Anda di halaman 1dari 8

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN

PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS LAMPUNG VerifikasiKajur/
Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar KUIS
Lampung 35145 Kaprodi
Tlp. (0721) 701609, 702673, 702971, 701252, Fax.
(0721) 702767

Tgl
. Tanda
No. Tanggal Tangan
terbit :
Dok.
Nomor Revisi : -

Mata Kuliah : Ekotoksikologi Semester : Genap 2020/2021


Kelautan Hari / Tanggal : Jum’at / 24 April 2020
Kode MK : IKL Waktu : 100 menit
SKS : 3 (2-1) Dosen : TIM
Program Studi : Ilmu Kelautan (IKL) Sifat :-
Jurusan : Perikanan dan Kelautan

Nama : Septia Dwi Amalia


NPM : 1754221002
Program Studi : Ilmu Kelautan

1.
Soal:
Jelaskan perbedaan antara Bioakumulasi dan Biomagnifikasi?

Jawab:
a. Bioakumulasi
Bioakumulasi adalah nilai langsung dari rasio konsentrasi polutan dalam jaringan terhadap konsentrasi
dalam air. Bioakumulasi merupakan proses penyerapan senyawa kimiawi oleh suatu organisme. Proses
bioakumulasi merupakan gabungan dari berbagai proses meliputi pemasukan spesi kimiawi di
permukaan respiratori, fecal digestion, biotransformasi metabolit, dan growth dilution. Faktor
bioakumulasi senyawa kimia di badan air dapat dirumuskan sebagai berikut:
Bioakumulasi senyawa kimiawi dalam organisme air dapat digambarkan sebagai berikut:

Contoh zat bioakumulasi adalah hidrokarbon terhalogenasi seperti bifenil poliklorinasi, penghambat
nyala brominasi, senyawa perfluorinasi, dan hidrokarbon polyaromatik.

b. Biomagnifikasi
Biomagnifikasi adalah nilai terkait mundur dengan trophic level terendah. Biomagnifikasi mengacu pada
peningkatan konsentrasi polutan ketika mereka bergerak dari satu tingkat trofik ke tingkat trofik
berikutnya. Contoh dari biomagnifikasi akan ketika ikan kecil memakan organisme mikroskopis yang
terkontaminasi, dan ikan besar memakan ikan kecil. Jadi, pertama, polutan ditransfer dari organisme
mikroskopis ke ikan kecil yang memakannya, dan kemudian ke ikan besar yang memakan ikan-ikan
kecil. Sebagai beban polutan dilewatkan dari satu organisme ke organisme lain, itu akan diperkuat, dan
dengan demikian, biomagnifikasi juga dikenal sebagai bioamplifikasi.

Biomagnifikasi adalah akumulasi bahan pencemar yang bersifat nonbiodegradabel pada tingkat tropik
tertinggi pada rantai makanan. Kasus biomagnifikasi kebanyakan terjadi diawali dari pencemaran air oleh
bahan pencemar yang bersifat nonbiodegradabel (tidak dapat diuraikan oleh reaksi kimia dalam tubuh
makhluk hidup). Contohnya adalah DDT. Selanjutnya bahan pencemar ini akan berpindah melalui
peristiwa makan dan dimakan dan akan terakumulasi pada tingkatan tropik tertinggi dan akan
mempengaruhi fisiologi kehidupan makhluk hidup.

Proses biomagnifikasi digambarkan sebagai berikut:

2.
Soal:
Jelaskan secara rinci apa yang dimaksud LC50

Jawaban:
LC50 adalah konsentrasi yang mengakibatkan kematian sebanyak 50% organisme dari suatu populasi
atau organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan perhiungan pada suatu waktu pengamatan
tertentu. LC50 adalah suatu perhitungan untuk menentukan pada konsentrasi berapa ekstrak dapat
mematikan 50% dari organisme uji. Nilai LC50 yang tinggi menunjukkan bahwa sifat senyawa tidak
begitu toksik karena dibutuhkan konsentrasi yang lebih besar untuk mengakibatkan kematian pada 50%
organisme uji. Penentuan LC50 digunakan untuk mempersempit kisaran konsentrasi mematikan dari
suatu senyawa. Digunakan senyawa dengan berbagai konsentrasi pada penetuan LC50. Digunakan uji
static untuk mengetahui nilai LC50. Terdapat dua tahapan, yaitu uji pendahuluan dan uji lanjutan. Uji
pendahuluan untuk menentukan batas kritis konsentrasi, yaitu konsentrasi yang mengakibatkan kematian
terbesar mendekati 50% dan kematian terkecil mendekati 50%. Uji lanjutan dilakukan setelah diketahui
batas kritis, lalu ditentukan konsentrasi akutnya. Penentuan LC50 dapat dilakukan dengan beberapa cara,
yaitu dengan grafik probit log konsentrasi, metode grafik, perhitungan secara matematik. Pennetuan
metode grafik probit konsentrasi dilakukan dengan menempatkan presentase respons dari tiap kelompok
organisme pada ordinat dan logaritma dosisi senyawa yang diberikan secara absis.

3.
Soal:
Jelaskan apa yang dimaksud dengan logam berat, apa saja jenisnya, bagaimana dampak di biota jika
konsentrasinya melebihi ambang batas?

