Anda di halaman 1dari 5

Nama : Vebby Versadhasa

Npm : 1714221020

Prodi : Ilmu Kelautan

Matkul : Ekotoksikologi (UJIAN)

Soal :

1. Jelaskan secara perbedaan antara Bioakumulasi dan Biomagnifikasi ?

2. Jelaskan secara rinci apakah yang dimaksud dengan LC50 ?

3. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan logam berat, apa saja jenisnya, bagaimana
dampak di biota jika konsentrasinya melebihi ambang batas ?

4. Jelaskan mengapa nutrien (PO4, NO3 dan Si) termasuk ke dalam senyawa toksik ?

5. Jelaskan bagaimana mekanis buangan air panas dari PLTU bisa mengakibatkan toksik
bagi biota dan kondisi perairan di laut ?

Jawab

1. Bioakumulasi merupakan suatu proses dimana substansi kimia mempengaruhi


makhluk hidup dan ditandai dengan peningkatan konsentrasi bahan kimia di tubuh
organisme dibandingkan dengan konsentrasi bahan kimia itu di lingkungan. Karena
penyerapan bahan kimia ini lebih cepat daripada proses metabolisme dan ekskresi
tubuh organisme, maka bahan-bahan kimia ini akan terakumulasi di dalam tubuh.

Bioakumulasi merupakan proses penumpukan suatu zat di dalam atau sebagian tubuh
organisme. Bioakumulasi pada dasarnya merupakan gabungan dari dua proses yaitu
bikonsentrasi dan biomagnifikasi. Biokonsentrasi adalah masuknya bahan pencemar
secara langsung dari air oleh makhluk hidup melalui jaringan seperti insang, paru-paru
dan kulit. biokonsentrasi juga ialah kondisi peningkatan konsentrasi polutan di
lingkungan. Biasanya kadar polutan akan di atas kadar normal yang diperbolehkan.
Organisme yang mengalami pemaparan bahan toksik terus menerus akan mengalami
bioakumulasi. Bioakumulasi dalam tubuh makhluk hidup, akan berbahaya tergantung
beberapa faktor, yaitu cara penerimaan xenobiotik dan ditribusi xenobiotik

Dampak dari Bioakumulasi diantaranya rusaknya sistem kesehatan makhluk hidup,


baik pada manusia atau hewan, dan rusaknya keseimbangan ekosistem karena dampak
panjang yang diberikan pada rantai makanan

Biomagnifikasi adalah penyerapan senyawa xenobiotik yang masuk ke dalam rantai


makanan sehingga secara berurutan meningkatkan senyawa tersebut dari produsen
hingga konsumen tertinggi. Proses biomagnifkasi dimulai ketika konsentrasi
kontaminan yang tersimpan pada tubuh produsen lebih tinggi dari pada lingkungan
sekitar. Pada setiap tingkatan tropik akan terjadi peningkatan akumulasi DDT (Dikloro
difenil trikloroetana). Akumulasi terbanyak terdapat pada tingkatan tropik paling
tinggi. Akumulasi DDT didalam tubuh organisme dapat menyebabkan terjadinya
gangguan fisiologi tubuh dan mutasi genetik (gen dan kromosom).

Senyawa polutan penyebab biomagnifikasi umumnya bersifat mobile (mudah


berpindah), long-lived (berumur panjang), larut lemak dan bersifat aktif secara biologis.
Jika polutan berumur pendek maka polutan akan dipecah sebelum menjadi berbahaya;
jika polutan tidak mobile, maka polutan akan menetap di satu tempat dan organisme
yang terpengaruh hanya dalam kisaran geografi sempit; jika polutan larut dalam air,
maka polutan akan diekskresikan oleh organisme sedangkan polutan yang larut dalam
lemak akan dapat bertahan di tempat-tempat penyimpanan lemak dalam waktu yang
cukup lama.

