Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TOKSIKOLOGI DAN PENCEMARAN LINGKUNGAN


RACUN DARI MIKROBA

OLEH
NAMA: CLAUDIA DESNIA RITI
NIM: 1806050032
KELAS :A

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2020
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Pengertian Toksin atau Racun dari Mikroba ................................................5
2.2 Jenis – Jenis Racun yang Dihasilkan oleh Mikroba .......................................5
BAB III PENUTUP..............................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya,penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat untuk memberitahukan kepada
pembaca tentang "Racun Dari Mikroba ". Makalah ini menerangkan tentang racun yang di
hasilkan oleh mikroba.
Penulis menyadari bahwa masih banyak lagi hal yang perlu di benahi dalam makalah ini.
Maklum karena penyusun bukanlah seorang yang profesional dan orang yang tidak luput dari
berbagai kesalahan.

Kupang, September 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makanan adalah sumber energy utama manusia dan makhluk hidup lainnya. Makanan dapat
berasal dari tanaman pangan ataupun hewani. Tidak semua bahan pangan yang kita konsumsi
100 % aman, karena mungkin masih terdapat racun, toksin, dll yang membahayakan tubuh kita.
Toksin pada makanan sangat berbahaya bagi tubuh kita, toksin-toksin tersebut dapat merusak
sel-sel kita, dapat meracuni tubuh kita, toksin tsb dapat menimbulkan efek yang akut, kronik,
karsinogenik, bahkan kematian.
Toksin-toksin yang terkandung pada bahan pangan salah satunya berasal dari kontaminasi dari
hasil metabolisme mikrobia alami yang ada pada bahan pangan tersebut. Contohnya adalah
mycotoxin yang kebanyakan terdapat pada tanaman jamur. Micotoxin tersebut adalah hasil
metabolit sekunder dari jamur, dan efeknya pun dapat menyebabkan kegilaan, halusinasi, sawan,
dll. Oleh karena itu, akan diulas sedikit banyak tentang kontaminasi toksin dari sumber microbia
alami dari bahan pangan. Dengan demikian, kita dapat memilah dan memilih makanan yang
sehat bagi kita dan tidak mengandung mikrobia alami yang berbahaya bagi tubuh kita.

2.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka masalah dalam makalah ini dapat di

rumuskan sebagai berikut.

1) Pengertian dari toksin atau racun dari mikroba ?


2) Jenis – jenis racun dari mikroba ?

2.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan makalah adalah sebagai berikut.

1) Menjelaskan Pengertian toksin atau racun dari mikroba .


2) Menjelaskan jenis – jenis racun yang di hasilkan oleh mikroba .
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Toksin atau Racun dari Mikroba


Toksin yaitu : substansi terlarut yang dapat mengubah metabolisme normal sel host sehingga
kondisi fisiologisnya juga berubah.
Toksin (metabolit toksit,senyawa beracun) yang dihasilkan oleh mikroba, berpengaruh secara
langsung terhadap kehidupan makhluk hidup. Akibat-akibat yang ditimbulkannya tidak saja
menyebabkan keracunan dan sakit,tetapi juga dapat menyebabkan kematian.
Toksin yang berasal dari bakteri adalah komponen racun terlarut yang diproduksi oleh bakteri,
dan menyebabkan pengaruh negatif terhadap sel-sel inang dengan cara mengubah metabolisme
normal dari sel inang tersebut. Toksin yang dihasilkan oleh bakteri ini bisa dibedakan atas dua
jenis yaitu endotoksin dan eksotoksin.
Racun mikroba adalah racun yang diproduksi oleh mikro-organisme, termasuk bakteri dan
jamur. Racun mikroba meningkatkan infeksi dan penyakit dengan langsung merusak jaringan
tubuh dan dengan melumpuhkan sistem kekebalan. Beberapa racun bakteri, seperti Botulinum
neurotoxins, adalah racun alami paling kuat yang diketahui. Namun, racun mikroba juga
memiliki kegunaan penting dalam ilmu kedokteran dan penelitian. Saat ini, metode baru untuk
mendeteksi racun bakteri sedang dikembangkan untuk mengisolasi dan memahami racun ini
dengan lebih baik. Aplikasi potensial penelitian toksin termasuk memerangi virulensi mikroba,
pengembangan obat antikanker baru dan obat-obatan lain, dan penggunaan racun sebagai alat
dalam neurobiologi dan biologi seluler .

