Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

HUBUNGAN ILMU SOSIAL DAN PERILAKU TERHADAP


KESEHATAN MASYARAKAT

OLEH:

DEWI SARTIKA

NIM P2MK220104083

PROGRAM STUDY S-2 MAGISTER KESEHATAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan Kesehatan, dan kemampuan sehingga penulis mampu menyelesaikan
makalah yang berjudul “Hubungan Ilmu Sosial dan Perilaku Terhadap Kesehatan
Masyarakat” ini dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk
memudahkan para pembaca dalam memahami pengaruh ilmu sosial dan perilaku
terhadap Kesehatan masyarakat.

Keseberhasilan penulisan makalah ini tentunya bukan atas usaha penulis


saja namun ada banyak pihak yang turut membantu. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih atas dukungan yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan.


Sehingga, kritik, saran, dan masukan dari pembaca sangat kami harapkan dalam
penyempurnaan makalah ini.

Makassar, 10 Maret 2023

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………… ii
Daftar Isi………………………………………………………………. iii
BAB I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang……………………………………………. 1
1.2. Identifikasi Masalah………………………………………. 2
1.3. Tujuan…………………………………………………….. 2
BAB II Pembahasan
2.1. Ilmu Sosial………………………………………………… 3
2.2. Ilmu Perilaku……………………………………………… 3
2.3. Ilmu Kesehatan Masyarakat………………………………. 4
2.4. Hubungan Ilmu Sosial dan Perilaku terhadap Kesehatan…. 6
2.5. Status Sosial Ekonomi mempengaruhi status Kesehatan…. 8
2.6. Perilaku Hidup Sehat……………………………………… 9
BAB III Penutup
3.1. Kesimpulan………………………………………………... 14
Daftar Pustaka…………………………………………………………. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah kebutuhan dasar manusia seperti dijelaskan pada UU


No.36 tahun 2009, kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental,
spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomi. Menurut pengertian ini, kesehatan harus dilihat
sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental dan sosial,
yang merupakan suatu keadaan yang dinamis, dimana individu menyesuaikan diri
dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual
dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam
mempertahankan kesehatannya dan salah satu indikator yang mencerminkan
kesehatan pada masyarakat adalah perilaku kesehatan yang dilakukan oleh
masyarakat itu sendiri (Purwoastuti & Walyani, 2015).
Perilaku kesehatan merupakan faktor terbesar kedua setelah lingkungan
yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, dan masyarakat, oleh karena
itu pentingnya mengetahui perilaku kesehatan yang ada pada masyarakat. Perilaku
kesehatan dikelompokkan menjadi dua, yaitu perilaku orang yang sehat
melakukan tindakan untuk terus mempertahankan kesehatannya (healthy
behavior) dan perilaku orang yang sakit melakukan tindakan untuk memperoleh
penyembuhan (health seeking behavior) (Notoatmodjo, 2012).

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang


banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik dalam hal
perubahan pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan
yang sering dihadapkan dalam suatu hal yang berhubungan langsung dengan
norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang bermukim dalam suatu
tempat tertentu. Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan
penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa
masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu perubahan dalam

1
proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif
maupun negatif.

1.2. Identifikasi Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Sosial?
2. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Perilaku?
3. Apa hubungan ilmu sosial dan perilaku terhadap Kesehatan masyarakat?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan ilmu sosial dan perilaku terhadap Kesehatan
masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Ilmu Sosial

Ilmu sosial adalah ilmu yang mencakup semua aspek didalam kehidupan
mulai dari sifat seseorang atau individu, interaksi antar individu, antara individu
dan kelompok, dan interaksi antara kelompok dan kelompok.
Pengertian ilmu sosial menurut para ahli, diantaranya sebagai berikut ini:

 Menurut, Achmad Sanusi ~ Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu


pengetahuan sosial yang bertaraf akademis & biasanya dipelajari pada tingkat
perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah.

