Anda di halaman 1dari 28

POLA DAN KIAT PENULISAN LATAR BELAKANG

(Untuk bagian pertama dari Bab I)

1. Pola dan penulisan Latar Belakang


Dalam menulis latar belakang masalah, anda bisa menggunakan 2 (dua) pola penulisan,
yaitu pola deduktif-induktif dan pola induktif-deduktif.
a. Pola Deduktif-Induktif
Dalam point ini, anda dapat membicarakan berbagai aspek yang bersifat umum lalu
mengerucut ke arah yang lebih khusus. Namun jangan menyimpang dari kedua pola krusial di
atas. Secara garis besar, tata urutan alur sajian latar belakang dalam pola deduktif-induktif,
yaitu jelaskan permasalahan umum, uraikan teori-teori atau konsep-konsep pendukung,
jelaskan argumen pembanding (bisa dari hasil penelitian terdahulu atau teori-teori atau konsep-
konsep pendukung), jelaskan argumen fakta atau data empiris, lalu mengerucut pada tujuan.
b. Pola Induktif-Deduktif
Pola ini jelas, bahwa mendahulukan hal-hal yang bersifat khusus untuk di bahas, setelah
itu membahas hal-hal yang bersifat umum, atau narasikan terlebih dahulu maksud dan tujuan
anda memilih judul, kemudian narasikan hal yang bersifat umum. Secara garis besar, tata
urutan alur sajian latar belakang dalam pola induktif-deduktif, yaitu bisa dimulai dengan tujuan,
lalu jelaskan argumen fakta atau data empiris, jelaskan argumentasi pembanding (bisa berupa
hasil penelitian terdahulu), jelaskan teori atau konsep pendukung masalah, dan uraikan aspek
yang bersifat umum yang sesuai dengan judul anda.
2. Kita Penulisan Latar Belakang
a. Kiat I: Menjawab semua Pertanyaan “Why” pada Judul
Latar belakang masalah penelitian akan menjawab semua pertanyaan mengapa (WHY)
dari judul penelitian anda. Guna mempermudah anda untuk memahami, maka anda perlu
cermati judul penelitian ini, “Pengaruh Kepemimpinan Lingkungan (Environmental
Leadership) dan Pengetahuan Konservasi Terhadap Kemampuan Kepala Dinas
Lingkungan Hidup di Propinsi Nusa Tenggara Timur dalam Mengelola Lingkungan”. Dari
judul tersebut, maka latar belakang masalah harus bisa menjawab pertanyaan, yaitu:
1. Mengapa Lingkungan?
2. Mengapa Mengelola Lingkungan?
3. Mengapa Kepemimpinan Lingkungan?
4. Mengapa Kepala Dinas LHD?

1
5. Mengapa Pengetahuan Konservasi?
Bagaimana cara anda menguraikan jawaban dari pertanyaan 1 sampai 5, akan disajikan
dalam contoh latar belakang masalah yang akan disajikan selanjutnya.
b. Kiat II: Pola Alur dan Pokok Pikiran Paragraf
Kunci dari keberhasilan menyusun latar belakang masalah penelitian, yaitu seberapa
komprehensif anda merangkumkan penelitian anda. Latar belakang yang baik, adalah bahwa
dengan hanya membaca latar belakang masalah yang anda tulis, pembaca langsung bisa
memahami, apa yang anda lakukan pada penelitian anda. Untuk bisa mencapai hal tersebut,
pokok pikiran seluruh paragraf pada latar belakang masalah penelitian harus berisikan dan
mengikuti 4 pola berikut ini, yaitu:
1. Obyek penelitian
2. Data emipris
3. Masalah yang diangkat
4. Rangkuman tujuan penelitian
Contoh penerapan 4 pola tersebut, akan cepat anda pahami melalui contoh latar
belakang masalah yang akan disajikan selanjutnya.
c. Belajar Menulis dengan pola ATM
Cara paling cepat agar anda mahir menulis karya tulis Ilmiah termasuk skripsi, yaitu
dengan menggunakan pola ATM, yaitu: Amati-Tiru-Modifikasi. Anda harus banyak membaca
hasil penelitian orang yang dimuat dalam jurnal ilmiah on line (cetak), lalu lihat bagaimana para
peneliti terdahulu menuliskan hasil penelitian mereka (A), kemudian anda tiru alur sajian tulisan
tersebut (namun anda tidak boleh copy paste kalimatnya) (T), selanjuttnya anda lakukan
modifikasi pelan-pelan ke dalam tulisan yang sedang anda kerjakan (M). Jangan lupa memilih
artikel yang dipublikasikan pada jurnal yang berkualitas, yang topik artikel tersebut bersesuaian
dengan judul penelitian anda.
Untuk mempermudah anda dalam memahami alur sajian latar belakang masalah, maka
anda perlu membaca dengan cermat dan kritis terhadap contoh latar belakan masalah berikut
ini.
3. Contoh Latar Belakang Masalah
Perhatikan contoh latar belakang masalah berikut ini. Untuk mempermudah anda
memahami penjelasan, maka:

2
a. Pada paragraf, ada bagian dalam kurung yang ditulis dengan warna biru, untuk memberi
petunjuk pada anda, bahwa paragraf tersebut menjawab pertanyaan why pada judul sesuai
dengan Kiat 1.
b. Pada paragraf, ada pula bagian dalam kurung yang ditulis dengan warna merah, untuk
memberi petunjuk pada anda, bahwa bagaimana paragraf tersebut mengikuti alur dan
pokok pikiran paragraf yang ada pada Kiat 2.
c. Perhatikan juga, bahwa setiap kalimat paragraf yang mengandung jawaban dari pertanyaan
why atau berupa klaim dan definisi, harus merujuk atau melakukan sitasi (citation) sebagai
rujukan pustaka/literatur dengan diberi kata “Sitasi” atau “citation” dalam kurung, sebagai
landasan dari klaim pustaka atau literatur yang dilakukan, dan poin penting yang ingin
saya sampaikan kepada anda, adalah bagaimana alur kalimat dan paragraf disajikan.
Sebagai contoh, perhatikan judul dan latar belakang yang disajikan berikut ini.
Contoh Judul: “Pengaruh Kepemimpinan Lingkungan (Environmental Leadership) dan
Pengetahuan Konservasi Terhadap Kemampuan Kepala Dinas
Lingkungan Hidup di Propinsi Nusa Tenggara Timur dalam Mengelola
Lingkungan”

