Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENGANTAR ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

POTENSI LAUT DAN PEMANFAATANNYA


(PEGAWAI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN)

DOSEN PENGAMPU:
Dr. Agus Trianto, ST, M.Sc.

OLEH

Dinda Ayuniar Zanjabila (26040118130136)

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
BAB I. PENGANTAR

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang kaya. Kaya dalam hal ini dapat diartikan sebagai
kaya kebudayaan maupun hasil buminya. Hasil bumi yang dimiliki Indonesia
sangatlah beraragam, baik itu dalam hal hasil tambang, hasil pertanian ataupu hasil
laut. Oleh karena itu, Indonesia sangat disorot mata negara-negara di dunia.
Banyak negara lain yang merasa iri dengan kekayaan yang dimiliki negara ini.
Yang paling menonjol, Indonesia merupakan negara maritim atau kepulauan yang
2/3 luas wilayahnya terdiri dari laut. Laut Indonesia memiliki keberagaman biota
yang luar biasa beragamnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa laut Indonesia
mempunyai potensi yang besar dibidang perikanan dan kelautannya.
Potensi kelautan yang dimiliki Indonesia sangatlah beragam. Perlu diketahui,
Indonesia adalah negara pemilik garis pantai terpanjang kedua di dunia. Sebagai
wilayah yang sebagian besar wilayahnya adalah laut, mewujudkan cita-cita negara
kesejahteraan bagi Indonesia merupakan sebuah tantangan dan potensi yang coba
diwujudkan melalui konseptual poros maritim. Indonesia yang tercatat memiliki
garis pantai terpanjang kedua di dunia harus dimanfaatkan sebagai potensi bagi
kesejahteraan rakyat Indonesia seluas-luasnya.
Sebagai negara yang memiliki lautan yang luas, seharusnya Indonesia menjadi
surga bagi nelayan yang ada di negara ini. Namun pada kenyataannya, potensi
yang dimiliki ini kurang dimanfaatkan dengan baik. Buktinya, nelayan Indonesia
masih berada dalam batas kemiskinan yang bertolak belakang dengan keinginan
awal yaitu nelayan Indonesia pasti akan sejahtera karena pemanfaatan potensi
kelautan dan perikanan. Setiap elemen masyarakat memiliki tugas dan peranannya
masing-masing dalam pemaksimalan potensi kelautan dan perikanan Indonesia.
Oleh karena itu, sebagai pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan, perlu memiliki
gagasan untuk mengembangkan potensi ini. Tentu saja, pegawai DKP memiliki
peran yang sangat penting dalam pengembangan potensi kelautan dan perikanan.

1.2. Tujuan
1. Agar mengetahui potensi kelautan dan perikanan di Indonesia.
2. Agar mampu menjelaskan dan mengetahui pentingnya peran elemen masyarakat
dapam pengembangan potensi kelautan dan perikanan di Indonesia.
3. Agar mengetahui peran DKP dalam memajuakan sektor kelautan dan perikanan
di Indonesia.

1.3. Manfaat
1. Dapat mengetahui potensi kelautan dan perikanan di Indonesia.
2. Dapat menjelaskan dan mengetahui pentingnya peran elemen masyarakat dapam
pengembangan potensi kelautan dan perikanan di Indonesia.
3. Dapat mengetahui peran DKP dalam memajuakan sektor kelautan dan perikanan
di Indonesia.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Potensi Kelautan dan Perikanan Indonesia

Menurut Yamin (2015), istilah maritim atau kemaritiman menjadi


spesial saat ini ketika Kepala Negara menjadikannya sebagai sebuah visi dan
misi dalam upaya mensejahterakan rakyatnya melalui konsep yang otentik yang
telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Indonesia merupakan negara
kepulauan dengan garis pantai nomor 2 di dunia, tetapi sangat minim sekali
memaksimalkan potensi yang ada selama ini. Sektor kelautan memiliki potensi
lebih dari 900 Triliun Rupiah (Jateng, 2015),dalam kajian ekonomi jika hal ini
dimaksimalkan dan dapat diserap oleh pendapatan negara.

