Soal :
3. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan logam berat, apa saja jenisnya,
4. Jelaskan mengapa nutrien (PO4, NO3 dan Si) termasuk ke dalam senyawa toksik ?
5. Jelaskan bagaimana mekanis buangan air panas dari PLTU bisa mengakibatkan
1. Perbedaan
Bioakumulasi mengacu pada peningkatan konsentrasi polutan dalam suatu
organisme. Bioakumulasi merupakan suatu proses dimana substansi kimia
mempengaruhi makhluk hidup dan ditandai dengan peningkatan konsentrasi
bahan kimia di tubuh organisme dibandingkan dengan konsentrasi bahan kimia
itu di lingkungan. Karena penyerapan bahan kimia ini lebih cepat daripada
proses metabolisme dan ekskresi tubuh organisme, maka bahan-bahan kimia
ini akan terakumulasi di dalam tubuh. Sejumlah racun dimetabolisme dan
diekskresikan, namun yang lain terakumulasi dalam jaringan spesifik seperti
lemak. Ini biasanya terjadi ketika organisme mencerna zat tertentu. Sementara
sebagian besar organisme terkontaminasi akibat mengkonsumsi makanan yang
terkontaminasi, sementara organisme yang hidup di air terkontaminasi
langsung dari air, dalam apa yang dikenal sebagai biokonsentrasi. Contoh dari
bioakumulasi akan fitoplankton dan organisme mikroskopis lainnya menyerap
polutan seperti DDT, timbal, dan merkuri, dan menyimpannya dalam jaringan
mereka.
Salah satu contoh proses uptake,
distribusi, metabolisme, dan
penyimpanan polutan serta
ekskresi polutan dari dalam tubuh
mamalia
Biomagnifikasi merupakan toksin yang terakumulasi pada jaringan spesifik
organisme, akan lebih berbahaya karena toksin tersebut terkonsentrasi di
tingkatan trofik yang lebih tinggi pada jejaring makan (mengalami
magnifikasi). Salah satu kelas senyawa yang disintesis secara industri yang
telah menunjukkan magnifikasi biologis adalah hidrokarbon terklorinasi,
mencakup zat-zat kimia industri yang disebut PCB ( polychlorinated biphenyl)
dan berbagai macam pestisida seperti DDT. Contoh dari biomagnifikasi ketika
ikan kecil memakan organisme mikroskopis yang terkontaminasi, dan ikan
besar memakan ikan kecil. Jadi, pertama, polutan ditransfer dari organisme
mikroskopis ke ikan kecil yang memakannya, dan kemudian ke ikan besar
yang memakan ikan-ikan kecil. Sebagai beban polutan dilewatkan dari satu
organisme ke organisme lain, itu akan diperkuat, dan dengan demikian,
biomagnifikasi juga dikenal sebagai bioamplifikasi. Pada biomagnifikasi,
terlihat adanya peningkatan konsentrasi bahan kimia pada tiap tingkatan trofik,
jadi semakin tinggi tingkatan trofiknya akan diikuti peningkatan kadar bahan
kimia tersebut. Senyawa polutan penyebab biomagnifikasi umumnya bersifat
mudah berpindah, long-lived (berumur panjang), larut lemak dan bersifat aktif
secara biologis. Langkah pertama dari proses biomagnifikasi adalah ketika
konsentrasi kontaminan yang tersimpan pada tubuh tanaman (produsen) lebih
tinggi daripada lingkungan sekitar. Tahap kedua terjadi ketika produsen
dimakan oleh konsumen. Artinya, konsumen di atasnya akan mengkonsumsi
sejumlah biomassa dari tingkat trofik di bawahnya. Jika biomassa mengandung
kontaminan maka kontaminan akan diambil oleh konsumen. Padahal
kontaminan dapat masuk tidak hanya yang diperoleh dari produsen tetapi juga
dapat berasal dari penyerapan oleh tubuh organisme itu sendiri.
