Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KOMUNIKASI KESEHATAN

“ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN DAN PERAN TENAGA


KESEHATAN DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT”

DOSEN PEMBIMBING:

Agnes Mersatika Hartoyo, SKM.,M.Kes

DISUSUN OLEH: KELOMPOK 3

 Waan Nisa Sya’bah U. ( J1A120243 )


 Sella Febrina ( J1A120226 )
 Raihana Sari ( J1A120213 )
 Popy Pratiwi Kadadi ( J1A120206 )
 Safira Qathrunnada ( J1A120222 )
 Nur Delawina M ( J1A120199 )
 Adewiah Sari ( J1A120259 )
 Putri Nurmelati Imanshary ( J1A120209 )
 Sultan La Ode ( J1A120232 )
 Yaomil Magfira ( J1A120248 )

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HALUOLEO
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan yang telah memberikan Taufik dan Hidayah-Nya
untuk membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Makalah
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang“ ANALISIS PERSEPSI
MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN DAN PERAN TENAGA KESEHATAN DALAM

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT’’ yang kami sajikan berdasarkanpengamatan dari berbagai


sumber.

Kami selaku penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen pembimbing,
AGNES MERSATIKA HARTOYO.,SKM.,M.Kes yang telah memberikan tugas/membimbing
penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara kami menyusun makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya.
Terima kasih.

Kendari , 14 Desember 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...........................................................................................................i


KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii
DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................3
2.1. Persepsi Masyarakat.........................................................................................................3
2.2. Peran Tenaga Kesehatan..................................................................................................6
2.3. Pemberdayaan Masyarakat .............................................................................................9

BAB III KESIMPULAN ....................................................................................................13

A. Kesimpulan.......................................................................................................................13

B. Saran .................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu sasaran dalam perencanaan pembangunan nasional adalah


pembangunan alam bidang kesehatan. Karena Kesehatan merupakan hak asasi
manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan
cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tertulis di pembukaan Undang-Undang Dasar
1945. Untuk itu, upaya kesehatan harus selalu diusahakan peningkatannya secara
terus menerus agar masyarakat yang sehat sebagai investasi dalam pembangunan
dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Nurbeti, M.; 2009).
Perhatian terhadap permasalahan kesehatan terus dilakukan, terutama dalam
perubahan paradigma sakit yang dianut oleh masyarakat ke paradigma sehat guna
meningkatkan derajat kesehatan. Paradigma sakit yang dimaksud adalah upaya untuk
membuat orang sakit menjadi sehat, sedangkan paradigma sehat adalah upaya
membuat orang sehat tetap sehat. Dengan kata lain, paradigma sakit menekankan pada
pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan), sedangkan paradigma
sehat menekankan pada pelayanan promotif dan preventif (pencegahan), dengan tidak
mengesampingkan pelayanan kuratif (pengobatan) dan rehabilitatif (pemulihan).
Perubahan paradigma ini juga merubah pemeran dalam pencapaian kesehatan
masyarakat, dari pemerintah menjadi masyarakat itu sendiri dengan tidak
mengesampingkan peran pemerintah dan petugas kesehatan. Perubahan paradigma
tersebut menjadikan masyarakat sebagai pemeran utama dalam pencapaian kesehatan
masyarakat. Dengan kata lain, perubahan paradigma tersebut bertujuan untuk
membuat masyarakat menjadi mandiri dalam menjaga kesehatannya, sesuai dengan
visi Indonesia sehat, yaitu “Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan”,
(Supardan, 2013).
Hal ini sesuai juga dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, bahwa pembangunan kesehatan harus
ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber
daya masyarakat. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan dan

1
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya. Pemerintah
bertanggungjawab memberdayakan dan mendorong peran serta aktif masyarakat
dalam segala bentuk upaya kesehatan (Nurbeti, M. 2009).

