*E-mail: syafrinasarilbs@gmail.com
Abstract: Heavy metals are compounds that have high toxicity and can
cause serious health problems for humans and pose a serious threat to the
sustainability of the ecosystem. Prokaryota microorganisms and eukaryotes
have the ability to process bioremediation of heavy metals in the
environment. Marine fungi as eukaryotic microbes that have high species
diversity. The ability to live in marine fungi is influenced by environmental
factors that differ from the terrestrial environment such as temperature,
pressure, and salinity. Marine fungi have a characteristic structure of
metabolites and their ability to bioremediate heavy metals in various
processes, namely bioaccumulation, biomineralization, biosorption, and
biotransformation. Bioremediation of heavy metals by marine fungi is
related to the composition of cell wall structures that have many
crosslinking polysaccharides (chitin, chitosan, glucans), glucuronic acid,
galactosamine, a small amount of glycoprotein, together with melanin and
phenolic polymers containing phenolic units, peptides, fatty acids, which
provides quite a lot of oxygen-containing groups such as carboxyl,
carbonyl, amino, hydroxyl, phosphate, methoxy and mercapto which are
potentially metal binding sites.
AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
92 Lubis
AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
93 Lubis
AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
94 Lubis
Definisi dan Diversitas Fungi Laut 1.112 spesies (472 genus), 805 spesies
Ascomycota (352 genus), 21 Spesies
Berdasarkan hasil penelitian Basidiomycota (17 genus), Chytridio-
menunjukkan banyak spesies fungi yang mycota dan filum yang terkait terdiri 26
diisolasi dari lingkungan laut, merupakan spesies (13 genus), Zygomycota terdiri
kelompok yang sama dengan fungi yang dari 3 spesies (2 genus), 1 spesies
diisolasi dari lingkungan teresterial atau Blastocladiomycota, bentuk aseksual dari
yang diisolasi dari tanaman. Terdapat fungi berfilamen terdiri 43 spesies (26
korelasi yang kuat antara kondisi genus), dan yeast laut Ascomycota 138
lingkungan abiotik dan gen data ekspresi spesies (35 genus), Basidiomycota 75
yang menunjukkan bahwa setidaknya spesies (26). Fungi ini terdiri dari 129
beberapa fungi menunjukkan kemampuan famili dan 65 ordo. Famili
hidup pada kedua lingkungan (amfibious) Halosphaeriaceae merupakan kelompok
yaitu laut dan tereseterial. fungi laut terbesar dengan anggota 141
Studi filogenetik menunjukkan spesies terdiri dari 59 genus, yang dibagi
bahwa banyak garis keturunan organisme kedalam Aspergillus (47 spesies),
laut yang merupakan organisme yang Penicillium (39 spesies) dan yeast
pindah dari organisme leluhur terrestrial. Candida (64 spesies) (Jones et al., 2015).
Plastisitas ekologis fungi ini Keanekaragaman jamur laut
mendefenisikan pengertian fungi laut berkaitan erat dengan faktor biologis,
dalam 3 hal yaitu: 1) fungi laut merupakan fisika, dan kimia meliputi ketersediaan
organisme yang mampu tumbuh dan / substrat untuk kolonisasi, sifat substrat,
atau berspora (pada substrata) di suhu air, pH dan salinitas (Jones & Pang,
lingkungan laut; 2) fungi laut membentuk 2012). Klasifikasi taksonomi yang telah
hubungan simbiosis dengan organisme dilakukan menunjukkan aspek ekologis
laut lainnya; atau 3) fungi laut dan potensi kimia fungi laut yang cukup
menunjukkann kemampuan beradaptasi besar. Fungi laut merupakan spesies yang
dan berevolusi pada tingkat genetik atau potensial untuk dikembangkan dalam
menjadi aktif secara metabolik di bioremediasi logam berat. Senyawa
lingkungan laut (Amend et al., 2019) metabolit fungi laut berbeda dan unik bila
Laut merupakan habitat yang dibandingkan dengan fungi teresterial
memiliki sumber sedimen, air laut, habitat lainnnya karena kemampuan fungi laut
laut, serasah, dan ganggang. Fungi laut beradaptasi dengan kondisi laut.
