Anda di halaman 1dari 5

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN

PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMPUNG VerifikasiKajur/


KUI
Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar S
Kaprodi
Lampung 35145 Tlp. (0721) 701609, 702673, 702971,
701252, Fax. (0721) 702767
Tgl. Tand
No. a
Tanggal
Dok. Tanga
terbit :
Nomor n
Revisi : -

Mata Kuliah : Ekotoksikologi Semester : Genap


Laut Kode MK : IKL 2020/2021 Hari / Tanggal :
SKS : 3 (2-1) Waktu : 100 menit
Program Studi : Ilmu Kelautan Dosen : TIM
(IKL) Jurusan : Perikanan dan Sifat :-
Kelautan

Soal :

1. Apakah yang dimaksud dengan zat xenobiotik dan bagaimana mekanisme zat

tersbut masuk dari lingkungan ke dalam tubuh serta sebutkan dan jelaskan

interaksi zat xebiotik di dalam tubuh beserta contohnya ?

2. Sebutkan perbedaan LC50 dengan LD50 dan jelaskan mekanisme zat racun bisa

merusak di tingkat DNA dan RNA ?

3. Jelaskan dan gambar mekanisme logam berat dari lingkungan bisa masuk ek

dalam jaringan tubuh dan merusak jaringan tubuh ?

4. Sebutkan dan jelaskan efek jika zat racun sudah mengkontaminasi tubuh baik

secara fenotip maupin genotip ?

5. Sebutkan dan jelaskan perbedaan uji toksisita dengan uji hayati (bioassay) ?
Fenti Dwi Saputri
1814221024
Ilmu Kelautan
UJIAN Ekotoksikologi Laut

1. Di dalam lingkungan dikenal zat xenobiotik yaitu zat yang asing bagi tubuh, dapat diperoleh dari

luar tubuh (eksogen) maupun dari dalam tubuh (endogen). Xenobiotik yang dari luar tubuh dapat

dihasilkan dari suatu kegiatan atau aktivitas manusia dan masuk ke dalam lingkungan. Bila

organisme terpajan oleh zat xenobiotik maka zat ini akan masuk ke dalam organisme dan dapat

menimbulkan efek biologis.

Portal entri adalah pintu masuknya xenobiotik ke dalam tubuh organisme. Beberapa mekanisme

portal entri yang penting adalah:

 Mulut, oral, atau lewat tractus gastero-intestinales/saluran pencernaan.

 Saluran pernapasan atau per inhalasi, atau lewat tractus respiratorius.

 Kulit atau dermal.

1. Interaksi dengan sistem enzim :Inhibisi enzim tak bolak balikInhibisi enzim secara reversible

Pemutusan Reaksi Biokimia Sintesis Zat mematikan Pengambilan ion logam yang penting untuk

kerja enzim Inhibisi penghantaran elektron dalam rantai respirasi.

2.Inhibisi pada transpor oksigen karenagangguan pada hemoglobin Keracunan karbon monoksida

Pembentukan Metheglobin dan Sulfahemoglobin Proses Hemolitik.

3.Interaksi dengan Fungsi Umum Sel Kerja Narkose Pengaruh Penghantaran Rangsang Neurohumor

4.Gangguan pada sintesis DNA dan RNA Kerja Sitostatika Kerja Imunsupresiva Kerja Mutagenik

Kerja Karsinogenik

5.Kerja Teratogenik

6.Reaksi Hipersensitif ( Reaksi alergi) Reaksi fotoalergik Sensibilisasi cahaya Reaksi fototoksis

7.Iritasi Kimia langsung pada Jaringan

8.Kerusakan kulit akibat zat kimia

9.Gas yang merangsang


10.Gas air mata

11.Zat yang berbau

12.Toksisitas pada Jaringan

13.Penimbunan (Sekuestrasi) Zat asing Penimbunan dalam jaringan lemak Penimbunan dalam

Tulang Pneumokoniosis

2. LD50 (Lethal Dosis) adalah dosis tunggal dari suatu zat yang secara statistik diharapkan dapat

menyebabkan kematian sebanyak 50% dari hewan percobaan selama 14 hari paparan. Sedangkan

LC50 (lethal concentration) yaitu kadar zat kimia beracun di dalam udara yang menyebabkan

matinya 50% hewan percobaan dan biasanya dinyatakan dalam satuan miligram tiap meter

kubiknya. Konsentrasi bahan toksik yang mematikan 50 % hewan uji dalam waktu pemaparan 48

jam.

