Kelompok 1:
Shobriyyah Afifah Nabilah (2046000023)
Sonia Putri Maulidya (2046000024)
Review Jurnal ini disusun guna memenuhi tugas Prof. Ir. Yenny Risjani,
DEA, Ph.D pada mata kuliah Bioindikator & Toksikologi Perairan. Selain itu,
penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca tentang biomarker toksik pada mikroalga.
Penulis tentu menyadari bahwa review jurnal ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk tugas
review jurnal ini. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada tugas
review ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1
dan BOD dalam limbah lewat bantuan bakteri pengurai zat organik (Hadiyanto et
al, 2012). Selain itu mikroalga dapat menyerap beberapa senyawa berbahaya
yang terdapat dalam limbah. Berdasarkan laporan Harun et al (2010a), mikroalga
jenis Ascophyllum nodosum secara efektif dapat memindahkan metal cadmium
(Cd), nikel (Ni), dan seng (Zn) dari limbah.
Pemilihan biomarker untuk memprediksi dampak toksik logam berat pada
kesehatan manusia telah menjadi perhatian ekologis utama untuk
mengembangkan program pemantauan hayati air permukaan yang andal (Rai et
al., 2013). Polutan logam dalam air terakumulasi menjadi makhluk hidup dan
menghasilkan berbagai respons toksik di tingkat sel. Biomarker utama yang diuji
adalah 'respons terukur' yang terjadi dalam aktivitas fotosintesis, proses nutrisi
enzimatis, sintesis metabolit sekunder, stres oksidatif dan/atau mekanisme
detoksifikasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh biomarker toksik pada Alga Hijau (Chlorella sp.)?
2. Bagaimana pengaruh biomarker toksik pada Alga Merah (Gracilaria sp.)?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengaruh biomarker toksik pada Alga Hijau (Chlorella sp.)
2. Untuk mengetahui pengaruh biomarker toksik pada Alga Merah (Gracilaria sp.)
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
3
telah dikeringkan untuk menyerap logam pada limbah, sel yang telah mati tidak
membutuhkan perlakuan yang tinggi dan lebih murah. Lebih jauh lagi, biomas
yang telah mati dapat diregenerasi dan digunakan kembali.
2.2 Logam Berat Berdasarkan Toksikologi
Logam berat dibagi menjadi dua jenis, logam berat esensial dan logam
berat tidak esensial (beracun). Logam berat esensial keberadaannya dalam
jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme, namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat esensial antara
lain Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya. Jenis kedua adalah logam berat
tidak esensial dimana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui
manfaatnya atau dapat bersifat racun. Logam berat tidak esensial antara lain
adalah Hg, Cd, Pb, Cr, Ni, dan lain-lain (Darmono, 1995).
Sebagian logam berat bersifat esensial bagi organisme air untuk
pertumbuhan dan perkembangan hidupnya antara lain dalam pembentukan
hemosianin dalam sistem darah dan enzimatik biota. Akan tetapi, bila jumlah dari
logam berat masuk ke dalam tubuh dengan jumlah berlebih, maka akan berubah
fungsi menjadi racun bagi tubuh. Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, tingkat
atau daya racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke
rendah) sebagai berikut : Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Seng (Zn), Timbal (Pb),
Krom (Cr), Nikel (Ni), dan Kobalt (Co) (Darmono, 1995).
2.3 Alga Hijau (Chlorella sp.) Shobriy
Alga hijau adalah kelompok alga yang paling maju dan memiliki banyak
sifat-sifat tanaman tingkat tinggi. Kelompok ini adalah organisme prokariotik dan
memiliki struktur-struktur sel khusus yang dimiliki sebagian besar alga. Alga hijau
memiliki kloroplas, DNA-nya berada dalam sebuah nukleus, dan beberapa
jenisnya memiliki flagella. Dinding sel alga hijau sebagian besar berupa sellulosa,
meskipun ada beberapa yang tidak mempunyai dinding sel. Terdapat klorofil dan
beberapa karotenoid, dan biasanya berwarna hijau rumput. Pada saat kondisi
budidaya menjadi padat dan cahaya terbatas, sel akan memproduksi lebih
banyak klorofil dan menjadi hijau gelap. Berdasarkan taksonominya, Chlorella sp.
memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
SubKingdom : Viridaeplantae
Filum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophycea
4
Ordo : Oocystaceae
Genus : Chlorella sp. (Beijerinck, 1890)
Spesies : Chlorella vulgaris
Sel Chlorella sp. Berbentuk bulat, hidup soliter, berukuran 2-8 m. Sel
Chlorella mengandung 50% protein, lemak, serta vitamin A, B, D, E, dan K.
disamping banyak mengandung pigmen hijau (klorofil) yang berfungsi sebagai
katalisator dalam proses fotosintesis. Chlorella sp. termasuk dalam kelompok
organisme protista autotrof yang mampu membuat makanannya sendiri.
Organisme ini memiliki pigmen klorofil, sehingga dapat melakukan proses
fotosintesis. Chlorella sp. termasuk salah satu kelompok alga hijau yang paling
banyak jumlahnya diantara alga hijau lainnya. Chlorella sp. melimpah di perairan
tawar dan air laut (Pitriana dan Rahmatia, 2008).
2.4 Habitat Chlorella sp. Shobriy
Chlorella merupakan mikroalga hijau yang secara umum dapat ditemukan
di lingkungan air tawar dan laut. Contoh Chlorella yang hidup di air laut antara
lain Chlorella minutissima, Chlorella vulgaris, Chlorella pyrenoidosa, dan
Chlorella virginica. Chlorella vulgaris adalah salah satu mikroalga hijau yang
tersebar paling luas yang ditemukan di sebagian besar lingkungan akuatik di
dunia dan sering digunakan dalam uji toksisitas karena kepekaannya terhadap
kontaminan yang berbeda.
Seperti halnya organisme lainnya, pertumbuhan Chlorella vulgaris
dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain seperti kualitas air, kualitas dan
kuantitas nutrien, intensitas cahaya, tingkat keasaman (pH), temperatur. Kondisi
kualitas perairan yang baik untuk pertumbuhan Chlorella sp. antara lain suhu
berkisar 20-25oC (Utami et al., 2012); 22-25oC (Erlangga et al., 2018), pH
berkisar 6-8,5 (Utami et al., 2012); 7-8 (Erlangga et al., 2018). Kandungan
nutrien yang dibutuhkan mikroalga terdiri dari makronutrien seperti C, H, N, K, P,
dll. Sedangkan mikronutrien yang dibutuhkan seperti Fe, Cu, Mn, Zn, dll.
Mikronutrien yang dibutuhkan mikroalga dalam jumlah sedikit, apabila jumlah
kandungan mikronutrien berlebih maka dapat menjadi toksik bagi mikroalga.
2.5 Alga Merah (Gracilaria sp.) Dea
2.6 Habitat Gracilaria sp. Dea
2.7 Kandungan Toksik Pada Perairan Dea
5
BAB 3 PEMBAHASAN
6
3.2.2 Pengaruh Kromium (Cr) Pada Klorofil, Karatenoid, dan Protein
Tabel 1. Pengaruh Kromium (Cr) Pada Klorofil, Karatenoid, dan Protein
7
3.2.3 Tingkat Akumulasi Kromium (Cr) Pada Chlorella vulgaris
8
Paparan logam berat menyebabkan klorofil degradasi dengan cara yang
bergantung pada dosis di C. vulgaris. Pada kontrol klorofil menunjukkan 195 ±
33% yang menunjukkan pertumbuhan. Pada kedua perlakuan logam berat,
penurunan yang lebih tajam diamati pada alga yang diberi Cu. Pada perlakuan
logam berat, kandungan klorofil lebih rendah dibandingkan kontrol. Alga yang
terpapar 500 µm dan 1000 µm Cu maupun Zn menunjukkan dampak yang lebih
merugikan daripada konsentrasi yang lebih rendah. Hal tersebut dapat
dikarenakan kedua logam dapat menggantikan magnesium dalam molekul
klorofil sehingga menyebabkan hilangnya fungsi klorofil yang mana berdampak
juga pada penurunan aktifitas fotosintesis. Dalam penelitian ini, penurunan
klorofil-a juga mengindikasikan penurunan biomassa klorofil-a yang mana
biasanya digunakan untuk pertumbuhan pada mikroalga. Pengayaan Cu dan Zn
ditemukan mengurangi pertumbuhan dan mengubah struktur alga seperti
Chlorella pyrenoidosa dan Scenedesmus obliquus, serta mendorong degradasi
klorofil (Zhou et al., 2012).
3.2.5 Tingkat Akumulasi Tembaga (Cu) dan Seng (Zn) Pada Chlorella
vulgaris
Gambar 4. Tingkat Akumulasi Tembaga (Cu) dan Seng (Zn) Pada Chlorella
vulgaris
Sumber : Phetchuay et al (2019)
Peningkatan yang signifikan dalam kandungan Cu terdeteksi ketika alga
terkena setidaknya 500 µm Cu. Paparan tembaga (Cu) tidak mempengaruhi
serapan Zn. Peningkatan signifikan terjadi pada kandungan 500 µm Zn. Namun,
perlakuan pemberian Zn mempengaruhi serapan Cu karena alga yang terpapar
1.000 µM Zn juga mengakumulasi kandungan Cu yang lebih tinggi. Alga dapat
mengakumulasi logam berat di berbagai komponen sel dan organel seperti
membran fosfolipid, kloroplas, retikulum endoplasma, peroksisom dan
mitokondria. Meskipun Cu dan Zn berbagi grup transporter, terutama grup COPT
9
(Copper transporter) sebagai saluran untuk pengambilan seluler, ketika salah
satu perlakuan logam berat lebih tinggi, hal tersebut tidak menghambat
penyerapan lain. Ada banyak transporter yang ada dalam sel mikroalga yang
secara umum terlibat dalam serapan Cu dan Zn seperti grup ZIP (Zinc
transporter), CDF (Cation Diffusion Facilitation), MTP (Metal Tolerance Proteins),
dan HMA (Heavy Metal ATPase). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
kandungan logam berat pada C. vulgaris dapat digunakan sebagai biomarker
yang efektif untuk ketersediaan Cu dan Zn di lingkungan.
3.2.6 Kandungan Klorofil dan Klorofil-a Terhadap Konsentrasi Nanopartikel
Nikel Oksida (NiO-NPS)
Nanopartikel nikel oksida (NiO-NPs) merupakan bahan nano yang banyak
digunakan di industri untuk katalisis, katoda baterai alkalin, bahan elektrokromik
dan magnet, pigmen dalam keramik, dan kaca, karena memiliki sifat kimia yang
unik karena ukuran dan morfologinya. Namun, telah dilaporkan bahwa NiO-NP
dapat dengan mudah diangkut ke dalam sistem seluler mamalia, menginduksi
efek sitotoksik dan genotoksik. NiO-NP (ukuran rata-rata 20 nm) memicu
pertumbuhan yang parah penghambatan pada strain mikroalga laut C. vulgaris.
Efek penghambatan ini disebabkan oleh perubahan morfologi seluler seperti
plasmolisis (kebocoran sitosol), kerusakan sitomembran (membran plasma yang
terlepas atau terdegradasi), dan gangguan tilakoid (grana lamella).
10
fluoresensi emisi digunakan untuk menginformasikan keadaan fungsional alat
fotosintesis. Intensitas fluoresensi per sel yang hidup meningkat tajam
−1
dibandingkan dengan kontrol. Ketika sel alga C. vulgaris terkena 1–100mg L
dari NiO-NPs menunjukkan penghambatan yang signifikan dalam reaksi
fotokimia fotosintesis.
