Disusun Oleh:
A. LOGAM BERAT
Logam berat merupakan unsur logam yang memiliki densitas lebih besar dari 5
3
g/cm dalam air laut, logam berat terdapat dalam bentuk terlarut dan tersuspensi. Dalam
keadaan kondisi alam ini, logam berat dibutuhkan oleh organisme untuk pertumbuhan dan
perkembangan hidupnya (Philips, 1980 dan Effendi, 2000).
B. EFEK LOGAM BERAT TERHADAP KESEHATAN MANUSIA
1. Arsen (As)
Kanker paru dan hati, kerusakan ginjal, kerusakan lambung dan sakit
kerongkongan.
2. Timbal (Pb)
Gejala sakit perut, sakit kepala, tubuh limbung, kejang kejang, tekanan darah
menurun, muntah muntah, terserang diare bahkan pingsan mendadak.
3. Merkuri (Hg)
Merusak saraf saraf tubuh termasuk otak, menyebabkan kemunduran, merusak
jaringan kulit paling dalam, mengiritasi organ tubuh dll.
4. Kadmium (Cd)
Kerusakan hati, paru paru, ginjal dan kelainan pada pembuluh darah.
C. Sumber Limbah B3
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik, misal: pemeliharaan alat, pencucian.
b. Limbah B3 dari sumber spesifik, misal: sisa proses suatu industri atau kegiatan tertentu.
c. Limbah B3 dari sumber lain, misal: bahan Kimia kadaluwarsa, tumpahan.
D. Dampak B3 Terhadap Kesehatan Manusia
Limbah industri baik berupa gas, cair maupun padat umumnya termasuk kategori atau
dengan sifat limbah B3. Limbah B3 dari kegiatan industri yang terbuang ke lingkungan
akhirnya akan berdampak pada kesehatan manusia. Dampak itu dapat langsung dari
sumber ke manusia, misalnya meminum air yang terkontaminasi atau melalui rantai
makanan, seperti memakan ikan yang telah menggandakan (biological magnification)
pencemar karena memakan mangsa yang tercemar( Huffman dan Lee, 1996).
E. Toksikologi Limbah B3
Uji toksikologi digunakan untuk mengetahui sifat akut atau kronik limbah yang
dimaksud. Penentuan sifat akut limbah dilakukan dengan uji hayati untuk mengukur
hubungan dosis - respons antara limbah dengan kematian hewan uji, untuk
menetapkan nilai LD50. LD50 (Lethal Dose fifty) adalah dosis limbah (gram / Kg Berat
Badan) yang dapat menghasilkan 50% respons kematian pada populasi hewan uji.
A. TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
Toksikologi lingkungan adalah suatu studi yang mempelajari efek dari bahan polutan
terhadap kehidupan dan pengaruhnya terhadap ekosistem
B. KARAKTERISTIK METODE UJI HAYATI
Uji hayati adalah uji untuk mengevaluasi potensi relatif dari bahan kimia dengan jalan
membandingkan pengaruh tersebut pada biota dengan kontrol menggunakan biota yang sama.
C. UJI HAYATI AKUT
Uji toksisitas akut dilakukan untuk mengukur derajat efek suatu senyawa yang
diberikan pada hewan coba tertentu, dan pengamatannya dilakukan pada 24 jam pertama
setelah perlakuan.
D. UJI HAYATI SUBKRONIS-KRONIS
Uji toksisitas subkronis dilakukan untuk mengevaluasi efek senyawa, apabila diberikan
kepada hewan uji secara berulang-ulang.
E. UJI PEMULIHAN
Remedisi (Pemulihan) merupakan proses degradasi biologis pada kondisi terkontrol
menjadi suatu bahan yang tidak berbahaya.
F. METODE STATIS
Static Test, adalah metode uji dimana selama uji berlangsung tidak dilakukan
penggantian larutan maupun pemindahan organisme uji.