 Lalu menurut, Peter Herman ~ Ilmu Sosial adalah sesuatu yang dipahami
sebagai suatu perbedaan namun tetap merupakan sebagai satu kesatuan.

 Dan menurut, Gross ~ Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang


mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada
manusia sebagai anggota masyarakat & pada kelompok atau masyarakat yang
ia bentuk.

2.2. Ilmu Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, marah,
tertawa, menulis, tidur, ke sekolah, kuliah, membaca, dan sebagainya. Perilaku
manusia adalah semua kegiatan dan aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).
Beberapa ringkasan teori perilaku dapat dikemukakan misalnya teori:
Burrhus Frederic (B. F.) Skinner (Maret 20, 1904 – Agustus 18, 1990) seorang
Amerika dan lebih merupakan teroretisi induksi ketimbang deduksi, seorang ahli
psikologi, ahli ilmu perilaku, filsuf Profesor Psikologi pada Harvard University
dari 1958 dan pensiun hingga 1974. Teori yang dikemukakan antara lain bahwa
perilaku dapat diprediksi dan dikontrol. Salah satu teorinya, perilaku

3
merupakan Respons (R) seseorang terhadap rangsangan atau stimulus (S) pada
lingkungan tertentu.
Dari sudut biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang
bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung
(Sunaryo, 2004).
Ilmu perilaku adalah cabang dari ilmu-ilmu sosial yang sasaran/objeknya
adalah perilaku manusia. Jika ilmu sosial mencakup bidang-bidang dari ilmu
politik, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi dan psikologi, maka ilmu
perilaku hanyalah terdiri dari 3 cabang ilmu, yaitu psikologi, antropologi dan
sosiologi, mengingat bahwa perilaku manusia sangatlah dipengaruhi oleh aspek-
aspek kejiwaan, kemasyarakatan dan kebudayaan.
Psikologi ialah suatu ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek kejiwaan
dan kepribadian individu dan kelompok.Bidang cakupannya ialah proses mental /
emosional dan karateristik perilaku individu maupun kelompok.Antropologi
mempelajari perkembangan evolusi manusia yang mencakup unsur fisik, sosial
dan budayanya.Sesuai dengan bidang orientasinya, antropologi dapat dibedakan
dalam antropologi fisik, antropologi sosial dan antropologi budaya. Sedangkan
antropologi medis mengkhususkan diri pada studi tentang pengaruh unsur budaya
tentang penghayatan masyarakat tentang penyakit atau kesehatan. Sosiologi
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara individu dengan
kelompok (mulai dari keluarga sampai dengan kelompok masyarakat yang
kompleks), struktur sosial, serta meneropong proses-proses sosial, termasuk
perubahan sosial.

2.3. Ilmu Kesehatan Masyarakat


Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,
memperpanjang masa hidup, dan meningkatkan derajat kesehatan melalui usaha-
usaha pengorganisasian masyarakat untuk: 

1. perbaikan sanitasi lingkungan, 

2. pemberantasan penyakit menular, 

3. pendidikan untuk kebersihan perorangan, 

4
4. pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk
diagnosis dini dan pengobatan,

5. pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi


kehidupan yang layak dalam memelihara kesehatannya.

Definisi kesehatan masyarakat menurut U. F Achmadi (2005, 2012) yaitu


Kesehatan masyarakat adalah semua upaya yang bertujuan untuk meningkatkan
derajat kesehatan dengan menggunakan serangkaian upaya yang sekurang-
kuranganya terdiri dari unsur-unsur atau ciri-ciri :