Indonesia memiliki beberapa potensi yang dapat dikembangkan, antara


lain adalah potensi wilayah, posisi geografis kepulauan Indonesia sangat
strategis karena merupakan pusat lalu lintas maritim antar benua. Potensi
sumberdaya hayati, Indonesia sebagai negara tropis, kaya akan sumberdaya
hayati, yang dinyatakan dengan tingkat keaneka-ragaman hayati yang tinggi.
Lalu potensi transportasi laut dan jasa lingkungan, sekitar 75% produk dan
komoditas perdagangan di transporta-sikan melalui laut Indonesia dengan nilai
sekitar US$ 1.300 triliun per tahun (Lasabuda, 2013).

2.1.1. Perikanan Tangkap Indonesia

Sektor perikanan memiliki peranan strategis dalam pembangunan


nasional. Ditinjau dari potensi sumberdaya alam, Indonesia dikenal sebagai
negara maritim terbesar di dunia karena memiliki potensi kekayaan
sumberdaya perikanan yang relatif besar. Sektor perikanan juga menyerap
banyak tenaga kerja, mulai dari kegiatan penangkapan, budidaya, pengolahan,
distribusi dan perdagangan. Oleh karena itu, pembangunan sektor perikanan
tidak dapat diabaikan oleh pemerintah Indonesia (Triarso, 2012).

2.1.2. Transportasi Laut

Peranan yang dapat dilakukan oleh industri galangan kapal dalam


negeri adalah menyediakan kapal-kapal untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri secara kompetitif. Kebutuhan kapal dalam jumlah besar untuk
mengeksploitasi potensi kelautan yang ada, kebutuhan armada kapal untuk
menjadi transportasi barang dan penumpang penghubung antarpulau dan
antarnegara, kebutuhan kapal untuk pengamanan laut dan pantai, dan
kebutuhan kapal-kapal khusus lainnya merupakan suatu hal yang mendesak
untuk dipenuhi (Windyandari,2008).

2.1.3. Pariwisata Bahari

Menurut Mansur dan Marzuki (2018), posisi Indonesia yang strategis,


dengan memiliki estetika lingkungan yang sulit ditandingi oleh negara
kepulauan lain, seperti gugusan pulau yang indah dan kekayaan keaneka-
ragaman sumberdayahayati lautnya, menjanjikan potensi ekonomi dari kegi-
atan pariwisata alam dan pariwisata bahari dengan segala variannya. Prospek
ini tentu didukung oleh bergesernya kebutuhan masyarakat global akan
kehidupan back to nature, dimana mereka telah jenuh dengan kehidupan dalam
lingkungan buatan. Estimasi nilai potensi ekonomi pari-wisata bahari di
Indonesia sebesar US$ 54.3 miliar per tahun.
BAB III. METODOLOGI

3.1. Potensi
3.1.1. Potensi Perikanan Tangkap
Laut Indonesia memiliki luas ±5,8 juta km2 dеngаn garis pantai ѕераnјаng
81.000 km, dеngаn potensi sumberdaya ikan diperkirakan sebesar 6,4 juta
ton per tahun уаng tersebar dі perairan wilayah Indonesia dan perairan ZEE
(Zona Ekonomi Eksklusif), уаng terbagi dalam sembilan wilayah perairan
utama Indonesia. Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan untuk
mengembangkan potensi perikanan tangkap Indonesia:
 Budidaya Ikan
 Budidaya Tanaman Laut
 Bioteknologi Kelautan

3.1.2. Potensi Transportasi Laut


Transportasi laut berperan penting dalam dunia perdagangan
internasional maupun domestik. Transportasi laut јugа membuka akses dan
menghubungkan wilayah pulau, baik daerah уаng sudah maju maupun уаng
mаѕіh terisolasi. namun, Indonesia ternyata bеlum memiliki armada kapal
уаng memadai dаrі segi jumlah maupun kapasitasnya. Kondisi semacam іnі
tentu ѕаngаt mengkhawatirkan tеrutаmа dalam menghadapi era perdagangan
bebas. Sеlаіn diperlukan ѕuаtu kebijakan уаng kondusif untuk industri
pelayaran, maka Peningkatan kualitas SDM уаng menangani transportasi
sangatlah diperlukan. Karena negara Indonesia аdаlаh negara kepulauan
maka keperluan sarana transportasi laut dan transportasi udara diperlukan.