NiO-NP dapat menyebabkan dampak toksisitas yang signifikan pada sel
alga, yang meningkat dalam kaitannya dengan peningkatan konsentrasi paparan
suspensi partikel nano. Faktanya, ukuran sel relatif dan perincian seluler C.
vulgaris meningkat kuat dengan adanya suspensi NiO-NP, menunjukkan bahwa
NP ini menyebabkan perubahan dalam proses pembelahan seluler. Dampak
toksisitas NiO-NP secara signifikan ditunjukkan dengan penurunan variabel ROS
(% kontrol) & SSC (% kendali) sel dari C. vulgaris, yang disebabkan oleh
kerusakan total aktivitas enzimatik atau hilangnya integritas membran sel.
Hilangnya viabilitas seluler C. vulgaris disebabkan oleh beberapa perubahan sel,
seperti penghambatan dalam proses pembelahan sel (ukuran dan granularitas
sel relatif), kerusakan peralatan fotosintesis (sintesis klorofil dan reaksi fotokimia
dari fotosintesis), dan pembentukan ROS.
3.2 Alga Merah (Gracilaria sp.) Dea
Sesuai penelitian jurnal, ambil beberapa poin aja gausa terlalu banyak wkwk
11
BAB 4 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Chlorella sp. merupakan mikroalga hijau yang secara umum dapat
ditemukan di lingkungan air tawar dan laut. Logam berat yang dapat
mempengaruhi Chlorella sp. antara lain Krom (Cr), Seng (Zn), Tembaga
(Cu), Nanopartikel Nikel Oksida (NiO-NPS). Kandungan logam berat
dapat mempengaruhi aktivitas fotosintesis, proses nutrisi enzimatis,
sintesis metabolit sekunder, dan stres oksidatif. Kandungan logam berat
pada C. vulgaris dapat digunakan sebagai biomarker yang efektif untuk
ketersediaan Cr, Cu, Zn dan NiO-NPS di lingkungan.
Sesuai hasil gracilaria
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
Cardozo, AP., Bersano, JGF. dan Amaral, WJA. 2007. Composition, Density and
Biomass of Zooplankton in Culture Ponds of Litopenaeus Vannamei
(Decapoda:Penaidae) in Southern Brazil. Brazilian Journal of Aquatic
Science and Technology. 11(1), 13-20.
Chisti, Yusuf. 2007. Biodiesel from Microalgaee. Biotechnology
Andances.25,294-306.
Darmono. 1995. Logam dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta : UI-Press.
Donne, I. D., Rossi, R., Colombo, R., Giustarini, D., dan Milzani, A. 2006.
Biomarkers of Oxidative Damage in Human Disease. Clinical Chemistry. 52
(4) : 601-623.
Hadiyanto, M.M.A.Nur and G.D. Hartanto.2012. Cultivation of Chlorella sp. as
Biofuel Sources in Palm Oil Mill Effluent (POME). Int. Journal of Renewable
Energy Development 1 (2) 2012: 45-49.
Harun, R., Danquah, MK., dan Forde, G.M. 2010a. Microbial biomass as a
fermentation feedstock for bioethanol production. J Chem Technol
Biotechnol 85:199–203.
Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta : Penerbit
Rineka Cipta, hal 23-56.
Pitriana, P. dan Rahmatia, D. 2008. Bioekspo, Menjelajah Alam dengan Biologi.
Solo : Jatra Graphics.
Purnama, C. 2009. Penelitian Pembuatan Prototipe Pengolahan Limbah Menjadi
Biogas. Diakses dari http://www.sttal.ac.id/index.php/lppm/64-biogas, pada
tanggal 15 Maret 2014.
Zhou, G.J., P.Q. Peng, L.J. Zhang and G.G. Ying. 2012. Biosorption of zinc and
copper from aqueous solutions by two freshwater green microalgae
Chlorella pyrenoidosa and Scenedesmus obliquus. Environmental Science
and Pollution Research 19: 2918–2929.
13