1. Berbasis masyarakat

2. Berorientasi pencegahan dan/atau peningkatan derajat kesehatan

3. Dilaksanakan secara lintas disiplin atau bekerja sama dengan sektor non-
kesehatan

4. Adanya keterlibatan masyarakat atau partisipasi masyarakat

5. Terorganisir dengan baik.

Dapat pula dirumuskan bahwa kesehatan masyarakat adalah, serangkaian


upaya untuk menyehatkan sekelompok atau keseluruhan penduduk, berorientasi
pencegahan dan/atau peningkatan, dilakukan secara lintas sektor atau lintas
disiplin, dan melibatkan masyarakat serta terorganisir dengan baik.
Menurut Ikatan Dokter Amerika (1948) Kesehatan Masyarakat adalah
ilmu dan seni memelihara, melindungi dan meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui usaha-usaha pengorganisasian masyarakat.Dari batasan ini dapat
disimpulkan bahwa kesehatan masyarakat itu meluas dari hanya berurusan
sanitasi, teknik sanitasi, ilmu kedokteran kuratif, ilmu kedokteran pencegahan
sampai dengan ilmu sosial, dan itulah cakupan ilmu kesehatan masyarakat.
Banyak disiplin ilmu yang dijadikan sebagai dasar ilmu kesehatan
masyarakat antara lain, Biologi, Kimia, Fisika, Kedokteran, Kesehatan
Lingkungan, Sosiologi, Pendidikan, Psikologi, Antropologi, dan lain-lain.
Berdasarkan kenyataan ini maka ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang
multidisiplin. Namun secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu
kesehatan masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu
Kesehatan Masyarakat ini antara lain:

5
1. Administrasi Kesehatan Masyarakat.

2. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

3. Biostatistik/Statistik Kesehatan.

4. Kesehatan Lingkungan.

5. Gizi Masyarakat.

6. Kesehatan Kerja.

7. Epidemiologi.

Mengapa ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang multi


disipliner, karena memang pada dasarnya Masalah Kesehatan Masyarakat bersifat
multikausal, maka pemecahanya harus secara multidisiplin.Oleh karena itu,
kesehatan masyarakat sebagai seni atau prakteknya mempunyai bentangan yang
luas. Semua kegiatan baik langsung maupun tidak untuk mencegah penyakit
(preventif), meningkatkan kesehatan (promotif), terapi (terapi fisik, mental, dan
sosial) atau kuratif, maupun pemulihan (rehabilitatif) kesehatan (fisik, mental,
sosial) adalah upaya kesehatan masyarakat. (Notoatmodjo, 2003).

2.4. Hubungan Ilmu Sosial dan Perilaku terhadap Kesehatan Masyarakat


Pengembangan ilmu sosial dan perilaku pada abad ke-19 dan ke-20 sangat
berhubungan dengan perkembangan kesehatan masyarakat.Bidang studi ini
berbagi kepercayaan mendasar yang memahami organisasi dan motivasi di balik
kekuatan sosial, bersama dengan pemahaman yang lebih baik dari perilaku
individu, dapat digunakan untuk meningkatkan kehidupan individu, serta orang-
orang dari masyarakat secara keseluruhan.
Perkembangan abad ke-19 ilmu sosial dan perilaku, serta kesehatan
masyarakat, tumbuh dari Revolusi industri di Eropa, dan kemudian di Amerika.
Itu didasarkan pada upaya untuk mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi yang
dikembangkan selama periode ini dan memberikan struktur intelektual dan
institusional untuk apa itu dan sekarang disebut keadilan sosial. Keadilan sosial
berarti masyarakat yang memberikan perlakuan yang adil dan bagian yang adil
dari manfaat masyarakat untuk individu dan kelompok individu.Awal reformis

6
kesehatan masyarakat menganjurkan untuk keadilan sosial dan melihat kesehatan
masyarakat sebagai aspek integral dari itu.
Link intelektual antara ilmu-ilmu sosial dan perilaku dan kesehatan
masyarakat begitu mendasar dan begitu dalam sehingga sering diambil untuk
diberikan. Sebagai mahasiswa dengan kesempatan untuk belajar tentang kedua
ilmu sosial dan kesehatan masyarakat, penting untuk memahami kontribusi kunci
bahwa ilmu-ilmu sosial dapat membuat kesehatan masyarakat.Hal ini tidak
berlebihan untuk melihat kesehatan masyarakat sebagai aplikasi dari ilmu-ilmu
sosial, yaitu, sebagai ilmu sosial terapan.

