Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN MATERI TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN

Untuk memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Toksikologi Lingkungan


Dosen Pengampu: Dr. Pranoto, M.Sc.

Disusun Oleh:

Nama : Era Putri Anandita


NIM : M0314028

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
MATERI 2
BAHAN PESTISIDA DAN DAYA KERJA
A. Pestisida
Pestisida atau sering disebut pembasmi hama adalah bahan yang digunakan untuk
mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu.
B. Pembagian Pestisida
1. Berdasarkan cara masuknya ke tubuh hama
a. Racun Perut
b. Racun Kontak
c. Fumigan
2. Berdasarkan sifat kimianya
a. Organochlorine (OC)
b. Organophosphate (OP)
c. Karbamat
d. Piretroid Sintetik (SP)
e. Fumigan
f. Minyak Tanah
3. Berdasarkan formulasi pestisida
C. Dinamika Pestisida Dalam Lingkungan
Pestisida yang masuk ke dalam lingkungan melalui beberapa proses baik pada tataran
permukaan tanah maupun bawah permukaan tanah. Masuk ke dalam tanah berjalan
melalui pola biotransformasi dan bioakumulasi oleh tanah, proses reabsorbsi oleh akar
serta masuk langsung melalui infiltrasi aliran tanah. Aliran permukaan seperti sungai,
danau dan waduk yang tercemar pestisida akan mengalami proses dekomposisi bahan
pencemar. Dan pada tingkat tertentu, bahan pencemar tersebut mampu terakumulasi
hingga dekomposit. Pestisida di udara terjadi melalui proses penguapan oleh
fotodekomposisi sinar matahari terhadap badan air dan tumbuhan.
D. Dinamika Bahan Kimia di Dalam Tubuh Organisme
Pestisida tidak saja beracun terhadap organisme sasaran tetapi juga terhadap organisme
lainnya. Dimana salah satunya terhadap manusia. Keterpaparan pestisida terhadap manusia
dapat diestimasi melalui pengukuran residu pestisida dalam lingkungan (udara, air, tanah
dan tanaman). Jalur masuk pestisida ke dalam tubuh manusia melalui beberapa macam
yaitu penetrasi lewat kulit (dermal contamination), terhisap lewat saluran pernafasan
(inhalation), masuk ke dalam saluran pencernaan makanan lewat mulut (oral).
E. Fungisida
Fungisida adalah zat kimia yang digunakan untuk mengendalikan cendawan (fungi).
Fungisida umumnya dibagi menurut cara kerjanya di dalam tubuh tanaman sasaran yang
diaplikasi, yakni fungisida nonsistemik, sistemik, dan sistemik lokal.
F. Insektisida
Insektisida secara umum adalah senyawa kimia yang digunakan untuk membunuh
serangga pengganggu (hama serangga). Insektisida dapat mempengaruhi pertumbuhan,
perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan, sistem hormon, sistem
pencernaan, serta aktivitas biologis lainnya hingga berujung pada kematian serangga
pengganggu tanaman (Kardinan, 2002).
H.Herbisida
Herbisida merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan, mematikan,
dan menghambat pertumbuhan gulma tanpa mengganggu tanaman pokok (Tjitrosoedirdjo
et al., 1984).
MATERI 3
LOGAM BERAT DAN DAYA KERJA

A. LOGAM BERAT
Logam berat merupakan unsur logam yang memiliki densitas lebih besar dari 5
3
g/cm dalam air laut, logam berat terdapat dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Dalam
keadaan kondisi alam ini, logam berat dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan
perkembangan hidupnya (Philips, 1980 dan Effendi, 2000).
B. EFEK LOGAM BERAT TERHADAP KESEHATAN MANUSIA
1. Arsen (As)
Kanker paru dan hati, kerusakan ginjal, kerusakan lambung dan sakit
kerongkongan.
2. Timbal (Pb)
Gejala sakit perut, sakit kepala, tubuh limbung, kejang kejang, tekanan darah
menurun, muntah muntah, terserang diare bahkan pingsan mendadak.
3. Merkuri (Hg)
Merusak saraf saraf tubuh termasuk otak, menyebabkan kemunduran, merusak
jaringan kulit paling dalam, mengiritasi organ tubuh dll.
4. Kadmium (Cd)
Kerusakan hati, paru paru, ginjal dan kelainan pada pembuluh darah.