dapat diisolasi keanekaragaman yang Fungi laut beradaptasi dengan
tinggi. Balabanova et al. (2017), fungi laut kondisi salin tinggi dan pH ekstrim
tersebar pada dari berbagai substrat sehingga secara biologis lebih unggul dari
seperti invertebrat, dan detritus mangrove. fungi teresterial. Thatoi et al., (2013),
Fungi laut memiliki sebaran geografis berbagai riset menunjukkan potensi fungi
yang luas mulai dari iklim tropis dan laut sangat besar untuk dikembangkan
subtropis dan bersifat kosmopolitan. sebagai bahan obat, enzim, biodiesel,
Komunitas mikroba laut berperan secara biopestisida, dan bioremediasi. Fungi laut
ekologis dalam penyediaan energi, siklus memiliki potensi produksi metabolit
nutrisi, dan dekomposer bahan organik. sekunder, biosurfaktan, enzim baru,
Fungi laut memiliki potensi sebagai polisakarida dan asam lemak tak jenuh
sumber enzim bagi lingkungan dan ganda yang dapat berperan aplikasi
industri. Beberapa enzim yang dihasilkan dalam bioremediasi hidrokarbon dan berat
fungi laut antara lain, enzim hidrolitk, logam. Fungi laut dapat mentolerir
enzim oksidatif, alginateliase, amylase, konsentrasi tinggi logam berat seperti
selulase, kitinasi, glukosidase, inulinase, timah dan tembaga (Gazem & Nazaret,
keratinase, lignilase, lipase, nuklease, 2013).
fitase, protease, xylanase (Santos et al.,
2015).
Dalam 5 tahun terakhir fungi laut
telah berhasil diklasifikasikan menjadi
AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
95 Lubis
AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
96 Lubis
(Dhankhar & Hooda, 2011). Aspergillus berada dibawah lapisan biopolimer, tepat
flavus dan A. niger memiliki kapasitas di atas membran sitoplasma. Struktur dan
biosorpsi Cu (II) dan Pb (II). Kapasitas distribusi homopolisakarida (mannan dan
biosorpsi A. flavus adalah 20,75-93,65 mg glukan) juga menentukan kapasitas
g-1 untuk Cu (II) dengan konsentrasi awal biosorpsi logam dinding sel (Bahafid et
200-1400 ppm. Kapasitas biosorpsi A. al., 2015).
niger untuk Pb (II) berkisar antara 3,25- Setiap spesies fungi memiliki kadar
172.25 mg g-1 dengan konsentrasi logam glukan yang berbeda-beda pada dinding
awal yang sama (Iram et al., 2015) selnya. (1 - 3) -α-D-glucan dalam hifa
Efisiensi biosorpsi logam berat oleh Aspergillus wentii dan jumlah yang sangat
biomassa mikroba terutama dihubungkan besar dalam hifa bersepta. α-glukan
dengan struktur dinding sel banyak terdapat kelas Basidiomycetes
mikroorganisme dan akibatnya dengan mencapai 44-53% dari berat kering.
sifat permukaan sel di mana struktur Aspergillus niger memiliki kandungan α-
menentukan interaksi alami antara glukan 9%. Beberapa jenis yeast tidak
mikroorganisme dan kation logam. memiliki α-glukan (misalnya,
Dinding sel yeast bermuatan negatif, dan Saccharomyces cerevisiae dan Candida
kemampuan yeast untuk mengikat kation albicans) (Złotko et al., 2019).
logam berat kemungkinan karena interaksi (1 → 3) -α-D-glukan merupakan
elektrostatik. Logam berat dapat diserap polimer ini dengan sifat penyerapan logam
oleh mikroba pada situs pengikatan pada yang baik. Karena memiliki permukaan
struktur seluler tanpa keterlibatan energi yang berkembang baik, kristalinitas
(Bahafid et al., 2015). rendah, dan sejumlah besar gugus –OH.