Dampak bioagnifikasi yaitu manusia menduduki posisi puncak tingkat trofk pada
hampir semua rantai makanan dalam ekosistem, sehingga manusia merupakan
penanggung resiko biomagnifkasi yang paling tinggi. Bioagnifikasi juga mempengaruhi
dan merusak keseimbangan antara organisme dan ekosistem

Jadi dapat dikatakan bahwa Bioakumulasi mengacu pada bagaimana suatu polutan
memasuki rantai makanan dan terjadi dalam tingkat trofik, dan merupakan
peningkatan konsentrasi dari zat bioakumulan tertentu dalam jaringan tubuh suatu
organisme karena penyerapan dari makanan dan lingkungan sedangkan biomagnifikasi
mengacu pada kecenderungan polutan untuk terkonsentrasi dan berpindah dari satu
tingkat trofik ke tingkat berikutnya dan terjadi ketika serapan dari air lebih besar
daripada ekskresinya.

2. Lethal Concentration 50 (LC50) yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian


sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan
perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 48 jam, LC50 96
jam sampai waktu hidup hewan uji. Lethal Concentration 50 (LC50) juga adalah suatu
perhitungan untuk menentukan keaktifan dari suatu ekstrak atau senyawa. Makna LC
50 adalah pada konsentrasi berapa ekstrak dapat mematikan 50 % dari organisme uji,
misalnya larva Artemia salina (brine shrimp).

Penentuan LC 50 biasanya banyak digunakan dalam uji toksisitas pada farmakologi dan
digunakan untuk mempersempit kisaran konsentrasi mematikan suatu senyawa dengan
cara diberikan senyawa berbagai konsentrasi, kemudian penentuan LC 50 dapat
dilakukan dengan beberapa cara, antar lain dengan grafk probit log konsentrasi, metode
grafk, perhitungan secara matematik. Penentuan
metode grafk probit konsentrasi dilakukan dengan menempatkan persentase respons
dari tiap kelompok hewan pada ordinat dan logaritma dosis obat yang diberikan secara
absis

Berdasarkan kepada lamanya, metode penambahan larutan uji dan maksud serta
tujuannya maka uji toksisitas diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Klasifikasi menurut waktu, yaitu uji hayati jangka pendek (short term bioassay),
jangka menengah (intermediate bioassay) dan uji hayati jangka panjang (long term
bioassay).
2. Klasifikasi menurut metode penambahan larutan atau cara aliran larutan, yaitu uji
hayati statik (static bioassay), pergantian larutan (renewal biossay), mengalir (flow
trough bioassay).

3. Klasifikasi menurut maksud dan tujuan penelitian adalah pemantauan kualitas air
limbah, uji bahan atau satu jenis senyawa kimia, penentuan toksisitas serta daya
tahan dan pertumbuhanorganisme uji.

3. Logam Berat merupakan salah satu bahan pencemar perairan. Keberadaan logam-
logam ini sangat berbahaya, meskipun dalam jumlah yang kecil. Berbagai kegiatan
manusia seperti penambangan logam, pelapisan dan pencampuran logam, industri
minyak dan pigmen, pembuatan pestisida dan industri penyamakan kulit sangat
berpotensi menghasilkan limbah yang mengandung logam berat. Logam berat
merupakan zat yang beracun serta umumnya bersifat karsinogenik. Oleh karena itu
pengolahan dan penghilangan logam berat dari perairan sangatlah diperlukan. Logam
berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik, mengendap di dasar
perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih
tinggi dibandingkan dalam air. Beberapa proses pengambilan logam berat yang telah
ada diantaranya adalah pengendapan secara kimia, ion exchange, pemisahan dengan
membran, elektrolisa dan ekstraksi dengan solvent. Logam berat adalah kelompok
unsur logam dengan massa jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, yang pada tingkat tertentu
menjadi bahan beracun dan sangat berbahaya bagi makhluk hidup dengan daya hantar
panas dan listrik yang tinggi.

Jenis-jenis Logam Berat

Berdasarkan sifat racunnya, logam berat dibagi menjadi empat golongan, yaitu sebagai
berikut:

1. Sangat beracun, dapat mengakibatkan kematian ataupun gangguan kesehatan


yang pulih dalam waktu yang singkat, logam-logam tersebut antara lain: Hg, Pb,
Cd, Cr, As.
2. Moderat, yaitu mengakibatkan gangguan kesehatan baik yang pulih maupun
tidak dalam waktu yang relatif lama, logam-logam tersebut antara lain: Ba, Be,
Cu, Au, Li, Mn, Se, Te, Co, dan Rb.
3. Kurang beracun, logam ini dalam jumlah besar menimbulkan gangguan
kesehatan, logam-logam tersebut antara lain: Al, Bi, Co, Fe, Ca, Mg, Ni, K, Ag, Ti,
dan Zn.
4. Tidak beracun, yaitu tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Logam-logam
tersebut antara lain: Na, Al, Sr, dan Ca.

Unsur-unsur logam berat juga dibutuhkan oleh organisme hidup dalam berbagai proses
metabolisme untuk pertumbuhan dan perkembangan sel-sel tubuhnya. Sebagai contoh,
kobal (Co) dibutuhkan untuk pembentukan vitamin BB 12, besi (Fe) dibutuhkan untuk
pembuatan haemoglobin, sedangkan seng (Zn) berfungsi dalam enzim-enzim
dehidrogenase. Tetapi unsur logam berat dalam jumlah yang berlebihan (konsentrasi
melebihi ambang batas) akan bersifat racun. Contohnya 50% kerang biru, Mynlus edulis
yang dipelihara dalam air yang mengandung Pb 0,5 ppm mati dalam waktu 150 hari.
Sedangkan dalam air yang mengandung Pb=5 ppm, 50% kerang biru tersebut mati
dalam waktu 105 hari. Adanya efek sinergis dari beberapa logam, juga akan
memperbesar toksisitas logam berat.

Dampak logam berat terhadap biota

Konsentrasi logam berat yang tinggi dalam lingkungan dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan dan meningkatkan daya toksisitas, persistan dan bioakumulasi logam itu
sendiri. Logam berat yang masuk dalam lingkungan sebagian akan terserap masuk ke
dalam tanah (sedimen) dan sebagian akan masuk dalam sistem aliran sungai yang
selanjutnya akan terbawa ke laut. Logam berat yang masuk dalam ekosistem laut akan
mengendap ke dasar perairan dan terserap dalam sedimen. Logam berat yang
mengendap pada dasar perairan akan membentuk sedimentasi dan hal ini akan
menyebabkan biota laut yang mencari makan di dasar perairan seperti udang, kerang
dan kepiting akan memiliki peluang yang sangat besar untuk terkontaminasi logam
berat tersebut. Jika biota laut yang telah terkontaminasi logam berat tersebut
dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu dapat menjadi bahan racun yang akan
meracuni tubuh makhluk hidup. Logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh biota laut
melalui beberapa jalan, yaitu saluran pernafasan (insang), saluran pencernaan (usus,
hati, ginjal), maupun penetrasi melalui kulit. Melalui rantai makanan biota laut yang
telah terkontaminasi tersebut dikonsumsi oleh manusia dalam jangka waktu tertentu
dan akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia karena menimbulkan efek
racun.

4. Nutrien (unsur hara) merupakan zat-zat yang digunakan untuk keperluan


organisme hidup dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup seperti proses
metabolisme atau proses fisiologi organisme. Nutrien dalam bentuk mikro terdiri dari
ferrum, cobalt, zink, boron, silikat, mangan, cupprum, dari beberapa nutrien tersebut
hanya ada tiga unsur yang paling dibutuhkan oleh organisme yaitu unsur karbon,
nitrogen, dan fosfor. Mikronutrien juga adalah Unsur-unsur dalam konsentrasi sedikit
yang diperlukan oleh fitoplankton laut untuk pertumbuhan. Unsur hara akan
dimanfaatkan sampai keberadaannya menjadi menipis dan pertumbuhannya
terhambat.

Jenis Unsur Hara


1. Unsur utama :
 Nitrogen Senyawa nitrogen di laut sangat terbatas (~ 1/10 konsentrasi N2).
Bentuk : terlarut dan partikel (organik dan anorganik). Manfaat nitrogen yaitu
banyak digunakan untuk pembentukan asam amino dan protein
 Fosfor (terlarut dan partikel) Komponen : anorganik dan organik (berasal dari
penguraian tanaman). Organisme memerlukan fosfat untuk pembentukan asam
nukleat seperti ADP = adenosin diphosphat yang dibutuhkan dalam proses
fotosintesa.
2. Unsur tambahan : silika (untuk membentuk cangkang : Diatom). Bentuk : terlarut
dan partikel
3. Unsur lain : Fe, Mn, Cu, Zn, Co dan Mo (penting, tetapi tidak menghambat atau
membatasi pertumbuhan)

Tingkat kesuburan suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan unsur hara di
dalamnya. Besarnya kandungan unsur hara khususnya nitrat (NO3) dan fosfat (PO4)
akan mempengaruhi populasi biota-biota laut yang memerlukan unsur hara sebagai
bahan utama dalam proses hidupnya, terutama fitoplankton. Hal tersebut dikarenakan
fitoplankton membutuhkan unsur hara untuk melangsungkan proses fotosintesisnya
dengan baik. Jika Keberadaan unsur-unsur nutrien (PO4, NO3, Si) yang melebihi batas
ketentuan atau berlebihan maka akan termasuk kedalam senyawa toksik yang
kemudian dapat menyebabkan Harmful Alga Blooms (HABs). Peristiwa HAB yang masuk
dalam kategori red tide maker disebabkan oleh ledakan populasi fitoplankton
berpigmen sehingga warna air laut akan berubah sesuai dengan warna pigmen spesies
fitoplanktonnya. Ledakan populasi fitoplankton tersebut dapat menutupi permukaan
perairan sehingga selain menyebabkan deplesi oksigen, juga dapat menyebabkan
gangguan fungsi mekanik maupun kimiawi pada insang ikan. Hal tersebut dapat
mengakibatkan kematian massal ikan. Sedangkan peristiwa HAB yang dikategorikan
toxin producer disebabkan oleh metabolit sekunder yang bersifat toksik dari suatu
fitoplankton sehingga toksin tersebut dapat terakumulasi pada biota perairan seperti
ikan dan kerang.

5. PLTU tambak yang perkembangannya cukup pesat dalam bidang industri sangat
berpotensi mencemari perairan sekitarnya. Bila peningkatan industri tidak diikuti
dengan pengelolaan lingkungan yang baik maka peningkatan konsentrasi buangan
limbah industri akan menimbulkan pengaruh yang buruk terhadap kualitas lingkungan,
salah satu buangan industri yang berbahaya yaitu limbah panas. Sebagai contoh pada
PLTU Tambak Lorok, Semarang, Jawa Tengah (kegiatan pembangkit listrik milik
Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN)) yang mensuplai kebutuhan listrik di Jawa dan
Bali. Juga tidak lepas dari masalah lingkungan, khususnya menghasilkan limbah panas
dan langsung dibuang ke badan air. Pembuangan air limbah secara langsung ke badan
air sekitarnya tanpa melalui proses pendinginan kembali berpengaruh terhadap biota
yang hidup dalam badan air tersebut. Hal ini dapat menjadi toksik bagi biota karena
limbah bahan panas bisa mengakibatkan kematian biota yang tak memiliki toleransi
tinggi terhadap suhu, apabila biota menghadapi perubahan suhu mendadak dibawah
atau batas ambang akan memperkecil kelulushidupan (survival) , karena kebanyakan
ikan dan invertebrata memiliki toleransi suhu yang sempit. Menurut keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor Kep-51/MenLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair
bagi kegiatan industri, menetapkan parameter suhu sebesar 40 derajat celcius Angka
baku mutu yang ditolerir biota laut, seperti ikan dan udang iyalah 20-35 derajat celcius,
jika melewati suhu tersebut biota laut tidak dapat bertahan hidup.

Kelebihan panas akan merubah ambien temperatur air dan dapat mempegaruhi
ekosistem akuatik baik secara langsung maupun tidak langsung. Perubahan temperatur
tersebut kemungkinan juga dapat mempengaruhi salinitas baik terhadap air limbah
pendingin sendiri maupun terhadap perairan sepanjang penyebaran air limbah tersebut
karena adanya proses percampuran antara air limbah dengan badan air di titik
pembuangan dan sekitarnya. Pembuangan limbah sebagai pendingin akan
mempengaruhi kondisi lingkungan disekitarnya akan menimbulkan pencampuran air
panas diantaranya akibat gelombang, arus, pasang surut.

Oleh karena itu, dengan adanya buangan air panas ini, terdapat dampak yang
ditimbulkan pada lingkungan yaitu, menurunkan densitas air dan kandunganO2.
Kemudian menimbulkan dampak juga terhadap organisme laut yaitu berkurangnya
pasokan oksigen di perairan karena kebutuhan akan oksigen yang meningkat tetapi
oksigen terlarut menurun.

Anda mungkin juga menyukai