Anda di halaman 1dari 7

Nama : Maulana Syarif H.

NPM : 1754221008
Prodi : Ilmu Kelautan
Mata Kuliah : Ekotoksikologi laut (UJIAN)

Soal :
1. Jelaskan secara rinci perbedaan antara Bioakumulasi dan Biomagnifikasi?
2. Jelaskan secara rinci apakah yang dimaksud dengan LC50 ?
3. Jelaskan apakah yang dimaksud dengan logam berat, apa saja jenisnya,
bagaimana dampak di biota jika konsentrasinya melebihi ambang batas?
4. Jelaskan mengapa nutrien (PO4, NO3 dan Si) termasuk ke dalam senyawa
toksik?
5. Jelaskan bagaimana mekanisme buangan air panas dari PLTU bisa
mengakibatkan toksik bagi biota dan kondisi perairan di laut?

Jawab :
1. Perbedaan Bioakumulasi dan Biomagnifikasi
a. Bioakumulasi adalah meningkatnya konsentrasi suatu polutan yan ada di
dalam jaringan atau organ tertentu pada suatu tingkatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kondisi normalnya. Bioakumulasi tersebut akan terjadi
ketika suatu substansi yang sudah diserap oleh tubuh suatu organisme dengan
laju yang lebih cepat daripada pengeluaran substansi tersebut melalui proses
katabolisme dan ekskresi di dalam tubuh organisme tersebut. Bioakumulasi
juga dapat terjadi melalui adsorpsi pasif atau aktif dalam jaringan maupun
bagian keras seperti cangkang/tulang. Semakin panjang waktu paruh biologis
suatu substansi yang dibutuhkan untuk bereaksi/larut, maka semakin besar
risiko keracunan yang dihadapi, meskipun konsentrasi dari racun tersebut
tidak terlalu tinggi.
Bioakumulasi tersebut juga dapat diartikan sebagai jumlah dari dua proses:
biokonstentrasi dan biomagnifikasi. Biokonstentrasi adalah pengambilan
langsung suatu zat oleh organisme hidup dari medium seperti air melalui
kulit, insang, atau paru-paru Bioakumulasi yang terjadi tersebut berfokus
terhadap meningkatnya konsentrasi suatu polutan terhadap suatu organisme
Hal ini umumnya dapat terjadi apabila organisme tersebut mencerna suatu zat
tertentu atau ketika suatu polutan yang masuk ke dalam rantai makanan yang
nantinya akan diserap oleh tubuh organisme. Pada umumnya organisme yang
terkontaminasi oleh polutan diakibatkan oleh organisme tersebut yang
mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi polutan tersebut secara
langsung maupun tidak langsung, sedangkan organisme yang hidup di air
yang sudah terkontaminasi secara langsung dari air yang terkontaminasi oleh
polutan tersebut disebut sebagai biokonsentrasi. Contoh organisme yang
megalami bioakumulasi seperti fitoplankton dan organisme mikroskopis
lainnya yang menyerap atau mengkonsumsi polutan seperti DDT, timbal, dan
merkuri, dan menyimpannya dalam jaringan tubuh mereka.