Mekanisme utama penyerapan logam
Glukan Sebagai Pengikat Logam Berat adalah proses metabolisme-independen
yang tergantung pada isi dan struktur
Dinding sel fungi terdiri dari spasial glukan yang terdapat pada di
glikoprotein, kitin, dan α- dan β-glukan. dinding sel (Nowak et al., 2019). (1 → 3) -
Glukan adalah polimer glukosa dan α-d-glukan yang diisolasi dari berbagai
diklasifikasikan sebagai polisakarida. spesies fungi, menunjukkan struktur ini
Bersamaan dengan glikoprotein, glukan merupakan sorben yang paling efektif
merupakan komponen dari dinding sel dalam mengikat logam karena memiliki
fungi. Senyawa ini membentuk sel fungi, gugus fungsional di permukaan, yang
menjadi penghalang, dan melindungi sel mengandung oksigen (Złotko et al., 2019).
dari tekanan lingkungan. Bagian terluar
lapisan dinding sel terdiri dari glikoprotein, Protein Sebagai Pengikat Logam Berat
dan di bawahnya adalah lapisan dalam,
yang dibentuk oleh polimer glukosa (β- Protein merupakan komponen kecil
1,3-glukan, β-1,6-glukan, α-1,3-glukan dari dinding sel jamur, dengan jumlah
dan kitin). β- glukan dihubungkan oleh berkisar dari 3% hingga 20% dari berat
ikatan kovalen dengan rantai kitin, dan kering, kecuali pada beberapa spesies
jaringan ini berada di bawah lapisan yaitu Chaetomium globosum, Pencillium
glikoprotein. notatum dan Paracoccidioides brasiliensis
Glukan adalah komponen paling mengandung protein sebanyak 30%.
banyak dari dinding sel jamur. Glukan Protein dinding sel tidak memiliki ciri khas
merupakan sekelompok polimer D- dalam ukuran atau sifat hidrofobik untuk
Glukosa yang memiliki ikatan glikosidik, membedakannya dari protein intraseluler
dengan konfigurasi β- dan α. β glucans (Latha et al., 2012).
paling banyak terdistribusi pada dinding Jika permukaan sel hidup jenuh
sel fungi. α (1, 3) - glukan pada fungi dengan spesies logam, maka logam akan
patogen bagi manusia seperti menembus ke bagian dalam sel melalui
Cryptococcus dan Blastomyces (Latha et saluran ion. Logam yang terikat akan
al., 2012). Lapisan (1 → 3) -α-d-glukan terimobilisasi di dalam sel atau dipompa
AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
97 Lubis
keluar dari sel. Logam dapat terpisah oleh Kitin sebagai Situs Pengikat Logam
kelator intraseluler berupa protein
glutathione (GSH), metallothionein (MT) Kitin dapat menjadi bahan biosorben
dan fitokelatin (PCs), atau terperangkap yang efektif untuk logam dan radionuklida,
dalam organel seperti vakuola sebagai seperti halnya kitosan dan derivat kitin
pertahanan mekanisme sel melawan lainnya. Polimer fenolik dan melanin pada
racun. Kelasi logam akan disertai dengan fungi memiliki banyak situs pengikatan
peningkatan metabolisme sistein yang logam potensial dengan oksigen-
merupakan prekursor kelator logam. mengandung kelompok termasuk
Dengan cara ini, pengurangan konsentrasi karboksil, fenolik dan alkohol gugus
logam bebas dalam sitoplasma untuk hidroksil, karbonil, dan metoksil.