2. LC50
LC50 (Median Lethal Concentration) yaitu konsentrasi yang menyebabkan
kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik
dan perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 24 jam,
LC50 48 jam, LC50 96 jam sampai waktu hidup hewan uji. Untuk mengetahui nilai
LC50 digunakan uji statik. Dapat juga diindikasikan dengan EC (effective
conccentration).
Ada dua tahapan dalam penelitian yaitu:
Uji Pendahuluan: Untuk menentukan batas kritis konsentrasi yaitu konsentrasi
yang dapatmenyebabkan kematian terbesar mendekati 50% dan kematian
terkecil mendekati 50%.
Uji Lanjutan: Setelah diketahui batas kritis, selanjutnya ditentukan konsentrasi
akut.
3. Logam berat
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan densitas lebih besar dari 5g/cm3,
terletak disudut kanan bawah pada sistem periodik unsur, mempunyai afinitas
yang tinggi terhadap S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92, dari periode
4 sampai 7. Sebagian logam berat seperti Plumbum (Pb), Kadmium (Cd), dan
Merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang sangat berbahaya. Afinitasnya
yang tinggi terhadap S menyebabkan logam ini menyerang ikatan S dalam
enzim, sehingga enzim yang bersangkutan menjadi tidak aktif. Gugus
karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat.
Kadmium, Plumbum, dan Tembaga terikat pada sel-sel membran yang
menghambat proses transformasi melalui dinding sel. Logam berat juga
mengendapkan senyawa posfat biologis atau mengkatalis penguraiannya.
Logam berat adalah unsur alami dari kerak bumi. Logam yang stabil dan tidak
bisa rusak atau hancur, oleh karena itu mereka cenderung menumpuk dalam
tanah dan sedimen. Banyak istilah logam berat telah diajukan, berdasarkan
kepadatan, nomor atom, berat atom, sifat kimia atau racun.
5).Seperti halnya logam berat yang lain, Ni juga bersifat racun terhadap
organisme perairan. Pada kadar 1200 ppb (1.2 ppm) logam Ni dapat
mematikan 50% embrio dan larva kerang C. virginica (LC50, 24 jam), dan pada
kadar 1300 ppb (1.3 ppm) dan 5700 ppb (5.7 ppm) dapat mematikan 50%
embrio dan larva kerang M. Marcenaria.
4. Nutrien (PO4, NO3 dan Si) termasuk ke dalam senyawa toksik karena
Fosfat tidak bersifat toksik, namun jika diiringi dengan kelebihan kadar
nitrogen, dapat menstimulir ledakan algae (algae bloom), sehingga
menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari.
Nitrat adalah salah satu jenis senyawa kimia yang sering ditemukan di alam,
seperti dalam tanaman, pupuk dan sebagainya. Sebenarnya nitrat ini kurang
beracun dibandingkan dengan nitrit. Kandungan nitrat dalam hijauan yang
dikonsumsi oleh hewan dalam konsentrasi tinggi, maka nitrat dalam rumen
akan direduksi menjadi nitrit oleh bakteri rumen dan dapat mematikan hewan.
Silika adalah silika (untuk membentuk cangkang : Diatom). Bentuk : terlarut
dan partikel.
5. PLTU menghasilkan limbah yang berupa air panas, pembuangan limbah air
panas secara langsung ke badan air dan juga sekitarnya tanpa melalui proses
pendinginan kembali sangat berpengaruh terhadap biota yang hidup dalam
badan air tersebut. Kelebihan panas dari limbah air panas buangan PLTU
tersebut akan merubah temperatur air menjadi tinggi dan dapat mempegaruhi
ekosistem akuatik baik secara langsung maupun tidak langsung. Organisme
laut dapat hidup, tumbuh dan berkembang dalam batas-batas suhu tertentu.
Perubahan temperatur tersebut kemungkinan juga dapat mempengaruhi
salinitas baik terhadap air limbah pendingin sendiri maupun terhadap perairan
sepanjang penyebaran air limbah tersebut karena adanya proses percampuran
antara air limbah dengan badan air di titik pembuangan dan sekitarnya. Hal
inilah yang menyebabkan limbah air panas buangan PLTU menjadi toksik bagi
biota air dan juga badan airnya