G. METODE SEMI STATIS (RANEWAL)
Ranewal Test, adalah metode uji dimana organismenya didedahkan ke dalam larutan uji
dalam komposisi yang sama secara periodik berulang dengan interval waktu pengulangan
setiap 24 jam.
H. METODE SIRKULASI ULANG
Sistem resirkulasi air merupakan salah satu cara mempertahankan kondisi kualitas air
pada kisaran yang optimal.
I. UJI ALIR KONSTAN (FLOW THROUGH)
Flow Through Test, adalah suatu metode uji yang larutan ujinya diganti (mengalir)
secara kontinyu selama masa pengujian berlangsung.
J. METODE MIKROKOSM DAN MESOKOSM
Mesokosm adalah alat eksperimental yang membawa sebagian kecil dari lingkungan
alam dalam kondisi yang terkendali.
K. METODE LAPANGAN
Metode lapangan merupakan metode yang sering digunakan karena dalam metode ini
tidak hanya spesies tunggal yang diamati tetapi juga ekosistem di lapangan sehingga akan
diperoleh hasil yang lebih akurat.
L. METODE PENDEKATAN TRIAD
Triad adalah sebuah pendekatan untuk pengambilan keputusan untuk pembersihan
lokasi limbah berbahaya.
M. VARIASI METODE UJI TOKSISITAS
Uji toksisitas akut, uji toksisitas subkronik, uji toksisitas kronik, uji toksisitas
berkelanjutan, uji mutagenesis, uji metabolisme umum.
N. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE UJI HAYATI
Kelebihan: selektifitas tinggi, dapat berkembang biak secara alamiah, tidak ada
pengaruh/efek samping yang buruk. Kelemahan: pengendalian berjalan lambat, tidak dapat
diramalkan, ditentukan dengan paksa, sulit dan mahal.
MATERI 7
STANDARISASI METODE UJI HAYATI
A. Metode Standar
1. OECD (Organization for Economic Cooperation and Development)
2. ASTM (American Society for Testing and Materials)
3. US-EPA (US-Environmental Protection Agency)
4. APHA (American Public Health Association/Standard Method)
5. FAO (Food and Agriculture Organization)
6. EPS (Environment Protection Series/Environment Canada)
B. Kriteria Metode Standar
1. Uji harus diterima secara meluas.
2. Uji harus mampu memprediksi efek dari berbagai zat dengan biota yang berbeda.
3. Data harus meliputi efek dari suatu range konsentrasi tertentu.
4. Data harus dapat digunakan untuk memperkirakan dampak.
5. Uji harus mudah dilakukan secara ekonomis.
6. Uji harus sensitif dan realistis dalam desain.
C. Kriteria Organisme Uji
1. Organisme harus sensitif terhadap material beracun dan perubahan lingkungan.
2. Penyebarannya luas dan mudah didapat dalam jumlah yang banyak.
3. Mempunyai arti ekonomi, rekreasi dan kepentingan ekologi baik secara daerah
maupun nasional.
4. Mudah dipelihara dalam laboratorium.
5. Mempunyai kondisi yang baik, bebas dari penyakit dan parasit.
6. Sesuai untuk kepentingan uji hayati.
D. Kriteria Uji Kontrol
Test of control atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai uji pengendalian adalah
prosedur audit yang umum dilakukan untuk mengetahui apakah sistem pengendalian yang
dilakukan oleh organisasi sudah berjalan efektif.
1. Tujuan test of control
Tujuan pengujian pengendalian (test of control) adalah untuk menentukan dan
mengawasi apakah pelaksanaan aktivitas-aktivitas dalam perusahaan telah
dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan kebijakan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan.
2. Ruang Lingkup Test of Control
Ruang lingkup Test of Control (pengujian pengendalian) meliputi pengkajian
pengendalian akuntansi.