b. Biomagnifikasi adalah meningkatnya suatu konsentrasi seperti DDT, PCB’s,


dan zat kimia lain yang sulit terdegradasi dan larut dalam lemak di dalam
tubuh suatu organisme pada urutan tingkatan tropik lebih tinggi dari rantai
atau jaring makanannya. Senyawa polutan yang menyebabkan terjadinya
biomagnifikasi umumnya bersifat mudah berpindah tempat, memiliki umur
yang panjang, mudah larut dalam lemak dan bersifat aktif secara biologis.
Apabila polutan berumur pendek, maka polutan tersebut akan dipecah
terlebih dahulu sebelum menjadi zat atau bahan yang berbahaya. Lalu apabila
polutan tersebut tidak dapat berpindah tempat, maka polutan akan menetap di
suatu tempat dan organisme yang terpengaruh oleh polutan tersebut hanya
dalam ruang lingkup yang kecil/sempit. Kemudian apabila polutan tersebut
larut dalam air, maka akan terjadi pengeksresian polutan yang dilakukan oleh
organisme, sedangkan polutan yang larut dalam lemak akan dapat bertahan di
tempat penyimpanan lemak dalam tubuh organisme dalam kurun waktu yang
cukup lama.
Biomagnifikasi berfokus terhadap meningkatnya konsentrasi polutan yang
terjadi ketika polutan tersebut bergerak dari tingkat trofik yang rendah ke
tingkat trofik yang lebih tinggi dalam rantai makanan, hal ini umumnya
terjadi akibat polutan yang masuk ke dalam jaring-jaring makanan.
Biomagnifikasi tersebut akan terjadi ketika ikan kecil memakan organisme
mikroskopis yang terkontaminasi oleh polutan yang kemudian ikan besar
memakan ikan kecil tersebut. Polutan tersebut ditransfer dari organismer
mikroskopis ke dalam tubuh ikan kecil yang memakannya, kemudian polutan
tersebut ditransfer ke ikan besar yang memakan ikan-ikan kecil tersebut.
Sebagai beban polutan dilewatkan dari satu organisme ke organisme lain, itu
akan diperkuat, dan dengan demikian, biomagnifikasi juga dikenal sebagai
bioamplifikasi.

2. Lethal Concentration 50 (LC50) adalah konsentrasi bahan polutan dalam


medium yang dapat menyebabkan kematian pada organisme sebanyak 50% dari
organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan perhitungan, pada suatu
waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 24 jam, LC50 48 jam jam, dan LC50
96 jam. LC50 atau Lethal Concentration 50 atau biasa disingkat LC50 adalah
suatu perhitungan dari suatu zat untuk menentukan keaktifan dari suatu ekstrak
atau suatu senyawa. LC50 diartikan sebagai pada konsentrasi tertentu suatu
ekstrak dapat mematikan 50% dari jumlah organisme yang dilakukan uji
percobaan. Penentuan LC50 digunakan untuk mempersempit kisaran konsentrasi
mematikan dari suatu senyawa. Pada penentuan LC50, diberikan senyawa dengan
berbagai tingkatan konsentrasi dari suatu zat atau senyawa tersebut.
Berdasarkan kepada lamanya, metode penambahan larutan uji dan maksud serta
tujuannya maka uji toksisitas diklasifikasikan sebagai berikut (Rosianna 2006) :
1. Klasifikasi berdasarkan waktu, yaitu uji hayati jangka pendek, uji hayati
jangka menengah, dan uji hayati jangka panjang.
2. Klasifikasi berdasarkan metode penambahan larutan atau cara aliran larutan,
yaitu uji hayati statik, pergantian larutan, dan mengalir.
3. Klasifikasi berdasarkan maksud dan tujuan penelitian yaitu berdasarkan pada
pemantauan kualitas air limbah, uji bahan atau satu jenis senyawa kimia,
penentuan toksisitas serta daya tahan dan pertumbuhan organisme uji.

Untuk mengetahui nilai LC50 perlu melakukan uji statik terlebih dahulu. Ada dua
tahapan dalam penelitian yaitu:
1. Uji pendahuluan, berfungsi untuk menentukan batas kritis konsentrasi yaitu
konsentrasi yang dapat menyebabkan kematian terbesar mendekati 50% dan
kematian terkecil mendekati 50%.
2. Uji lanjutan yaitu uji setelah diketahui batas kritis, kemudian ditentukan
konsentrasi akut berdasarkan pada seri logaritma konsentrasi. Adapun kriteria
toksisitas suatu perairan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Kriteria tingkatan nilai toksisitas akut LC50 48 jam pada lingkungan
perairan :