Contoh kontribusi dari ilmu-ilmu sosial dan perilaku Kesehatan masyarakat


Disiplin Ilmu Contoh Kontribusi untuk Kesehatan Masyarakat
Sosial
Psikologi Teori perilaku asal mula dan pengambilan resiko
kecenderungan dan metode untuk mengingatkan perilaku
individu dan sosial
Sosiologi Teori perkembangan sosial, perilaku organisasi, dan
sistem pemikiran. Dampak sosial pada perilaku individu
dan kelompok.
Antropologi Pengaruh sosial dan budaya pada individu dan populasi
pengambilan keputusan bagi Kesehatan dengan perspektif
global.
Ilmu Pendekatan untuk pemerintah dan kebijakan keputusan
Politik/Kebijakan terkait Kesehatan masyarakat. Struktur untuk analisis
Politik kebijakan dan dampak dari pemerintah pada pengambilan
keputusan Kesehatan masyarakat.
Ekonomi Memahami dampak ekonomi mikro dan makro terhadap
Kesehatan masyarakat dan sistem pelayanan Kesehatan.
Komunikasi Teori dan praktek komunikasi massa dan pribadi serta
peran media dalam mengkomunikasikan informasi
Kesehatan dan resiko Kesehatan.
Demografi Memahami perubahan demografis populasi global akibat

7
penuaan, migrasi, dan perbedaan dalam tingkat kelahiran,
ditambah dampaknya terhadap Kesehatan dan
masyarakat.
Geografi Pemahaman dampak geografi pada penyakit dan faktor-
faktor penentu penyakit, serta metode untuk
menampilkan dan pelacakan lokasi terjadinya penyakit.

2.5. Status Sosial Ekonomi Mempengaruhi Status Kesehatan

Status kesehatan, setidaknya yang diukur dengan harapan hidup, sangat


terkait dengan status sosial ekonomi.Umur panjang lebih besar dikaitkan dengan
status sosial yang lebih tinggi dengan gradien meningkatkan umur panjang dari
rendah ke tinggi pada skala sosial ekonomi.
Hal ini juga penting untuk menyadari bahwa dampak sosial ekonomi tidak
semata-mata terkait dengan pendapatan seseorang di atas tingkat pendapatan
ambang batas tahunan sekitar $ 10,000 per orang, asosiasi umur panjang dengan
pendapatan terbaik dijelaskan oleh perbedaan pendapatan, daripada tingkat
absolut. Dengan demikian, negara-negara maju dengan kesenjangan yang lebih
kecil dari pendapatan, seperti Jepang, Swedia, dan Kanada, memiliki umur
panjang rata-rata lebih besar dan kesenjangan yang lebih kecil dalam umur
panjang antara warga terkaya dan termiskin mereka daripada dibandingkan
dengan negara seperti Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, kesenjangan yang
lebih besar dalam pendapatan dan umur panjang ada antara terkaya dan termiskin
warga. Namun, keragaman yang sangat besar dari populasi Amerika Serikat
dalam hal budaya dan agama serta tingkat sosial ekonomi juga dapat membantu
menjelaskan perbedaan dalam umur panjang.
Kekayaan ekonomi yang lebih besar biasanya berarti akses ke kondisi
hidup sehat.Sanitasi, kurang berkerumun, akses yang lebih besar ke perawatan
kesehatan, dan metode yang lebih aman untuk memasak dan makan semua sangat
terkait dengan status yang lebih tinggi ekonomi di dikembangkan, serta negara-
negara berkembang.
Individu dari status sosial ekonomi rendah lebih mungkin untuk terkena
bahaya kesehatan di tempat kerja dan di lingkungan fisik melalui paparan racun di

8
udara yang mereka hirup, di air yang mereka minum, dan dalam makanan yang
mereka makan.