E. Uji Kondisi Laboratorium
Berdasarkan ISO/IEC Guide 43:1997 bagian 1 (Cofino, 1994) didefinisikan sebagai
suatu perangkat yang powerful untuk membantu laboratorium dalam menunjukkan
kompetensinya kepada lembaga akreditasi atau pihak ketiga. Uji profisiensi merupakan suatu
metoda untuk mengetahui kinerja laboratorium dengan cara uji banding antar laboratorium.
Uji profisiensi memungkinkan laboratorium memonitor hasil ujinya dari waktu ke waktu.
Terkait dengan persyaratan akreditasi, laboratorium peserta uji profisiensi adalah sebagai
berikut.
1. Laboratorium yang akan mengajukan akreditasi ke lembaga akreditasi
2. Laboratorium yang telah diakreditasi
3. Laboratorium yang masih harus mengambil tindak lanjut terhadap hasil uji
profisiensi laboratorium yang telah diakreditasi
MATERI 8
POTENSI TOKSISITAS BAHAN POLUTAN
B. PERIODE PENDEDAHAN
Periode pendedahan merupakan kontak suatu organisme dengan xenobiotika, pada
umumnya, kecuali radioaktif, hanya dapat terjadi efek toksik/ farmakologi setelah
xenobiotika terabsorpsi. Umumnya hanya tokson yang berada dalam bentuk terlarut,
terdispersi molekular dapat terabsorpsi menuju sistem sistemik. Paparan ini dapat terjadi
melalui kulit, oral, saluran pernafasan (inhalasi) atau penyampaian xenobiotika langsung ke
dalam tubuh organisme (injeksi).
7. FAKTOR LINGKUNGAN
1. Faktor-faktor yang terkait dengan pemaparan
2. Faktor-faktor yang terkait dengan organisme
3. Faktor-faktor eksternal
4. Faktor-faktor yang terkait dengan bahan kimia
F. Faktor Biologi
Tempat aksi racun dapat berupa enzim, reseptor, atau protein. Enzim dan protein
nirenzim ada di dalam tubuh menurut ciri khas model genetika masing-masing anggota
populasi makhluk hidup, maka cacat genetika dalam anggota suatu jenis makhluk hidup dapat
menyebabkan kekurangan jumlah atau ketidaksempurnaan molekul enzim.
MATERI 9
ANALISA KIMIA
A. ANALISA KIMIA
Analisis kimia diartikan suatu rangkaian pekerjaan untuk memeriksa/ mengetahui/
menentukan kandungan dari suatu sampel dengan tujuan tertentu.
1. Analisis Kimia Kualitatif
Suatu rangkaian pekerjaan analisis yang bertujuanmengetahui keberadaan (bisa juga
identifikasi) suatu ion,unsur, atau senyawa kimia dalam suatu sampel.
2. Analisis Kimia Kuantitatif
Suatu rangkaian pekerjaan analisis yang bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu
unsur atau senyawa dalam suatu sampel yang kita analisa.
B. PENCUPLIKAN
Pencuplikan adalah memperoleh suatu sampel yang mewakili semua komponen dan
banyak komponen-komponen tersebut dalam suatu sampel ruahan (bulk).
C. CONTOH PENCUPLIKAN BERDASARKAN WUJUD BENDA
1. Zat padat
Langkah pertama dalam prosedur pencuplikan adalah memilih suatu porsi besar
batubara, yang disebut sampel kasar (gross). Setelah sampel itu dipilih, batubara itu
ditumbuk atau diremuk dan secar bersistem dicampur dan ukurannya dikurangi.
2. Cairan
Piranti yang disebut pencuplik caplok (grab samplers) dapat digunakan untuk
mengumpulkan sampel dari perairan besar.
3. Gas
D. PENGUBAHAN KEADAAN CUPLIKAN
1. Cara basah
Cara basah yang dilakukan dengan pelarut langsung menggunakan pelarut air, asam
nitrate, asam sulfat, asam klorida, asam perklorat atau campurannya,dan basa.
2. Cara kering
Cuplikasi dilebur dengan cara dipijarkan, dilarutkan dengan air atau asam encer,
ditambahkan beberapa tetes asam-asam pekat.
E. PENGUKURAN CUPLIKAN
Sifat kimia dan fisika digunakan dasar untuk melakukan pengukuran baik kuantitatif dan
kualitatif serta melibatkan reaksi-reaksi kimia didalamnya, seperti volumetric dan
gravimetric.
F. PERHITUNGAN SERTA INTERPRETASI DATA HASIL PENGUKURAN
CUPLIKAN
Hasil pengukuran dengan cara titrasi atau gravimetric misalnya diolah berdasarkan
hubungan stoikiometri. Sedangkan dari hasil pengukuran dengan spektrofotometer,
diperoleh data berupa absorbans, yang dapat dihubungkan dengan konsentrasi atau kadar
suatu zat dalam cuplikan.
G. INSTRUMEN ANALISA KIMIA
Adapun jenis – jenis instrumen dalam analisa kimia meliputi spektrofotometri UV/Vis,
spektrofotometri infra merah, spektrofotometri serapan atom, spektrometri resonansi
magnet inti, spektrometri sinar X dan kromatografi.
H. APLIKASI INSTRUMEN ANALISA KIMIA
Spektroskopi UV – Vis untuk menentukan zat organik seperti pewarna tekstil dan
anorganik seperti ion – ion logam; infra merah untuk analisis gugus fungsi, analisis air dalam
gliserol; AAS untuk menentukan zat – zat anorganik; NMR untuk menentukan struktur
senyawa organik; sinar X untuk menentukan struktur kristal.
MATERI 10
LC50
A. Lethal Concentration-50 (LC50)
LC50 (Median Lethal Concentration) yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian
sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan perhitungan,
pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 48 jam, LC50 96 jam sampai waktu
hidup hewan uji.
B. Metode Dalam Penentuan Lethal Concentration-50 (LC50)
a. Cara Weil
Cara atau metode Weil ini menggunakan tabel Weil yang telah ada, dimana tabel
tersebut berisi tentang respons dan koefisien nomor/angka.
b. Metode Probit
Analisis probit merupakan suatu metode yang telah digunakan secara luas untuk
menghitung toksisitas dengan cara membandingkan setiap konsentrasi ataupun dosis.
Persamaanya :
Y = mX + b
c. Cara Farmakope Indonesia III ( FI III)
1. Dosis yang digunakan merupakan seri dari kelipatan yang tetap
2. Hewan uji yang digunakan harus sama untuk setiap kelompok uji
3. Dosis yang digunakan untuk uji harus mematikan hewan uji mulai dari 0-100%
dan hitungan terbatas pada rentang tersebut.
Rumus :
M = a-b (∑ 𝒑𝒊- 0,5)
C. Klasifikasi dari Lethal Concentration-50 (LC50)
Tingkat Racun Nilai (LC50) (ppm)
Racun Tinggi <1
Racun Sedang >1 dan <100
Racun Rendah >100
D. Cara Perhitungan LC 50 dari BSLT
1. Buatlah tabel, masukkan Log10 konsentrasi dan jumlah larva yang digunakan
2. Tuliskan jumlah larva yang mati pada setiap kolom Jumlah larva mati sesuai dengan
konsentrasinya.
3. Hitung % mortalitasnya dengan cara = ((Jumlah yang mati / Jumlah total Larva) ×
100 %)
4. Perhatikan jumlah larva yang mati pada konsentrasi 0 atau kontrol. Jika terdapat yang
mati maka hitung mortalitas terkoreksi, sesuai ulangan.
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ % 𝑚𝑜𝑟𝑡𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛 − % 𝑚𝑜𝑟𝑡𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎
%𝑀𝑜𝑟𝑡𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑒𝑟𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 =
100 − 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑚𝑎𝑡𝑖 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
5. Rata-ratakan dengan membagi total mortalitas terkoreksi dengan jumlah ulangan yang
dilakukan.
6. Cari nilai probit (probability unit) untuk mortalitas terkoreksi yang didapatkan dan
masukkan ke kolom probit.
7. Jika nilai probit sudah ada, selanjutnya membuat grafik hubungan antara nilai probit
mortalitas (sumbu y) dan Log10Konsentrasi (sumbu x).
8. Jika sudah ditemukan persamaan grafik, selanjutnya dimasukkan nilai LC 50 yaitu
nilai 5. Karena nilai lima mewakili 50% nilai probit atau 50% kematian larva.
MATERI 11
BIOREMEDIASI
A. Remediasi Berbasis Tumbuhan
Remediasi berbasisi tumbuhan atau fitoremediasi merupakan teknologi proses yag
menggunakan tumbuhan untuk menghilangkan atau memulihkan tanah atau perairan yang
telah terkontaminasi oleh logam berat (Gatliff, 1996).
B. Bioremediasi Bebasis Mikroba
Proses bioremediasi dapat terjadi secara alamiah oleh mikroba yang terdapat pada
lingkungan percemar (intrinsict bioremediation). Bakteri yang diketahui memiliki
kemampuan dalam mendegradasi minyak antara lain Pseudomonas aeruginosa,Serratia
marcescens, Acinetobacterbaumannii, Baccillus megaterium, Baccilluscereus, Fussarium
vertiaculloide, dan Candida tropicalis.
C. Remediasi Berbasis Hewan Tanah
Bioremediasi berbasis hewan tanah merupakan bioremediasi yang memanfaatkan
bantuan dari hewan-hewan tanah seperti cacing dan lain sebagainya. Salah satu contoh
bioremediasi dengan bantuan hewan tanah adalah vermiremediasi. Vermiremediasi
merupakan salah satu proses perbaikan lingkungan tanah terkontaminasi dengan bentuan
hewan tanah yang tida lain adalah cacing tanah.
D. Bioremediasi In Situ
Bioremediasi insitu adalah bioremediasi yang dilakukan langsung di lokasi tanah
tercemar (proses bioremediasi yang digunakan berada pada tempat lokasi limbah tersebut).
E. Bioremediasi ExSitu
Merupakan metode dimana mikroorganisme diaplikasikan pada tanah atau air
terkontaminasi yang telah dipindahkan dari tempat asalnya.
F. Bioremediasi dengan Bantuan Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan molekul amfifatik yang terdiri atas gugus
hidrofilik dan hidrofobik sehingga dapatberada di antara cairan dengan sifat polar dan ikatan
hidrogen yang berbeda seperti minyak dan air. Surfaktan mampu mereduksi tegangan
permukaan dan membentuk mikroemulsi sehingga hidrokarbon dapat larut di dalam air atau
sebaliknya (Desai dan Banat, 1997).
G. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bioremediasi
1. Mikroba
Penambahan jumlah bakteri pada tumpahan minyak mempercepat proses degradasi
dari minyak bumi dan tempat yang paling baik untuk menemukan mikroba
pendegradasi minyak bumi adalah tumpahan minyak itu sendiri.
2. Nutrisi
Nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba bervariasi menurut jenis mikrobanya, namun
seluruh mikroba memerlukan nitrogen, fosfor dan karbon.
3. Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi laju degradasi antara lain: oksigen, pH,
temperatur, kelembapan, air, tekstur tanah.
H. Kelebihan dan Kelemahan Bioremediasi
Kelebihan dari teknologi bioremediasi: sederhana, minimalisasi emisi, terjadi biodegradasi
dan detoksifikasi kontaminan, murah.
Kelemahan dari teknologi bioremediasi: kerberhasilan tergantung pada kemampuan
operator, tidak semua kontaminan dapat didekomposisi, degradasi biologis akan berjalan
lambat pada konsentrasi rendah, membutuhkan waktu lama, sulit memprediksi
performance sistem bioremediasi, sulit melakukan scaling up dari skala laboratorium.