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini yaitu, sebagai


berikut.
1. Persepsi Msyarakat
2. Peran tenaga Kesehatan
3. Pemberdayaan Kesehatan

1.3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dalam penyusunan makalah ini yaitu, sebagai berikut.
1. Menetahui Pengertian Persepsi Msyarakat
2. Mengetahui Peran tenaga Kesehatan
3. Menetahui Pengertian Pemberdayaan Kesehatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1. Persepsi Masyarakat

Pengertian persepsi dari kamus psikologi adalah berasal dari bahasa Inggris,
perception yang artinya: persepsi, penglihatan, tanggapan; adalah proses seseorang
menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang
dimilikinya; atau pengetahuan lingkungan yang diperoleh melalui interpretasi data
indera (Kartono dan Gulo, 1987) Persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh penginderaan. Penginderaan adalah merupakan suatu proses di
terimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indera. Pada
umumnya stimulus tersebut diteruskan oleh saraf ke otak melalui pusat susunan saraf
dan proses selanjutnya merupak proses persepsi. Stimulus diterima oleh alat indera,
kemudian melalui proses persepsi sesuatu yang di indera tersebut menjadi sesuatu
yang berarti setelah diorganisasaikan dan diinterpretasikan (Walgito, 2000).

Melalui persepsi individu dapat menyadari, dapat mengerti tentang keadaan


diri individu yang bersangkutan. Persepsi itu merupakan aktivitas yang ada dalam diri
individu seperti perasaan, pengalaman, kemampuan berpikir, kerangka acauan dan
aspek-aspek lain yang ada dalam diri individu masyarakat akan ikut berperan dalam
persepsi tersebut, faktor- faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi
menjadi 2 yaitu
faktor internal dan faktor eksternal (Walgito, 2000). Berdasarkan atas hal tersebut,
dapat dikemukakan bahwa dalam persepsi itu sekalipun stimulusnya sama tetapi
karena pengalaman tidak sama, kemampuan berpikir tidak sama, kerangka acuan
tidak sama, adanya kemungkinan hasil persepsi antara individu dengan individu yang
lain tidak sama.

2. 1. 1. Teori-Teori Mengenai Persepsi

Terdapat beberapa teori yang membahas mengenai persepsi


manusia terhadap lingkungannya dalam hal ini termasuk tanda, simbol dan
spasial yang terdapat pada lingkungan tersebut, diantaranya adalah : teori

3
Gestalt, Ecological perception of the environment , teori Brentano ,
Brunswik’s model, dan Transactional theory of perception .

a. Teori Gestalt

Teori Gestalt (Bell, 2001) dipengaruhi oleh pemikiran yang


bersifat arsitektural dan didasarkan pada asumsi secara menyeluruh
bahwa manusia membaca makna bentuk atau melodi masuk ke dalam
persepsi melebihi jumlah sensasi-sensasi individual sehingga manusia
melihat obyek (tanda, simbol dan lain-lain) sebagai suatu kesatuan
dan tidak mampu membedakannya bagian per bagian. Kelemahan
teori ini adalah dalam hal waktu dan pengamatan yang berulang,
bila seseorang mempergunakan waktu yang agak lama dalam
merekam obyek, maka
semakin lama mengamati semakin mungkin seseorang melihat bagian
per bagiannya dan semakin dapat membedakannya, apalagi bila
pengamatan tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Selanjutnya
teori Gestalt

dapat dipahami seperti pada gambar 2.1.

Objek Persepsi

Gambar 2.1 : Proses Terjadinya Persepsi Menurut Teori Gestalt

Sumber : Bell, 2001

b. Ecological perception of the environment

Teori ecological perception yang dikemukakan oleh Gibson


(Bell, 2001) menekankan perlunya pendekatan persepsi secara
menyeluruh dan terarah sehingga pola-pola stimulasi (dalam hal ini
bisa berupa tanda, simbol atau lainnya) memberikan the perceiver
(orang yang merasakannya, melihatnya) informasi sesegera mungkin
mengenai suatu lingkungan termasuk karakter dari obyek atau
tempat melalui sedikit usaha atau aktifitas yang kognitif. Selanjutnya
bila diurutkan dapat digambarkan pada gambar