Faktor-faktor ini, sementara penting, menjelaskan hanya sekitar setengah


dari perbedaan diamati dalam harapan hidup antara individu-individu dari status
sosial ekonomi yang berbeda. Misalnya, tingkat penyakit jantung koroner yang
jauh lebih tinggi di antara orang-orang dari status sosial ekonomi rendah, bahkan
setelah memperhitungkan merokok akun rokok, tekanan darah tinggi, kadar
kolesterol, dan jumlah gula darah.
Penelitian yang cukup sekarang sedang diarahkan untuk lebih memahami
ini dan lainnya efek status sosial ekonomi.Satu teori menunjukkan bahwa kontrol
sosial dan partisipasi sosial dapat membantu menjelaskan perbedaan-perbedaan
substansial dalam kesehatan.Ini menyatakan bahwa kontrol atas pengambilan
keputusan individu dan kelompok jauh lebih besar di antara individu dari status
sosial ekonomi yang lebih tinggi.Teori ini menyatakan bahwa kemampuan untuk
mengendalikan hidup seseorang mungkin terkait dengan perubahan biologis yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit.Penelitian tambahan diperlukan untuk
mengkonfirmasi atau menolak teori ini dan / atau memberikan penjelasan yang
memadai untuk perbedaan ini penting, namun dijelaskan, dalam kesehatan
berdasarkan status sosial ekonomi

2.6. Perilaku Hidup Sehat

Menurut Riegelman (2009) perilaku sehat dapat diubah. Beberapa contoh


perubahan perilaku yang menjadi lebih baik yaitu

 Perubahan perilaku terhadap cara meletakan bayi pada saat tidur yaitu
pada tahun 1980 awalnya bayi tidur tengkurap kemudian setelah itu
menjadi telentang untuk mengurangi Sudden Infant Death Syndrome
(SIDS) hampir 50% di negara-negara Amerika Serikat.

 Penggunaan seat belt di Amerika serikat telah meningkat yaitu pada tahun
1970 sebesar 25% menjadi 80% pada saat ini.

9
 Di Amerika Serikat pengemudi dalam keadaan mabuk sudah berkurang
secara drastis

 Selama tahun 1990an terjadi peningkatan dalam menggunakan mamografi


sebesar 50% untuk mengurangi angka kematian dari kanker payudara.

 Perilaku merokok di Inggris pada kaum laki-laki berkurang dari 50%


menjadi kurang dari 25% pada tahun 1960.

Perubahan perilaku tidak hanya terjadi pada perubahan menjadi lebih baik
tetapi perubahan perilaku juga dapat menjadi lebih buruk contohnya yaitu:

 Di Amerika telah terjadi peningkatan asupan kalori dan mengurangi


jadwal olahraga selama tiga dekade terakhir. Hal tersebut menimbulkan
meningkatan obesitas sebesar dua kali lipatnya dari sekitar sepertiga
seluruh orang dewasa di Amerika.

 Antara tahun 1960 dan 1990-an, gadis remaja dan wanita dewasa muda
meningkat merokok mereka, menundukkan anak-anak mereka yang belum
lahir bahaya tambahan berat lahir rendah

 Remaja dan wanita dewasa diantara tahun 1960 dan 1990an meningkatkan
kebiasaan merokok, yang dapat menimbulkan bahaya bagi anak-anak kecil
dalam hal penurunan berat badan

Beberapa perubahan perilaku relatif mudah untuk diubah, sementara yang


lain sulit untuk diubah. Untuk mengubah perilaku diperlukan kemampuan untuk
mengenali suatu perbedaan.Hal ini relatif mudah ketika salah satu perilaku dapat
diganti dengan hal yang mirip tetapi berpotensi menghasilkan hasil yang lebih
baik.Misalnya, perubahan dari kandungan acetaminophen (Tylenol) untuk aspirin
dalam hal mencegah Sindrom Reye.Hal tersebut merupakan perubahan yang
relatif mudah.Selain itu kampanye “back death to sleep” juga perubahan yang
relatif mudah dan telah mengurangi angka kematian bayi akibat
SIDS.Berdasarkan kedua kasus tersebut, perubahan yang bersifat dapat diterima
serta tetap membuat nyaman mengakibatkan perubahan perilaku menjadi lebih
mudah untuk dicapai.