mencegah kerusakan sel lebih lanjut, Kitin merupakan polimer alami yang
disertai dengan peningkatan tingkat mampu menyerap logam merkuri dengan
spesies logam intraseluler secara kapasitas tinggi yang lebih tinggi
keseluruhan. Detoksifikasi ini mengikuti spesifisitas merkuri yang lebih
memungkinkan spesies logam terbentuk tinggi oleh senyawa dengan gugus amino.
dipompa keluar melalui pompa efflux Studi desorpsi menunjukkan bahwa sekali
membran, menghasilkan penurunan kadar ikatan merkuri dengan kitin terbentuk,
logam intraseluler (Yang et al., 2016). logam tidak mudah dilepaskan dari
Metallothioneins adalah protein sorben. Hal ini karena adanya asam
pengikat logam yang dapat memodulasi hidroklorik, pada konsentrasi asam pada
konsentrasi dan intraseluler ikat kedua tingkat sedang (0,5 mol 1) dapat
logam esensial seperti Cu dan Zn dan digunakan untuk pemulihan logam dan
logam tidak penting seperti Cd. Imobilisasi regenerasi kitin. Kitin memiliki kapasitas
logam intraseluler melibatkan dua proses serapan merkuri yang lebih rendah
yaitu kompartemen dan kompleksasi daripada turunannya yang mengalami
vakuola oleh protein sitoplasma, disebut deasetilasi (Barriada et al., 2008).
metallothioneins dan fitokelatin. Vakuola
pada fungi memiliki peran penting dalam Biomassa Fungi dan Eksopolisakarida
degradasi molekul, penyimpanan (EPS) sebagai Pengikat Logam Berat
metabolit, pengaturan konsentrasi sitosol
ion logam dan mendetoksifikasi ion logam Sel kering fungi menunjukkan
yang berpotensi toksik (Siddiquee et al., kemampuan menghilangkan logam berat
2015). yaitu: Zn (II) (100%), Hg (II) (83,2%), Fluor
Metallothioneins (MTs) juga (I) (83%), dan Co (II) (71,4%), dan kurang
berperan dalam menjaga homeostasis efisien pada Ag (I) (48%) dan Cu (37%).
logam. Fungsi metallothioneins pada Sel kering fungi dapat menjadi akumulator
fungi oportunistik Fusarium logam yang efektif. Selain itu dapat juga
oxysporum, menunjukkan adanya menggunakan biomassa fungi sebagai
metallothioneins yang memiliki beberapa biosorben untuk mengikat logam berat
elemen responsif logam pada bagian (Rodriguez et al., 2018).
promotornya dan memiliki sistein dalam Biomassa fungi juga merupakan
urutan pengkodeannya. Protein ini pada bahan biosorben untuk bioremediasi
spesies Cryptococcus neoformans dan logam pada perairan, karena biomassa ini
Candida albicans berperan dalam mudah tumbuh dan tersedia banyak
resistensi terhadap Cu. Kemampuan sebagai limbah industri produk, mis. A.
pengikatan logam pada MTs dapat terjadi niger (produksi asam sitrat) dan S.
melalui mekanisme reservoir logam cerevisiae (Fomina & Gadd, 2014).
esensial, serta perlindungan terhadap Mekanisme yang terlibat dalam
kelebihan ion logam dan oksidasi radikal detoksifikasi fungi pada lingkungan yang
bebas (Lorenzo-Gutie´rrez et al., 2015). terkontaminasi logam berat yaitu
transformasi valensi, endapan intra dan
ekstraseluler serta serapan aktif.
AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
98 Lubis
Kandungan karboksil tinggi dalam asam tanah yang tercemar logam berat. (Raj K
mannuronik dan guluronik pada dinding et al., 2018).
sel polisakarida dapat meningkatkan
biosorpsi logam berat.