C. SUMBER ASAL PENCEMARAN LOGAM BERAT DI LINGKUNGAN


1. Arsen (As)
Pembakaran batubara dan pelelehan logam.
2. Timbal (Pb)
Industri bateri, industri keramik, industri cat, pembakaran bensin.
3. Merkuri (Hg)
Penguapan Hg dari tanah dan air, pembakaran batu bara, pembuangan sampah
padat seperti termo meter Hg, switch listrik, dan battery.
4. Kadmium (Cd)
Produk industri seng, endapan sulfid terutama biji seng, endapan biji timbal dan
tembaga, batu bara yang mengandung belerang tinggi.

D. DAYA KERJA TOKSIKAN DALAM METABOLISME MANUSIA


Penentu ketoksikan suatu zat kimia adalah sampai nya zat kimia utuh atau metabolit
aktifnya di sel sasaran dalam jumlah yang berlebihan. Timbulnya efek toksik dipengaruhi
juga oleh selisih antara absorbsi dan distribusi dengan eleminasinya. Jadi toksisitas suatu
zat sangat ditentukan oleh absorbsi, distribusi, metabolisme, dan eksresi.

E. BAHAN TOKSIK DALAM MAKANAN, PRODUK KOMSUMEN DAN INDUSTRI


KERAJINAN
Salah satu bahan toksik dalam produk konsumen adalah logam berat. Toksisitas logam
berat dalam tubuh manusia dapat terjadi dengan cara termakan (melalui saluran
pencernaan), dan penetrasi melalui kulit. Semua bahan pangan alami mengandung timbal
(Pb) dalam konsentrasi kecil. Timbal pada makanan dapat berasal dari peralatan masak,
alat-alat makan, dan wadah-wadah penyimpanan yang terbuat dari alloy Pb atau keramik
yang dilapisi glaze
MATERI 4

BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)

A. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun menurut OSHA (Occupational Safety and
Health of the United State Government) adalah bahan yang karena sifat kimia maupun
kondisi fisiknya berpotensi menyebabkan gangguan pada kesehatan manusia, kerusakan
properti dan atau lingkungan.

B. Karakteristik Bahan Kimia B3


a. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
b. Bahan kimia korosif
c. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
d. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
e. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)
f. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
g. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)
h. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
i. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)

C. Sumber Limbah B3
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik, misal: pemeliharaan alat, pencucian.
b. Limbah B3 dari sumber spesifik, misal: sisa proses suatu industri atau kegiatan tertentu.
c. Limbah B3 dari sumber lain, misal: bahan Kimia kadaluwarsa, tumpahan.
D. Dampak B3 Terhadap Kesehatan Manusia
Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk kategori atau
dengan sifat limbah B3. Limbah B3 dari kegiatan industri yang terbuang ke lingkungan
akhirnya akan berdampak pada kesehatan manusia. Dampak itu dapat langsung dari
sumber ke manusia, misalnya meminum air yang terkontaminasi atau melalui rantai
makanan, seperti memakan ikan yang telah menggandakan (biological magnification)
pencemar karena memakan mangsa yang tercemar( Huffman dan Lee, 1996).

E. Toksikologi Limbah B3
Uji toksikologi digunakan untuk mengetahui sifat akut atau kronik limbah yang
dimaksud. Penentuan sifat akut limbah dilakukan dengan uji hayati untuk mengukur
hubungan dosis - respons antara limbah dengan kematian hewan uji, untuk
menetapkan nilai LD50. LD50 (Lethal Dose fifty) adalah dosis limbah (gram / Kg Berat
Badan) yang dapat menghasilkan 50% respons kematian pada populasi hewan uji.