Contoh Latar Belakang Masalah (sesuai judul di atas) dengan pola Deduktif - Induktif:
Latar Belakang
Persoalan lingkungan merupakan aspek negatif dari aktifitas manusia terhadap
lingkungan biofisik yang terjadi baik secara global, regional, nasional, maupun di tingkat daerah.
Secara nasional, pada wilayah Indonesia, seirama dengan pertambahan jumlah penduduk yang
dikuti dengan peningkatan kebutuhan dasar penduduk, maka terjadi pula peningkatan
pemanfaatan sumberdaya alam sebagai sumber bahan kebutuhan dasar penduduk dan
sebagai faktor produksi dalam system ekonomi nasional. Sebagai dampak dari pemenfaatan
sumberdaya alam yang berlebihan tersebut, maka secara nasional terjadi pula berbagai
masalah lingkungan, antara lain keterbatasan ketersediaan air bersih, sampah, penebangan liar
(ilegal loging), dan pencemaran (udara, air, dan tanah) yang merupakan masalah lingkungan
pada berbagai daerah di Indonesia. (1. mengapa lingkungan?).
Peranan lingkungan dan sumberdaya alam sangat penting bagi kehidupan manusia,
sehingga lingkungan dan berbagai jenis sumberdaya alam harus dikelola secara bijak, baik dan
benar untuk menjamin keberalanjutan ketersediaan (Sustainability) sumberdaya alam dan
lingkungan. Sumberdaya alam merupakan faktor produksi dalam system ekonomi, sehingga
3
pembangunan ekonomi selalu mengeksploitasi sumberdaya alam dan lingkungan untuk
memperoleh keuntungan. Namun para pembuat kebijakan harus tetap memperhatikan
ketersediaan sumberdaya alam dan lingkungan bagi kepentingan generasi yang akan datang.
Pengelolaan lingkungan merupakan proses yang menyertakan nilai-nilai pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) dalam berbagai misi dari agen pemerintah.
Pengelolaan lingkungan oleh suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta, dilakukan dalam
kepentingan mengaudit lingkungan, maka manajemen lingkungan pada suatu organisasi
pemerintah maupun organisasi swasta dapat menerapkan Environmental Management System
(EMS) yang meliputi kebijakan lingkungan, diagnosis lingkungan, tujuan-tujuan lingkungan,
petunjuk pengelolaan lingkungan, rencana aksi, serta monitoring dan kontrol untuk menjamni
keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan. Untuk mencapai keberlanjutan sumberdaya
alam dan lingkungan tersebut, maka pemimpin perusahaan maupun pemimpin pemerintah
harus terus memberi pendidikan dan motivasi terhadap bawahan maupun masyarakat agar
terbentuk sikap yang lebih pro terhadap lingkungan. Pengelola lingkungan berusaha untuk
mencapai keseimbangan maksimum antara penggunaan sumberdaya alam dan keberadaan
sumberdaya alam tersebut, dengan menggunakan perencanaan dan ketrampilan administratif
untuk mencapai keseimbangan alam. Demikian pula menurut United Nations Environment
Programme (UNEP), badan PBB yang menangani lingkungan hidup (….citation), bahwa
pengelolaan lingkungan adalah seperangkat proses dan praktek-praktek yang memampukan satu
organisasi untuk mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan efisiensi pelaksanaan
pengelolaan lingkungan dengan menerapkan Environmental Management System (Anonimous,
2016: 13) (2. Mengapa mengelola Lingkungan?; 1. obyek penelitian).
Seorang pemimpin pada berbagai level pemerintahan maupun pada perusahaan (corporate)
harus mampu menciptakan kesadaran kolektif bersama bawahan dan masyarakat agar tidak hanya
bisa ber-koeksistensi dengan lingkungan, tetapi juga harus pro-eksistensi terhadap lingkungan
demi peningkatan kualitas lingkungan biofisik. Pemimpin yang dipersepsikan sebagai
kepemimpinan lingkungan (environmental leadership), tidak hanya tercermin dari kinerja seorang
pemimpin dalam menjalankan kegiatan yang ramah lingkungan, tetapi juga mencakup visi, misi,
kesadaran, dan usaha kolektif untuk mengubah cara pandang bawahan, masyarakat, dan institusi
pemerintahan terhadap lingkungan dan memperlakukan lingkungan secara lebih ramah dan
bertangung jawab. Untuk itu, maka indikator yang turut mencerminkan seorang pemimpin yang
dipersepsikan sebagai “pemimpin yang pro lingkungan (environment leader)” yaitu kebijakan
program dan proporsi anggaran perlindungan dan pengelolaan lingkungan. Meskipun wilayah
4
Indonesia berada pada lingkungan tropis, namun setiap daerah di Indonesia mempunyai
karakter ekologis yang relatif berbeda. Untuk itu, dalam upaya perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup suatu daerah, dibutuhkan pemimpin yang sungguh memahami karakter
ekologis wilayah daerah tersebut dan mempunyai jiwa yang pro lingkungan. Pemahaman
seorang pemimpin terhadap karakter ekologis wilayah yang dipadukan dengan jiwa
kepemimpinan yang peduli lingkungan (environmental leadership) akan menghasilkan kebijakan
program dan anggaran yang menguntungkan bagi proteksi dan peningkatan kualitas lingkungan
(environmental protection) pada daerah tersebut. Seorang pemimpin pada berbagai level
pemerintahan misalnya, dapat mengembangkan berbagai kebijakan yang ramah lingkungan
(green policy/kebijakan hijau) termasuk konsep ekonomi hijau (green economy), sehingga dapat
menciptakan iklim pemerintahan hijau (green government). (3. Mengapa Kepemimpinan
Lingkungan).
Pemerintah pusat maupun daerah yang diberi mandat dalam mengelola wilayah,
merupakan penanggung jawab kunci atas berbagai masalah lingkungan, karena pemerintah
mempunyai kewenangan dalam membuat kebijakan program dan kebijakan anggaran untuk
pengelolaan dan perlindungan lingkungan, sebagai mana diatur dalam pasal 63 undang-undang
nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dimana
dalam ayat (2) huruf (a) undang-undang nomor 32 Tahun 2009 tersebut, bahwa dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah provinsi bertugas dan berwenang
untuk menetapkan kebijakan tingkat provinsi, dan ayat (3) huruf (a) bahwa dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, pemerintah kabupaten/kota bertugas dan berwenang untuk
menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota (..citation). Namun kebanyakan pemimpin daerah
otonom (kabupaten/Kota) cenderung mengabaikan perintah undang-undang nomor 32 Tahun
2009 tersebut. Kecenderungan itu terjadi, karena pembangunan pasca reformasi yang
mendorong terjadinya desentralisasi dengan otonomi daerah, dimana setiap pemimpin daerah
otonomi lebih mendorong pembangunan yang berorientasi ekonomi (profit oriented) dengan
memenfaatkan semua potensi sumberdaya alam daerah tanpa memikirkan pendekatan
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang dapat melestarikan sumberdaya
alam demi kepentingan generasi di masa depan. Kondisi tersebut bisa mungkin terjadi pada para
kepala Dinas Lingkungan Hidup daerah (DLHD) di Propinsi Nusa Tenggara Timur (3. Masalah
yang diangkat).
Persoalan kebijakan anggaran untuk lingkungan hidup, hasil kajian Badan PBB, United
Nations Department of Economic and Social Affairs (UNDESA) tahun 2007, seperti dilaporkan oleh
5
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2014, bahwa alokasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) Indonesia tahun 2014 untuk sektor Lingkungan Hidup
hanya sekitar 1% dari total APBN, sedangkan APBD Kabupaten/Kota tidak mencapai 2% rata-rata
setiap tahun anggaran. Kondisi alokasi anggaran untuk lingkungan hidup yang kecil tersebut,
sangat tidak memungkinkan Indonesia secara efektif untuk dapat mengelola sumberdaya alam
secara lestari dan bijak serta melindungi lingkungan yang dapat mengurangi bencana lingkungan.
Hal ini mencerminkan, bahwa pemimpin pada berbagai level organisasi pemerintahan di Indonesia
belum cukup untuk dikategorikan sebagai kepemimpinan lingkungan (2. Data emipris).
Organisasi perangkat daerah yang tugasnya berhubungan dengan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup daerah yaitu dan Dinas Lingkungan Hidup Daerah (DLHD) dan
juga Dinas Kehutanan. Kedua organisasi perangkat daerah tersebut melalui pemimpinnya
(kepala dinas LHD dan kepala Dinas kehutanan) bersama unit-unit organisasi masing-masing,
bertugas untuk membuat kebijakan program dan kebijakan anggaran dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan. Organisasi perangkat daerah yang berhubungan dengan perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup daerah harus dipimpin oleh pemimpin yang mempunyai
kemampuan dan motivasi tinggi untuk mendorong kebijakan daerah yang lebih pro lingkungan,
agar mampun mengatasi berbagai kerusakan lingkungan yang menjadi persoalan di daerah
selama ini, seperti konflik tata ruang, eksplorasi sumberdaya alam, pencemaran, pengontrolan
bagi perusahaan tambang, dan masih banyak lagi kasus lingkungan. Untuk dapat mengatasi
persoalan lingkungan daerah tersebut, maka dibutuhkan pemimpin yang mempuyai kepedulian
yang tinggi terhadap berbagai masalah lingkungan atau keberlanjutan lingkungan, sehingga
dapat mengeluarkan berbagai kebijakan yang mendukung tercipatanya lingkungan yang lestari.
Namun pada hampir semua daerah di Indonesia, proporsi anggaran yang berhubungan dengan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup relatif kecil dari total anggaran suatu daerah.
Proporsi anggaran yang kecil tersebut disebabkan oleh sektor perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dipandang tidak menghasilkan profit bagi pembangunan suatu daerah (4.
Mengapa Kepala Dinas LHD).
Seirama dengan kekuatiran global tentang pesatnya pembangunan ekonomi yang
banyak menguras sumberdaya alam dan berdampak pada kerusakan lingkungan, maka
berkembang pula perhatian global terhadap konservasi lingkungan (environment conservation)
yang penekanannya pada upaya perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya alam dan
lingkungan. Untuk itu, maka konservasi berkembang seirama dengan perhatian dan
keprihatinan global terhadap kehidupan dan lingkungan hidup di planet bumi. Dimana
6
konservasi selalu diarahkan pada upaya perlindungan dan kelestarian berbagai jenis (spesies)
dan komunitas makhluk hidup dan elemen-elemen ekosistem yang lain. Selanjutnya dikenal
pula konservasi biologi berupa konservasi keanekaragaman hayati (biodiversity conservation)
yang memberi perhatian pada upaya perlindungan dan pelestarian hewan (fauna) dan
tumbuhan (flora) yang terancam punah, atau upaya pengelolaan sumberdaya hayati untuk
menjamin kelangsungan hidup manusia pada masa sekarang dan masa mendatang (Pulin,
2007: 86) (citation) (5. Mengapa pengetahuan konservasi?).
Salah satu masalah lingkungan di Nusa Tenggara Timur, yaitu penurunan luas lahan
hutan dan peningkatan luas padang savana sebagai akibat dari peningkatan deforestasi
dan degradasi hutan. Kondisi tersebut didukung oleh kondisi georgafis Nusa Tenggara Timur
yang berada pada ekologi savana kepulauan di zona tropica semi aride yang didominasi oleh
bentangan savana kurang lebih 33,5 juta Ha. Menurut Data Wahana Lingkungan Hidup (Walhi)
Propinsi Nusa Tenggara Timur, bahwa padang savana mendominasi wilayah propinsi Nusa
Tenggara Timur dan terus mengalami peningkatan sebanyak 126 juta hektar, sehingga
sebanyak 80% lahan wilayah propinsi Nusa Tenggara Timur berada pada tahap kritis.
Peningkatan deforestasi dan degradasi hutan di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah
meningkatkan luas lahan kritis di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2013,
jumlah lahan tidak kritis mencapai 830.999,88 Ha atau 17,15%. Sementara potensi wilayah
kritis mencapai 1,237 juta lebih Ha atau 26,13 %, agak kritis 1,701 juta Ha lebih atau 35,92 %
dan lahan kritis 947.763,68 Ha atau 20,02 %. Sedangkan lahan yang sangat kritis seluas
17.985,37 Ha atau 0,38%. Sementara kemampuan pemerintah untuk merehabilitasi kawasan
hutan baru mencapai 4.516 Ha atau rata-rata seluas 1% setiap tahun. Untuk mengatasi
meluasnya lahan kritis di wilayah Nusa Tenggara Timur tersebut, membutuhkan dana rata-rata
Rp 7.582 triliun tiap hektar, untuk keperluan reboisasi, serta komitmen penuh dari pemerintah
daerah. Namun APBD propinsi maupun APBD kabupaten/kota di Propinsi Nusa Tenggara
Timur tidak cukup mampu untuk memenuhi target tersebut (Walhi NTT, 2015) (2. Data
empiris).
Peranan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah (DLHD) sangat strategis untuk
membangun kesadaran kolektif bagi bawahan dan masyarakat, untuk secara bersama
berusaha untuk menjaga kelestarian dan konservasi lingkungan. Mengingat pentingnya peranan
strategis Kepala Dinas Lingkungan Hidup tersebut, maka seorang kepala dinas perlu terus
berupaya untuk melengkapi diri dengan berbagai kompetensi, termasuk memahami berbagai
isu lingkungan yang berkembang secara global, regional dan nasional, serta memahami upaya
7
perlindungan dan konservasi lingkungan. Kompetensi tersebut akan membentuk kemampuan
seorang kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLHD) untuk bersikap responsif terhadap berbagai
persoalan lingkungan yang mencerminkan kemampuan dalam mengelola lingkungan. Hal
tersebut dipandang peting, karena kondisi ekologis dan persoalan lingkungan yang ada wilayah
Nusa Tenggara Timur seperti yang telah diuraikan di atas, sangat membutuhkan pola
kepemimpinan Nusa Tenggara Timur, terutama para kepala Dinas Lingkungan Hudup Daerah
(LHD) sebagai unsur pemimpin pada unit pemerintah yang paling bertanggung jawab terhadap
pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup, untuk benar-benar melaksanakan tugasnya
sebagai pemimpin yang pro ligkungan (environmetal leadership) agar mampu mengelola
lingkungan di wilayah Nusa Tenggara Timur. Untuk itu, maka tujuan penelitian ini untuk
mengungkapkan tentang kepemimpinan lingkungan, pengetahuan konservasi, dan interaksi
antara kepemimpinan lingkungan dan pengetahuan konservasi dalam yang mempengaruhi
kemampuan kepala Dinas Lingkungan Hudup Daerah di Propinsi Nusa Tenggara Timur dalam
mengelola lingkungan (…..4. Rangkuman tujuan penelitian).