4
2.2 berikut

Pola-Pola Stimulasi Kognitif Persepsi

Gambar 2.2 : Proses Terjadinya Persepsi Menurut Teori Ecological Perception

Sumber : Bell, 2001

c. Teori Brentano

Brentano (Holl, 1991) membagi persepsi manusia menjadi dua


yaitu: outer perception dan inner perception, fenomena fisik
menggunakan outer perception manusia pada saat fenomena mental
melibatkan inner perception manusia. Fenomena mental ini bersifat
nyata dan juga disengaja. Secara empiris mungkin manusia dipuaskan
oleh sebuah struktur seperti entitas spasial fisik yang asli tetapi secara
intelektual dan spritual manusia membutuhkan pemahaman motivasi
yang berada dibelakangnya. Dualitas intensi dan fenomena ini
seperti saling mempengaruhi antara obyektifitas dan subyektifitas
atau secara sederhana antara pikiran dan perasaan. Tantangan
arsitektur adalah menstimulasi kedua inner dan outer perception-
nya untuk mempertinggi pengalaman fenomenal pada saat
pengekspresian pemaknaan secara serempak dan membangun dualitas
ini dalam tanggapan terhadap ciri-ciri site dan lingkungan. Secara
hirarkis proses terjadinya persepsi menurut Brentano ini dapat
diurut seperti pada

gambar 2.3.

Outer Perception
Fenomena Fisik

Fenomena Fisik Outer Perception

5
Gambar 2.3 : Proses Terjadinya Persepsi Menurut Brentano

Sumber : Holl.1991

d. Brunswik’s model,

Brunswik’s lens model oleh Egon Brunswik (Bell,

2001) berpendapat bahwa rangsangan lingkungan menjadi terfokus


lewat usaha perseptual kita. Usaha ini dipengaruhi oleh atribut-atribut
latar yang dimiliki pengamat kemudian merekam isyarat-isyarat yang
bisa ditangkap dari jauh kemudian memilah ciri-ciri obyektif
lingkungan dan perbedaan yang ada yang disebut isyarat-isyarat yang
bisa ditangkap dari dekat dalam mengakurasikan persepsi (validitas
ekologis), isyarat-isyarat ini kemudian berturut-turut digabungkan dan
diproses secara berbeda sehingga terjadi pemanfaatan isyarat oleh
individu dalam membuat keputusan perseptual terhadap pilihan yang
ada, proses tersebut berlangsung dan kembali ke awal, jadi setelah ada
penerimaan, informasi tersebut akan menjadi atribut-atribut latar dari
benda yang dilihatnya di masa yang akan datang dan seterusnya. Ini di
analogikan seperti cara kerja sebuah lensa kamera yang merekam
semua elemen-elemen visual yang berada dalam jangkauannya.
Rekaman itu sangat bergantung pada jarak elemen-elemen yang
dilihat, jadi detail sebuah benda tergantung pada jaraknya.

2. 2. Peran Tenaga Kesehatan

Peran petugas kesehatan dalam pemberdayaan masyarakat yaitu:


1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-
program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian
masyarakat.
2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam
melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi
terhadap program tersebut.

6
3. Mengalihkan pengetahuan, keterampilan, dan teknologi kepada masyarakat
dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional.
Contoh peran tenaga kesehatan dalam berbagai program pemberdayaan
masyarakat:
a. Peran tugas kesehatan pada posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya


masyarakat yang menjadi milik masyarakat dan menyatu dalam kehidupan dan
budaya masyarakat. Posyandu berfungsi sebagai wadah pemberdayaan
masyarakat dalam pemberian informasi dan keterampilan dari petugas kepada
masyarakat dan antar masyarakat mendekatkan pelayanan kesehatan dasar
terutama berkaitan dengan peningkatan kesehatan ibu, dan penurunan angka
kematian bayi.
Tenaga kesehatan perlu memberikan advokasi dalam meningkatkan
pemberdayaan masyarakat untuk melakukan pemasaran sosial tentang
bagaimana menjaga kesehatan selama masa kehamilan, secara periodik
sehingga kader lebih percaya diri dalam pemberdayaan masyarakat.Pendekatan
secara kuratif dan rehabilitatif oleh petugas kesehatan tidak mungkin dapat
menuntaskan masalah penurunan angka kematian ibu, bayi dan anak di
Indonesia, akan tetapi peran petugas kesehatan masyarakat yang bermitra
dengan kader dan masyarakat secara aktif dan berkesinambungan yang
berperan secara promotif dan preventif, mungkin dapat meningkatkan
kesehatan ibu dan menekan angka kematian bayi dan anak di suatu masyarakat
tanpa mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.Peran petugas kesehatan
masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan bersama kader
dan masyarakat diharapkan dapat menanggulangi empat terlalu dan tiga
terlambat melalui usaha promotif dan preventif. Selain itu tugas kader selain
diposyandu adalah melakukan kunjungan rumah didampingi oleh tenaga
kesehatan atau tokoh masyarakat untuk mendata dan mencari tahu tentang
sebab ketidakhadiran pengguna posyandu. Pendataan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu menyusui dan keluarga miskin.

b. Peran tugas kesehatan pada puskesmas

7
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) di Indonesia mulai
dikembangkan sejak diracangkannya Pembangunan Jangka Panjang (PJP) yang
pertama tahun 1971 yang didahului dengan beberapa proyek rintisan
Puskesmas dibeberapa Provinsi. Pemerintah mengembangkan Puskesmas
dengan tujuan untuk mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
yang sebagian terbesar masih tinggal di pedesaan. Sebelum era tahun 70-an,
kebijakan pembangunan sarana pelayanan kesehatan lebih banyak diarahkan
untuk membangun Rumah Sakit (RS) yang umumnya terletak di perkotaan
sehingga tidak mudah diakses oleh masyarakat yang tinggal di pedesaan.
Puskesmas dibangun untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar,
menyeluruh dan terpadu bagi seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah
kerjanya. Program kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas merupakan
program pokok yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah untuk melindungi
penduduknya, termasuk pengembangan program khusus untuk penduduk
miskin.
Peran tenaga kesehatan pada puskesmas meliputi penataan administrasi
puskesmas pembantu,serta melakukan pemerikasaan dan pengobatan pasien,
pembinaan kesehatan di lingkungan sekolah, dan peningkatan kesehatan
melalui penyuluhan.
c. Peran tugas kesehatan pada poskesdes

Pos Kesehatan Desa, selanjutnya disingkat dengan Poskesdes, adalah


Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa
dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat desa. Poskesdes dibentuk sebagai upaya untuk mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar setiap hari bagi masyarakat di desa serta sebagai
sarana untuk mempertemukan upaya masyarakat dan dukungan Pemerintah.
Pelayanan Poskesdes meliputi upaya promotif, preventif, dan kuratif sesuai
dengan kewenangannya yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama
bidan) dengan melibatkan kader kesehatan.
Terselenggaranya pelayanan Poskesdes melibatkan banyak pihak. Adapun
tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak dalam menyelenggarakan
Poskesdes sebagai berikut.
1. Tenaga Poskesdes

8
a. Tugas masing-masing pelaksana sesuai dengan kompetensi,
kemampuan dan kewenangannya.
1) Bidan:
 Memberikan pelayanan kesehatan dasar kepada
masyarakat
 Melakukan pengamatan epidemiologis sederhana terhadap
penyakit , terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), penyakit tidak menular
dan factor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu
hamil yang berisiko.
2) Kader Kesehatan:
 Membantu Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan
dasar kepada masyarakat.
 Melakukan pengamatan epidemiologis sederhana terhadap
penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit yang berpotensi
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB), penyakit tidak menular
dan faktor risikonya (termasuk status gizi) serta kesehatan ibu hamil
yang berisiko.
 Menggerakkan partisipasi masyarakat dalam
mengembangkan Poskesdes.
 Melaksanakan pencatatan dan pelaporan kegiatan.

2.3. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan


kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan adalah upayaatau proses untuk
menumbuhkan kesadaran kemauan dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan (Supardan, 2013). Dalam rangka pencapaian kemandirian
kesehatan, salah satu unsur pentingnya adalah pemberdayaan
masyarakat.Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran
utama dari promosi kesehatan. Masyarakat atau komunitas merupakan salah satu

9
dari strategi global promosi kesehatan pemberdayaan (empowerment) sehingga
pemberdayaan masyarakat sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat sebagai
primary target memiliki kemauan dan kemampuan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan mereka.