F. Hukum dan Penanganan B3


1. Hazardous waste minimization.
2. Daur ulang dan recovery.
3. Proses pengolahan untuk mengurangi kandungan unsur beracun.
4. Secured landfill.
5. Proses detoksifikasi dan netralisasi. Untuk menetralisasi kadar racun.
6. Incinerator, yaitu memusnahkan dengan cara pembakaran.
MATERI 5
DINAMIKA TOKSIKAN DALAM LINGKUNGAN

A. Perpindahan Polutan di Lingkungan


Transformasi atau perpindahan bahan toksik di lingkungan yang terjadi secara fisik
antara lain dapat melalui proses: perpindahan meteorologik, pengambilan biologik,
penyerapan, volatilisasi, aliran, pencucian dan jatuhan. Transformasi kimia dapat melalui
proses fotolisis, oksidasi, hidrolisis dan reduksi.

B. Reaksi Perpindahan Polutan di Lingkungan


Ketika suatu zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia
dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Penyebab
terjadinya pencemaran logam berat pada perairan itu sendiri biasanya berasal dari
masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan pertambangan.

C. Karakteristik Media Lingkungan


1. Karakteristik pada Medium Udara
a. Tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak dirasakan kecuali dalam bentuk angin.
b. Dinamis dan elastis.
c. Transparan dalam beberapa bentuk radiasi.
d. Mempunyai massa sehingga menimbulkan tekanan
e. Karakteristik pada Medium Air
2. Karakteristik pada Medium Air
Hidrosfer sangat penting bagi kehidupan dibumi. Tak ada mahluk hidup yang dapat
hidup tanpa air. Hidrosfer juga dapat meredam teriknya panas matahari, karena energi
cahaya matahari digunakan untuk menguapkan air. Dengan hidrosfer terjadi pula
sirkulasi air.
3. Karakteristik pada Medium Tanah
Bahan induk tanah secara umum adalah Quartz (SiO2), Kalsit (CaCO3), Feldspar dan
Biotit. Komponen mineral dari tanah adalah pasir, lumpur dan tanah liat. Tingkat
kepadatan tanah umumnya berkisar antara 2,6 hingga 2,75 g/cm3. Tanah memiliki
temperatur -20°C hingga mencapai 60°C.

D. Penelitian Toksikologi Secara Meruang dan Mewaktu


1. Fitoekstraksi adalah pemanfaatan tumbuhan pengakumulasi bahan pencemar
untuk memindahkan logam berat atau senyawa organik dari tanah dengan cara
mengakumulasikannya di bagian tumbuhan yang dapat dipanen.
2. Fitodegradasi adalah pemanfaatan tumbuhan dan asosiasi mikroorganisme untuk
mendegradasi senyawa organik.
3. Rhizofiltrasi adalah pemanfaatan akar tumbuhan untuk menyerap bahan
pencemar, terutama logam berat, dari air dan aliran limbah.
4. Fitostabilisasi adalah pemanfaatan tumbuhan untuk mengurangi bahan pencemar
dalam lingkungan.
5. Fitovolatilisasi adalah pemanfaatan tumbuhan untuk menguapkan bahan
pencemar/ pemanfaatan tumbuhan untuk memindahkan bahan pencemar dari
udara (Darliana,2009).
MATERI 6
KARAKTERISTIK METODE UJI HAYATI

A. TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
Toksikologi lingkungan adalah suatu studi yang mempelajari efek dari bahan polutan
terhadap kehidupan dan pengaruhnya terhadap ekosistem
B. KARAKTERISTIK METODE UJI HAYATI
Uji hayati adalah uji untuk mengevaluasi potensi relatif dari bahan kimia dengan jalan
membandingkan pengaruh tersebut pada biota dengan kontrol menggunakan biota yang sama.
C. UJI HAYATI AKUT
Uji toksisitas akut dilakukan untuk mengukur derajat efek suatu senyawa yang
diberikan pada hewan coba tertentu, dan pengamatannya dilakukan pada 24 jam pertama
setelah perlakuan.
D. UJI HAYATI SUBKRONIS-KRONIS
Uji toksisitas subkronis dilakukan untuk mengevaluasi efek senyawa, apabila diberikan
kepada hewan uji secara berulang-ulang.
E. UJI PEMULIHAN
Remedisi (Pemulihan) merupakan proses degradasi biologis pada kondisi terkontrol
menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya.
F. METODE STATIS
Static Test, adalah metode uji dimana selama uji berlangsung tidak dilakukan
penggantian larutan maupun pemindahan organisme uji.
G. METODE SEMI STATIS (RANEWAL)
Ranewal Test, adalah metode uji dimana organismenya didedahkan ke dalam larutan uji
dalam komposisi yang sama secara periodik berulang dengan interval waktu pengulangan
setiap 24 jam.
H. METODE SIRKULASI ULANG
Sistem resirkulasi air merupakan salah satu cara mempertahankan kondisi kualitas air
pada kisaran yang optimal.
I. UJI ALIR KONSTAN (FLOW THROUGH)
Flow Through Test, adalah suatu metode uji yang larutan ujinya diganti (mengalir)
secara kontinyu selama masa pengujian berlangsung.
J. METODE MIKROKOSM DAN MESOKOSM
Mesokosm adalah alat eksperimental yang membawa sebagian kecil dari lingkungan
alam dalam kondisi yang terkendali.
K. METODE LAPANGAN
Metode lapangan merupakan metode yang sering digunakan karena dalam metode ini
tidak hanya spesies tunggal yang diamati tetapi juga ekosistem di lapangan sehingga akan
diperoleh hasil yang lebih akurat.
L. METODE PENDEKATAN TRIAD
Triad adalah sebuah pendekatan untuk pengambilan keputusan untuk pembersihan
lokasi limbah berbahaya.
M. VARIASI METODE UJI TOKSISITAS
Uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronik, uji toksisitas kronik, uji toksisitas
berkelanjutan, uji mutagenesis, uji metabolisme umum.
N. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE UJI HAYATI
Kelebihan: selektifitas tinggi, dapat berkembang biak secara alamiah, tidak ada
pengaruh/efek samping yang buruk. Kelemahan: pengendalian berjalan lambat, tidak dapat
diramalkan, ditentukan dengan paksa, sulit dan mahal.
MATERI 7
STANDARISASI METODE UJI HAYATI
A. Metode Standar
1. OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)
2. ASTM (American Society for Testing and Materials)
3. US-EPA (US-Environmental Protection Agency)
4. APHA (American Public Health Association/Standard Method)
5. FAO (Food and Agriculture Organization)
6. EPS (Environment Protection Series/Environment Canada)
B. Kriteria Metode Standar
1. Uji harus diterima secara meluas.
2. Uji harus mampu memprediksi efek dari berbagai zat dengan biota yang berbeda.
3. Data harus meliputi efek dari suatu range konsentrasi tertentu.
4. Data harus dapat digunakan untuk memperkirakan dampak.
5. Uji harus mudah dilakukan secara ekonomis.
6. Uji harus sensitif dan realistis dalam desain.
C. Kriteria Organisme Uji
1. Organisme harus sensitif terhadap material beracun dan perubahan lingkungan.
2. Penyebarannya luas dan mudah didapat dalam jumlah yang banyak.
3. Mempunyai arti ekonomi, rekreasi dan kepentingan ekologi baik secara daerah
maupun nasional.
4. Mudah dipelihara dalam laboratorium.
5. Mempunyai kondisi yang baik, bebas dari penyakit dan parasit.
6. Sesuai untuk kepentingan uji hayati.
D. Kriteria Uji Kontrol
Test of control atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai uji pengendalian adalah
prosedur audit yang umum dilakukan untuk mengetahui apakah sistem pengendalian yang
dilakukan oleh organisasi sudah berjalan efektif.
1. Tujuan test of control
Tujuan pengujian pengendalian (test of control) adalah untuk menentukan dan
mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas dalam perusahaan telah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
2. Ruang Lingkup Test of Control
Ruang lingkup Test of Control (pengujian pengendalian) meliputi pengkajian
pengendalian akuntansi.
E. Uji Kondisi Laboratorium
Berdasarkan ISO/IEC Guide 43:1997 bagian 1 (Cofino, 1994) didefinisikan sebagai
suatu perangkat yang powerful untuk membantu laboratorium dalam menunjukkan
kompetensinya kepada lembaga akreditasi atau pihak ketiga. Uji profisiensi merupakan suatu
metoda untuk mengetahui kinerja laboratorium dengan cara uji banding antar laboratorium.
Uji profisiensi memungkinkan laboratorium memonitor hasil ujinya dari waktu ke waktu.
Terkait dengan persyaratan akreditasi, laboratorium peserta uji profisiensi adalah sebagai
berikut.
1. Laboratorium yang akan mengajukan akreditasi ke lembaga akreditasi
2. Laboratorium yang telah diakreditasi
3. Laboratorium yang masih harus mengambil tindak lanjut terhadap hasil uji
profisiensi laboratorium yang telah diakreditasi
MATERI 8
POTENSI TOKSISITAS BAHAN POLUTAN