8
RUMUSAN MASALAH, PEMBATASAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN
(Sebagai bagian dari Bab I)

Ketika anda telah berhasil menyusun latar belakang masalah yang baik seperti di atas,
maka masalah dan tujuan penelitian sudah pasti dapat anda rangkumkan dengan baik. Di
berbagai Perguruan Tinggi Indonesia, masalah penelitian, biasanya dirangkumkan dalam
format identifikasi masalah (research problem) rumusan masalah (research question), meskipun
ada beberapa Perguruan Tinggi yang memasukan format identifikasi masalah (research
pronlem) sebelum rumusan masalah (research question). Jadi sebagai kelanjutan dari latar
belakang masalah seperti contoh di atas, anda dapat rangkumkan pembatasan masalah,
perumusan masalah dan tujuan penelitian seperti contoh berikut.

1. Contoh Pembatasan Masalah


Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap penelitian ini serta keterbatasan
waktu, dana, dan kemampuan peneliti, maka perlu ada pembatasan masalah dalam penelitian
ini. Adapun masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, hanya terbatas pada variabel
bebas yaitu kepemimpinan lingkungan dan pengetahuan koservasi, dan variabel terikat yaitu
kemampuan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dalam mengelola lingkungan. Selain itu, penelitian
ini hanya terbatas pada pengaruh kepemimpinan lingkungan dan pengetahuan koservasi
terhadap kemampuan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah dalam mengelola lingkungan di
propinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Contoh Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan mengelola lingkungan antara
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah yang memiliki gaya kepemimpinan lingkungan
transformasional dengan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah yang memiliki gaya
kepemimpinan lingkungan transaksional?.
2. Bagi Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah dengan pengetahuan
konservasi tinggi, apakah kemampuan mengelola lingkungan lebih tinggi bila memiliki gaya
kepemimpinan lingkungan transformasional dari pada yang memiliki gaya kepemimpinan
lingkungan transaksional?.

9
3. Bagi Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah dengan pengetahuan
konservasi rendah, apakah kemampuan mengelola lingkungan lebih rendah bila memiliki
gaya kepemimpinan lingkungan transaksional dari pada yang memiliki gaya kepemimpinan
lingkungan transformasional?.
4. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara kepemimpinan lingkungan dan
pengetahuan konservasi terhadap kemampuan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Daerah
dalam mengelola lingkungan?