Pemberdayaan masyarakat ialah upaya atau proses untuk menumbuhkan


kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
(Notoatmodjo, 2007). Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi
upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan
pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran, pengetahuan,
dan pemahaman akan kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat,
menimbulkan kemauan yang merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu
tindakan atau sikap untuk meningkatkan kesehatan mereka, dan menimbulkan
kemampuan masyarakat untuk mendukung terwujudnya tindakan atau perilaku
sehat.

Dengan kata lain, Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk membuat


masyarakat menjadi mandiri, dalam arti memiliki potensi untuk mampu
memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, dan sanggup memenuhi
kebutuhannya dengan tidak menggantungkan hidup mereka pada bantuan pihak
luar, baik pemerintah maupun organisasi-organisasi non-pemerintah.

Walaupun demikian bantuan technical assistance (Technical Assistance adalah


program pelatihan dengan materi yang merupakan perpaduan teori dan praktek
yang diberikan secara khusus melalui pendampingan dari para pakar dalam
bidangnya) tetap diberikan, namun bantuan tersebut harus mampu membangkitkan
prakarsa masyarakat untuk membangun bukan sebaliknya justru mematikan
prakarsa. Dalam hubungan ini, kita dituntut menghargai hak-hak masyarakat, yaitu
Right of Self - Determination dan Right for Equal Opportunity. Hak untuk
menentukan sendiri untuk memilih apa yang terbaik bagi masyarakat, serta hak
untuk memperoleh kesempatan yang sama untuk berkembang sesuai dengan
potensi-potensi yang mereka miliki. Dengan kata lain, melalui pemberdayaan

10
masyarakat ini masyarakat diharapkan tahu, mau, dan mampu hidup sehat secara
mandiri.

Suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila mereka


mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi
masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri.
Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan,
perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan
gangguan kesehatan, mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri
dengan menggali potensi-potensi masyarakat setempat, mampu memelihara dan
melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan
tindakan pencegahan, dan mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan
terus-menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran,
olahraga, konsultasi dan sebagainya.

Adapun prinsip pemberdayaan masyarakat adalah menumbuhkembangkan


potensi masyarakat. mengembangkan gotong-royong masyarakat, menggali
kontribusi masyarakat, menjalin kemitraan, dan desentralisasi.

Dalam pemberdayaan masyarakat peran masyarakat sangat vital, karena


masyarakat yang menjadi pemeran utamanya, namun peran petugas kesehatan juga
tidak bisa dihilangkan. Dalam pemberdayaan masyarakat, petugas kesehatan
memiliki peran penting juga, yaitu memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-
kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan
dan pengorganisasian masyarakat, memberikan motivasi kepada masyarakat untuk
bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau
berkontribusi terhadap program tersebut, mengalihkan pengetahuan, keterampilan,
dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang
bersifat vokasional.

Adapun beberapa ciri-ciri pemberdayaan masyarakat, diantaranya adalah yang


pertama, Community leader, yaitu petugas kesehatan melakukan pendekatan
kepada tokoh masyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah,
kepala adat, ustad, dan sebagainya. Yang kedua, Community organization,
yaituorganisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim, dan lainnnya merupakan
potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

11
Yang ketiga, Community Fund, yaitu Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan
Kesehatan Masyarakat (JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong
sebagai salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat.Yang keempat, Community
material, yaitu setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan
untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahasil
pasir memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan
akses ke puskesmas.

Yang kelima,Community knowledge, yaitu pemberdayaan bertujuan


meningkatkan pengetahuan masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan
yang menggunakan pendekatancommunity based health education. Dan yang
keenam, Community technology, yaituteknologi sederhana di komunitas dapat
digunakan untuk pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air
dengan pasir atau arang.