3. Logam berat adalah logam - logam yang memiliki berat jenis lebih berat dari 5
gr/cm3. Logam berat umumnya memiliki nomor atom 22-34 dan 40-50 atau 22-
92 pada sistem tabel periodik. Logam berat tersebut memiliki respon biokimia
yang spesifik terhadap organisme dan dapat ditemukan di lingkungan.
Pencemaran logam berat dapat terjadi karena adanya penggunaan logam tersebut
dalam kegiatan manusia yang sisa penggunaannya atau limbahnya dibuang ke
lingkungan dengan sengaja, sehingga menghasilkan limbah yang dapat
mencemari lingkungan sekitar. Tingkat toksisitas logam berat terhadap makhluk
hidup sangat bergantung pada spesies organisme, lokasi, umur (fase siklus
hidup), daya tahan (detoksikasi) dan kemampuan individu untuk menghindarkan
diri dari pengaruh polusi. Logam berat memiliki sifat-sifat yang terbilang cukup
kompleks, yaitu:
a. Logam berat sukar untuk didegradasi, sehingga cenderung akan terakumulasi
pada lingkungan
b. Logam berat mudah terakumulasi pada sedimen, sehingga konsentrasi selalu
lebih tinggi daripada konsentrasi logam dalam air
c. Logam berat dapat terakumulasi dalam tubuh suatu organisme dan
konsentrasinya dapat semakin tinggi, atau dapat mengalami bioakumulasi dan
biomagnifikasi
Terdapat beberapa jenis- jenis logam berat, yaitu :
a. Arsenik (As) merupakan salah satu unsur logam berat yang paling beracun
dan dapat dijumpai dalam tanah, air dan udara. Kontaminasi logam berat jenis
arsenik dapat terjadi akibat dari kedua proses geologi alam dan kegiatan
manusia. Sebagian besar cat, pewarna, sabun, logam semikonduktor dan obat-
obatan yang mengandung bahan arsenik.
b. Aluminium (Al) secara alami ada dalam makanan. Aluminium dan
senyawanya buruk diserap pada manusia meskipun pada tingkat dimana
merek bisa diserap oleh manusia.
c. Argentum (Ag) adalah suatu logam berat yang dapat ditemukan pada industri
Listrik (alat konduktor listrik, baterai) dan Industri Kimia (fotografi, katalis),
pengelasan
d. Chromium (Cr) adalah suatu logam berat yang terdapat di dalam batuan,
tanah, hewan dan tumbuhan. Senyawa chromium tersebut umumnya sangat
banyak terdapat di dalam sedimen air. Pencemaran kromium berasal dari
buangan pabrik-pabrik industri pelapisan krom, pabrik tekstil, pabrik cat,
penyamakan kulit, pabrik tinta dan pengilangan minyak. Senyawa chromium
tersebut berasal dari natrium kromat dan natrium dikromat yang merupakan
spesies krom (VI) yang bersifat toksik.
e. Besi (Fe) adalah jenis logam transisi paling melimpah di dalam kerak bumi.
Aspek biologisnya adalah nutrisi paling penting bagi makhluk hidup karena
merupakan kofaktor bagi banyak protein dan enzim.
f. Cuprum (Cu) adalah logam yang dapat ditemukan pada industri listrik
(elektronik), industri kayu (zat preservatif kayu), dan industri cat (antikarat).
g. Kadmium (Cd) adalah suatu produk sampingan dari produksi seng. Logam
berat kadmium dapat terkandung di dalam tanah dan batuan, termasuk batu
bara dan mineral pupuk. Kadmium dapat kita jumpai dalam sehari-hari,
seperti di dalam baterai, plastik dan coating logam dan logam berat kadmium
tersebut umumnya digunakan dalam proses elektroplating.
h. Timbal (Pb) tersebar di alam, namun dalam jumlah yang sangat sedikit.
Penyebaran logam ini ada di seluruh lapisan bumi, namun jumlahnya hanya
sekitar 0,0002% dari kerak bumi. Timbal dapat berbentuk logam murni
maupun senyawa organik dan senyawa anorganik.
i. Hydrargyrum (Hg) adalah jenis logam yang dapat ditemukan pada industri
kimia (produksi alkali-khlor, pestisida, obatobatan, katalis), industri listrik
(peralatan listrik), dan industri cat (anti jamur).