3. Contoh Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka
tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan lingkungan (environmental
leadership) dan Pengetahuan Konservasi terhadap kemampuan kepala dinas lingkungan hidup
di propinsi Nusa Tenggara Timur dalam mengelola lingkungan. Secara khusus, tujuan penelitian
ini yaitu untuk mengetahui:
1. Perbedaan kemampuan kepala dinas lingkungan hidup dalam mengelola lingkungan antara
kepala dinas lingkungan hidup yang dinilai bawahan memiliki gaya kepemimpinan lingkungan
transformasional dengan kepala desa yang dinilai bawahan memiliki gaya kepemimpinan
lingkungan transaksional.
2. Bagi kepala dinas lingkungan hidup dengan pengetahuan konservasi tinggi, kemampuan
kepala dinas lingkungan hidup mengelola lingkungan lebih tinggi bila kepala dinas
lingkungan hidup yang dinilai bawahan memiliki gaya kepemimpinan lingkungan
transformasional dibandingkan dengan kepala dinas lingkungan hidup yang dinilai bawahan
memiliki gaya kepemimpinan lingkungan transaksional.
3. Bagi kepala dinas lingkungan hidup dengan pengetahuan konservasi rendah, kemampuan
kepala dinas lingkungan hidup mengelola lingkungan lebih rendah bila kepala dinas
lingkungan hidup yang dinilai bawahan memiliki gaya kepemimpinan lingkungan
transaksional dibandingkan dengan kepala dinas lingkungan hidup yang dinilai bawahan
memiliki gaya kepemimpinan lingkungan transformasional.
4. Pengaruh interaksi antara kepemimpinan lingkungan dan pengetahuan konservasi terhadap
kemampuan kepala dinas lingkungan hidup dalam mengelola lingkungan.

10
PEDOMAN PENYUSUNAN TINJAUAN PUSTAKA

(Untuk kepentingan pada Bab II)

A. PENDAHULUAN

Tinjauan atau kajian pustaka merupakan panduan dari beberapa literatur atau sumber-
sumber referensi yang mendukung teori-teori atau konsep-konsep yang dapat dijadikan acuan
dalam sebuah penelitian. Sumber referensi/pustaka dapat berupa buku-buku maupaun
informasi-informasi dari jurnal online yang ada di internet. Hasil kajian pustaka yang dipadukan
dengan hasil observasi dapat menuntun anda untuk membuat hipotesis. Tinjauan pustaka
adalah peninjauan kembali pustaka-pustaka yang terkait (review of related literature). Sesuai
dengan arti tersebut, maka tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review)
terhadap pustaka (teori, konsep atau hasil penelitian) tentang masalah atau judul/topik yang
berkaitan (collateral) dengan judul penelitian anda. Tinjauan pustaka merupakan bagian dari
proposal penelitian atau skripsi dan biasanya disajikan pada Bab II. Bukan Ringkasan
Penelitian Terdahulu. Tinjauan Pustaka bukan sekedar daftar hasil-hasil penelitian yang telah
dipublikasikan sebelumnya. Dimana tinjauan Pustaka masih dibuat hanya dengan cara
melaporkan kembali hasil penelitian orang lain. Sebenarnya, hakekat dari tinjauan pustaka yaitu
“melakukan evaluasi, perbandingan, dan sintesis antara satu hasil penelitian dengan hasil
penelitian lain yang telah dilakukan sebelumnya”.
Dalam tnijauan pustaka, anda membahas teori-teori atau konsep-konsep yang berkaitan
dengan variabel yang digunakan dalam penelitian anda. Untuk skripsi, minimal 3 (tiga) rujukan
konsep dari berbagai sumber referensi. Kajian konseptual pada Bab II ini tidak sekedar
mencantumkan teori-teori atau konsep-konsep secara runut dari berbagai sumber referensi,
tetapi merupakan hasil analisis dari berbagai konsep, serta mengkomparasikan atau
membandingkan antara teori atau konsep yang satu dengan teori atau konsep yang lain untuk
menemukan persamaan dan perbedaan. “Persamaan antar teori atau konsep tersebut
menjadi dasar sintesis dari teori atau konsep yang bermuara pada konstruksi variable
yang akan diukur dalam penelitian anda”.
Materi/substansi teoretik/pustaka yang anda sajikan dalam Bab II ini, akan anda gunakan
lagi pada Bab IV pada sub Bab Pembahasan/Diskusi, untuk membahas atau mendiskusikan
atau mengomentari hasil penelitian anda berdasarkan teori-teori, konsep-konsep atau
dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu yang dipublikasikan pada berbagai jurnal.
11
Peninjauan kembali pustaka yang bersesuaian dengan judul/topik penelitian, merupakan hal
yang mendasar dalam penelitian. Seperti dinyatakan oleh Leedy (1997), bahwa semakin
banyak seorang peneliti (termasuk mahasiswa seperti anda) mengetahui, mengenal dan
memahami tentang penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (yang berkaitan
dengan judul/topik penelitian), semakin dapat dipertanggung jawabkan cara peneliti (anda)
dalam meneliti permasalahan yang telah diangkat. Namun ada sebagian penulis
proposal/skripsi (mahasiswa pada umumnya) menganggap, bahwa tinjauan pustaka merupakan
bagian yang tidak penting sehingga ditulis “asal ada” saja atau hanya untuk sekedar
membuktikan bahwa judul penelitiannya belum pernah dilakukan sebelumnya. Bukan demikian
tujuan dan menfaat sebuah tinjauan pustaka. Namun, esensi tujuan dari tinjauan pustaka
adalah untuk “menganalisis secara kritis bagian dari artikel jurnal, serta teori dan konsep dari
berbagai sumber melalui proses meringkas, mengklasifikasi dan membandingkan dengan
penelitian sebelumnya yang dinarasikan dalam parafrase atau kata-kata anda sendiri”,
BUKAN meng-copy paste lurus-lurus bahasa/kalimat dari tulisan asli. Dimana parafrase adalah
kutipan yang hanya mengambil isinya saja, seperti saduran, atau ringkasan.

B. FUNGSI TINJAUAN PUSTAKA


Ada beberapa alasan yang melatar belakangi adanya Tinjauan Pustaka dalam tulisan
ilmiah, seperti dituliskan oleh Deakin University Library, yaitu untuk:
1. Menunjukkan adanya celah-celah atau gap dalam literatur yang perlu diisi melalui penelitian
2. Memberikan landasan teori terhadap penelitian anda sehingga bisa menunjukkan posisi
penelitian anda dibandingkan dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya.
3. Mengidentifikasi informasi dan ide yang mungkin berhubungan dengan topik penelitian anda.
4. Mengidentifikasi teknik dan metode yang relevan dengan topik penelitian anda.
5. Mencegah agar tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu dalam penelitian. Anda bisa
melihat apa yang sudah dilakukan dan apa yang belum. Jika sudah dilakukan, seberapa
dalam pengetahuan yang telah diperoleh dan kemungkinan untuk pengembangannya lebih
lanjut.
6. Mengetahui dari mana anda bisa mulai. Penelitian adalah sebuah upaya untuk memperbaiki
apa yang sudah diperoleh sebelumnya.
7. Mengetahui siapa saja yang telah melakukan penelitian dan publikasi dalam bidang ilmu
yang anda geluti. Tujuannya adalah agar anda bisa lebih mudah membangun jejaring
akademik.
12
8. Meningkatkan pemahaman anda tentang topik yang sedang anda geluti.
9. Menunjukkan bahwa anda memiliki akses terhadap data base informasi ilmiah yang
berhubungan dengan topik penelitian anda
Pada hakekekatnya, fungsi dari tinjauan pustaka, yaitu menggunakan dan mengevaluasi
hasil penelitian orang lain, atau pendapat orang lain (teori atau konsep) untuk mencari celah
(gap), dan dari gap tersebut akhirnya peneliti (anda) dapat membuat tempat sendiri dalam
bidang ilmu atau judul penelitian anda, sehingga pembaca yakin bahwa anda (sebagai peneliti)
tahu betul bidang penelitian atau topik yang anda teliti. Secara lengkap fungsi tinjauan
pustaka menurut para ahli yaitu: “memperlihakan kedalaman pengetahuan yang anda miliki,
sehingga pembimbing atau pembaca mengetahui tentang kedalaman bidang ilmu yang anda
miliki”.
Pada hakekatnya, pustaka yang padat dan mutakhir menurut Pearce (2005) dalam
bukunya “How to Examine a Thesis” merupakan bukti yang meyakinkan bahwa:
1. Seorang peneliti (anda) telah benar-benar serius mengkaji bidang penelitian anda dan
menghabiskan waktu membaca topik di bidang penelitian tersebut.
2. Menunjukkan bahwa peneliti (anda) benar-benar paham secara komprehensif tentang teori
yang digunakan dalam penelitian anda.
3. Menunjukkan bahwa anda benar-benar mengapresiasi hasil karya orang lain dan
memberikan penghargaan kepada para peneliti yang telah bekerja sebelum anda dan
bahwa hasil karya mereka (para peneliti terdahulu) telah mengilhami cara berpikir anda.
4. Membangun harapan dan keyakinan terhadap penelitian yang anda lakukan.
5. Menunjukkan gambaran umum bidang penelitian anda dan menghubungkan dengan situasi
terakhir saat ini, untuk menunjukkan pentingnya masalah penelitian anda.
6. Memberikan contoh rancangan penelitian yang telah digunakan oleh peneliti sebelumnya
dalam mencari jawaban terhadap permasalahan yang sedang anda teliti.