A. Faktor fisika dan kimia bahan kimia


1. Faktor kimia
a. Sifat kimia atau fisika-kimia yang secara individual maupun kolektif menentukan
kemampuan racun melintasi membran biologis.
b. Kekhasan struktur kimia racun, yang memungkinkan terjadinya reaksi pada tempat
aksi tertentu, atau yang menjadikan rentan terhadap metabolisme.
2. Faktor fisika
Kekhasan struktur kimia yang dimiliki oleh racun akan menentukan aksi atau antaraksi
racun dengan tempat aksi tertentu di dalam tubuh, atau kerentanannya terhadap
perubahan metabolisme.

B. PERIODE PENDEDAHAN
Periode pendedahan merupakan kontak suatu organisme dengan xenobiotika, pada
umumnya, kecuali radioaktif, hanya dapat terjadi efek toksik/ farmakologi setelah
xenobiotika terabsorpsi. Umumnya hanya tokson yang berada dalam bentuk terlarut,
terdispersi molekular dapat terabsorpsi menuju sistem sistemik. Paparan ini dapat terjadi
melalui kulit, oral, saluran pernafasan (inhalasi) atau penyampaian xenobiotika langsung ke
dalam tubuh organisme (injeksi).

7. FAKTOR LINGKUNGAN
1. Faktor-faktor yang terkait dengan pemaparan
2. Faktor-faktor yang terkait dengan organisme
3. Faktor-faktor eksternal
4. Faktor-faktor yang terkait dengan bahan kimia

D.Interaksi Antar Bahan Kimia


1. Perubahan dalam absorbsi
2. Absorbsi toksikan dalam tubuh manusia
3. Absorbsi toksikan pada saluran pencernaan
4. Absorbsi toksikan pada paru
5. Absorbsi toksikan pada kulit
6. Pengikatan protein
7. Protein plasma
8. Biotransformasi atau ekskresi dari zat toksik
E. Nutrisi
Nutrisi adalah zat dalam makanan yang dibutuhkan organisme untuk dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik sesuai dengan fungsinya. Nutrisi diperoleh dari hasil
pemecahan makanan oleh sistem pencernaan dan seringkali disebut dengan istilah sari-sari
makanan.