2.2 Jenis-Jenis Toksin yang Dihasilkan oleh Mikroba


Toksin yang dihasilkan oleh bakteri ini bisa dibedakan atas dua jenis yaitu endotoksin dan
eksotoksin.
 Endotoksin

Endotoksin adalah toksin yang merupakan bagian integral dari dinding sel bakteri Gram negatif.
Aktivitas biologis dari endotoksin dihubungkan dengan keberadaan ipolisakarida (LPS).
LPS merupakan komponen penyusun permukaan dari membran terluar (outer membran) bakteri
Gram negatif seperti E. coli, Salmonella, Shigella dan Pseudomonas. LPS terletak pada membran
terluar. Karena LPS hanya dimiliki oleh bakteri Gram negatif, maka endotoksin dapat dikatakan
sebagai toksin yang khas dimiliki oleh bakteri Gram negatif. Efek toksik dari LPS disebabkan
oleh komponen lipid (lipid A) dari LPS sementara polisakarida O yang hidrofilik berperan
sebagai carrier pembawa lipid A. Gejala penyakit karena aktivitas endotoksin (LPS) terjadi jika
bakteri mati (misalnya karena aktivitas antimikroba, aktivitas phagosit atau obat antibiotika) dan
mengalami lisis sehingga LPS akan dilepas ke lingkungan. Endotoksin akan memberi efek
negatif jika terdapat dalam jumlah yang cukup besar (LPS lebih dari 100 μg). Karena bersifat
non enzimatis, maka mekanisme reaksinya tidak spesifik. LPS menyerang sistim pertahanan
tubuh menyebabkan demam, penurunan kadar besi, peradangan, pembekuan darah, hipotensi dan
sebagainya.
.
Beberapa sifat endotoksin yaitu :
1. Tidak larut dalam air
2. Menyebabkan sakit tanpa periode inkubasi
3. Thermostabil (pada pemanasan autoklaf
4. Merupakan bagian sel
5. Merangsang terbentuknya antibodi dengan nilai protektif lemah

 Eksotoksin

Eksotoksin merupakan komponen protein terlarut yang disekresikan oleh bakteri hidup pada fase
pertumbuhan eksponensial. Produksi toksin ini biasanya spesifik pada beberapa species bakteri
tertentu (bisa Gram positif maupun Gram negatif) yang menyebabkan terjadinya penyakit terkait
dengan toksin tersebut. Sebagai contoh, toksin botulin hanya dihasilkan oleh Clostridium
botulinum, Pada beberapa pathogen, toksin merupakan faktor virulence: toksin hanya diproduksi
oleh strain yang virulent. Beberapa patogen bisa mensekresikan eksotoksin ke dalam pangan.
Pada kondisi ini, walaupun bakterinya tidak ada, toksin akan menyebabkan keracunan pangan
jika masuk ke saluran pencernaan (intoksikasi). Pada beberapa patogen, bakteri hidup masuk ke
saluran pencernaan dan memproduksi toksin yang dapat menyebabkan keracunan pangan
(toksiko-infeksi).Eksotoksin berukuran lebih besar dari endotoksin, dengan berat molekul sekitar
50 – 1000 kDa. Toksin ini berfungsi seperti enzim dan memiliki sifat-sifat enzim yaitu
terdenaturasi oleh panas, asam dan enzim proteolitik. Potensi toksiknya tinggi (konsentrasi 1 μg
dapat menyebabkan keracunan). Aktivitas biologis dari eksotoksin berlangsung dengan
mekanisme reaksi dan substrat yang spesifik. Substrat (didalam inang) bisa berupa komponen
dari sel-sel jaringan, organ atau cairan tubuh. Biasanya, bagian yang dirusak oleh toksin
mengindikasikan lokasi dari substrat untuk toksin tersebut. Istilah seperti enterotoksin, neuro-
toksin, dan hemolysin kadang-kadang digunakan untuk mengindikasikan sisi target dari suatu
eksotoksin. Eksotoksin bersifat antigenik. Artinya, secara in vivo, aktivitasnya dapat dinetralkan
oleh antibody yang spesifik untuk eksotoksin tersebut. Beberapa eksotoksin memiliki aktivitas
sitotoksik yang sangat spesifik. Misalnya, toksin botulin yang hanya menyerang syaraf. Beberapa
eksotoksin yang lain memiliki spektrum aktivitas yang lebih lebar dan menyebabkan kematian
(nekrosis) dari beberapa sel dan jaringan (non spesifik) misalnya toksin yang diproduksi oleh
staphylococci, streptococci, clostridia, dan sebagainya. Toksin dengan spektrum aktivitas yang
lebar ini biasanya merusak membran sel inang dan menyebabkan kematian sel karena terjadinya
kebocoran isi sel.Sitotoksin menyebabkan kerusakan secara intraseluler (didalam sitoplasma sel
inang).
Beberapa sifat dari eksotoksin :
1. Mudah larut dalam air
2. Merupakan protein,walaupun tidak semua reaksi putih telur dengan larutan sulfat magnesikus
pekat membuat endapan.
3. Bila disuntikkan pada jasat hidup yang peka,jasat ini akan menjadi sakit sesudah masa
inkubasi tertentu dengan menunjukkan gejala dan mengenai alat-alat tertentu.
4. Kekuatan toksin untuk membuat sakit dapat hilang jika dipanaskan pada temperatur 560 C
(bersifat termolabil).akan hilang juga kekuatannya jika disimpan lama dalam temperatur kamar
biasa atau di campur dengan bahan kimia.
5. Bila toksin disuntikkkan pada jasat hidup,maka dia akan membuat zat penentang (antitoksin).

A.Beberapa bakteri patogen yang dapat mengakibatkan keracunan melalui intoksikasi adalah:
1.)Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang, tergolong bakteri Gram-positif,
bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora. Keracunan akan timbul jika seseorang
menelan bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri bereproduksi dan menghasilkan toksin
di dalam usus, atau seseorang mengkonsumsi pangan yang telah mengandung toksin tersebut.
Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare
dan toksin yang menyebabkan muntah (emesis).
Gejala keracunan:
 Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab diare, maka
gejala yang timbul berhubungan dengan saluran pencernaan bagian bawah berupa mual,
nyeri perut seperti kram, diare berair, yang terjadi 8-16 jam setelah mengkonsumsi
pangan.
 Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab muntah,
gejala yang timbul akan bersifat lebih parah dan akut serta berhubungan dengan saluran
pencernaan bagian atas, berupa mual dan muntah yang dimulai 1-6 jam setelah
mengkonsumsi pangan yang tercemar.
 Bakteri penghasil toksin penyebab muntah bisa mencemari pangan berbahan beras,
kentang tumbuk, pangan yang mengandung pati, dan tunas sayuran. Sedangkan bakteri
penghasil toksin penyebab diare bisa mencemari sayuran dan daging.
 Tindakan pengendalian khusus bagi rumah tangga atau penjual makanan terkait bakteri
ini adalah pengendalian suhu yang efektif untuk mencegah pertunasan dan pertumbuhan
spora. Bila tidak tersedia lemari pendingin, disarankan untuk memasak pangan dalam
jumlah yang sesuai untuk segera dikonsumsi. Toksin yang berkaitan dengan sindrom
muntah bersifat resisten terhadap panas dan pemanasan berulang, proses penggorengan
pangan juga tidak akan menghancurkan toksin tersebut.
2. )Clostridium botulinum
Clostridium botulinum merupakan bakteri Gram-positif yang dapat membentuk spora tahan
panas, bersifat anaerobik, dan tidak tahan asam tinggi. Toksin yang dihasilkan dinamakan
botulinum, bersifat meracuni saraf (neurotoksik) yang dapat menyebabkan paralisis. Toksin
botulinum bersifat termolabil. Pemanasan pangan sampai suhu 800 C selama 30 menit cukup
untuk merusak toksin. Sedangkan spora bersifat resisten terhadap suhu pemanasan normal dan
dapat bertahan hidup dalam pengeringan dan pembekuan.
 Gejala keracunan:
Gejala botulism berupa mual, muntah, pening, sakit kepala, pandangan berganda,
tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri perut, letih, lemah otot, paralisis, dan pada
beberapa kasus dapat menimbulkan kematian. Gejala dapat timbul 12-36 jam setelah
toksin tertelan. Masa sakit dapat berlangsung selama 2 jam sampai 14 hari.
 Penanganan:
Tidak ada penanganan spesifik untuk keracunan ini, kecuali mengganti cairan tubuh yang
hilang. Kebanyakan keracunan dapat terjadi akibat cara pengawetan pangan yang keliru
(khususnya di rumah atau industri rumah tangga), misalnya pengalengan, fermentasi,
pengawetan dengan garam, pengasapan, pengawetan dengan asam atau minyak.
 Bakteri ini dapat mencemari produk pangan dalam kaleng yang berkadar asam
rendah, ikan asap, kentang matang yang kurang baik penyimpanannya, pie beku,
telur ikan fermentasi, seafood, dan madu.
 Tindakan pengendalian khusus bagi industri terkait bakteri ini adalah penerapan
sterilisasi panas dan penggunaan nitrit pada daging yang dipasteurisasi.
Sedangkan bagi rumah tangga atau pusat penjualan makanan antara lain dengan
memasak pangan kaleng dengan seksama (rebus dan aduk selama 15 menit),
simpan pangan dalam lemari pendingin terutama untuk pangan yang dikemas
hampa udara dan pangan segar atau yang diasap. Hindari pula mengkonsumsi
pangan kaleng yang kemasannnya telah menggembung.
3.)taphylococcus aureus
Terdapat 23 spesies Staphylococcus, tetapi Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang
paling banyak menyebabkan keracunan pangan. Staphylococcus aureus merupakan bakteri
berbentuk kokus/bulat, tergolong dalam bakteri Gram-positif, bersifat aerobik fakultatif, dan
tidak membentuk spora. Toksin yang dihasilkan bakteri ini bersifat tahan panas sehingga tidak
mudah rusak pada suhu memasak normal. Bakteri dapat mati, tetapi toksin akan tetap tertinggal.
Toksin dapat rusak secara bertahap saat pendidihan minimal selama 30 menit. Pangan yang dapat
tercemar bakteri ini adalah produk pangan yang kaya protein, misalnya daging, ikan, susu, dan
daging unggas; produk pangan matang yang ditujukan dikonsumsi dalam keadaan dingin, seperti
salad, puding, dan sandwich; produk pangan yang terpapar pada suhu hangat selama beberapa
jam; pangan yang disimpan pada lemari pendingin yang terlalu penuh atau yang suhunya kurang
rendah; serta pangan yang tidak habis dikonsumsi dan disimpan pada suhu ruang.
 Gejala keracunan:
Gejala keracunan dapat terjadi dalam jangka waktu 4-6 jam, berupa mual, muntah (lebih
dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan, kram perut hebat, distensi abdominal, demam
ringan. Pada beberapa kasus yang berat dapat timbul sakit kepala, kram otot, dan
perubahan tekanan darah.
 Penanganan:
Penanganan keracunannya adalah dengan mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
akibat muntah atau diare. Pengobatan antidiare biasanya tidak diperlukan. Untuk
menghindari dehidrasi pada korban, berikan air minum dan larutan elektrolit yang banyak
dijual sebagai minuman elektrolit dalam kemasan. Untuk penanganan leboih lanjut,
hubungi puskesmas atau rumah sakit terdekat.

B.Beberapa bakteri patogen yang dapat menginfeksi tubuh melalui pangan sehingga
menimbulkan sakit adalah:
1. )Salmonella
Salmonella merupakan bakteri Gram-negatif, bersifat anaerob fakultatif, motil, dan tidak
menghasilkan spora. Salmonella bisa terdapat pada bahan pangan mentah, seperti telur dan
daging ayam mentah serta akan bereproduksi bila proses pamasakan tidak sempurna. Sakit yang
diakibatkan oleh bakteri Salmonella dinamakan salmonellosis. Cara penularan yang utama
adalah dengan menelan bakteri dalam pangan yang berasal dari pangan hewani yang terinfeksi.
Pangan juga dapat terkontaminasi oleh penjamah yanng terinfeksi, binatang peliharaan dan
hama, atau melalui kontaminasi silang akibat higiene yang buruk. Penularan dari satu orang ke
orang lain juga dapat terjadi selama infeksi.
 Gejala keracunan:
Pada kebanyakan orang yang terinfeksi Salmonella, gejala yang terjadi adalah diare,
kram perut, dan demam yang timbul 8-72 jam setelah mengkonsumsi pangan yang
tercemar. Gejala lainnya adalah menggigil, sakit kepala, mual, dan muntah. Gejala dapat
berlangsung selama lebih dari 7 hari. Banyak orang dapat pulih tanpa pengobatan, tetapi
infeksi Salmonella ini juga dapat membahayakan jiwa terutama pada anak-anak, orang
lanjut usia, serta orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh.
 Penanganan:
Untuk pertolongan dapat diberikan cairan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.
Lalu segera bawa korban ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
2.) Clostridium perfringens
Clostridium perfringens merupakan bekteri Gram-positif yang dapat membentuk endospora serta
bersifat anaerobik. Bakteri ini terdapat di tanah, usus manusia dan hewan, daging mentah,
unggas, dan bahan pangan kering. Clostridium perfringens dapat menghasilkan enterotoksin
yang tidak dihasilkan pada makanan sebelum dikonsumsi, tetapi dihasilkan oleh bakteri di dalam
usus.
 Gejala keracunan:
Gejala keracunan dapat terjadi sekitar 8-24 jam setelah mengkonsumsi pangan yang
tercemar bentuk vegetatif bakteri dalam jumlah besar. Di dalam usus, sel-sel vegetatif
bakteri akan menghasilkan enterotoksin yang tahan panas dan dapat menyebabkan sakit.
Gejala yang timbul berupa nyeri perut, diare, mual, dan jarang disertai muntah. Gejala
dapat berlanjut selama 12-48 jam, tetapi pada kasus yang lebih berat dapat berlangsung
selama 1-2 minggu (terutama pada anak-anak dan orang lanjut usia).
 Penanganan:
Tidak ada penanganan spesifik, kecuali mengganti cairan tubuh yang hilang. Tindakan
pengendalian khusus terkait keracunan pangan akibat bakteri ini bagi rumah tangga atau
pusat penjual makanan antara lain dengan melakukan pendinginan dan penyimpanan
dingin produk pangan matang yang cukup dan pemanasan ulang yang benar dari masakan
yang disimpan sebelum dikonsumsi.
3. )Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli merupakan mikroflora normal pada usus kebanyakan hewan berdarah
panas. Bakteri ini tergolong bakteri Gram-negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora,
kebanyakan bersifat motil (dapat bergerak) menggunakan flagela, ada yang mempunyai kapsul,
dapat menghasilkan gas dari glukosa, dan dapat memfermentasi laktosa. Kebanyakan strain tidak
bersifat membahayakan, tetapi ada pula yang bersifat patogen terhadap manusia, seperti
Enterohaemorragic Escherichia coli (EHEC). Escherichia coli O157:H7 merupakan tipe EHEC
yang terpenting dan berbahaya terkait dengan kesehatan masyarakat. E. coli dapat masuk ke
dalam tubuh manusia terutama melalui konsumsi pangan yang tercemar, misalnya daging
mentah, daging yang dimasak setengah matang, susu mentah, dan cemaran fekal pada air dan
pangan.
Gejala keracunan:
Gejala penyakit yang disebabkan oleh EHEC adalah kram perut, diare (pada beberapa kasus
dapat timbul diare berdarah), demam, mual, dan muntah. Masa inkubasi berkisar 3-8 hari,
sedangkan pada kasus sedang berkisar antara 3-4 hari.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bakteri merupakan mikroorganisme bersel satu dan umumnya dapat berkembang biak dengan
cara membelah diri. Toksin adalah zat racun yang dihasilkan oleh beberapa spesies bakteri.
Bakteri penghasil racun yaitu Bacillus Cereus, Esherichia Coli, Staphylococcus Aureus, Vibrio
Parahaemolyticus, Clostridium Perfringens, Camphylobacter, Clostridium Botulinum,
Pseudomonas Cocovenenans, Salmonella Typhi dan Salmonela Paratyphi,
DAFTAR PUSTAKA
 Anonim, 2012. Keracunan pangan akibat bakteri patogen. Sentra informasi keracunan
nasional, Badan POM RI.
 Anonim, 2012. Racun alami pada tanaman pangan. Sentra informasi keracunan nasional
BPOM RI.
 Anonim, 2013. Plant toxins and antinutrients, genetically engineered organisms - public
issues education project.
 Manyur, 2002. T o k s i k o l o g i agent-agent toksis & pemaparan. USU digital library.
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
 Jannsen, M.M.T;H.M.C.Put and M.J.R Nout. 1997. Food Safety and Toxicology. CRC
Press
 Yani, Alvi. 2009. Detoksifikasi Biologis Berbagai Mikotoksin Pada Bahan Pangan.
Lampung: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
 http://halamanputih.wordpress.com/2013/09.11/tag/bakteri-penghasil-racun.html
 http://www.totalkesehatananda.com/2009/12/10/botulism1.html

Anda mungkin juga menyukai