C. UNSUR-UNSUR TINJAUAN PUSTAKA


Tinjauan pustaka yang memadai menurut Berkenkotter dan Huckin (1995) yaitu harus
berisikan: 1) Evaluasi dan kutipan tentang bidang yang diteliti, dan 2) Usaha dari tinjauan
pustaka itu untuk menghubungkan hasil karya yang ditinjau (sumber referensi/pustaka) oleh
penelitian yang sedang anda lakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hal ini
berarti, bahwa tinjauan pustaka yang memadai sebisa mungkin harus menunjukkan perbedaan
atau kekurangan dari pustaka yang ditinjau.
13
Banyak ahli mengatakan, bahwa kutipan merupakan petunjuk apakah satu tulisan
merupakan tulisan akademis atau populer dan merupakan bukti bahwa apakah penulis (anda)
layak meraih gelar akademik tertentu atau menjadi salah satu anggota komunitas akademi
dalam bidang ilmu tertentu. Selain itu, mencerminkan bahwa dari tinjauan teori literasi kritis dan
berpikir kritis, tinjauan pustaka merupakan indikasi apakah teks yang anda tulis tersebut
bersifat analitis dan apakah argumentasi ilmiah yang anda ajukan sudah sangat kritis?.
Salah satu kesulitan dalam menulis tinjauan pustaka adalah “bagaimana
menyeimbangkan secara tepat dan benar antara penggunaan kutipan karya orang lain
dan komentar atau evaluasi dalam bentuk kalimat anda sendiri sebagai peneliti”.
Kesalahan yang sering terjadi, yaitu “bila seorang peneliti (anda) menulis pustaka secara
berlebihan tanpa memikirkan dengan kritis apakah pustaka tersebut cocok dengan teori
dan judul penelitian anda”. Seharusnya saat anda mengkaji pustaka, anda harus
memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut, bahwa pustaka itu:
1. Berkaitan dengan teori yang mendasari penelitian yang anda tulis
2. Menjelaskan dengan mantap apa yang menjadi aspek dari penelitian yang anda lakukan
3. Teori yang dipilih harus berkaitan dengan topik penelitian yang anda teliti
4. Dalam mengutip atau mem-parafrase, meringkas dan mensintesis karya orang lain, anda
harus tidak lupa memberikan penghargaan dengan cara menyebutkan sumber yang anda
kutip secara tepat sesuai aturan pengutipan
5. Mengembangkan argumentasi yang kuat dan saling berkaitan secara rasional;
6. Menjelaskan bahwa topik penelitian sangat cocok atau sesuai dengan trend konteks
penelitian saat ini baik secara nasional, regional maupun internasional.

D. PROSES PENULISAN TINJAUAN PUSTAKA


Ada 5 (lima) langkah dalam menulis suatu tinjauan pustaka, yaitu:
1. Mencatat: anda mencatat semua data yang terdapat dalam sumber informasi misalnya:
intisari, pengarang, tahun terbit, halaman, kota tempat diterbitkan, dan nama penerbitnya.
2. Mengikhtisar: anda harus memahami intisari makna isi buku atau sumber bacaaan yang
berhubungan dengan penelitian yang sedang atau akan anda lakukan. Mengikhtisar
bertujuan untuk meringkas isi dari suatu pustaka.
3. Mensintesis: anda menyatukan dan membandingkan semua sumber bacaaan yang telah
anda kutip dalam klasifikasi topik yang relevan.

14
4. Menganalisis secara umum: anda memilah-milah informasi menjadi bagian-bagian yang
lebih kecil, dengan tujuan agar terlihat hubungan yang jelas antara bagian-bagian tersebut.
Contohnya analisis mengenai perkembangan isu topik penelitian tersebut dari waktu ke
waktu, temuan penting yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, teknik pengumpulan data
dan analisis data pada penelitain sebelumnya, temuan penting dari penelitian sebelumnya,
dan apa yang membedakan antara penelitian sebelumnya dengan penelitan anda saat ini
dari segi teori, konsep, metodologi atau data empirik.
5. Menganalisis secara tajam: anda perlu melakukan evaluasi secara kritis terhadap hasil
karya penelitian sebelumnya dan juga hasil peneliti anda. Gunakan argumentasi yang kuat
serta dukungan bukti-bukti data yang kuat saat anda mengkritisi secara konstruktif.

E. CARA PENYUSUNAN TINJAUAN PUSTAKA


Untuk menyusun sebuah tinjauan pustaka yang baik ada beberapa tahapan yang harus
anda laukuan sebagai seorang peneliti, antara lain ada 6 (enam) langkah sukses dalam proses
penyusunan tinjauan pustaka sebagaimana disarikan seperti berikut:
 Seleksi judul (Select a Topic)
 Baca Literatur (Search the literature)
 Ajukan argument anda atas hasil bacaan (Develop your argument)
 Lakukan survei terhadap berbagai literatur (Survey the literature)
 Tuliskan review atas isi bacaan anda (Write the review)
Sebagai langkah pertama, melakukan pemilihan topik dapat dilakukan dengan memindai
berbagai jurnal akademik, mendiskusikan ide-ide terkait penelitian anda dengan teman dan
terutama dengan pembimbing tugas akhir anda, dan fokus kepada satu topik penelitian tertentu.
Langkah selanjutnya adalah mencari literatur terkait dengan cara mengidentifikasi sumber-
sumber data primer maupun sekunder yang paling relevan dan bermanfaat bagi penelitian
anda, termasuk literatur-literatur empiris dan teoritis, dan selain itu juga mengembangkan
pemahaman tentang berbagai terminologi dalam bidang yang akan anda kaji. Dalam mengenal
pustaka atau sumber-sumber data yang dapat dijadikan acuan, menurut Margono (2000: 78-
79), terdapat patokan-patokan dasar yang harus diperhatikan oleh peneliti, yaitu:
1. Mempelajari hasil apa yang telah atau pernah didapat oleh orang lain (terdahulu) dalam
bidang penelitian yang ada hubungan dengan judul penelitian anda.

15
2. Mempelajari metode penelitian yang telah digunakan oleh peneliti terdahulu, termasuk
metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data, sumber data, satuan-satuan
ukuran dan kriteria-kriteria.
3. Mengumpulkan data dari sumber lain yang ada kaitan dengan judul penelitian anda.
4. Mempelajari faktor-faktor deskriptif dan historis yang ada dan merupakan latar belakang
masalah.
5. Mempelajari analisis deduktif dari masalah yang telah dikerjakan peneliti terdahulu.
Setelah anda menemukan pustaka yang relevan, langkah berikutnya dalam proses
penyusunan tinjauan pustaka adalah mengembangkan argumen. Langkah ini merupakan
langkah perencanaan dimana sebagai peneliti, anda dituntut untuk mengembangkan argumen
melalui 2 (dua) tahapan, yakni melakukan survei terhadap berbagai literatur yang telah
dikumpulkan dan selanjutnya mengkritisinya. Dua tipe argumen yang harus dikembangkan,
yaitu:
a) Argumen temuan (argument of discovery), mengembangkan temuan yang memaparkan apa
yang peneliti (anda) ketahui saat ini terkait dengan judul penelitian anda;
b) Argumen dukungan (argument of advocacy), menganalisis dan mengkritisi pengetahuan
yang telah anda peroleh dari pengembangan argumen temuan untuk menjawab masalah
penelitian anda.
Langkah selanjutnya, yaitu melakukan survei dan kritik terhadap literatur-literatur
berdasarkan kedua macam argumen yang telah anda kembangkan sebelumnya. Hal ini
dilakukan untuk meninjau kembali berbagai pustaka yang berhubungan dengan judul
penelitian anda. Selain itu, untuk melakukan penilaian secara kritis terhadap setiap literatur
tersebut untuk menganalisis isinya yang meliputi unsur-unsur penting, yakni latar belakang,
tujuan, masalah penelitian, sampel, metodologi, temuan kunci, simpulan dan rekomendasi.
Menulis tinjauan pustaka merupakan langkah terakhir dalam rangkaian proses penyusunan
tinjauan pustaka yang dilakukan dengan mengembangkan hasil análisis dan kritik terhadap
berbagai literatur. Untuk memulai menulis tinjauan pustaka, anda dapat membuat kerangka detil
terlebih dahulu, antara lain mengidentifikasi tema-tema atau pola-pola yang muncul, dan
selanjutnya menerjemahkannya ke dalam bagian-bagian (headings) dan sub-sub bagian (sub-
headings) yang tersusun secara logis.
Aspek yang perlu anda ingat adalah melakukan síntesis untuk membangun pengetahuan
dasar dan mengembangkan pemikiran baru. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menyusun
ulang setiap detil untuk menghasilkan keutuhan, dan membuat kaitan logis antar ide dan
16
konsep. Untuk memudahkan anda dalam penulisan tinjauan pustaka, berikut ini terdapat
beberapa tips untuk merangkai pustaka yang berkaitan agar tersaji secara sistematis
sebagaimana disarikan dari Jacobs and Sorensen (2010: 102) seperti berikut:
1. Mulailah dengan studi-studi (membaca dan membuat review) terhadap hasil penelitian
terbaru yang dimuat pada jurnal-jurnal, lalu bandingkan dengan hasil penelitian pada bidang
yang sama namun dimuat pada jurnal-jurnal sebelum jurnal terbaru.
2. Bacalah abstrak atau buat ringkasan untuk menetapkan apakah hasil penelitian tersebut
relevan dengan judul atau masalah penelitian anda atau tidak.
3. Buatlah catatan langsung pada kartu catatan, karena lebih mudah diseleksi dan disusun dari
pada lembaran kertas, amplop dan sebagainya.
4. Tulislah referensi bibliografi secara lengkap untuk setiap karya.
5. Untuk memudahkan pemilihan dan penyusunan, jangan memasukkan lebih dari satu
referensi pada setiap kartu.
6. Jangan lupa memberi tanda bagian mana yang merupakan kutipan langsung dari pengarang,
dan bagian mana yang merupakan susunan kata anda sendiri.
Sebagai tambahan, perlu diingat bahwa sumber bacaan yang gunakan dalam tinjauan
pustaka harus dilakukan secara selektif, sehingga ada dua kriteria yang biasa digunakan untuk
memilih sumber bacaan, yaitu prinsip kemutakhiran (recency) dan prinsip relevansi
(relevance).
Secara garis besar, sumber bacaan itu dapat dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok yaitu:
1. Sumber acuan umum, yang berupa buku-buku teks, ensiklopedia dan sejenisnya.
2. Sumber acuan khusus, seperti kepustakaan yang berbentuk jurnal, bulletin, hasil penelitian
seperti skripsi, tesis, disertasi.

F. KATA DAN FRASE DALAM KUTIPAN TINJAUAN PUSTAKA


a. Cara menggunakan “kata” dan “frase”
1. Hindari pemakaian kata atau frase tutur dan kata/frase yang belum berlaku umum.
2. Hindarkan pemakaian kata atau frase yang telah mati atau sudah lama tidak digunakan oleh
kalayak umum
3. Hendaknya kata atau frase yang bernilai rasa digunakan secara cermat, sesuai dengan
suasana dan tempatnya.
4. Hendaknya kata-kata sinonim dipakai secara cermat, karena kata-kata sinonim tidak
selamanya sama benar arti pemakaiannya.
17
5. Hendaknya istilah-istilah yang sangat asing bagi umum tidak dipakai dalam tulisan umum.
6. Hindari pemakaian kata asing atau kata daerah bila dalam bahasa Indonesia sudah ada kata
yang mewakili makna tersebut, jangan menggunakan kata asing hanya karena terdorong
untuk bermegah dan berbahasa tinggi.
b. Cara menyusun kalimat
1. Gunakan kalimat-kalimat pendek
2. Gunakan bahasa biasa yang mudah dipahami orang
3. Gunakan bahasa sederhana dan jernih dalam penyampaiannya
4. Gunakan bahasa tanpa kalimat majemuk
5. Gunakan bahasa dengan kalimat aktif, bukan kalimat pasif
6. Gunakan bahasa padat dan kuat
7. Gunakan bahasa positif, bukan bahasa negative

G. TEKNIK PENULISAN DAFTAR PUSTAKA


Daftar pustaka dapat diartikan sebagai sebuah daftar yang disusun secara berurutan.
Penyusunannnya mengacu pada sebuah standar yang telah berlaku secara nasional dan
internasional. Umumnya daftar pustaka mencantumkan nama penulis, tahun terbit, judul
penelitian, informasi penerbit dan keterangan lainnya yang disimpan dalam bagian akhir tulisan
atau tulisan dan penyusunannya didasari oleh urutan abjad (A – Z). Daftar pustaka adalah
referensi yang berada pada akhir karya ilmiah, yang dijadikan sebagai sumber referensi oleh
seorang peneliti dalam menyusun skripsi, tesis, disertasi, jurnal dan berbagai tulisan ilmiah
lainnya. Daftar pustaka umumnya memiliki urutan, yaitu: 1) nama penulis; 2) tahun penerbitan;
3) judul tulisan; 4) identitas penerbit; 5) tempat/lokasi peneritbit; 6) urutan penulisan nama
penulis harus disusun berdasarkan alfabetik (a-z); 7) Penulisan nama pengarang tidak
menggunakan gelar akademik; 8) jika penulis lebih dari 1 orang, maka setiap nama dipisahkan
dengan tanda koma, dan urutan penulisan harus dimulai dari nama penulis utama, dilanjutkan
dengan nama penulis kedua, dan seterusnya, serta antara nama awal dan nama akhir dipisah
dengan tanda koma.; 9) penulisan nama pengarang dibalik dengan menggunakan koma
sebagai pemisah, dengan nama family berada pada bagian depan; 10) Penulisan judul buku
ditulis miring sedangkan judul dari jurnal tidak ditulis miring; 11) judul artikel setiap kata ditulis

18
dengan huruf kecil kecuali pada huruf awalnya; 12) Jarak baris yang digunakan yaitu 1 spasi
untuk tiap judul referensi, dan 1,5 atau 2 spasi antar referensi.
Apapun jenis kutipan yang dikutip dari berbagai karya ilmiah, berupa kata, kalimat,
paragraf harus mencantukkan sumbernya pada daftar pustaka. Hal ini merupakan kaidah yang
berlaku umum secara internasioanl agar tulisan yang kita susun tidak di cap sebagai
plagiariasme. Berikut ini merupakan contoh penulisan.