10
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, tindakan seperti
pengurangan biaya yang diikuti dengan peningkatan ketersediaan atau perbaikan
dalam kemudahan menggunakan sesuatu akan membuat perubahan perilaku dapat
dengan mudah terjadi. Perubahan perilaku yang paling sulit terjadi yaitu terhadap
seseorang memiliki komponen fisiologis, seperti obesitas, atau terhadap unsur
aditif yang membuat seseorang menjadi kecanduan seperti merokok.Seseorang
yang obesitas harus mengontrol terus berat badannya dalam jangka waktu panjang
dan hal tersebut umumnya memiliki tinggkat keberhasilan yang rendah yaitu
kurang dari 30%.Selain itu, faktor fisik, sosial, dan ekonomi dapat menjadi
hambatan tersendiri dalam perubahan perilaku. Contohnya pelayanan kesehatan
tidak dapat diakses maka akan menghampat proses perubahan perilaku.
Keberhasilan perubahan perilaku mengharuskan seseorang memahami tentang
bagaimana perilaku dapat diubah dan hal apa saja yang bisa kita lakukan untuk
membantu perubahan tersebut.

2.6.1. Mengubah Perilaku Pada Individu

Perubahan perilaku membutuhkan lebih dari motivasi individu dan tekad


untuk berubah.Mereka yang ingin berubah membutuhkan dorongan dan dukungan
dari kelompok-kelompok mulai dari teman-teman dan keluargauntuk bekerja dan
kelompok teman sebaya.Perubahan perilaku mungkin juga memerlukan kebijakan
sosial dan harapan yang memperkuat upaya individu.
Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku Individu.

 Perubahan Alamiah (Natural Change): Perilaku manusia selalu berubah.


Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah.
Contoh :perubahan perilaku yang disebabkan karena usia seseorang.

 · Perubahan terencana (Planned Change): Perubahan perilaku ini terjadi


karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. contoh: perubahan
perilaku seseorang karena tujuan tertentu atau ingin mendapatkan sesuatu
yang bernilai baginya.

 · Kesediaan untuk berubah (Readiness to Change): Apabila terjadi suatu


inovasi atau program-program pembangunan di dalam organisasi, maka

11
yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima
inovasi atau perubahan tersebut, dan ada sebagian orang lagi sangat lambat
untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Contoh: perubahan
teknologi pada suatu lembaga organisasi, misal dari mesin ketik manual ke
mesin komputer, biasanya orang yang usianya tua sulit untuk menerima
perubahan pemakaian teknologi tersebut.

Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan perilaku oleh WHO


dikelompokkan menjadi tiga:

1) Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan


(enforcement/regulation)
Misal: dengan adanya peraturan-peraturan/ perundang-undangan yang
harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Perubahan ini dapat berlangsung
cepat akan tetapi belum tentu berlangsung lama karena perubahan perilaku
terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
2) Pemberian informasi (education)
Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai
hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit, dan
sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal
tersebut.
3) Diskusi partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua di atas yang dalam
memberikan informasi-informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah
saja tetapi dua arah.

Tahapan Dalam Perubahan Perilaku Individu


Di tahun 1992, Prochaska, DiClemente, and Norcross membuat transtheoretical
model of client change. Dalam model ini, mereka mengajukan bahwa terdapat
lima tahapan dalam perubahan menuju perilaku yang lebih baik. Tahapan yang
selalu dialami tersebut adalah:

1. Precontemplation: individu tidak menyadari perilakunya atau tidak


menyadari bahwa dia perlu berubah, dan mungkin tidak berniat berubah.