Pengaruh logam pada biota apabila toksisitas logam melebihi ambang


batas:
Logam yang melebihi ambang batas memiliki toksisitas letal yang mematikan.
Tingginya kandungan logam di perairan dan sedimen akan menyebabkan
terjadingan akumulasi logam berat dalam tubuh biota perairan. Logam berat
dapat berpindah dari lingkungan ke organisme, dan dari organisme satu ke
organisme lain yang ditransfer dalam rantai makanan. Logam yang ada di
perairan tersebut dari sisa-sisa makanan makhluk hidup yang terbuang kemudian
akan turun dan mengendap membentuk sedimentasi, dan biota laut yang mencari
makan di dasar perairan akan terkontaminasi oleh logam tersebut. Apabila biota
laut yang telah terkontaminasi tersebut dikonsumsi oleh manusia dalam jangka
waktu tertentu, maka akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yang
mengkonsumsi biota laut yang terkontaminasi oleh logam berat tersebut.

4. Fosfat (PO4), nitrat (NO3) dan (Si) adalah salah satu zat atau unsur hara yang
sangat penting bagi pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme fitoplankton
yang merupakan indikator untuk mengetahui kualitas dan tingkat kesuburan dari
suatu perairan. Sumber utama dari zat hara tersebut berasal dari perairan itu
sendiri yang berasal dari proses-proses penguraian, pelapukan ataupun
dekomposisi tumbuh-tumbuhan dan sisa-sisa organisme yang sudah mati.
Namun, apabila ketiga zat hara tersebut memiliki konsentrasi sangat besar di
suatu perairan dan apabila zat hara tersebut melebihi nilai ambang batas, maka
akan menjadi senyawa toksik dan dapat menyebabkan terjadinya eutrofikasi
(pengayaan zat hara) yang ditandai dengan terjadinya blooming fitoplankton.
Apabila terjadi blooming fitoplankton, maka dapat menyebabkan terjadinya
HABS (Harmfull Alga Blooms) di perairan tersebut. Terdapat beberapa dampak
negatif yang ditimbulkan dari HABS fitoplankton, yaitu tertutupnya permukaan
perairan yang dapat menyebabkan perairan tersebut mengalami deplesi oksigen
atau kekurangan oksigen yang masuk ke dalam air yang dapat menurunkan
kualitas perairan tersebut. Hal tersebut juga akan berpengaruh terhadap fungsi
fisiologis ikan dan juga akan menyebabkan biota di perairan tersebut mengalami
keracunan bahkan sampai kematian.

5. Mekanisme buangan air panas dari PLTU


Dalam pembangunan PLTU tersebut terdapat fasilitas kanal yang berfungsi
untuk memompa air laut yang digunakan sebagai pendingin pada sistem
pendingin PLTU, sehingga menghasilkan air panas yang kemudian limbah panas
yang telah dihasilkan tersebut dibuang ke laut melalui kanal pembuangan air
panas (outlet). Pembuangan limbah yang berupa air panas ini akan
mengakibatkan temperatur air di dekat pipa pembuangan limbah dan di
sekitarnya akan mengalami kenaikan suhu hingga sebesar 15º C dari kondisi
normalnya. Kenaikan temperatur air laut tersebut berdampak terhadap ekosistem
perairan sekitar, seperti kualitas air, sirkulasi air lokal yang berubah dan
kematian biota akibat pencemaran limbah buangan tersebut. Limbah buangan air
panas tersebut mengakibatkan meningkatnya konsentrasi nitrat, amonia, N-
organik, TSS, klorin dan kadar logam berat lainnya. Selain itu, dapat
menurunkan kandungan oksigen dalam air yang kemudian dapat menurunkan
kualitas suatu perairan dan dapat merusak ekosistem perairan sekitar, sehingga
dapat menyebabkan organisme menjadi lebih rentan dan dapat meyebabkan
kematian organisme.

Anda mungkin juga menyukai