Sintesa protein pada DNA dan RNA dapat terganggu apabila ada racun sewaktu terjadi proses

pembelahan atau sintesa protein. Sintesa protein terlaksana dalam ribosom, sedangkan DNA tidak

dapat keluar dari inti sel. Karena itu dibuat bayangan cerminnya yang disebut m-RNA (m-asam ribo

nukleat) atau messenger-RNA. m-RNA yang dapat keluar dari nukleus akan berpindah ke ribosom

dan membentuk t-RNA yang sama dengan DNA untuk selanjutnya digunakan sebagai cetakan dalam

sintesa protein (polipeptida) baru. Bahan yang diperlukan untuk sintesa adalah asam amino yang ada

di dalam plasma (ada 20 macam), energi yang diperlukan adalah ATP, dan reaksi terjadi karena

bantuan enzim. Jadi, ada dua fase dalam sintesa protein, yakni fase translasi dan fase transkripsi.

Fase transkripsi adalah fase di mana terjadi pembentukan m-RNA, dan fase translasi adalah fase di

mana terjadi sintesa protein dengan t-RNA sebagai matriks (cetakan) di dalam ribosom. Kedua fase

itu dapat terganggu oleh aktivitas racun. Bila terjadi gangguan dalam transfer informasi genetik ini

pada saat terjadi sintesa protein, maka akan terbentuk protein yang tidak sama dengan induknya

(cetakannya). Dengan demikian terjadi perubahan pada gen. Perubahan itu dapat berupa jumlah yang

bertambah/lebih sedikit; bentuk yang berubah, atau kelainan susunan basa. Perubahan genetik seperti

itu disebut mutasi.


3. Mekanisme toksisitas logam berat di dalam tubuh organisme dapat dikelompokkan menjadi 3

(tiga) kategori yaitu:

1. Logam berat dapat memblokir dan menghalangi kerja gugus biomolekul esensial untuk proses-

proses metabolisme;

2. Logam berat dapat menggantikan ion-ion logam esensial yang terdapat dalam molekul terkait;

3. Logam berat dapat mengadakan modifikasi atau perubahan bentuk (konformasi) dari gugus aktif

yang dimiliki biomolekul.

Gambar 1. Contoh mekanisme masuknya merkuri ke jaringan tubuh manusia

4. Kelainan yang terjadi akibat mutasi ini ada tiga, tergantung gen daripada jenis sel yang terkena.

Bila mutasi terjadi pada sel genetik, maka akan terjadi mutan. Bila terjadi pada sel tubuh (somatik)

maka akan terjadi kanker, dan bila sel yang terganggu adalah sel embrio dalam perkembangan,

maka akan terjadi teratogenesa, atau cacat bawaan pada embrio/janin. Mutasi gen dapat berakibat

terjadinya dua kelainan sbb.: (i) kelainan makro (macrolesion), yaitu, apabila susunan gen dan

jumlah gen berubah. (ii) kelainan microlesion, apabila jumlah gen tetap, tetapi terjadi perubahan

pada pasangan basa. Mutan yang terbentuk saat ini masih tidak dapat bertahan hidup. Kebanyakan

akan terlahir sebagai keguguran, lahir mati, lahir dengan berat badan rendah ataupun lahir dengan
kelainan seperti keterbelakangan mental, misalnya kasus mongolism. Mutasi ini sebetulnya secara

spontan terjadi sebanyak 10% pada bayi yang diabortuskan atau lahir mati. Apabila dari

pemantauan ternyata mutasi terjadi berlebih, maka di dalam lingkungan sudah terdapat racun

mutagenik yang berlebih pula. Dalam hal karsinogenesis, proses dasarnya adalah mutasi pada sel

badan (somatik). Sel ini secara genetik sudah berbeda dari induknya, oleh karena itu

pertumbuhannya tidak dapat lagi dikendalikan oleh badan. Dengan demikian terjadi pertumbuhan

sel yang terus menerus dengan memanfaatkan energi tubuh. Oleh karena itu pulalah, terjadi

penurunan berat badan penderita. Kanker ini didapatkan banyak akibat bahan yang digunakan

dalam proses industri ataupun yang terdapat di dalam buangan industri. Untuk dapat mencegah

terjadinya mutasi ini semua bahan yang akan digunakan dalam industri wajib diperiksa

mutagenisitinya beberapa kali. Namun demikian, uji mutagenisitas jangka pendek (STT), tidak

dapat mengesampingkan mutagenisitas jangka panjang.

5. Uji toksisitas adalah uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat pada sistem biologi, dan untuk

memperoleh data dosis-respon yang khas dari sediaan uji. Data yang diperoleh dapat digunakan

untuk memberi informasi mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada

manusia, sehingga dapat ditentukan dosis penggunaannya demi keamanan manusia. Sedangkan Uji

hayati (bioassay) adalah uji yang digunakan untuk mengetahui pengaruh suatu zat atau bahan yang

bersifat toksik terhadap organisme. Atau Uji Hayati (Bioassay) merupakan perangkat yang

digunakan untuk menentukan tingkat toksisitas suatu bahan dengan bantuan “biota uji”

Anda mungkin juga menyukai