12
Tahap pertama, yang disebut precontemplation, menjelaskan bahwa
seseorang belum dianggap mengubah perilaku mereka. Pada tahap ini,
upaya untuk mendorong perubahan tidak mungkin berhasil. Namun, upaya
untuk mendidik dan menawarkan bantuan dikemudian hari dapat menjadi
dasar untuk tahap selanjutnya.

2. Contemplation: Individu mulai menyadari perlunya perubahan dan mulai


berpikir serius tentang itu namun dia belum memutuskan untuk
melakukannya. Tahap kedua ini, yang dikenal sebagai perenungan,
menyiratkan bahwa individu secara aktif berpikir tentang manfaat dan
hambatan untuk berubah. Pada tahap ini, informasi difokuskan pada
keuntungan jangka pendek dan, serta manfaat jangka panjang, yang dapat
sangat berguna. Selain itu, tahap kontemplasi cocok untuk
mengembangkan dasar. Menetapkan titik berat masalah untuk mengukur
tingkat kemajuan masa depan.
3. Preparation: individu memutuskan untuk melakukan beberapa tindakan
dalam waktu dekat dan mungkin telah melakukan tindakan di waktu yang
lalu tapi dia gagal. Selama fase ini individu mengembangkan sebuah
rencana tindakan. Pada titik ini, individu akan menetapkan tujuan,
mengingat berbagai strategi, dan mengembangkan jadwal. Membantu
dalam mengenali dan mempersiapkan hambatan yang tak terduga dapat
sangat berguna untuk individu selama fase ini.
4. Action: Individu telah mulai berhasil dan terlibat dalam tindakan yang
mengarah dalam hasil yang diinginkan tapi belum mencapai hasil yang
sesuai dengan yang dicitakan. Ini adalah waktu untuk mempertemukan
semua kemungkinan dari luar untuk memperkuat dan menghargai perilaku
baru dan membantu masalah atau kemunduran yang terjadi.
5. Maintenance: individu berhasil mencapai tujuannya dan sekarang harus
mencoba dalam dua sisi yakni mencegah perilaku lama kambuh dan
menkonsolidasikan perubahan-perubahan yang telah dibuat pada fase
action. tahap pemeliharaan dimana perilaku baru menjadi bagian permanen
dari gaya hidup seseorang. Tahap pemeliharaan memerlukan pendidikan

13
tentang bagaimana mengantisipasi sifat jangka panjang dari perubahan
perilaku, terutama bagaimana untuk menolak godaan untuk tidak
melanjutkan perilaku lama.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah
perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku
ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah faktor sosial budaya,
bila faktor tersebut telah tertanam dan terinternalisasi dalam kehidupan dan
kegiatan masayarakat ada kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah
terbentuk tersebut sulit untuk dilakukan.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Affandhy, L. R., & Nilamsari, N. 2017. SAFE BEHAVIOR ANALYSIS OF


WORKERS WITH ABC (ACTIVATORBEHAVIOR-CONSEQUENCE)
MODEL.
2. Ajzen, I. 1988. Attitudes, Personality, and Behavior. Milton-Keynes, England:
Open University Press & Chicago, IL:Dorsey Press.
3. Conner, M dan Norman, P.2003. Predicting Health Behaviour, Research and
Practice with SocialCognition Model. Buckingham: Open Univeristy Press.
4. Maulana, Heri, d.j. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
5. Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta.
6. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
7. Universitas Sumatera Utara. 2018. Konsep dan Teori Perilaku. (Online),
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/38761/
Chapter20II.pdf;jsessionid=35DF7447DD6E676B1D9A82D50D7ABFD3?
sequence=4).

15

Anda mungkin juga menyukai