Polisakarida ekstraseluler atau
KESIMPULAN
Eksopolisakarida (EPS) merupakan
metabolit sekunder mikroba dengan berat
Bioremediasi adalah teknik
molekul tinggi. EPS tidak hanya
menghilangkan dan memperbaiki ion
diproduksi oleh bakteri, tetapi jamur
logam berat menjadi bentuk yang lebih
memiliki substansial kemampuan untuk
ringan dan berkurang derajat
menyediakannya. Pembentukan EPS oleh
toksisitasnya, dengan menggunakan
fungi lebih baik bila dibandingkan dengan
organisme hidup seperti Bakteri, Fungi,
bakteri adalah karena sifatnya yang
Algae dan Tanaman. Fungi laut memiliki
beragam. Keragaman morfologi fungi
struktur senyawa metabolit yang khas dan
membuatnya dapat beradaptasi pada
kemampuan dalam proses bioremediasi
suhu ekstrim, pH, dan konsentrasi logam
logam berat dalam berbagai proses yaitu
tinggi.
bioakumulasi, biomineralisasi, biosorpsi,
Polisakarida fungi diklasifikasikan ke
dan biotransformasi.
dalam beberapa kelompok yang berbeda
Fungi laut memiliki peranan penting
menurut afinitas sistematis, struktur (linier
dalam bioremediasi air limbah dan tanah
dan bercabang), komposisi gula (homo
yang terkontaminasi logam berat. Tiga
dan heteropolisakarida), jenis ikatan
strain dari Mucor hiemalis yang diisolasi
antara monomer (β-(1→3), β-(1→6), dan
dari perairan secara fisiologis kompatibel
α-(1→3)) dan letaknya pada sel
dan mampu melakukan remediasi pada
(polisakarida, eksopolisakarida, dan
berbagai jenis metal. Strain tersebut
endopolisakarida). EPS memiliki fungsi
bersifat resisten pada berbagai jenis
yang berbeda sesuai dengan kedudukan
logam, hiper-akumulasi dan memiliki
ekologis fungi pada habitatnya (Jaroszuk
et al., 2015). kekuatan elisitasi, sehingga
EPS dikeluarkan pada permukaan berpeluang besar untuk dikembangkan
sel karena keberadaan logam berat dalam bioteknologi penghilangan,
beracun di lingkungan dan berfungsi fraksinasiasi dan pengayaan ion logam
melindungi mikroorganisme terhadap secara simultan. Spora Mucor hiemalis
potensi kerusakan yang ditimbulkan oleh dapat berkecambah dan dinding sel tidak
logam berat. Kompleksasi, pertukaran ion, mati. Isolat ini juga mampu
mikro-presipitasi permukaan merupakan menghilangkan Al, Cd, Co, Cr, Cu, Hg, Ni,
proses penting untuk mengikat logam Pb, U hingga > 81-99% (Hoque &
berat pada EPS. Afinitas pengikatan Fritscher, (2019). Genus Aspergillus dan
logam ini tergantung pada komposisi EPS, Penicillium yang diisolasi dari air laut dan
ketersediaan berbagai situs pengikatan sedimen menunjukkan kapasitas
pada permukaan atau pori-pori EPS. penyerapan Cadmium (Cd) yang cukup
Logam berat membentuk kompleks signifikan pada media Potato Dextrosa
organo-logam melalui ikatan dengan Agar yang mengandung Cd dengan
polisakarida, fosfolipid dan protein yang konsentrasi 25, 50, 75, dan 100 ppm,
memiliki gugus hidroksil, karboksil dan efisiensi penyerapan Penicillium sekitar
gugus amina fosfat yang mengandung 11,46%, Aspergillus sekitar 10-13, 87%
EPS. Kompleksasi disebabkan oleh (Manguilimotan & Bitacur, 2018).
pembentukan interaksi hidrofilik antara Perlu beragam ekplorasi mendalam
kelompok logam berat dan karboksilat / untuk mendapatkan spesies fungi laut
fosfat EPS. Interaksi hidrofobik membantu yang memiliki potensi besar dalam bidang
untuk melekatkan logam berat pada bioremediasi pada masa yang akan
permukaan EPS. Aplikasi EPS di bidang dating, karena kerusakan lingkungan
makanan, industri farmasi, herbisida dan akibat logam berat merupakan
kosmetik, dan dalam bioremediasi air dan
AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
99 Lubis
DAFTAR RUJUKAN
AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
100 Lubis
aqueous phase system by marine- Jones, E.B. Gareth., dan Pang, Ka-Lai.