Dalam pelaksanaannya, pemberdayaan masyarakat masih merupakan


permasalahan yang rumit dan kompleks, karena berhubungan dengan perubahan
perilaku masyarakat, di mana dalam perubahan perilaku tersebut berhubungan
dengan adat istiadat, sosial, ekonomi, dan faktor lainnya yang ada di masyarakat.
Faktor adat istiadat merupakan tantangan terberat dalam pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat, karena mempengaruhi kepercayaan dan kebiasaan
sehari-hari masyarakat

12
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

-Perrsepsi masyarakat dapat disimpulkan adalah tanggapan ataupengetahuan lingkungan dari


kumpulan individu-individu yang saling bergaulberinteraksi karena mempunyai nilai-nilai,
norma-norma, cara-cara.

-Tenaga kesehatan masyarakat merupakan bagian dari sumber daya manusia yang sangat
penting perannya dalam pembangunan kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN).
pembangunan kesehatan dengan paradigma sehat merupakan upaya meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam menjaga kesehatan melalui kesadaran yang lebih tinggi dan
pentingnya pelayanan kesehatan.

-Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif


untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut pula
berpartisipasi.

B. Saran

Semoga makalah yang kami susun ini dapat sangat bermanfaat bagi para pembaca, dan dapat
memberikan pengetahuan sedikit tentang persepsi masyarakat, peran tenaga kesehatan dan
pemberdayaan kesehatan . Kami mengetahui bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
sangat banyak terdapat kekurangan baik dari segi penulisannya, bahasa dan lain sebagainnya.
Untuk itu saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat saya harapkan agar dapat
terciptannya makalah yang baik yang dapat memberi pengetahuan yang benar kepada
pembaca. Pesan dari kami mulailah membaca dari hal yang kecil untuk dapat mengetahui
lebih banyak hal yang belum anda ketahui.

13
Daftar pustaka

Bimo Walgito, ”Pengantar Psikologi Umum”, (Yogyakarta: Andi Offset), h.88.

Hendra Dermawan Sitanggang, 2015, Pentingnya Pemberdayaan Masyarakat di Bidang


Kesehatan. https://www.kompasiana.com/hendhers/pentinganya-pemberdayaan-
masyarakat-di-bidang-kesehatan. Diakses tanggal 12 Desember 2020

Supardan,I., 2013 Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan. http://doktergigi-


semarang.blogspot.com/2013/06/pemberdayaan-masyarakat-bidang-kesehatan.html.
Diakses tanggal 13 Desember 2020

Megawati, “persepsi masyarakat tentangpelayanan kesehatan puskesmas pembantu di desa


taras kecamatan malinau barat kabupaten malinau.”Ejournalpemerintah integrative,vol.4,
(2016):336 . https://ejournal.pin.or.id/site/wp-content/uploads/2017/01/04%20Megawati
%20(01-23-17-02-03-50).pdf. Diakses tanggal 14 Desember 2020

Nurhayati, Martina.”peran tenaga medis dalam pelayanan masyarakat di puskesmas


pembantu linggang amer kecamatan linggang bigung kabupaten kutai barat.”ejournal ilmu
administrasi Negara,vol.4,no.1,2016, https://studylibid.com/doc/101859/peran-tenaga-
medis-dalam-pelayanan-kesehatan-masyarakat-di,. Diakses tanggal 14 Desember 2020.

Syahrullegiarto, 2016 pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan.


https://syahrullegiarto.wordpress.com/2016/03/03/pemberdayaan-masyarakat-di-bidang-
kesehatan/. Diakses pada tanggal 14 Desember 2020.

Andy Dikson P. Tse, Agung Suprojo, Ignatius Adiwidjaja.” PERAN KADER POSYANDU
TERHADAP PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT .” Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik,vol. 6,no. 1, 2017, https://media.neliti.com/media/publications/102630-ID-peran-
kader-posyandu-terhadap-pembanguna.pdf. Diakses tanggal 14 Desember 2020

Kementrian kesehatan RI. 2012.Petunjuk Teknis Pengembangan dan Penyelenggaraan Pos


Kesehatan Desa. Jakarta:kementrian kesehatan RI

14
15

Anda mungkin juga menyukai