Jawaban:
Logam berat adalah logam-logam yang memiliki berat jenis lebih berat dari 5gr/cm3. Logam-logam berat
yang beracun yaitu logam membentuk senyawa penghambat enzim dengan membentuk mercaptides
dengan senyawa grup sulfidril yang berfungsi untuk aktifitas katalisator. Contohnya adalah Ag, Hg, Cu,
dan Pb. Logam berat di perairan laut diperoleh dari sungai melalui proses weathering batuan, aktifitas
gunung api, hidrotermal, dan atmosfer melalui turunnya debu ke laut. Sumber logam berat juga berasal
dari kegiatan industri seperti penambangan, peleburan, dan refinery, dan kegiatan transportasi.

Sumber logam berat dari beberapa industri sebagai berikut:

Jika dalam suatu perairan mengandung logam berat yang melebihi ambang batas, biota laut akan
mengonsumsi logam berat yang sudah terakumulasi, dan selanjutnya biota mengalami keracunan bahkan
kematian.
4.
Soal:
Jelaskan mengapa nutrien (PO4, NO3, dan Si) termasuk ke dalam senyawa toksik?

Jawaban:

Nutrien adalah unsur-unsur dalam konsentrasi sedikit yang diperlukan oleh fitoplankton laut untuk
pertumbuhan. Unsur-unsur tersebut akan dimanfaatkan sampai keberadaannya menjadi menipis dan
pertumbuhannya terhambat.

a. Fosfat
Fosfor di laut berbentuk partikel terlarut, fosfor di laut ada yang berbentuk organik dan anorganik. Fosfor
di laut membentuk fosfat (PO4). Dalam lautan, fosfor organik sangat melimpah dan tidak semuanya
terurai. Organisme memerlukan fosfat untuk pembentukan asam nukleat seperti ADP = adenosin
diphosphat yang dibutuhkan dalam proses fotosintesa.

Distribusi fosfat di laut dipengaruhi oleh proses biologi dan fisika perairan, di permukaan perairan, fosfat
dimanfaatkan melalui proses fotosintesa, absorpsi dan konversi ke fase fosfor organic dapat terjadi pada
kondisi tanpa cahaya.

b. Nitrat
Nitrat adalah gabungan dari nutrien dengan oksigen terlarut. Nitrogen di dalam laut berbentuk partikel
terlarut. Sumber nitrogen di dalam laut bisa berasal dari lava gunung berapi, udara, maupun sungai yang
mengandung banyak pupuk. Fitoplankton biasanya memanfaatkan nitrogen sebagai nutrisinya dalam
bentuk nitrat.

b. Silika
Sumber silika di laut adalah dari pelapukan batuan, hidrotermal yang sering menyumbang silika, dan dari
plankton yang menghasilkan silika. Di laut, kondisi silika kurang jenuh, partikel silika melarut di
perairan dalam, dan proses pelarutan ini berjalan lambat, karenanya profil konsentrasi dengan kedalaman
tidak menunjukkan maksimum seperti nitrogen dan fosfor. Konsentrasi di laut antara 0 – 200 µM, daerah
pantai umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan laut terbuka. Silika dibutuhkan plankton sebagai
pembuat cangkang.

Ketiganya, antara fosfat, nitrat, dan silika sangat dibutuhkan di lautan dengan jumlah tertentu (dengan
batas), dengan berbagai kegunaan, salah satunya sebagai nutrien untuk plankton. Apabila jumlah fosfat,
nitrat, dan silika di laut berlebihan, tidak akan terpakai, maka ketiganya akan bersifat racun. Ketika
plankton mengonsumsi ketiganya secara berlebihan, maka akan terjadi blooming di suatu perairan dan
perairan tersebut akan bersifat racun.
5.
Soal:
Jelaskan bagaimana mekanisme buangan air panas dari PLTU bisa mengakibatkan toksik bagi biota dan
kondisi perairan laut?

Jawaban:
Mekanismenya pipa air panas langsung tersalurkan langsung ke laut atau dari pipa bawah laut dan
ekosistemnya langsung terpapar dengan panasnya limbah yang dihasilkan oleh PLTU tersebut. Karena
menurut Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-51/MenLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi
kegiatan industri, menetapkan parameter suhu sebesar 40 derajat celcius. Sedangkan biota laut memiliki
angka baku mutu yang ditolerir, seperti ikan dan udang sekitar 20- 35 derajat celcius jika melewati suhu
tersebut kemungkinan mustahil biota laut bisa bertahan hidup dengan jangka waktu yang lama.

Pembuangan air panas dari PLTU yang masuk ke dalam laut, akan menyebabkan terjadinya perubahan
lingkungan yang bisa mengubah ekosistem perairan. Biasanya pembuangan air panas tersebut bersumber
dari buangan air pendingin, pembangkit listrik, buangan air terproduksi, dan penambangan minyak.
Buangan air panas dari PLTU yang masuk ke dalam laut dapat meningkatkan temperatur permukaan air
laut hingga 15oC di atas rata-rata. Karena ada limbah air panas di perairan laut, nitrat dalam laut
meningkat, sedangkan amonia dan nitrogen organik menurun. Lalu K meningkat, TSS meningkat, CU
juga meningka yang mengakibatkan menghilangnya abalone. Selain itu juga, hal itu dapat menurunnya
densitas atau kerapatan jenis air serta menurunkan kadar oksigen. Biota laut dapat hidup dan beradaptasi
pada suhu tertentu. Buangan air panas dari PLTU akan mengakibatkan meningkatnya suhu pada perairan
yang terkena air panas tersebut. Jika suhu mengalami peningkatan maka akan merusak ekosistem di
sekitarnya termasuk biota yang ada di dalamnya. Terumbu karang, ikan-ikan, dan biota lainnya akan
mengalami kerusakan dan kematian karena tidak bisa beradaptasi dengan suhu tinggi yang disebabkan air
panas buangan PLTU.

Anda mungkin juga menyukai