derived Aspergillus species. Ann (2012). Marine Fungi and Fungal-
Microbiol, 63, 503–511. like Organisms. Walter de Gruyter
doi:10.1007/s13213-012- 0495-7 GmbH & Co. KG, Berlin/Boston
Harms H., Schlosser D, & Wick L.Y., Jones, G., Suetrong, S., Sakayaroj, S.,
(2011). Untapped Potential: Bahkali, A.H., Wahab, A.A.A.,
Exploiting Fungi in Bioremediation of Boekhout, T., & Pang, K.L. (2015).
Hazardous Chemicals. Nature Classification of marine
Reviews, Microbiology, 9, 177-192 Ascomycota, Basidiomycota,
doi:10.1038/nrmicro2519 Blastocladiomycota and
Hoque E., & Fritscher J., (2019). Chytridiomycota. Fungal Diversity,
Multimetal bioremediation and 1-72, DOI 10.1007/s13225-015-
biomining by a combination of new 0339-4
aquatic strains of Mucor hiemalis. Latha J.N.L., Babu P.N., Rakesh P.,
Scientific Reports, 9, 10318,1-16 Kumar K.A., Anupama M., &
doi.org/10.1038/s41598-019-46560- Susheela L. (2012). Fungal cell wall
7 as protective barriers for toxic
Iram S., Shabbir R., Zafar H., Javaid M. metals. Advances in Medicine and
(2015). Biosorption and Biology. Volume 53, Chapter VIII,
Bioaccumulation of Copper and 181-198 ISBN:978-1-62081-565-6
Lead by Heavy Metal-Resistant Lima, M.A., Urbieta, M.S., Donati, E.R.
Fungal Isolates. Arab J Sci Eng, (2018). Microbial Communities and
40:1867–1873. doi: the Interaction with Heavy Metals
10.1007/s13369-015-1702-1 and Metalloids: Impact and
Igiri B.I, Okoduwa S.I.R., Idoko G.O., Adaptation. Book; Heavy Metals In
Akabuogu E.P., Adeyi A.O., Ejiogu The Environment (Microorganisms
I.K., (2018). Toxicity and and Bioremediation). CRC Press.
Bioremediation of Heavy Metals Lorenzo-Gutie´rrez D., Go´mez-Gil L.,
Contaminated Ecosystem from Guarro J., Roncero M.I.G.,
Tannery Wastewater: A Review. Ferna´ndez-Bravo A., Capilla J., &
Journal of Toxicology, 2018, 1-16, Lo´pez-Ferna´ndez L., (2019). Role
https://doi.org/10.1155/2018/256803 of the Fusarium oxysporum
8 metallothionein Mt1 in resistance to
Jaroszuk M. O., Wilkołazka A. J., metal toxicity and virulence.
Jaroszuk-S´ciseł J., Szałapata K., Metallomics, 11, 1230—1240. DOI:
Nowak A., Jaszek M., Ozimek E., 10.1039/c9mt00081j
Majewska M. (2015). Extracellular Lotlikar N.P. (2019). Physiological
polysaccharides from Ascomycota response of fungi from marine
and Basidiomycota: production habitats to heavy metals. CSIR-
conditions, biochemical National Institute of Oceanography.
characteristics, and biological URI:
properties. World J Microbiol http://irgu.unigoa.ac.in/drs/handle/un
Biotechnol, 31, 1823–1844. DOI igoa/5679
10.1007/s11274-015-1937-8 Manguilimotan L.C., & Bitacur J.G.,
(2018). Biosorption of Cadmium by
AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
101 Lubis
AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
102 Lubis
AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut