Npm :1714221001
Prodi :Ilmu kelautan
MataKuliah :Ekotoksikologi Laut
Soal
1. Jelaskan secara perbedaan antara Bioakumulasi dan Biomagnifikasi ?
2. Jelaskan secara rinci apakah yang dimaksud dengan LC50 ?
3. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan logam berat, apa saja jenisnya, bagaimana
dampak di biota jika konsentrasinya melebihi ambang batas ?
4. Jelaskan mengapa nutrien (PO4, NO3 dan Si) termasuk ke dalam senyawa toksik ?
5. Jelaskan bagaimana mekanis buangan air panas dari PLTU bisa mengakibatkan toksik
bagi biota dan kondisi perairan di laut ?
Jawaban
1. Bioakumulasi merupakan suatu proses dimana substansi kimia mempengaruhi makhluk
hidup dan ditandai dengan peningkatan konsentrasi bahan kimia di tubuh organisme
dibandingkan dengan konsentrasi bahan kimia itu di lingkungan. Karena penyerapan
bahan kimia ini lebih cepat daripada proses metabolisme dan ekskresi tubuh organisme,
maka bahan-bahan kimia ini akan terakumulasi di dalam tubuh. bioakumulasi
merupakan peningkatan konsentrasi polutan yang diikuti perpindahan dari lingkungan
ke organisme pertama pada rantai makanan. proses bioakumulasi melibatkan tahaptahap
antara lain:
1. Pengambilan (Uptake), yaitu masuknya bahan-bahan kimia (melalui pernafasan, atau
adsorbsi melalui kulit, pada ikan biasanya dapat melalui insang);
2. Penyimpanan (Storage), yaitu penyimpanan sementara di jaringan tubuh atau organ.
Kadar bahan kimia ini akan terus bertambah di dalam tubuh organisme dan bila
kadarnya sampai melebihi kadar bahan tersebut di lingkungan (air atau udara) maka
proses bioakumulasi telah terjadi;
3. Eliminasi, dapat berupa pemecahan bahan kimia menjadi senyawa yang lebih
sederhana, dapat dilakukan dengan proses biologik disebut metabolism.
Di alam, proses terjadinya akumulasi senyawa sering tidak dapat digambarkan dengan
suatu kesetimbangan yang relatif sederhana. Adanya perpindahan senyawa xenobiotik
dari makanan ke konsumer pada rantai makanan mengakibatkan proses perpindahan
senyawa tersebut menjadi kompleks. Masing-masing organisme yang terlibat dalam
rantai makanan, mengalami perpindahan senyawa sesuai fase (sebagai mangsa dan
pemangsa) di lingkungannya. Proses ini yang disebut sebagai biomagnifikasi.
4. Fosfat merupakan bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan. Fosfat dalam
perairan terdapat dalam bentuk senyawa anorganik terlarut dan senyawa organik,
Senyawa fosfat ini mengalami hidrolisis menjadi bentuk ortofosfat (PO4) yang
dimanfaatkan langsung oleh fitoplankton atau algae. Fosfat tidak bersifat toksik, namun
jika diiringi dengan kelebihan kadar nitrogen, dapat menstimulir ledakan algae (algae
bloom), sehingga menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari. Keberadaan
fosfat berhubungan erat dengan tingkat kesuburan perairan. Perairan dengan tingkat
kesuburan sedang, memiliki kadar ortofosfat 0,011 – 0,03 mg/liter.
Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian
dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah atau air menguraikan sampah yang
mengandung nitrogen organik pertama-pertama menjadi ammonia, kemudian
dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah
dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan
di dalam air bawah tanah maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh
pupuk nitrogen, termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan
maupun manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang
mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah bermigrasi dengan
air bawah tanah. Nitrat (NO3) merupakan bentuk utama nitrogen di perairan alami yang
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat sangat mudah
larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna
senyawa nitrogen di perairan. Nitrifikasi yang merupakan proses oksidasi ammonia
menjadi nitrit dan nitrat adalah proses yang penting dalam siklus nitrogen dan
berlangsung pada kondisi aerob. Menurut Zona (2011), dalam beberapa tahap selama
berlangsungnya siklus nitrogen, terjadi pembebasan dan pengikatan N2 bebas.
Terlepasnya N2 bebas akibat suatu proses yang terjadi dalam siklus nitrogen disebut
denitrifikasi, yang pada dasarnya adalah konversi nitrat menjadi gas nitrogen. Di dalam
perairan nitrat dapat berasal dari aktivitas manusia yang membuang kotoran ke dalam
perairan, pembusukan sisa tanaman dan hewan, pembuangan limbah industri dan
kotoran hewan. Sebagai seorang pembudidaya, masalah utama yang terjadi di perairan
adalah tingginya tingkat amoniak hasil reduksi dari sisa pakan maupun feses ikan.
Fitoplankton di perairan dipengaruhi oleh keberadaan nitrogen dan fosfor yang mana
lebih dibutuhkan daripada karbon, hidrogen, dan oksigen, karena dapat dimanfaatkan
oleh fitoplankton walau dalam jumlah yang sedikit. Nitrogen dan fosfor dapat dikatakan
sebagai kebutuhan nutrien utama bagi fitoplankton dan faktor pembatas bagi kehidupan
fitoplankton. Unsur nitrogen dan fosfor di perairan sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan fitoplankton. Namun, jumlah yang terdapat di lingkungan juga terbatas
sehingga mempengaruhi pertumbuhan fitoplankton. Pemberian pupuk organik atau
anorganik pada tambak budidaya merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
kesuburan perairan. Perairan yang subur dapat ditandai dengan fitoplankton yang
melimpah.
Harmfull alga sering dijumpai mengalami ledakan populasi (blooming algae) yang
disebabkan oleh peningkatan jumlah nutrien yang masuk ke dalam perairan. Nutrien
yang banyak masuk ke air disebut eutrofikasi. Eutrofikasi disebabkan oleh proses
alamiah yang terjadi di perairan berupa akibat pencemaran karena peningkatan zat hara
yang masuk dalam perairan, dapat juga berasal dari aliran limbah yang terbuang ke
perairan atau mencampuri sumber air budidaya. Keadaan perairan yang terlalu tinggi
kadar nutrien dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan fitoplankton sangat cepat
bahkan tidak terkendali, termasuk Harmfull alga. Harmfull alga juga diketahui dapat
memproduksi toksin. Toksin yang dihasilkan Harmfull alga dapat mengganggu
produktivitas biota perairan. Harmfull alga dapat menjadi kompetitor bagi kehidupan
plankton lain. Perairan budidaya yang banyak terdapat Harmfull alga yang merugikan
akan mengalami gangguan produktivitas sampai potensi kematian pada organisme
budidaya. Harmfull alga yang sering mendominasi perairan jika terjadi ledakan
populasi, umumnya berasal dari genus yang merugikan.
Peningkatan nutrien dapat berupa amonium, nitrat, nitrit dan fosfat. Peningkatan dan
penurunan amonium dapat disebabkan karena faktor bakteri proses nitrifikasi.
Peningkatan amonium dapat disebabkan karena amonium tidak teroksidasi menjadi
nitrit. Hal ini diduga karena bakteri Nitrosomonas tidak bekerja merombak amonium.
Penurunan amonium berarti dapat disebabkan karena Nitrosomonas bekerja dengan baik
untuk merombak ammonium. Kematian organisme yang menyebabkan penumpukkan
bahan organik juga merupakan penyebab tingginya amonium di perairan. Amonium
merupakan ion yang tidak stabil. Amonium terbentuk dari protonasi ammonia.
Amonium bersifat toksik jika terlalu banyak terdapat di lingkungan. Amonium yang
tinggi disebabkan oleh daya dukung lingkungan yang rendah. pH rendah merupakan
penyebab tingginya amonium di perairan.
5. Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009 tentang baku
mutu air limbah bagi usaha pembangkit listrik tenaga termal, limbah yang dihasilkan
berasal dari proses utama, kegiatan pendukung, dan kegiatan yang menghasilkan air
limbah yang mengandung minyak.
Proses utama adalah proses yang menghasilkan air limbah yang bersurnber dari proses
pencucian (dengan atau tanpa bahan kimia) dari semua peralatan logam, blowdown
cooling tower, blowdown boiler, laboratorium, dan regenerasi resin water treatment
plant. Kegiatan pendukung meliputi kegiatan fasilitas air pendingin, kegiatan fasilitas
desalinasi, kegiatan fasilitas stockpile batu bara, dan kegiatan air buangan dari
fasilitas flue gas desulphurization (FGD) sistem seawater scrubber. Air limbah yang
mengandung minyak (oily water) adalah air limbah yang berasal dari pencucian
peralatan-peralatan, tumpahan dari kegiatan operasional yang dibung ke
media lingkungan melalui kolam separator atau oil separator atau oil catcher atau oil
trap.
Parameter Limbah Cair PLTU
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009 tentang baku mutu air
limbah bagi usaha pembangkit listrik tenaga thermal, parameter limbah cair PLTU,
yaitu PH, TSS, minyak dan lemak, klorin bebas (Cl2), kromium total, tembaga (Cu),
besi (Fe), seng (Zn), phospat (PO4-), alkalinitas, SO42-, dan temperatur.
1. PH
Konsentrasi ion hidrogen adalah ukuran kualitas dari air maupun air limbah. Adapun
kadar yang baik adalah kadar dimana masih memungkinkan kehidupan biologis di
dalam air berjalan dengan baik. Air limbah dengan konsentrasi air limbah yang tidak
netral akan menyulitkan proses biologis, sehingga mengganggu proses penjernihannya
(Sugiharto, 1987).
Air normal yang memenuhi persyaratan untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar
6,5-7,5. Air akan bersifat asam atau basa bergantung besar kecilnya pH. Bila pH di
bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH
di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah
pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian besar biota
akuatik sensitif terhadap pH dan menyukai pH antara 7-8,5. Nilai pH sangat
mempengaruhi proses biokimiawi perairan, misalnya proses nitrifikasi akan berakhir
pada pH yang rendah (Sumantri, 2010).
2. TSS
Total suspended solid (TSS) adalah jumlah berat dalam mg/l kering lumpur yang ada di
dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan membran berukuran 0,45
mikron. Suspended solid dapat dibagi menjadi zat padat dan koloid. Kandungan TSS
memiliki hubungan erat dengan keceraghan perairan. Keberadaan padatan tersuspensi
tersebut akan menghalagi penetrasi cahaya yang masuk ke perairan sehingga hubungan
antara TSS dan kecerahan akan menunjukan hubungan yang berbanding terbalik (Blom
dalam Sumantri, 2010).
3. Minyak dan Lemak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke lingkungan akan mengapung menutupi
permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung senyawa yang volatil, maka
akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak yang menutupi air akan menyusut.
Penyusutan minyak ini tergantung pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada
permukaan air akan terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan
waktu yang lama. Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme
dalam air. Ini disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi difusi oksigen dari udara
ke dalam air, sehingga oksigen terlarut akan berkurang. Lapisan tersebut akan
menghalangi masuknya sinar matahari dalam air, sehingga fotosintesis pun terganggu
(Sumantri, 2010).
4. Klorin Bebas (Cl2)
Pada PLTU, digunakan klorin untuk membunuh binatang dan tumbuhan laut agar tidak
menyumbat saluran air pendingin. Air pendingin dari air laut diperlukan dalam jumlah
besar, yaitu beberapa ton per detik. Air laut ini mengandung berbagai bakteri
(mikroorganisme) yang dapat tumbuh sebagai tanaman dan menempel pada saluran
sehingga mengurangi efektivitas dan efisiensi sistem pendinginan PLTU. Untuk
mengurangi pengaruh mikroorganisme ini, ke dalam saluran air disuntikan gas klor
(Cl2) untuk membunuh mikroorganisme ini. Penyuntikkan gas klor ini tidak dilakukan
secara kontinu untuk mencegah kekebalan mikroorganisme (Marsudi, 2011).
5. Besi (Fe)
Besi yang teroksidasi dalam air berwarna kecoklatan dan tidak larut mengakibatkan
penggunaan air menjadi terbatas. Air tidak dapat lagi dipergunakan untuk air rumah
tangga, cucian, dan air industri. Dalam buangan limbah industri, kandungan besi berasal
dari korosi pipa-pipa air. Mineral logam sebagai hasil reaksi elektro kimia yang terjadi
pada perubahan air yang mengandung padatan terlarut mempunyai sifat mengantarkan
listrik, dan ini mempercepat terjadinya korosi (Ginting, 2007).
6. Phospat (PO4-)
Kandungan phospat yang tinggi menyebabkan suburnya alga dan organisme lainnya
yang dikenal dengan sebutan eutrofikasi. Kesuburan tanaman air akan menghalangi
kelancaran arus air pada badan air dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut. Phospat banyak berasal dari bahan pembersih yang mengandung
senyawa phospat. Dalam industri penggunaan phospat terdapat pada ketel uap untuk
mencegah kesadahan (Ginting, 2007).
7. Alkalinitas
Tinggi rendahnya alkalinitas air ditentukan dari senyawa karbonat, garam-garam
hidroksida, kalsium, magnesium, dan natrium dalam air. Tingginya kandungan zat-zat
tersebut mengakibatkan kesadahan dalam air. Semakin tinggi kesadahan suatu air
semakin sulit air berbuih. Penggunaan air untuk ketel selalu diupayakan air yang
mempunyai kesadahan rendah karena zat-zat tersebut dalam konsentrasi tinggi
menimbulkan terjadinya kerak pada dinding dalam ketel maupun pipa-pipa pendingin.
Kandungan magnesium, natrium, dan kalium harus diturunkan serendah-rendahnya agar
kesadahan menjadi minim. Oleh sebab itu, untuk menurunkan kesadahan air dilakukan
pelunakan air. Pengukuran alkalinitas air adalah pengukuran kandungan ion Ca, CO3,
ion Mg bikarbonat, dan lain-lain (Ginting, 2007)
8. Sulfat (SO42-)
Sulfur mempunyai bentuk bermacam-macam dalam air buangan. Jenis-jenis sulfur yang
terdapat pada air buangan seperti asam sulfida, sulfit, sulfat, thiosulfat, sulfur dioksida,
dan merkaptan membuat limbah mengeluarkan bau sengit dan tidak mengenakkan.
Dalam konsentrasi rendah sampai dengan ambang batas yang ditetapkan limbah sulfur
dipandang tidak membahayakan namun tetap mengeluarkan bau (Ginting, 2007).
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 8 tahun 2009 tentang baku mutu air
limbah bagi usaha pembangkit listrik tenaga thermal, kandungan sulfur berasal dari flue
gas desulphurization (FGD) sistem sea water wet scrubber dan stockpile batu bara. Flue
gas desulphurization (FGD) sea water wet scrubber adalah sistem penyerapan sulfur
dari emisi gas buang dengan menggunakan air laut. Stockpile batu bara adalah timbunan
batu bara yang menghasilkan air limbah berupa air limpasan.
9. Temperatur
Limbah yang mempunyai temperatur panas akan mengganggu pertumbuhan biota
tertentu. Temperatur yang dikeluarkan suatu limbah cair harus merupakan temperatur
alami. Suhu berfungsi memperlihatkan aktivitas kimiawi dan biologis. Pada suhu tinggi
pengentalan cairan berkurang dan mengurangi sedimentasi. Tingkat zat oksidasi lebih
besar pada suhu tinggi dan pembusukan jarang terjadi pada suhu rendah.