3.1.3. Potensi Pariwisata Bahari


Indonesia memiliki potensi pariwisata bahari уаng memiliki daya tarik
bagi wisatawan. Sеlаіn іtu јugа potensi tеrѕеbut didukung оlеh kekayaan
alam уаng indah dan keanekaragaman flora dan fauna. 
Potensi kekayaan maritim уаng dараt dikembangkan menjadi komoditi
pariwisata dі laut Indonesia аntаrа lain: 
- wisata pantai (seaside tourism), 
- wisata alam (eco tourism) dan 
- wisata olah raga (sport tourism).

3.2. Masalah dan Solusi


3.2.1. Masalah dan Solusi Perikanan Tangkap
Kegiatan Illegal Fishing sudah tidak asing lagi dan masih menjadi
permasalahan perikanan tangkap di Indonesia. Mengapa? Karena daerah
yang rawan terjadi Illegal Fishing yaitu daerah yang dekat dengan perbatasan
negara lain dan jauh dari pusat pemerintahan. Banyak juga kapal negara
asing yang memakai bendera Indonesia.
Solusi
 Mengadakan kerjasama antara patroli di laut dan patroli di
daerah pesisir untuk memantau keluar masuknya kapal-kapal di laut kita.
 Kapal-kapal nelayan Indonesia harus dilengkapi GPS dan radar agar
dapat dipantau oleh kapal patroli dan dapat membedakan kapal nelayan
dengan kapal asing yang tidak dikenal.

3.2.2. Masalah dan Solusi Transportasi Laut


Sistem Transportasi Laut Indonesia masih menjadi permasalahan
pemerintah. Mengapa? Pertama, Kebanyakan kapal yang dimiliki perusahaan
Indonesia berumur tua sehingga membutuhkan lebih banyak dana. Kedua,
pelabuhan kapal Indonesia yang kurang lengkap fasilitasnya.
Solusi
 Memiliki data tiap kapal yang harus diganti agar tidak mencapai masa
habis jalannya kapal tersebut.
 Memfasilitasi pelabuhan kapal di Indonesia yang belum memadai,
infrastuktur maupun personalnya

3.2.3. Masalah dan Solusi Pariwisata Bahari


Ada beberapa kendala bagi pariwisata bahari di Indonesia. Pertama, olahraga
bahari yang kurang popular dikalangan turis domestic maupun manca.
Kedua, belum ada kejelasan terhadap kepemilikan pulau-pulau kecil yang
tersebar banyak di Indonesia yang padahal bisa berpotensi sebagai tempat
wisata bahari.
Solusi
 Sebagai Dinas kelautan dan perikanan, kami bekerja sama dengan
dinas pariwisata untuk mengembangkan potensi pariwisata bahari,
dengan cara mendata pulau-pulau yang memiliki estetika laut namun
belum dikembangkan.
 Melakukan promosi kepada wisatawan tentang pariwisata yang masih
kurang peminatnya, tetapi memiliki potensi wisata yang menarik
DAFTAR PUSTAKA

Lasabuda, R. 2013. Pembangunan Wilayah Pesisir Dan Lautan Dalam Perspektif Negara
Kepulauan Republik Indonesia. Jurnal Ilmiah Platax. 1(2):92-96.

Mansur, T. M. dan Marzuki. 2018. Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Di


Provinsi Aceh Berbasis Hukum Adat Laot. Jurnal Geuthèë: Penelitian
Multidisiplin. 1(1): 65-74.

Triarso, I. 2012. Potensi Dan Peluang Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Di Pantura
Jawa Tengah. Jurnal Saintek Perikanan. 12(1): 65-72.

Windyandari, A. 2008. Prospek Industri Galangan Kapal Dalam Negeri Guna Menghadapi
Persaingan Global. Jurnal Teknik. 29(1): 72-79.

Yamin, M. 2015. Poros Maritim Indonesia Sebagai Upaya Membangun Kembali Kejayaan
Nusantara. Jurnal Insigna. 2(2): 65-69.

Anda mungkin juga menyukai