

Daerah juga harus dapat meningkatkan peranannya melalui pembinaan dunia usaha di
daerah untuk mengembangkan usahanya di bidang kelautan. Artinya proses pemberdayaan
bukan hanya diperuntukkan bagi masyarakat pesisir atau masyarakat yang menggantungkan
hidupnya pada sektor kelautan (nelayan), tetapi juga para usahawan (misalnya perikanan)
mengantisipasi potensi pasar dalam negeri maupun luar negeri yang cenderung meningkat.

Di sektor lain, misalnya budidaya laut juga merupakan potensi untuk mendorong
pembangunan baik secara nasional maupun untuk kepentingan masyarakat pesisir. Secara
empiris, trend menuju otonomisasi pengelolaan sumberdaya kelautan ini pun di beberapa
negara sudah teruji dengan baik. Contoh bagus dalam hal ini adalah Jepang. Dengan
panjang pantai kurang lebih 34.590 km dan 6.200 pulau besar kecil, Jepang menerapkan
pendekatan otonomi melalui mekanisme “coastal fishery right”-nya yang terkenal itu. Dalam
konteks ini, pemerintah pusat hanya memberikan “basic guidelines” dan kemudian kebijakan
lapangan diserahkan kepada provinsi atau kota melalui FCA (Fishebry Cooperative
Association). Dengan demikian, terdapat mozaik pengelolaan yang bersifat site-spesific
menurut kondisi lokasi di wilayah pengelolaan masing-masing.

4. Pengelolaan Berbasis Masyarakat

Pendekatan pembangunan termasuk dalam konteks sumberdaya kelautan, seringkali


meniadakan keberadaan organisasi lokal (local organization). Meningkatnya perhatian
terhadap berbagai variabel local menyebabkan pendekatan pembangunan dan pengelolaan
beralih dari sentralisasi ke desentralisasi yang salah satu turunannya adalah konsep otonomi
pengelolaan sumberdaya kelautan.
Dalam konteks ini pula, kemudian konsep CBM (community based management) dan
CM (Co-Management) muncul sebagai “policy badies” bagi semangat ”kebijakan dari
bawah” (bottom up policy) yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam. Hal ini
diarahkan sesuai dengan tujuan pengelolaan sumberdaya kelautan yang dilakukan untuk
mencapai kesejahteraan bersama sehingga orientasinya adalah pada kebutuhan dan
kepentingan masyarakat sehingga tidak hanya menjadi objek, melainkan subjek pengolahan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Indonesia merupakan negara maritime yang memiliki wilayah Zona Ekonomi


Eksklusif Indonesia seluas kurang lebih 2.692.762 km2. Dengan luasnya Zona Ekonomi
Eksklusif Indonesia tersebut, Indonesia sebagai negara pantai seharusnya mampu
mengelola dan memanfaatkannya sekaligus dapat mencegah berbagai persoalan yang
timbul di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia. Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
pemerintah Indonesia memiliki hak berdaulat (eksklusif) untuk memperoleh manfaat
ekonomi melalui kegiatankegiatan pengelolaan, pengawasan dan pelestarian seluruh
sumber daya baik hayati maupun non hayati, sedangkan negara-negara lain yang ingin
memanfaatkan sumber daya ekonomi di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia haruslah
mendapat ijin dari pemerintah Indonesia.

keanekaragaman hayati adalah variasi kehidupan yang ditemukan di suatu tempat di


bumi. Keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup.
Keanekaragaman dari makhluk hiudp dapat terjadi karena adanya perbedaan warna,
ukuran, bentuk, jumlah, tesktur, penampilan dan sifat.

Sumber daya alam non-hayati merupakan sumber daya alam yang ada diatas
permukaan bumi dan dibawah permukaan bumi tetapi tidak hidup, antara lain tanah, udara
dan air. Kali ini akan mengulas salah satu dari sumber daya alam non-hayati yakni air yang
dimana terdapat fungsi, cara pemakian dan cara menjaga supaya air ini tidak habis.

Selama ini pembangunan yang memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan tidak


dilakukan oleh satu koordinasi lembaga negara tetapi dilakukan secara parsial oleh
beberapa lembaga negara seperti departemen pertahanan, dalam negeri, luar negeri,
perhubungan, energi, pariwisata, industri dan perdagangan, lingkungan hidup, kelautan
dan Perikanan.

Departemen tersebut hanya bertanggungjawab pada masing-masing sektor tersebut,


dengan demikian menjadi agak rancu bila memahami tolok ukur pembangunan kelautan
hanya dilihat dan kinerja perdepartemen seperti dalam hal ini Departemen Kelautan dan
Perikanan

B. Saran

Masih banyak yang perlu dikaji dan dipelajari dalam bidang ini, Namun, ada satu
kesimpulan yang dapat kita ambil dari tulisan ini adalah perlunya berbagai pihak berperan
aktif dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya kelautan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.bphn.go.id/data/documents/aspek_hukum_pemanfaatan_zona_ekonomi_ekskl
usif_dalam_rangka_peningkatan_pendapatan_nelayan_indonesia
https://jurnalmaritim.com/zona-ekonomi-eksklusif-zee-dalam-unclos-1982/

https://www.academia.edu/36963679/ZONA_EKONOMI_EKSLUSIF_DI_INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai