Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sosioantropologi Sebagai
Instrumen Kesehatan Masyarakat” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah sosioantropologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang sosioantropologi sebagai instrumen kesehatan masyarakat bagi
para pembaca dan juga bagi penulis. Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak
T.Muhammad Nurdhia Ikhsan, SH.MH selaku dosen mata kuliah sosioantropologi yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB 1 ........................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

Latar Belakang ....................................................................................................................... 1

Rumusan Masalah .................................................................................................................. 2

Tujuan..................................................................................................................................... 2

BAB II ........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

Pengertian Sosioantropologi Kesehatan ................................................................................. 3

Penerapan Sosioantropologi Kesehatan pada Masyarakat ..................................................... 3

Perkembangan Budaya Kesehatan di Masyarakat ................................................................. 5

BAB III ...................................................................................................................................... 8

PENUTUP.................................................................................................................................. 8

Kesimpulan............................................................................................................................. 8

SARAN .................................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSRTAKA ........................................................................................................... 10

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Antropologi berasal dari bahasa yunani, asal kata dari “anthoropus” berarti manusia ,dan
“logos” berarti ilmu. Dengan demikian, secara harfiah antropologi adalah ilmu kemanusiaan.
Para ahli antropologi sering mengemukakan bahwa antropologi merupakan studi tentang
umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya. Dari hasil penelusuran diperoleh bahwa ilmu antropologi kesehatan mempelajari
status kesehatan berbagai populasi yang berbeda lingkungan geografis dan sosial-budayanya,
keterhubungan antara kesehatan, kedokteran, perilaku sehat, masyarakat, dan budaya,
dampak penyakit terhadap masyarakat, dampak sosial-budaya terhadap penyakit dan
pengaruh budaya terhadap pelayanan klinis dan program kesehatan masyarakat.

Sedangkan sosiologi kesehatan mempelajari asal usul atau penyebab penyakit secara
sosial dan berkaitan dengan kesenjangan pelayanan kesehatan organisasi sosial dalam
perawatan penyakit dan penanganan kesehatan. Alasan mengapa beberapa orang tidak
mempedulikan pengobatan ketika mengalami sakit dan bagaimana masyarakat memahami
dan mendefinisikan penyakit baik antropologi maupun sosiologi memiliki sudut pandang dan
paradigma yang berbeda dalam menilai dan mengatasi masalah-masalah kesehatan.

Lingkungan manusia bersifat alamiah dan sosial budaya, semua kelompok harus
berdaptasi dengan lingkungan geografi dan iklim, belajar mengeksploitasi sumber yang
tersedia untuk kehidupan dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang diciptakan
sendiri dan dimana mereka hidup. Manusia menderita penyakit selain karena patologinya
juga karena sosial psikologi dan faktor budayanya.Persepsi sehat-sakit yang berbeda antara
masyarakat dan perawat dapat menimbulkan permasalahan. Persepsi masyarakat tentang
sehat sakit dapat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu terhadap penyakit serta terkait
dengan sosial-budaya masyarakat setempat.

Budaya masyarakat Jawa dan Madura dalam mencari pengobatan sangat berbeda.
Masyarakat Jawa terkadang lebih memilih berobat pada “orang pintar” ke dukun daripada ke
dokter, semua ini didasari atas persepsi masyarakat dalam mencari pengobatan ketika mereka
sakit.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sosioantropologi kesehatan?
2. Bagaimana penerapan sosioantropologi kesehatan pada masyarakat?
3. Bagaimana perkembangan budaya kesehatan di masyarakat?
4. Bagaimana kesehatan masyarakat Internasional

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui maksud dari sosioantropologi kesehatan.
2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sosioantropologi kesehatan pada
masyarakat.
3. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan budaya kesehatan di masyarakat.
4. Untuk mengetahui kesehatan masyarakat internasional

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosioantropologi Kesehatan

Antropologi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari status kesehatan berbagai populasi
yang berbeda lingkungan geografis dan sosial-budayanya, keterhubungan antara kesehatan,
kedokteran, perilaku sehat, masyarakat, dan budaya, dampak penyakit terhadap masyarakat,
dampak sosial-budaya terhadap penyakit dan pengaruh budaya terhadap pelayanan klinis dan
program kesehatan masyarakat. Lebih khususnya bagaimana konsepsi dan pemaknaan
kesehatan dan penyakit menurut masyarakat sehingga mempengaruhi gaya hidup, perilaku,
dan semua praktik kehidupan dalam kesehariannya. Sosiologi kesehatan juga mengkaji
bagaimana kehidupan mempengaruhi angka kelahiran dan kematian dalam populasi.
Sosiologi menyampaikan bahwa setiap masalah yang dihadapi masyarakat sebaiknya
dipahami, termasuk ketika masyarakat sedang mengalami masalah kesehatan. Kita
mengetahui bahwa suatu masyarakat tertentu, dari kelas sosial tertentu akan memahami
terminologi kesehatan dengan cara tertentu pula. sebagian masyarakat perhatian yang lebih
pada aspek kesehatan, sebagaian yang lain memiliki tingkat kesadaran yang kurang. Isu
kesehatan sering kali dilekatkan pada konteks biologi dan natural atau natural. Sosiologi
mengasumsikan bahwa dominasi ilmu alam dalam kesehatan tidak membawa kita pada
pemahaman menyeluruh tentang isu kesehatan.

Sedangkan sosiologi kesehatan adalah ilmu yang mempelajari asal usul atau penyebab
penyakit secara sosial dan berkaitan dengan kesenjangan pelayanan kesehatan organisasi
sosial dalam perawatan penyakit dan penanganan kesehatan. Alasan mengapa beberapa orang
tidak mempedulikan pengobatan ketika mengalami sakit dan bagaimana masyarakat
memahami dan mendefinisikan penyakit baik antropologi maupun sosiologi memiliki sudut
pandang dan paradigma yang berbeda dalam menilai dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan.

B. Penerapan Sosioantropologi Kesehatan pada Masyarakat

Menurut Aristoteles (Yunani, 384-322 SM), bahwa manusia itu adalah “Zoon
Politicon”artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk pada dasarnya selalu ingin bergaul dan
berkumpul dengan sesama manusia lainnya, jadi makhluk yg suka bermasyarakat. Dan oleh
karena sifatnya suka bergaul satu sama lain, maka manusia disebut makhluk sosial. mengenai

3
antropologi tentang kesehatan atau antropologi dalam kesehatan. Ini berarti membahas
kesehatan dari perspektif antropologi “sebagai ahli antropologi” dan membahas ahli
antropologi sebagai pekerja kesehatan. Untuk menjadi seorang ahli antropologi kesehatan,
seseorang memerlukan dasar latihan antropologi yang baik, pengalaman penelitian, naluri
terhadap masalah, simpati terhadap orang lain dan tentu saja dapat memasuki dunia kesehatan
dan masyarakat kesehatan yang bersedia menerima kehadiranpara ahli antropologi itu.Ahli
antropologi mempunyai banyak ladang di dalam lembaga kesehatan atau “masyarakat
kesehatan” sebagai tempat kajiannya seperti rumah sakit jiwa, rumah sakit umum, dokter
praktek, para pasien, sekolah-sekolah kedokteran, klinik-klinik, puskesmas dan “masyarakat
kesehatan” lainnya. Metode-metode penelitian yang sama seperti yang dipergunakan ahli
antropologi pada umumnya dalam penelitian tradisional dapat diterapkan kepada lingkungan-
lingkungan itu (masyarakat kesehatan). Pranata-pranatakesehatan dalam arti yang luas adalah
sejumlah lapangan penelitian yang sangat produktif bagi para ahli antropologi. Namun
tidaklah cukup jika hanya pranata kesehatan saja yang dipelajari. Para ahli antropologi harus
dapat memasuki pranata itu. Meneliti pranata kesehatan dalam masyarakat tradisional tidak
memerlukan para tenaga kesehatan, tetapi meneliti “masyarakat kesehatan” tidak cukup
seorang ahli antropologi, tetapi ia harus diterima dalam pranata masyarakat

kesehatan dan membutuhkan bantuan tenaga profesional kesehatan yang lain.


Manusia dikenal sebagai makhluk sosial dan makhluk budaya. Makhluk sosial artinya bahwa
kita tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan manusia lain. sebagai makhluk budaya
menandakan bahwa manusia memiliki akal budi yang membedakan dengan makhluk hidup
lain di bumi ini. Masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan.

Perubahan yang terjadi bukan hanya menuju ke arah kemajuan, tetapi dapat juga
menuju ke arah kemunduran.Terkadang perubahan-perubahan yang terjadi berlangsung
dengan cepat, sehingga membingungkan dan menimbulkan ”kejutan budaya” bagi
masyarakat. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan, seperti peralatan dan
perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem
pengetahuan, serta religi atau keyakinan.

Perubahan di berbagai bidang sering disebut sebagai perubahan sosial dan perubahan
budaya karena proses berlangsungnya dapat terjadi secara bersamaan. Menurut kodratnya
manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang
berupa akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan. Dalam hubungannya

4
dengan manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia
lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan dirinya
dalam berbagai bentuk, karena itu dengansendirinya manusia akan selalu bermasyarakat
dalam kehidupannya.

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada
dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga
tidak akan bisa hidup sebagai manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia.Tanpa
bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan
bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan
bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya. Dapat disimpulkan, bahwa manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu:

1. Manusia tunduk pada aturan, norma sosial.


2. Perilaku manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

C. Perkembangan Budaya Kesehatan di Masyarakat

Budaya adalah hasil cipta, karya, dan karsa manusia. Budaya lahir akibat adanya
interaksi dan pemikiran manusia. Manusia akan selalu berkembang seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka hasilkan. Budaya manusia pun
juga akan ikut berkembang dan berubah dari waktu ke waktu. Hal yang sama terjadi budaya
kesehatan yang ada di masyarakat. Budaya kesehatan akan mengalami perubahan. Dengan
kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat dan teknologi yang semakin canggih, budaya
kesehatan di masa lalu berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa sekarang dan
mendatang.

Dengan kemajuan iptek yang semakin canggih, budaya kesehatan di masa lalu
berbeda dengan kebudayaan kesehatan di masa sekarang dan mendatang. Salah satu contoh
budaya kesehatan adalah tentang cara menjaga kesehatan secara individu, seperti mandi,
keramas, atau sikat gigi. Pada zaman dahulu sebelum ditemukannya sabun, manusia berbagai
daerah memiliki cara yang berbeda dalam membersihkan badan. Yang lazim digunakan
diantaranya adalah minyak, abu, atau batu apung sesuai dengan kebudayaan masing-masing
daerah. Masyarakat Mesir Kuno melakukan ritual mandi dengan menggunakan kombinasi

5
minyak hewani dan nabati ditambah garam. Bahan-bahan tersebut adalah pengganti sabun
yang juga berfungsi untuk menyembuhkan penyakit kulit. Orang Yunani Kuno mandi untuk
alasan kecantikan dan tidak menggunakan sabun. Mereka membersihkan tubuh dengan
menggunakan balok lilin, pasir, batu apung dan abu. Mereka juga mengoleskan tubuh dengan
minyak dan kadang dicampur abu. Sedangkan orang Sunda kuno biasa menggunakan
tanaman wangi liar sebagai alat mandi mereka.

Bukan hanya cara mandi yang berbeda dari zaman dahulu dan sekarang, tetapi juga
budaya gosok gigi. Pada zaman dahulu masyarakat Arab menggunakan kayu siwak untuk
menggosok gigi. Orang Roma menggunakan pecahan kaca halus sebagai bagian dari
pembersih mulut mereka. Sedangkan masyarakat Indonesia menggunakan halusan genting
dan bata. Namun saat ini manusia beralih menggunakan pasta gigi untuk menggosok gigi.
Begitu juga dengan shampoo yang secara luas digunakan. Dahulu, masyarakat menggunakan
merang untuk keramas dan merawat rambut mereka.

Tidak hanya tentang budaya kesehatan individu atau personal yang mengalami
perubahan. Budaya kesehatan masyarakat pun saat ini telah mengalami perubahan jika
dibandingkan dengan masa lalu. Dahulu masyarakat lebih ke arah paradigma sakit. Namun
saat ini seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat cenderung berparadigma sehat
dalam memaknai kesehatan mereka. Penilaian individu terhadap status kesehatan merupakan
salah satu faktor yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sakit jika mereka merasa sakit
dan perilaku sehat jika mereka menganggap sehat.

Perilaku sakit yaitu segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang
sakit agar memperoleh kesembuhan, contohnya mereka akan pergi ke pusat layanan
kesehatan jika sakit saja, karena mereka ingin sakitnya menjadi sembuh. Sedangkan perilaku
sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, misalnya: pencegahan penyakit, penjagaan kebugaran dan mengkonsumsi
makanan yang bergizi. Masyarakat akan selalu menjaga kesehatannya agar tidak menjadi
sakit. Masyarakat menjadi rajin berolah raga, fitness, chek up ke pusat layanan kesehatan,
membudayakan cuci tangan menggunakan sabun, menghindari makanan berkolesterol tinggi
dan lain-lain.

Perkembangan ilmu pengetahuan juga telah mempegaruhi pola pikir masyarakat


pedalaman. Dengan adanya program pemerintah yang seratakan kesehatan dan banyak
dokter yang mengabdi di daerah-daerah tertinggal serta dibangunnya puskesmas di daerah

6
tersebut menimbulkan pola pikir masyarakat yang pada awalnya memperlakukan orang sakit
seperti orang yang sedang dikutuk mulai berubah. Yang pada awalnya mengadakan ritual-
ritual tertentu untuk mengusir roh halus sebagai penyebab penyakit juga kini mulai berubah.

Saat ini masyarakat lebih memaknai kesehatan sebagai sebuah kebutuhan. Banyaknya
informasi kesehatan yang diberikan melalui penyuluhan dan promosi kesehatan membuat
masyarakat mengetahui pentingnya kesehatan. Dengan kesehatan kita bisa melakukan
berbagai macam kegiatan yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Sekarang pola pikir masyarakat kebanyakan lebih ke arah preventif terhadap adanya suatu
penyakit. Yaitu pola pikir bahwa mencegah datangnya penyakit itu lebih baik daripada
mengobati penyakit. Salah satu contoh budaya kesehatan adalah tentang cara menjaga
kesehatan personal, seperti mandi, keramas, atau sikat gigi. Pada zaman dahulu sebelum
ditemukannya formula untuk membuat sabun oleh Al-Razi, kimiawan Persia, manusia di
berbagai daerah di belahan bumi ini memiliki cara yang berbeda dalam membersihkan
badan. Masyarakat Mesir Kuno melakukan ritual mandi dengan menggunakan kombinasi
minyak hewani dan nabati ditambah garam alkali. Ini adalah bahan pengganti sabun.
Ramuan ini pun berfungsi untuk menyembuhkan penyakit kulit sekaligus untuk
membersihkan. Orang Yunani Kuno mandi untuk alasan kecantikan dan tidak menggunakan
sabun. Mereka membersihkan tubuh dengan menggunakan balok lilin, pasir, batu apung dan
abu. Mereka juga mengoleskan tubuh dengan minyak dan kadang dicampur abu. Sedangkan
orang Sunda kuno biasa menggunakan tanaman wangi liar sebagai alat mandi mereka.

Ketika peradaban Romawi mulai maju, penduduk jadi sering mandi. Tempat mandi
Romawi yang pertama sangat terkenal. Di pemandian yang dibangun tahun 312 SM itu
terdapat saluran air. Sejak saat itu mandi menjadi hal yang mewah dan populer. Di abad-ke 2
Masehi, dokter Yunani, Galen menganjurkan sabun untuk pengobatan dan pembersih.
Akhirnya, mandi dengan menggunakan sabun menjadi sebuah kegiatan rutin hingga saat ini.

Tidak hanya tentang budaya kesehatan individu atau personal yang mengalami
perubahan. Budaya kesehatan masyarakat pun saat ini telah mengalami perubahan jika
dibandingkan dengan masa lalu. Dahulu masyarakat lebih ke arah paradigma sakit. Namun
saat ini seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat cenderung berparadigma sehat
dalam memaknai kesehatan mereka. Penilaian individu terhadap status kesehatan merupakan
salah satu faktor yang menentukan perilakunya, yaitu perilaku sakit jika mereka merasa sakit
dan perilaku sehat jika mereka menganggap sehat

7
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Antropologi kesehatan merupakan bagian dari ilmu antropologi yang sangat penting
sekali, karena di dalam antropologi kesehatan diterangkan dengan jelas kaitan antara
manusia, budaya, dan kesehatan sehingga kita dapat mengetahui kaitan antara budaya suatu
masyarakat dengan kesehatan masyarakat itu sendiri. Masalah kesehatan merupakan masalah
kompleks yang merupakan resultan dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah
maupun masalah buatan manusia, social budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan
sebagainya. Antropologi kesehatan memiliki beberapa kegunaan, salah satunya yaitu
memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat secara keseluruhan termasuk
individunya.

8
SARAN

Setelah membaca makalah ini, penulis berharap pembaca lebih mendapatkan pengetahuan
tentang hubungan antara antropologi dengan gizi, sehingga pembaca dapat mengetahui
tentang pentingnya gizi dan pengaruh antropologi terhadap gizi suatu masyarakat, sehingga
pembaca mendapatkan pengetahuan tentang cara-cara 16 meningkatkan derajat kesehatan.
Akhirnya, semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.

9
DAFTAR PUSRTAKA

https://id.scribd.com/document/428807976/MAKALAH-ANTROPOLOGI-
KESEHATAN

http://calonsarjanabangsa.blogspot.com/2019/10/makalah-antropologi-dan-
kesehatan.html?m=1

https://www.researchgate.net/publication/358983101_SOSIOLOGI_ANTROPO
LOGI_KESEHATAN_SEBUAH_PENGANTAR

10

Anda mungkin juga menyukai