Anda di halaman 1dari 12

91 Lubis

BIOREMEDIASI LOGAM BERAT OLEH FUNGI LAUT


Syafrina Sari Lubis1*
1
Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

*E-mail: syafrinasarilbs@gmail.com

Abstract: Heavy metals are compounds that have high toxicity and can
cause serious health problems for humans and pose a serious threat to the
sustainability of the ecosystem. Prokaryota microorganisms and eukaryotes
have the ability to process bioremediation of heavy metals in the
environment. Marine fungi as eukaryotic microbes that have high species
diversity. The ability to live in marine fungi is influenced by environmental
factors that differ from the terrestrial environment such as temperature,
pressure, and salinity. Marine fungi have a characteristic structure of
metabolites and their ability to bioremediate heavy metals in various
processes, namely bioaccumulation, biomineralization, biosorption, and
biotransformation. Bioremediation of heavy metals by marine fungi is
related to the composition of cell wall structures that have many
crosslinking polysaccharides (chitin, chitosan, glucans), glucuronic acid,
galactosamine, a small amount of glycoprotein, together with melanin and
phenolic polymers containing phenolic units, peptides, fatty acids, which
provides quite a lot of oxygen-containing groups such as carboxyl,
carbonyl, amino, hydroxyl, phosphate, methoxy and mercapto which are
potentially metal binding sites.

Keywords: Bioremediation, heavy metals, marine fungi

Abstrak: Logam berat merupakan senyawa yang memiliki toksisitas yang


tinggi dan dapat menyebabkan permasalahan kesehatan serius bagi
manusia dan menjadi ancaman serius bagi keberlangsungan ekosistem.
Mikroorganime prokaryota dan eukaryota memiliki kemampuan dalam
proses bioremediasi logam berat dilingkungan. Fungi laut sebagai mikroba
eukaryot yang memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Kemampuan
hidup fungi laut dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berbeda dengan
lingkungan darat seperti suhu, tekanan, dan salinitas. Fungi laut memiliki
struktur senyawa metabolit yang khas dan kemampuan dalam proses
bioremediasi logam berat dalam berbagai proses yaitu bioakumulasi,
biomineralisasi, biosorpsi, dan biotransformasi. Bioremediasi logam berat
oleh fungi laut berkaitan dengan komposisi struktur dinding sel yang
memiliki banyak ikatan silang polisakarida (kitin, kitosan, glukan), asam
glukuronat, galaktosamin, sedikit glikoprotein, bersama dengan melanin
dan polimer fenolik yang mengandung satuan fenolik, peptida, asam
lemak, yang menyediakan cukup banyak gugus yang mengandung oksigen
seperti karboksil, karbonil, amino, hidroksil, fosfat, metoksi dan merkapto
yang berpotensi situs pengikatan logam.

Kata Kunci: Bioremediasi, logam berat, fungi laut

AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
92 Lubis

PENDAHULUAN Penggunaan mikroorganisme dalam


bioremediasi merupakan pilihan yang
Aktivitas antropogenik dan pengaruh menarik karena memiliki efisiensi tinggi,
faktor alam menyebabkan terjadinya biaya rendah, kapasitas adsorpsi tinggi
peningkatan berbagai jenis polutan pada dan bersifat ramah lingkungan. Beberapa
lingkungan. Polutan berupa logam berat mikrooorganisme ada yang bersifat
merupakan ancaman bagi kesehatan resisten terhadap logam berat.
manusia, hewan, tumbuhan dan ancaman Mobilitas dan bioavailabilitas polutan
bagi keberlangsungan ekosistem. Polutan ini dikendalikan oleh banyak proses kimia
organik dan polutan anorganik dan biokimia seperti presipitasi,
menyebabkan permasalahan serius bagi penyerapan / desorpsi, kompleksasi /
kesehatan manusia dan lingkungan. disosiasi dan oksidasi / reduksi.
Beberapa polutan mengandung logam Peningkatan konsentrasi logam berat dan
berat, metalloid, radionuklida. Logam metaloid di lingkungan secara langsung
berat memiliki toksisitas yang tinggi, non- akan mempengaruhi keanekaragaman
biodegradabilitas. Untuk mengatasi mikroba, struktur komunitas dan aktivitas
permasalahan polusi logam berat dapat metabolisme, menyebabkan hilangnya
dilakukan dengan immobilisasi, transfer spesies yang rentan, dan peningkatan
dan detoksifikasi logam berat dari toleran spesies atau peningkatan ekspresi
lingkungan dengan bioremediasi mekanisme resistensi (Lima et al., 2018).
menggunakan mikrooorganisme (Fomina Berdasarkan peran dan dampak
& Gadd, 2014). biologis pada mikroorganisme logam dan
Sumber Logam berat (Pb, Zn, Cd, metaloid dapat diklasifikasikan ke dalam
Cr, Cu, Ni) dialam ada 2 yaitu berasal dari tiga kategori yaitu; 1). Logam esensial
alam dan aktivitas antropogenik. (Na, Ca, K, Mn, Mg, V, Fe, Cu, Co, Mo,
Diperkirakan 80% logam berat yang Ni, Zn, dan W), logam ini diperlukan
berasal dari aktivitas alam berasal dari dalam proses biologis dalam jumlah yang
bahan kerak bumi yang mengalami kecil, tetapi bila jumlah ionnya meningkat
pelapukan, dan berasal dari aktivitas dapat berubah menjadi beracun, 2).
vulkanik. 10% logam berat berasal dari Logam beracun (Ag, Sn, Cd, Au, Ti, Hg,
kebakaran hutan dan sumber biogwenik Pb, Al dan metaloid Ge, Sb, As, dan Se),
lainnya. Data US Geological Survey tidak memiliki peran biologis dan dapat
(2013), emisi alami dari enam logam berat mengganggu proses seluler, 3). Logam
tersebut adalah 12 000 (Pb); 45 000 (Zn); non esensial (Rb, Sr, Cs, dan T), logam
1400 (Cd); 43.000 (Cr); 28.000 (Cu); dan tidak memiliki peran biologis yang jelas
29.000 (Ni) metrik ton per tahun, masing- dan tidak memiliki toksisitas (Prabhakaran
masing. Logam berat yang berasal dari et al., 2016),
aktivitas antropogenik berasal dari Berbagai teknik remediasi telah
pertambangan, industri cat, industri pupuk dilakukan untuk memperbaiki kondisi
dan pestisida. lingkungan yang tercemar logam berat.
Kriteria toksik logam berat antara Proses perbaikan lingkungan yang
lain; a). toksisitas dapat bertahan lama di tercemar dengan menggunakan mahluk
alam, b). Bioakumulasi dan biosorpsi hidup atau bioremediasi menjadi sebuah
logam menyebabkan terjadinya kerusakan pilihan yang baik. Bioremediasi adalah
fisiologis bagi mahluk hidup, c). logam teknik inovatif untuk menghilangkan dan
hanya dapat bertransformasi valensi, memperbaiki ion logam berat menjadi
tetapi tidak dapat didegradasi dengan bentuk yang lebih ringan dengan
metode apa pun termasuk biotreatment, penggunaan organisme hidup seperti
d). toksisitas logam berat terjadi pada Bakteri, Fungi, Algae dan Tanaman (Dixit,
konsentrasi rendah 1,0-10 mg / L. (Wang et al., 2015).
& Chen, 2006). Keuntungan utama dari metode
Bakteri, Fungi, dan Alga merupakan biologis ini adalah pengoperasian yang
mikroorganisme yang sering digunakan rendah biaya, selektivitas untuk remediasi
dalam bioremediasi logam berat. logam tertentu, minimalisasi volume

AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
93 Lubis

lumpur kimia dan biologi, dan efisiensi kompartementalisasi vakuola (Lotlikar,


tinggi dalam detoksifikasi. Mikroorganisme 2019).
memiliki peran yang penting dan strategis Beberapa faktor yang
dalam bioremediasi. Bakteri, Fungi, Alga mempengaruhi dan membatasi efisiensi
pada beberapa penelitian menunjukkan bioremediasi meliputi suhu, pH, potensi
kemampuan resisten terhadap beberapa redoks, nutrisi pada media pertumbuhan,
jenis logam berat melalui berbagai proses kelembaban, dan komposisi kimia logam
dalam selnya. berat. Mikroba memiliki mekanisme
perlindungan dari resistensi logam berat
yaitu matriks ekstraseluler, dan transpor
MEKANISME BIOREMEDIASI
aktif ion logam (eflux), sekuestrasi
LOGAM BERAT OLEH FUNGI intraseluler, dan reduksi ion logam
Fungi dapat bertahan dan hidup
Remediasi mikroba digambarkan
pada berbagai jenis habitat, seperti tanah,
sebagai penggunaan mikroorganisme
lingkungan air tawar, dan lingkungan air
untuk melakukan penyerapan, presipitasi,
laut. Keragaman habitat dan kemampuan
oksidasi, dan reduksi logam berat di
untuk mengeluarkan banyak enzim
dalam tanah. Mikroorganisme memiliki
menyebabkan fungi memiliki potensi
jalur metabolisme yang memanfaatkan
sebagai agen untuk bioremediasi pada
berbagai senyawa beracun sebagai
berbagai situs (Desmukh et al., 2016).
sumber energi untuk pertumbuhan dan
Fungi mampu berkembang pada
perkembangan, melalui respirasi,
bawah pH ekstrim, suhu dan kondisi
fermentasi, dan ko-metabolisme.
variabilitas nutrisi, serta toleransi terhadap
Bioremediasi ion logam berat adalah
konsentrasi logam tinggi, dengan sifat ini
untuk meminimalkan toksisitasnya. Yina et
proses remediasi menjadi lebih efektif.
al. (2019), mikroorganisme dapat
Spesies fungi mengadopsi satu atau lebih
mengikat ion logam berat melalui gugus
strategi toleransi terhadap logam meliputi
fungsi yang dimiliki dan dapat megubah
penyerapan dan ekstraksi logam
logam berat dari bentuk kompleks menjadi
ekstraseluler, masuknya tertekan,
lebih sederhana melalui melalui reaksi
peningkatan efflux logam, produksi enzim
redoks, toksisitas logam berat ion dapat
intra-seluler/ ekstraseluler, pengikatan
berkurang secara efisien.
logam ke dinding sel, penyerapan dan
Mikroba memiliki enzim degradatif
kompleksasi sel intraseluler (Oladipo et
untuk kontaminan tertentu, dan
al., 2018). Diagram berbagai proses
mengembangkan beragam mekanisme
Bioremediasi logam oleh Fungi (Zehra et
untuk mempertahankan homeostasis dan
al., 2018).
tahan terhadap logam berat, serta mampu
beradaptasi pada lingkungan tersebut.
Mekanisme yang dimiliki oleh mikroba
dalam proses bioremediasi antara lain
bioakumulasi, biomineralisasi, biosorpsi,
dan biotransformasi (Ayangbenro &
Babalola, 2017).
Mekanisme toleransi logam terdiri
dari dua jenis: ekstraseluler dan
intraseluler. Mekanisme ekstraseluler
terjadi melalui biosorpsi dan produksi
kelatin ekstraseluler, sedangkan
mekanisme intraseluler terjadi melalui Gambar 1. Berbagai Proses Bioremediasi
pompa efluks, transformasi enzimatik, Logam Oleh Fungi (Zehra et al., 2018)
produksi protein metallothionein dan
fitokelatin, kompleksasi dengan
glutathione intraseluler, dan

AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
94 Lubis

Definisi dan Diversitas Fungi Laut 1.112 spesies (472 genus), 805 spesies
Ascomycota (352 genus), 21 Spesies
Berdasarkan hasil penelitian Basidiomycota (17 genus), Chytridio-
menunjukkan banyak spesies fungi yang mycota dan filum yang terkait terdiri 26
diisolasi dari lingkungan laut, merupakan spesies (13 genus), Zygomycota terdiri
kelompok yang sama dengan fungi yang dari 3 spesies (2 genus), 1 spesies
diisolasi dari lingkungan teresterial atau Blastocladiomycota, bentuk aseksual dari
yang diisolasi dari tanaman. Terdapat fungi berfilamen terdiri 43 spesies (26
korelasi yang kuat antara kondisi genus), dan yeast laut Ascomycota 138
lingkungan abiotik dan gen data ekspresi spesies (35 genus), Basidiomycota 75
yang menunjukkan bahwa setidaknya spesies (26). Fungi ini terdiri dari 129
beberapa fungi menunjukkan kemampuan famili dan 65 ordo. Famili
hidup pada kedua lingkungan (amfibious) Halosphaeriaceae merupakan kelompok
yaitu laut dan tereseterial. fungi laut terbesar dengan anggota 141
Studi filogenetik menunjukkan spesies terdiri dari 59 genus, yang dibagi
bahwa banyak garis keturunan organisme kedalam Aspergillus (47 spesies),
laut yang merupakan organisme yang Penicillium (39 spesies) dan yeast
pindah dari organisme leluhur terrestrial. Candida (64 spesies) (Jones et al., 2015).
Plastisitas ekologis fungi ini Keanekaragaman jamur laut
mendefenisikan pengertian fungi laut berkaitan erat dengan faktor biologis,
dalam 3 hal yaitu: 1) fungi laut merupakan fisika, dan kimia meliputi ketersediaan
organisme yang mampu tumbuh dan / substrat untuk kolonisasi, sifat substrat,
atau berspora (pada substrata) di suhu air, pH dan salinitas (Jones & Pang,
lingkungan laut; 2) fungi laut membentuk 2012). Klasifikasi taksonomi yang telah
hubungan simbiosis dengan organisme dilakukan menunjukkan aspek ekologis
laut lainnya; atau 3) fungi laut dan potensi kimia fungi laut yang cukup
menunjukkann kemampuan beradaptasi besar. Fungi laut merupakan spesies yang
dan berevolusi pada tingkat genetik atau potensial untuk dikembangkan dalam
menjadi aktif secara metabolik di bioremediasi logam berat. Senyawa
lingkungan laut (Amend et al., 2019) metabolit fungi laut berbeda dan unik bila
Laut merupakan habitat yang dibandingkan dengan fungi teresterial
memiliki sumber sedimen, air laut, habitat lainnnya karena kemampuan fungi laut
laut, serasah, dan ganggang. Fungi laut beradaptasi dengan kondisi laut.
dapat diisolasi keanekaragaman yang Fungi laut beradaptasi dengan
tinggi. Balabanova et al. (2017), fungi laut kondisi salin tinggi dan pH ekstrim
tersebar pada dari berbagai substrat sehingga secara biologis lebih unggul dari
seperti invertebrat, dan detritus mangrove. fungi teresterial. Thatoi et al., (2013),
Fungi laut memiliki sebaran geografis berbagai riset menunjukkan potensi fungi
yang luas mulai dari iklim tropis dan laut sangat besar untuk dikembangkan
subtropis dan bersifat kosmopolitan. sebagai bahan obat, enzim, biodiesel,
Komunitas mikroba laut berperan secara biopestisida, dan bioremediasi. Fungi laut
ekologis dalam penyediaan energi, siklus memiliki potensi produksi metabolit
nutrisi, dan dekomposer bahan organik. sekunder, biosurfaktan, enzim baru,
Fungi laut memiliki potensi sebagai polisakarida dan asam lemak tak jenuh
sumber enzim bagi lingkungan dan ganda yang dapat berperan aplikasi
industri. Beberapa enzim yang dihasilkan dalam bioremediasi hidrokarbon dan berat
fungi laut antara lain, enzim hidrolitk, logam. Fungi laut dapat mentolerir
enzim oksidatif, alginateliase, amylase, konsentrasi tinggi logam berat seperti
selulase, kitinasi, glukosidase, inulinase, timah dan tembaga (Gazem & Nazaret,
keratinase, lignilase, lipase, nuklease, 2013).
fitase, protease, xylanase (Santos et al.,
2015).
Dalam 5 tahun terakhir fungi laut
telah berhasil diklasifikasikan menjadi

AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
95 Lubis

Biopolimer seperti kitin dan glukan dapat


mengikat logam (Harms et al., 2011).
Fungi dapat mendekontaminasi ion
logam serapan energi, presipitasi
ekstraseluler dan intraseluler, konversi
valensi, pada beberapa fungi logam
terakumulasi pada miselium dan
sporanya. Bagian luar dinding jamur
berperan seperti ligan yang digunakan
untuk mengikat ion logam dan
Gambar 2. Keanekaragaman Morfologi Fungi mengeliminasi metal anorganik.
Laut-Host Biotik Ircinia variabilis (Amend et al., Peptidoglikan, polisakarida, dan lipid
2019) adalah komponen dari dinding sel yang
kaya akan ligan pengikat logam (misalnya
Struktur Dinding Sel Fungi dan OH-, COOH-, HPO42-, SO42- RCOO−,
Interaksinya dengan Logam Berat R2OSO3−, NH2-, dan SH-). Gugus
fungsional amina dapat meningkatkan
Dinding sel merupakan bagian yang penyerapan logam secara aktif, karena
paling penting dalam interaksi fungi berikatan dengan spesies logam anionik
dengan lingkungannya. Dinding sel fungi melalui interaksi elektrostatik dan logam
mencapai 30% atau lebih banyak dari kationik pada kompleksasi permukaan
berat kering fungi. Strukturnya sangat (Igiri et al., 2018). Interaksi logam dan
kompleks mengelilingi membran plasma. dinding sel fungi dapat diperhatikan pada
Komponen utama terdiri dari polisakarida gambar berikut:
sekitar 80%, protein sekitar 3-20%, dan
sisanya lipid, pigmen dan garam
anorganik. Komposisi dinding sering
sangat bervariasi antara spesies fungi.
Dinding sel fungi miselia sebagian besar
mengandung kitin, yang merupakan
polimer dari n-asetilglukosamin dan dapat
membentuk 25- 30% dari berat kering sel,
dan dinding sel ragi mengandung sekitar
29% glukan, 31% mannan, 13% protein,
8,5% lipid dan 3% abu (Dhankhar &
Hooda, 2011).
Dinding sel fungi memiliki banyak
ikatan silang polisakarida (kitin, kitosan, Gambar 3. Struktur Dinding Sel Fungi yang
glukan), asam glukuronat, galaktosamin, Akan Berikatan dengan Logam (Zehra et al.,
sedikit glikoprotein, bersama dengan 2018)
melanin dan polimer fenolik yang
mengandung satuan fenolik, peptida, Kelompok fungsional dinding sel
asam lemak, yang menyediakan cukup memiliki sejumlah situs aktif yang mampu
banyak gugus yang mengandung oksigen mengikat ion logam. Perbedaan komposisi
seperti karboksil, karbonil, amino, dinding sel kemampuan fungi sebagai
hidroksil, fosfat, metoksi dan merkapto biosorben juga berbeda, sehingga jumlah
dan jenis ion logam yang dapat diikat juga
yang berpotensi situs pengikatan logam.
Muatan negatif pada permukaan sel jamur berbeda. Kemampuan bioremediasi fungi
disebabkan oleh adanya fosfat dan gugus dan mekanismenya dapat berbeda antara
karboksil. Sedangkan gugus amina yang spesies fungi. R. arrhizus konsentrasi
ada dalam kitosan bermuatan positif, biomassa dari 0,15 g /L − 1 hingga 0,50 g/
keduanya dapat terlibat dalam gaya L – 1 menunjukkan mampu menyerap
elektrostatik ion yang berlawanan. (kapasitas biosorpsi) Cu sebesar 29,83
mg, dari larutan sintetis 30 mg/ L

AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
96 Lubis

(Dhankhar & Hooda, 2011). Aspergillus berada dibawah lapisan biopolimer, tepat
flavus dan A. niger memiliki kapasitas di atas membran sitoplasma. Struktur dan
biosorpsi Cu (II) dan Pb (II). Kapasitas distribusi homopolisakarida (mannan dan
biosorpsi A. flavus adalah 20,75-93,65 mg glukan) juga menentukan kapasitas
g-1 untuk Cu (II) dengan konsentrasi awal biosorpsi logam dinding sel (Bahafid et
200-1400 ppm. Kapasitas biosorpsi A. al., 2015).
niger untuk Pb (II) berkisar antara 3,25- Setiap spesies fungi memiliki kadar
172.25 mg g-1 dengan konsentrasi logam glukan yang berbeda-beda pada dinding
awal yang sama (Iram et al., 2015) selnya. (1 - 3) -α-D-glucan dalam hifa
Efisiensi biosorpsi logam berat oleh Aspergillus wentii dan jumlah yang sangat
biomassa mikroba terutama dihubungkan besar dalam hifa bersepta. α-glukan
dengan struktur dinding sel banyak terdapat kelas Basidiomycetes
mikroorganisme dan akibatnya dengan mencapai 44-53% dari berat kering.
sifat permukaan sel di mana struktur Aspergillus niger memiliki kandungan α-
menentukan interaksi alami antara glukan 9%. Beberapa jenis yeast tidak
mikroorganisme dan kation logam. memiliki α-glukan (misalnya,
Dinding sel yeast bermuatan negatif, dan Saccharomyces cerevisiae dan Candida
kemampuan yeast untuk mengikat kation albicans) (Złotko et al., 2019).
logam berat kemungkinan karena interaksi (1 → 3) -α-D-glukan merupakan
elektrostatik. Logam berat dapat diserap polimer ini dengan sifat penyerapan logam
oleh mikroba pada situs pengikatan pada yang baik. Karena memiliki permukaan
struktur seluler tanpa keterlibatan energi yang berkembang baik, kristalinitas
(Bahafid et al., 2015). rendah, dan sejumlah besar gugus –OH.
Mekanisme utama penyerapan logam
Glukan Sebagai Pengikat Logam Berat adalah proses metabolisme-independen
yang tergantung pada isi dan struktur
Dinding sel fungi terdiri dari spasial glukan yang terdapat pada di
glikoprotein, kitin, dan α- dan β-glukan. dinding sel (Nowak et al., 2019). (1 → 3) -
Glukan adalah polimer glukosa dan α-d-glukan yang diisolasi dari berbagai
diklasifikasikan sebagai polisakarida. spesies fungi, menunjukkan struktur ini
Bersamaan dengan glikoprotein, glukan merupakan sorben yang paling efektif
merupakan komponen dari dinding sel dalam mengikat logam karena memiliki
fungi. Senyawa ini membentuk sel fungi, gugus fungsional di permukaan, yang
menjadi penghalang, dan melindungi sel mengandung oksigen (Złotko et al., 2019).
dari tekanan lingkungan. Bagian terluar
lapisan dinding sel terdiri dari glikoprotein, Protein Sebagai Pengikat Logam Berat
dan di bawahnya adalah lapisan dalam,
yang dibentuk oleh polimer glukosa (β- Protein merupakan komponen kecil
1,3-glukan, β-1,6-glukan, α-1,3-glukan dari dinding sel jamur, dengan jumlah
dan kitin). β- glukan dihubungkan oleh berkisar dari 3% hingga 20% dari berat
ikatan kovalen dengan rantai kitin, dan kering, kecuali pada beberapa spesies
jaringan ini berada di bawah lapisan yaitu Chaetomium globosum, Pencillium
glikoprotein. notatum dan Paracoccidioides brasiliensis
Glukan adalah komponen paling mengandung protein sebanyak 30%.
banyak dari dinding sel jamur. Glukan Protein dinding sel tidak memiliki ciri khas
merupakan sekelompok polimer D- dalam ukuran atau sifat hidrofobik untuk
Glukosa yang memiliki ikatan glikosidik, membedakannya dari protein intraseluler
dengan konfigurasi β- dan α. β glucans (Latha et al., 2012).
paling banyak terdistribusi pada dinding Jika permukaan sel hidup jenuh
sel fungi. α (1, 3) - glukan pada fungi dengan spesies logam, maka logam akan
patogen bagi manusia seperti menembus ke bagian dalam sel melalui
Cryptococcus dan Blastomyces (Latha et saluran ion. Logam yang terikat akan
al., 2012). Lapisan (1 → 3) -α-d-glukan terimobilisasi di dalam sel atau dipompa

AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
97 Lubis

keluar dari sel. Logam dapat terpisah oleh Kitin sebagai Situs Pengikat Logam
kelator intraseluler berupa protein
glutathione (GSH), metallothionein (MT) Kitin dapat menjadi bahan biosorben
dan fitokelatin (PCs), atau terperangkap yang efektif untuk logam dan radionuklida,
dalam organel seperti vakuola sebagai seperti halnya kitosan dan derivat kitin
pertahanan mekanisme sel melawan lainnya. Polimer fenolik dan melanin pada
racun. Kelasi logam akan disertai dengan fungi memiliki banyak situs pengikatan
peningkatan metabolisme sistein yang logam potensial dengan oksigen-
merupakan prekursor kelator logam. mengandung kelompok termasuk
Dengan cara ini, pengurangan konsentrasi karboksil, fenolik dan alkohol gugus
logam bebas dalam sitoplasma untuk hidroksil, karbonil, dan metoksil.
mencegah kerusakan sel lebih lanjut, Kitin merupakan polimer alami yang
disertai dengan peningkatan tingkat mampu menyerap logam merkuri dengan
spesies logam intraseluler secara kapasitas tinggi yang lebih tinggi
keseluruhan. Detoksifikasi ini mengikuti spesifisitas merkuri yang lebih
memungkinkan spesies logam terbentuk tinggi oleh senyawa dengan gugus amino.
dipompa keluar melalui pompa efflux Studi desorpsi menunjukkan bahwa sekali
membran, menghasilkan penurunan kadar ikatan merkuri dengan kitin terbentuk,
logam intraseluler (Yang et al., 2016). logam tidak mudah dilepaskan dari
Metallothioneins adalah protein sorben. Hal ini karena adanya asam
pengikat logam yang dapat memodulasi hidroklorik, pada konsentrasi asam pada
konsentrasi dan intraseluler ikat kedua tingkat sedang (0,5 mol 1) dapat
logam esensial seperti Cu dan Zn dan digunakan untuk pemulihan logam dan
logam tidak penting seperti Cd. Imobilisasi regenerasi kitin. Kitin memiliki kapasitas
logam intraseluler melibatkan dua proses serapan merkuri yang lebih rendah
yaitu kompartemen dan kompleksasi daripada turunannya yang mengalami
vakuola oleh protein sitoplasma, disebut deasetilasi (Barriada et al., 2008).
metallothioneins dan fitokelatin. Vakuola
pada fungi memiliki peran penting dalam Biomassa Fungi dan Eksopolisakarida
degradasi molekul, penyimpanan (EPS) sebagai Pengikat Logam Berat
metabolit, pengaturan konsentrasi sitosol
ion logam dan mendetoksifikasi ion logam Sel kering fungi menunjukkan
yang berpotensi toksik (Siddiquee et al., kemampuan menghilangkan logam berat
2015). yaitu: Zn (II) (100%), Hg (II) (83,2%), Fluor
Metallothioneins (MTs) juga (I) (83%), dan Co (II) (71,4%), dan kurang
berperan dalam menjaga homeostasis efisien pada Ag (I) (48%) dan Cu (37%).
logam. Fungsi metallothioneins pada Sel kering fungi dapat menjadi akumulator
fungi oportunistik Fusarium logam yang efektif. Selain itu dapat juga
oxysporum, menunjukkan adanya menggunakan biomassa fungi sebagai
metallothioneins yang memiliki beberapa biosorben untuk mengikat logam berat
elemen responsif logam pada bagian (Rodriguez et al., 2018).
promotornya dan memiliki sistein dalam Biomassa fungi juga merupakan
urutan pengkodeannya. Protein ini pada bahan biosorben untuk bioremediasi
spesies Cryptococcus neoformans dan logam pada perairan, karena biomassa ini
Candida albicans berperan dalam mudah tumbuh dan tersedia banyak
resistensi terhadap Cu. Kemampuan sebagai limbah industri produk, mis. A.
pengikatan logam pada MTs dapat terjadi niger (produksi asam sitrat) dan S.
melalui mekanisme reservoir logam cerevisiae (Fomina & Gadd, 2014).
esensial, serta perlindungan terhadap Mekanisme yang terlibat dalam
kelebihan ion logam dan oksidasi radikal detoksifikasi fungi pada lingkungan yang
bebas (Lorenzo-Gutie´rrez et al., 2015). terkontaminasi logam berat yaitu
transformasi valensi, endapan intra dan
ekstraseluler serta serapan aktif.

AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
98 Lubis

Kandungan karboksil tinggi dalam asam tanah yang tercemar logam berat. (Raj K
mannuronik dan guluronik pada dinding et al., 2018).
sel polisakarida dapat meningkatkan
biosorpsi logam berat.
Polisakarida ekstraseluler atau
KESIMPULAN
Eksopolisakarida (EPS) merupakan
metabolit sekunder mikroba dengan berat
Bioremediasi adalah teknik
molekul tinggi. EPS tidak hanya
menghilangkan dan memperbaiki ion
diproduksi oleh bakteri, tetapi jamur
logam berat menjadi bentuk yang lebih
memiliki substansial kemampuan untuk
ringan dan berkurang derajat
menyediakannya. Pembentukan EPS oleh
toksisitasnya, dengan menggunakan
fungi lebih baik bila dibandingkan dengan
organisme hidup seperti Bakteri, Fungi,
bakteri adalah karena sifatnya yang
Algae dan Tanaman. Fungi laut memiliki
beragam. Keragaman morfologi fungi
struktur senyawa metabolit yang khas dan
membuatnya dapat beradaptasi pada
kemampuan dalam proses bioremediasi
suhu ekstrim, pH, dan konsentrasi logam
logam berat dalam berbagai proses yaitu
tinggi.
bioakumulasi, biomineralisasi, biosorpsi,
Polisakarida fungi diklasifikasikan ke
dan biotransformasi.
dalam beberapa kelompok yang berbeda
Fungi laut memiliki peranan penting
menurut afinitas sistematis, struktur (linier
dalam bioremediasi air limbah dan tanah
dan bercabang), komposisi gula (homo
yang terkontaminasi logam berat. Tiga
dan heteropolisakarida), jenis ikatan
strain dari Mucor hiemalis yang diisolasi
antara monomer (β-(1→3), β-(1→6), dan
dari perairan secara fisiologis kompatibel
α-(1→3)) dan letaknya pada sel
dan mampu melakukan remediasi pada
(polisakarida, eksopolisakarida, dan
berbagai jenis metal. Strain tersebut
endopolisakarida). EPS memiliki fungsi
bersifat resisten pada berbagai jenis
yang berbeda sesuai dengan kedudukan
logam, hiper-akumulasi dan memiliki
ekologis fungi pada habitatnya (Jaroszuk
et al., 2015). kekuatan elisitasi, sehingga
EPS dikeluarkan pada permukaan berpeluang besar untuk dikembangkan
sel karena keberadaan logam berat dalam bioteknologi penghilangan,
beracun di lingkungan dan berfungsi fraksinasiasi dan pengayaan ion logam
melindungi mikroorganisme terhadap secara simultan. Spora Mucor hiemalis
potensi kerusakan yang ditimbulkan oleh dapat berkecambah dan dinding sel tidak
logam berat. Kompleksasi, pertukaran ion, mati. Isolat ini juga mampu
mikro-presipitasi permukaan merupakan menghilangkan Al, Cd, Co, Cr, Cu, Hg, Ni,
proses penting untuk mengikat logam Pb, U hingga > 81-99% (Hoque &
berat pada EPS. Afinitas pengikatan Fritscher, (2019). Genus Aspergillus dan
logam ini tergantung pada komposisi EPS, Penicillium yang diisolasi dari air laut dan
ketersediaan berbagai situs pengikatan sedimen menunjukkan kapasitas
pada permukaan atau pori-pori EPS. penyerapan Cadmium (Cd) yang cukup
Logam berat membentuk kompleks signifikan pada media Potato Dextrosa
organo-logam melalui ikatan dengan Agar yang mengandung Cd dengan
polisakarida, fosfolipid dan protein yang konsentrasi 25, 50, 75, dan 100 ppm,
memiliki gugus hidroksil, karboksil dan efisiensi penyerapan Penicillium sekitar
gugus amina fosfat yang mengandung 11,46%, Aspergillus sekitar 10-13, 87%
EPS. Kompleksasi disebabkan oleh (Manguilimotan & Bitacur, 2018).
pembentukan interaksi hidrofilik antara Perlu beragam ekplorasi mendalam
kelompok logam berat dan karboksilat / untuk mendapatkan spesies fungi laut
fosfat EPS. Interaksi hidrofobik membantu yang memiliki potensi besar dalam bidang
untuk melekatkan logam berat pada bioremediasi pada masa yang akan
permukaan EPS. Aplikasi EPS di bidang dating, karena kerusakan lingkungan
makanan, industri farmasi, herbisida dan akibat logam berat merupakan
kosmetik, dan dalam bioremediasi air dan

AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
99 Lubis

permasalahan serius bagi kelangsungan


ekosistem dan kehidupan manusia.

DAFTAR RUJUKAN

Amend A., Burgaud G, Cunliffe M, Reactive & Functional Polymers, 68,


Edgcomb V. P. Ettinger C. L., 1609–1618.
Gutierrez M. H., Heitman J, Hom E. https://doi.org/10.1016/j.reactfunctpo
F. Y., Laniri G., Jones A. C, Kagami lym.2008.09.002
M., Picard K. T., Quandt C. A., Dhankhar R., & Hooda A., (2011). Fungal
Raghukumar S., Riquelme M., biosorption – an alternative to meet
Stajich J., Muniz J. V., Walker A. K., the challenges of heavy metal
Yarden O, & Gladfelter A. S. (2019). pollution in aqueous solutions,
Fungi in the Marine Environment: Environmental Technology, 32:5,
Open Questions and Unsolved 467-491. doi:
Problems. Ecological and 10.1080/09593330.2011.572922
Evolutionary Science Issue 2, 10, 1-
Damare S, Singh P, & Raghukumar S.,
15. doi: 10.1128/mBio.01189-18.
(2012) Biotechnology of marine
mbio.asm.org
fungi. Prog Mol Subcell Biol 53,
Ayangbenro, A.S., dan Babalola, O. O., 277–297. doi:10.1007/978-3-642-
(2015). Review: A New Strategy for 23342-5_14
Heavy Metal Polluted Environments:
Deshmukh, R., Khardenavis, A.A.,
A Review of Microbial Biosorbents.
Purohit, H.J., 2016. Diverse
Int. J. Environ. Res. Public Health,
Metabolic Capacities of Fungi for
14, 94, 1-16.
Bioremediation. Indian J Microbiol,
doi:10.3390/ijerph14010094
56, 247–264. doi: 10.1007/s12088-
Bahafid W., Joutey N.T., Asri M., Sayel H., 016-0584-6
Tirry N., & Ghachtouli N.E. (2015).
Dixit, R.; Malaviya, D.; Pandiyan, K.;
Yeast Biomass: An Alternative for
Singh, U.B.; Sahu, A.; Shukla, R.;
Bioremediation of Heavy Metals.
Singh, B.P.; Rai, J.P.; Sharma, P.K.;
269- 289
Lade, H. (2015). Bioremediation of
http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.
heavy metals from soil and aquatic
70559
environment: An overview of
Balabanova, L., Slepchenko, L.., Son, O., principles and criteria of
Tekutyeva, L. (2018). Biotech- fundamental processes.
nology Potential of Marine Fungi Sustainability, 7, 2189–2212.
Degrading Plant and Algae doi.org/10.3390/su7022189
Polymeric Substrates. Frontiers in
Fomina, M., & Gadd, G.M. (2014).
Microbiology, 9, 1527, 1-15.
Biosorption: current perspectives on
https://doi.org/10.3389/fmicb.2018.0
concept, definition and application.
1527
Bioresource Technology, 160, 3-
Barriada J. L., Herrero R., Rodríguez D. P, 14. doi:
Sastre de Vicente M.E.S. (2008). 10.1016/j.biortech.2013.12.102.
Interaction of mercury with chitin: A
Gazem MAH & Nazareth S (2013)
physicochemical study of metal
Sorption of lead and copper from an
binding by a natural biopolymer.

AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
100 Lubis

aqueous phase system by marine- Jones, E.B. Gareth., dan Pang, Ka-Lai.
derived Aspergillus species. Ann (2012). Marine Fungi and Fungal-
Microbiol, 63, 503–511. like Organisms. Walter de Gruyter
doi:10.1007/s13213-012- 0495-7 GmbH & Co. KG, Berlin/Boston
Harms H., Schlosser D, & Wick L.Y., Jones, G., Suetrong, S., Sakayaroj, S.,
(2011). Untapped Potential: Bahkali, A.H., Wahab, A.A.A.,
Exploiting Fungi in Bioremediation of Boekhout, T., & Pang, K.L. (2015).
Hazardous Chemicals. Nature Classification of marine
Reviews, Microbiology, 9, 177-192 Ascomycota, Basidiomycota,
doi:10.1038/nrmicro2519 Blastocladiomycota and
Hoque E., & Fritscher J., (2019). Chytridiomycota. Fungal Diversity,
Multimetal bioremediation and 1-72, DOI 10.1007/s13225-015-
biomining by a combination of new 0339-4
aquatic strains of Mucor hiemalis. Latha J.N.L., Babu P.N., Rakesh P.,
Scientific Reports, 9, 10318,1-16 Kumar K.A., Anupama M., &
doi.org/10.1038/s41598-019-46560- Susheela L. (2012). Fungal cell wall
7 as protective barriers for toxic
Iram S., Shabbir R., Zafar H., Javaid M. metals. Advances in Medicine and
(2015). Biosorption and Biology. Volume 53, Chapter VIII,
Bioaccumulation of Copper and 181-198 ISBN:978-1-62081-565-6
Lead by Heavy Metal-Resistant Lima, M.A., Urbieta, M.S., Donati, E.R.
Fungal Isolates. Arab J Sci Eng, (2018). Microbial Communities and
40:1867–1873. doi: the Interaction with Heavy Metals
10.1007/s13369-015-1702-1 and Metalloids: Impact and
Igiri B.I, Okoduwa S.I.R., Idoko G.O., Adaptation. Book; Heavy Metals In
Akabuogu E.P., Adeyi A.O., Ejiogu The Environment (Microorganisms
I.K., (2018). Toxicity and and Bioremediation). CRC Press.
Bioremediation of Heavy Metals Lorenzo-Gutie´rrez D., Go´mez-Gil L.,
Contaminated Ecosystem from Guarro J., Roncero M.I.G.,
Tannery Wastewater: A Review. Ferna´ndez-Bravo A., Capilla J., &
Journal of Toxicology, 2018, 1-16, Lo´pez-Ferna´ndez L., (2019). Role
https://doi.org/10.1155/2018/256803 of the Fusarium oxysporum
8 metallothionein Mt1 in resistance to
Jaroszuk M. O., Wilkołazka A. J., metal toxicity and virulence.
Jaroszuk-S´ciseł J., Szałapata K., Metallomics, 11, 1230—1240. DOI:
Nowak A., Jaszek M., Ozimek E., 10.1039/c9mt00081j
Majewska M. (2015). Extracellular Lotlikar N.P. (2019). Physiological
polysaccharides from Ascomycota response of fungi from marine
and Basidiomycota: production habitats to heavy metals. CSIR-
conditions, biochemical National Institute of Oceanography.
characteristics, and biological URI:
properties. World J Microbiol http://irgu.unigoa.ac.in/drs/handle/un
Biotechnol, 31, 1823–1844. DOI igoa/5679
10.1007/s11274-015-1937-8 Manguilimotan L.C., & Bitacur J.G.,
(2018). Biosorption of Cadmium by

AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
101 Lubis

Filamentous Fungi Isolated from Lopes V.C.P., Mainardi P.H., Santos


Coastal Water and Sediments. J.A.S., Duarte L.A., Otero I.V.R.,
Hindawi Journal of Toxicology Yoshida A.M.S., Feitosa V.A.,
Article ID 7170510, 1-7, Pessoa A., & Sette L.D., (2015).
https://doi.org/10.1155/2018/717051 Marine-derived Fungi: Diversity of
0 Enzymes and Biotechnological
Nowak K., Wiater A., Choma A., Wiącek Applications. Frontiers in
D., Bieganowski A., Siwulski M., Microbiology, 6, 269, 1-15
Waśko A. (2019). Fungal (1→3)-α- https://doi.org/10.3389/fmicb.2015.0
D-glucans as a new kind of 0269
biosorbent for heavy metals. Siddiquee S, Rovina K, Azad SA, Naher L,
International Journal of Biological Suryani S, et al. (2015) Heavy Metal
Macromolecules, 137, 960-965. Contaminants Removal from
https://doi.org/10.1016/j.ijbiomac.20 Wastewater Using the Potential
19.07.036 Filamentous Fungi Biomass: A
Oladipo, O. G., Awotoye O. O., Olayinka, Review. J Microb Biochem Technol,
A., Bezuidenhout, C.C., Mark Steve 7, 384-393. doi:10.4172/1948-
Maboeta, M. S., 2018. Heavy metal 5948.1000243
tolerance traits of filamentous fungi Thatoi H, Behera BC, & Mishra RR.
isolated from gold and gemstone (2013). Ecological role and
mining sites. Brazilian Journal of biotechnological potential of
Microbiology, 49, 29–37. doi: mangrove fungi: a review. Mycology,
10.1016/j.bjm.2017.06.003. 4, 54–71. doi:10.1080/21501203.
Prabhakaran P., Ashraf M.A., Aqma W.S. 2013.785448
Raj K. K., Sardar U. S., Bhargav E., US Geological Survey. (2013). Heavy
Devi I., Bhunia B., Tiwari O. N. Metals in the Environment –
(2018). Advances in Historical Trend. E Callender,
exopolysaccharides based Westerly, RI, USA Published by
bioremediation of heavy metals in Elsevier Ltd. volume 9, 67–105,
soil and water: A critical review. Published by Elsevier Ltd. Treatise
Carbohydrate Polymers, 199, 353– on Geochemistry 2nd Edition
364. http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-08-
doi:10.1016/j.carbpol.2018.07.037. 095975-7.00903-7
Rodriguez I. A., Gonzalez G. F. C., Yina K., Wang Q., I D., & Chena L. (2019).
Perez A. S. R., Oviedo J. Microorganism remediation
T., & Juarez V. M. M. (2018). strategies towards heavy metals.
Bioremoval of Different Heavy Chemical Engineering Journal, 360,
Metals by the Resistant Fungal 1553–1563. doi.org/10.1016/j.cej.
Strain Aspergillus niger. 2018.10.226
Bioinorganic Chemistry and Wang, J., & Chen, C. (2006). Biosorption
Applications, 2018, 1-7. of heavy metals by Saccharomyces
https://doi.org/10.1155/2018/345719 cerevisiae: A review. Biotechnology
6 Advances, 24, 427–451. doi:
Santos R.C.B., Vasconcelos M.R.S., 10.1016/j.biotechadv.2006.03.001
Passarini M.R.Z., Vieira G.A.L,

AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut
102 Lubis

Yang, T., Wang, X.-Y., Wang, L.-Y., Chen,


M.-L., & Wang, J.-H.
(2016). Biological cells in the
speciation analysis of heavy metals.
Analytical Methods, 8(47), 8251–
8261. doi:10.1039/c6ay02324j
Zehra, A., Dubey, M.K., Meena, M.,
Aamir, M., Patel, C.B., Upadhyay,
R.S. (2018). Role of Penicillium
Species in Bioremediation
Processes. New and Future
Developments in Microbial.
Biotechnology and Bioengineering,
247-268.
http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-
444-63501-3.00014-4,
Złotko K., Wiater A., 2, Wa´sko A.,
Pleszczy ´nska M., Paduch R.,
Jaroszuk-Sciseł J., & Bieganowski
A. (2019). A Report on Fungal
(1→3)-α-d-Glucans: Properties,
Functions and Application.
Molecules, 24, 3972, 1-20.
doi:10.3390/molecules24213972

AMINA Vol. 1 (2) 2019 | Bioremediasi logam berat oleh fungi laut

Anda mungkin juga menyukai