1. Bersumber dari Buku

Contoh dengan 1 penulis Buku:


Primack, R. B. (2002) Essential of Conservation Biology. Fourth Edition: Sinauer Associates,
Inc., Publishers, New York.

Contoh dengan 2 penulis Buku:


Joy Tivity and Greg O’hare (1995), Human Impact on The Ecosystem (Distributed in The United
States: by Longman Inc.New York Twelfth Impression.

Contoh dengan 3 penulis Buku:


Wali, Mohan K., Falih Evrendilek and M. Siobhan Fennesy (2010), The Environment: Science,
Issues, and Solutions, CRC Press Taylor & Francis Group, LLC. New York.

2. Bersumber dari koran/majalah


Nama penulis ditulis paling depan, diikuti oleh Judul artikel ditulis dengan cetak biasa,
dan huruf besar pada setiap huruf awal kata, nama majalah dan nomor halaman disebut pada
bagian akhir.

Contoh artikel bersumber dari koran atau majalah:


Gardner, H. Mikroflora sebagai bioindikator tanah, (30 Januari 2017). Info Komputer, Jawa Pos,
h. 6.

3. Bersumber dari jurnal


Nama penulis ditulis paling depan diikuti dengan tahun dan judul artikel yang ditulis
dengan cetak biasa, dan huruf besar pada setiap awal kata. Nama jurnal ditulis dengan cetak
miring, dan huruf awal dari setiap katanya ditulis dengan huruf besar kecuali kata penghubung.
Bagian akhir berturut-turut Vol, Edisi, Halaman dan ISSN/DOI
19
Contoh refrensi dari Jurnal:
Awatara. I Gusti P. D. (2012). Peran Etika Lingkungan Dalam Memoderasi Pengaruh
Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Berwawasan Lingkungan Terhadap Kinerja
Karyawan Berwawasan Lingkungan. Jurnal EKOSAINS, Vol. III/No. 2/2012.

4. Bersumber dari skripsi, tesis dan disertasi


Rujukan yang bersumber dari skripsi, tesis dan disertasi diawali dengan nama penulis,
diikuti tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi, tesis atau desertasi ditulis dengan cetak
miring, diikuti dengan pernyataan skripsi, tesis, atau desertasi tidak diterbitkan, nama fakultas
dan nama perguruan tinggi serta nama kota tempat perguruan tinggi.

Contoh rujukan dari disertasi:


Brown Barret C. M. A. (2011). Concious Leadership For Sustainability: How Leaders With a
Late-Stage Action Logic Design and Engage in Sustainability Initiatives. Dissertation of
Doctor of Philosophy; Fielding Graduate University. California, USA.

5. Bersumber dari Website dan Media online/Internet


Sumber rujukan dari website dan media online diawali dengan nama sumber website,
nama penulis ditulis seperti rujukan dari bahan cetak, diikuti secara berturut-turut oleh judul
artikel, link URL artikel dan dilengkapi dengan tanggal akses artikel.

Contoh rujukan dari Website dan media online


http://www.walhi.or.id/green-mining-bukan-jawaban-yang-tepat-atasi-masalah-kerusakan-
lingkungan-di-ntt.html (di unggah pada 4 April 2015).

20
PROPOSISI

Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan
utuh. Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan
benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai
benar atau salah.

Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yaitu:

1. Subjek, perkara yang disebutkan adalah terdiri dari orang, benda, tempat, atau perkara.
2. Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek.
3. Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat.

Contohnya kalimat Semua manusia adalah fana. Kata semua dalam kalimat tersebut
merupakan pembilang. Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subjek, sedangkan
kata adalah merupakan kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana.

Banyak pemikir modern berpikir bahwa "pernyataan" dan "proposisi" adalah sinonim, atau
paling tidak seharusnya sama.

Kategori

Skema tentang Proposisi


Aspek
Aspek Bentuk Aspek Sifat Aspek Luas Kualitasdan
Kuantitas
Kondisional
Tunggal Majemuk Kategorial Universal Singular Partikular A I E O
Hipotetik Disjungtif

Penjelasan skema di atas adalah sebagai berikut:

Berdasarkan Bentuk

Berdasarkan bentuknya, proposisi diklasifikasikan menjadi 2 kategori, yaitu: tunggal dan


majemuk. Proposisi Tunggal hanya mengungkap satu pernyataan saja, dimana hanya didukung
satu subjek dan satu predikat (kalimat tunggal). Contoh kalimat "Setiap manusia akan mati".

21
Dalam kalimat tersebut hanya terdapat satu subjek, yakni "manusia", sedangkan predikatnya
berupa "mati". Kemudian Proposisi Majemuk, proposisi ini dibentuk dari gabungan dua proposisi
tunggal atau lebih dimana kalimat pernyataan ini sekurang-kurangnya didukung dua pola
kalimat. Contoh kalimat "Setiap warga negara harus menyadari hak dan tanggung jawabnya".

Berdasarkan Sifat Pembenaran atau Pengingkaran

Berdasarkan sifat pembenaran dan pengingkaran, terdapat dua kategori proposisi, yaitu:
kategorial dan kondisional. Proposisi kategorial menunjuk pada sebuah pembenaran atau
pengingkaran yang bersifat mutlak; pasti benar atau pasti salah. Artinya, kebenaran terjadi
tanpa syarat. Contoh: Semua orang akan mati. Selanjutnya adalah proposisi kondisional,
yakni proposisi yang menunjuk pada pembenaran atau pengingkaran yang bersyarat atau
berupa pilihan.

Kategori proposisi kondisional sendiri dapat dibedakan menjadi dua kategori, yakni
hipotesis dan disjungtif. Proposisi Kondisional Hipotesis adalah proposisi yang menunjuk
pada pembenaran yang bersyarat. Artinya, bahwa bila proposisi terpenuhi, maka kebenaran
terjadi. Hal ini bisa dilihat dalam contoh kalimat: Jika hujan terjadi, tanah becek, jadi tanah akan
becek jika terjadi hujan. Sedangkan proposisi Kondisional Disjungtif disebut juga alternatif.
Hal ini didasarkan pada pembenaran yang berupa pilihan. Proposisi Kondisional Disjungtif ini
kerap kali menggunakan kata atau seperti pada contoh kalimat: Alfons harus membantu orang
tuanya atau membersihkan halaman rumah.

Berdasarkan Luas Pengertian

Berdasarkan luas pengertian, proposisi dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu: universal,
particular, dan singular.

Proposisi Universal ialah sebuah proposisi yang mencakup seluruh aspek atau bagian.
Hal ini ditandai dengan adanya kata: semua, seluruh, setiap, setiap kali, masing-masing.
Sebagai contoh pada kalimat Tidak seorangpun dinegeri ini yang atheis.

Proposisi Particular, adalah proposisi yang mengungkapkan sebagian dari seluruh


aspek. Kata tugas yang menandai proposisi partikular adalah beberapa, sebagaian, tidak
semua, kebanyakan, banyak. Contoh kalimat: Tidak semua siswa tekun belajar. Kata "tidak
22
semua" dalam kalimat di atas merupakan proposisi partikular, yakni hanya mencakup sebagian
aspek saja (sebagian siswa saja).

Proposisi Singular, proposisi ini hanya mengungkap satu aspek saja. Kata petunjuk dari
proposisi Singular yaitu kata ini dan kata itu. Contoh kalimat: Rumah ini akan dijual. Kata
rumah dalam kalimat tersebut hanya menunjukkan satu unsur. Jika terdapat dua unsur di
dalamnya, maka suatu kalimat tidak bisa disebut dengan proposisi singular.

Berdasarkan Kualitas dan Kuantitas

Berdasarkan kualitas atau kuanitas, maka proposisi dapat terbagi menjadi dua, yaitu proposisi
A, I, E, dan proposisi O.

Proposisi A adalah proposisi universal atau singular positif; proposisi yang mengungkap
keseluruhan dan pembenaran, pengakuan, atau positif. Contohnya kalimat: Meja ini dibuat dari
kayu jati.

Proposisi E adalah proposisi universal atau singular negatif. Proposisi ini mengungkap
keseluruhan pengingkaran, penolakan, atau negatif. Contoh kalimat "Meja ini tidak dibuat dari
kayu jati", kata tidak dalam kalimat tersebut menunjukkan kenegatifan yang berupa
pengingkaran.

Selain proposisi A juga E, berdasarkan kualitas dan kuantitasnya, proposisi juga terbagi lagi
menjadi Proposisi I dan Proposisi O.

Proposisi I ialah proposisi partikular aktif; mengungkap sebagian dari keseluruhan pengakuan,
pembenaran, atau positif. Contoh kalimat: "Beberapa mahasiswa Biologi FST Undana tekun
belajar".

Proposisi O adalah proposisi partikular negatif; mengungkap sebagian dari keseluruhan


pengingkaran, penolakan, atau negatif. Contoh kalimat: "Beberapa mahasiswa Biologi FST
Undana tidak tekun belejar.

23
KESIMPULAN

Kesimpulan adalah suatu proposisi (kalimat yang disampaikan) yang diambil dari beberapa
premis (ide pemikiran) dengan aturan-aturan inferensi (yang berlaku). Dapat dikatakan pula,
bahwa Kesimpulan merupakan sebuah gagasan yang tercapai pada akhir pembicaraan.
Dengan kata lain, kesimpulan adalah hasil dari pembicaraan

Penulisan kesimpulan harus dibuat berdasarkan hal-hal yang terdapat pada paragraf
serta menggambarkan isi paragraf tersebut.

Dalam sebuah paragraf terbentuk dari beberapa unsur, yaitu ide pokok (mean idea), kalimat
utama, dan kalimat penjelas sebagai informasi tersurat. Informasi tersurat merupakan informasi
yang terdapat pada kalimat suatu paragraf. Selain itu, terdapat juga informasi tersirat yaitu
informasi yang tidak tertulis secara langsung pada paragraf. Informasi tersirat dalam paragraf
yaitu berupa simpulan. Sehingga perlu adanya cara membuat kesimpulan paragraf untuk
memperoleh informasi tersebut. Kesimpulan adalah kalimat yang berisi pendapat akhir dari
uraian yang disampaikan sebelumnya. Kalimat simpulan tidak terdapat pada kalimat dalam
paragraf. Oleh karena itu, untuk menyusun kesimpulan harus membaca keseluruhan kalimat
pada paragraf.

CARA MEMBUAT KESIMPULAN

Untuk menyimpulkan isi paragraf dengan benar dapat dilakukan melalui cara :
- Membaca keseluruhan isi paragraph
- Menentukan kalimat utama paragraph
- Menyusun kesimpulan
Penulisan kesimpulan harus dibuat berdasarkan hal-hal yang terdapat pada paragraf serta
menggambarkan isi paragraf tersebut. Selain itu, menulis kesimpulan harus memperhatikan
bahasa dan pilihan kata yang digunakan agar mudah dipahami.

24
Contoh Paragraf dan Menyusun Kesimpulan

Contoh paragraf:
Banjir merupakan bencana alam yang sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia. Banjir
terjadi akibat adanya penyumbatan pada aliran air. Kebiasaan membuang sampah
sembarangan menjadi faktor utama penyebab banjir. Sampah yang dibuang sembarangan ke
sungai lama-kelamaan akan menumpuk dan menghambat aliran air sehingga terjadi banjir.
Untuk mencegah terjadinya banjir, kebiasaan membuang sampah pada tempatnya harus
ditanamkan kepada masyarakat sejak dini.

Cara menentukan kesimpulan yaitu diawali dengan membaca keseluruhan isi paragraf.
Selanjutnya menentukan kalimat utama yang mengandung ide pokok paragraf tersebut.

Kalimat utama paragraf tersebut yaitu ‘Banjir merupakan bencana alam yang sebagian besar
disebabkan oleh ulah manusia’. Pada akhir paragraf disebutkan cara mencegah terjadinya
banjir dengan membuang sampah pada tempatnya. Sehingga kesimpulan pada paragraf
tersebut yaitu ‘Banjir dapat dicegah dengan melakukan kebiasaan membuang sampah pada
tempatnya‘.

Kesimpulan isi paragraf dapat dibuat dengan mudah jika mengetahui cara-cara yang harus
dilakukan. Kesimpulan yang dibuat harus berdasarkan analisis dari isi paragraf yang sudah
dibaca.

25
SILOGISME

Pengertian Silogisme

Silogisme ialah jenis penalaran deduksi secara tidak langsung. Silogisme merupakan penemuan
terbesar dari ahli filsafat terkenal, Aristoteles. Dalam pengertian umum, silogisme ialah suatu argument
deduktif yang terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan.

Silogisme ialah setiap penyimpulan tidak langsung, yang dari 2 proposisi “premis-premis”
disimpulkan suatu proposisi baru “kesimpulan”. Premis yang pertama disebut premis umum “premis
mayor” dan premis yang kedua disebut premis khusus “premis minor”. Kesimpulan itu berhubungan erat
sekali dengan premis-premis yang ada, jika premis-premisnya benar maka kesimpulannya juga benar.

Proposisi
Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh.
Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar atau
tidak benarnya kalimat tersebut.
Singkatnya, bahwa proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah.

Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni:


1. Subjek, perkara yang disebutkan adalah terdiri dari orang, benda, tempat, atau perkara.
2. Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek.
3. Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat.

Contohnya kalimat Semua manusia adalah fana.


Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan dengan pembilang.
Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subjek, sedang adalah merupakan kopula. Adapun
predikat di sini diwakili oleh kata fana.

Banyak pemikir modern berpikir bahwa "pernyataan" dan "proposisi" adalah sinonim, atau paling tidak
seharusnya sama.

Bentuk Silogisme

26
Telah dijelaskan di atas bahwa silogime disusun oleh pernyataan dan kesimpulan atau proposisi
dan konklusi. Di dalam proposisi terdapat dua buah premis yaitu premis mayor “premis umum” dan
premis minor “premis khusus”.
Premis mayor adalah pernyataan akan sebuah kelompok tertentu yang di dalamnya terdapat sifat dan ciri
tertentu.
Premis minor adalah pernyataan akan salah satu anggota dari kelompok pada premis mayor.
Kesimpulan yaitu berisi tentang pernyataan yang menyatakan salah satu anggota kelompok memiliki
kekhususan baik dari sifat dan ciri pada kelompok tersebut.

Jenis-Jenis Silogisme
Dalam penerapannya ada 3 jenis silogisme, yaitu silogisme kategoris, silogisme hipotesis dan
silogisme alternatif.

Silogisme Kategoris
Silogisme kategoris merupakan silogisme yang terdiri dari 3 proposisi “premis” kategoris.
Contoh:
• Semua manusia ialah makhluk berakal budi  “premis mayor”.
• Alfons adalah manusia  “premis minor”.
• Jadi, Alfons adalah makhluk berakal budi  “kesimpulan”.

Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis ialah silogisme yang premis mayornya berupa keputusan hipotesis dan premis
minornya merupakan pernyataan kategoris.
Contoh:
• Jika hari ini tidak hujan, saya akan ke rumah paman  “premis mayor”.
• Hari ini tidak hujan  “premis minor”.
• Maka, saya akan kerumah paman  “kesimpulan”.

Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif ialah silogisme yang premis mayornya premis alternatif, premis minornya
membenarkan salah satu alternatifnya dan kesimpulannya menolak alternatif yang lain.
Contoh:
• Kakek berada di Kupamg atau Atambua  “premis mayor”.
27
• Kakek berada di Kupang  “premis minor”.
• Jadi, kakek tidak berada di Atambua  “kesimpulan”.

Demikianlah pembahasan mengenai “Silogisme” Pengertian & ( Jenis – Contoh ) semoga dengan
adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan anda.

28

Anda mungkin juga menyukai