F. Faktor Biologi
Tempat aksi racun dapat berupa enzim, reseptor, atau protein. Enzim dan protein
nirenzim ada di dalam tubuh menurut ciri khas model genetika masing-masing anggota
populasi makhluk hidup, maka cacat genetika dalam anggota suatu jenis makhluk hidup dapat
menyebabkan kekurangan jumlah atau ketidaksempurnaan molekul enzim.
MATERI 9
ANALISA KIMIA
A. ANALISA KIMIA
Analisis kimia diartikan suatu rangkaian pekerjaan untuk memeriksa/ mengetahui/
menentukan kandungan dari suatu sampel dengan tujuan tertentu.
1. Analisis Kimia Kualitatif
Suatu rangkaian pekerjaan analisis yang bertujuanmengetahui keberadaan (bisa juga
identifikasi) suatu ion,unsur, atau senyawa kimia dalam suatu sampel.
2. Analisis Kimia Kuantitatif
Suatu rangkaian pekerjaan analisis yang bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu
unsur atau senyawa dalam suatu sampel yang kita analisa.
B. PENCUPLIKAN
Pencuplikan adalah memperoleh suatu sampel yang mewakili semua komponen dan
banyak komponen-komponen tersebut dalam suatu sampel ruahan (bulk).
C. CONTOH PENCUPLIKAN BERDASARKAN WUJUD BENDA
1. Zat padat
Langkah pertama dalam prosedur pencuplikan adalah memilih suatu porsi besar
batubara, yang disebut sampel kasar (gross). Setelah sampel itu dipilih, batubara itu
ditumbuk atau diremuk dan secar bersistem dicampur dan ukurannya dikurangi.
2. Cairan
Piranti yang disebut pencuplik caplok (grab samplers) dapat digunakan untuk
mengumpulkan sampel dari perairan besar.
3. Gas
D. PENGUBAHAN KEADAAN CUPLIKAN
1. Cara basah
Cara basah yang dilakukan dengan pelarut langsung menggunakan pelarut air, asam
nitrate, asam sulfat, asam klorida, asam perklorat atau campurannya,dan basa.
2. Cara kering
Cuplikasi dilebur dengan cara dipijarkan, dilarutkan dengan air atau asam encer,
ditambahkan beberapa tetes asam-asam pekat.
E. PENGUKURAN CUPLIKAN
Sifat kimia dan fisika digunakan dasar untuk melakukan pengukuran baik kuantitatif dan
kualitatif serta melibatkan reaksi-reaksi kimia didalamnya, seperti volumetric dan
gravimetric.
F. PERHITUNGAN SERTA INTERPRETASI DATA HASIL PENGUKURAN
CUPLIKAN
Hasil pengukuran dengan cara titrasi atau gravimetric misalnya diolah berdasarkan
hubungan stoikiometri. Sedangkan dari hasil pengukuran dengan spektrofotometer,
diperoleh data berupa absorbans, yang dapat dihubungkan dengan konsentrasi atau kadar
suatu zat dalam cuplikan.
G. INSTRUMEN ANALISA KIMIA
Adapun jenis – jenis instrumen dalam analisa kimia meliputi spektrofotometri UV/Vis,
spektrofotometri infra merah, spektrofotometri serapan atom, spektrometri resonansi
magnet inti, spektrometri sinar X dan kromatografi.
H. APLIKASI INSTRUMEN ANALISA KIMIA
Spektroskopi UV – Vis untuk menentukan zat organik seperti pewarna tekstil dan
anorganik seperti ion – ion logam; infra merah untuk analisis gugus fungsi, analisis air dalam
gliserol; AAS untuk menentukan zat – zat anorganik; NMR untuk menentukan struktur
senyawa organik; sinar X untuk menentukan struktur kristal.
MATERI 10
LC50
A. Lethal Concentration-50 (LC50)
LC50 (Median Lethal Concentration) yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian
sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan perhitungan,
pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 48 jam, LC50 96 jam sampai waktu
hidup hewan uji.
B. Metode Dalam Penentuan Lethal Concentration-50 (LC50)
a. Cara Weil
Cara atau metode Weil ini menggunakan tabel Weil yang telah ada, dimana tabel
tersebut berisi tentang respons dan koefisien nomor/angka.
b. Metode Probit
Analisis probit merupakan suatu metode yang telah digunakan secara luas untuk
menghitung toksisitas dengan cara membandingkan setiap konsentrasi ataupun dosis.
Persamaanya :
Y = mX + b
c. Cara Farmakope Indonesia III ( FI III)
1. Dosis yang digunakan merupakan seri dari kelipatan yang tetap
2. Hewan uji yang digunakan harus sama untuk setiap kelompok uji
3. Dosis yang digunakan untuk uji harus mematikan hewan uji mulai dari 0-100%
dan hitungan terbatas pada rentang tersebut.
Rumus :
M = a-b (∑ 𝒑𝒊- 0,5)
C. Klasifikasi dari Lethal Concentration-50 (LC50)
Tingkat Racun Nilai (LC50) (ppm)
Racun Tinggi <1
Racun Sedang >1 dan <100
Racun Rendah >100
D. Cara Perhitungan LC 50 dari BSLT
1. Buatlah tabel, masukkan Log10 konsentrasi dan jumlah larva yang digunakan
2. Tuliskan jumlah larva yang mati pada setiap kolom Jumlah larva mati sesuai dengan
konsentrasinya.
3. Hitung % mortalitasnya dengan cara = ((Jumlah yang mati / Jumlah total Larva) ×
100 %)
4. Perhatikan jumlah larva yang mati pada konsentrasi 0 atau kontrol. Jika terdapat yang
mati maka hitung mortalitas terkoreksi, sesuai ulangan.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ % 𝑚𝑜𝑟𝑡𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 − % 𝑚𝑜𝑟𝑡𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎
%𝑀𝑜𝑟𝑡𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 =
100 − 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙

5. Rata-ratakan dengan membagi total mortalitas terkoreksi dengan jumlah ulangan yang
dilakukan.
6. Cari nilai probit (probability unit) untuk mortalitas terkoreksi yang didapatkan dan
masukkan ke kolom probit.
7. Jika nilai probit sudah ada, selanjutnya membuat grafik hubungan antara nilai probit
mortalitas (sumbu y) dan Log10Konsentrasi (sumbu x).
8. Jika sudah ditemukan persamaan grafik, selanjutnya dimasukkan nilai LC 50 yaitu
nilai 5. Karena nilai lima mewakili 50% nilai probit atau 50% kematian larva.
MATERI 11
BIOREMEDIASI
A. Remediasi Berbasis Tumbuhan
Remediasi berbasisi tumbuhan atau fitoremediasi merupakan teknologi proses yag
menggunakan tumbuhan untuk menghilangkan atau memulihkan tanah atau perairan yang
telah terkontaminasi oleh logam berat (Gatliff, 1996).
B. Bioremediasi Bebasis Mikroba
Proses bioremediasi dapat terjadi secara alamiah oleh mikroba yang terdapat pada
lingkungan percemar (intrinsict bioremediation). Bakteri yang diketahui memiliki
kemampuan dalam mendegradasi minyak antara lain Pseudomonas aeruginosa,Serratia
marcescens, Acinetobacterbaumannii, Baccillus megaterium, Baccilluscereus, Fussarium
vertiaculloide, dan Candida tropicalis.
C. Remediasi Berbasis Hewan Tanah
Bioremediasi berbasis hewan tanah merupakan bioremediasi yang memanfaatkan
bantuan dari hewan-hewan tanah seperti cacing dan lain sebagainya. Salah satu contoh
bioremediasi dengan bantuan hewan tanah adalah vermiremediasi. Vermiremediasi
merupakan salah satu proses perbaikan lingkungan tanah terkontaminasi dengan bentuan
hewan tanah yang tida lain adalah cacing tanah.
D. Bioremediasi In Situ
Bioremediasi insitu adalah bioremediasi yang dilakukan langsung di lokasi tanah
tercemar (proses bioremediasi yang digunakan berada pada tempat lokasi limbah tersebut).
E. Bioremediasi ExSitu
Merupakan metode dimana mikroorganisme diaplikasikan pada tanah atau air
terkontaminasi yang telah dipindahkan dari tempat asalnya.
F. Bioremediasi dengan Bantuan Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan molekul amfifatik yang terdiri atas gugus
hidrofilik dan hidrofobik sehingga dapatberada di antara cairan dengan sifat polar dan ikatan
hidrogen yang berbeda seperti minyak dan air. Surfaktan mampu mereduksi tegangan
permukaan dan membentuk mikroemulsi sehingga hidrokarbon dapat larut di dalam air atau
sebaliknya (Desai dan Banat, 1997).
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bioremediasi
1. Mikroba
Penambahan jumlah bakteri pada tumpahan minyak mempercepat proses degradasi
dari minyak bumi dan tempat yang paling baik untuk menemukan mikroba
pendegradasi minyak bumi adalah tumpahan minyak itu sendiri.
2. Nutrisi
Nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba bervariasi menurut jenis mikrobanya, namun
seluruh mikroba memerlukan nitrogen, fosfor dan karbon.
3. Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi laju degradasi antara lain: oksigen, pH,
temperatur, kelembapan, air, tekstur tanah.
H. Kelebihan dan Kelemahan Bioremediasi
Kelebihan dari teknologi bioremediasi: sederhana, minimalisasi emisi, terjadi biodegradasi
dan detoksifikasi kontaminan, murah.
Kelemahan dari teknologi bioremediasi: kerberhasilan tergantung pada kemampuan
operator, tidak semua kontaminan dapat didekomposisi, degradasi biologis akan berjalan
lambat pada konsentrasi rendah, membutuhkan waktu lama, sulit memprediksi
performance sistem bioremediasi, sulit melakukan scaling up dari skala laboratorium.

Anda mungkin juga menyukai