ABSTRAK
Tepung umbi garut (Maranta arundinacea L) berpotensi sebagai pengganti tepung terigu dalam
berbagai bahan makanan, salah satunya pasta. Akan tetapi karakteristik fisik dan kandungan gizi
tepung garut ini kurang baik. Sehingga perlu adanya modifikasi melalui proses fermentasi.
Fermentasi umbi garut ini dilakukan dengan kombinasi Rhizopus oryzae dan Lactobacillus
plantarum dengan perbandingan 1:1, 1:2, dan 2:1 difermentasi selama 3 hari secara aerob. Setelah
proses fermentasi selesai, dilakukan proses penepungan umbi garut. Selanjutnya tepung garut
kontrol dan fermentasi tersebut diuji secara kimiawi (air, abu, lemak, protein, serat kasar, dan
karbohidrat) dan fisik (densitas, warna, kelarutan air, dan indeks penyerapan air) untuk mengetahui
pengaruh fermentasi terhadap kualitas tepung garut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 1:1 mempunyai nilai terbaik,
dengan nilai kadar air 10,73 0,17 %, kadar abu 5,64 0,13 %, kadar lemak 1,18 0,54 %, kadar
protein 3,98 0,12 %, kadar serat kasar 3,28 0,79 %, kadar karbohidrat sebesar 75,18 0,63 %,
densitas 77,60 7,99 g/ml, kelarutan air 1,75 0,12 %, indeks penyerapan air sebesar 123,33
2,52 detik, warna L* 90,98 0,28 a* -0,20 0,01, dan b* 4,73 0,11. Setelah menjadi produk
pasta instan dilakukan uji fisik (daya regang, cooking loss, cooking time, dan kekerasan) dan
sensori (elastisitas, aroma, warna, rasa, dan overall). Merujuk pada hasil penelitian tersebut, maka
diketahui bahwa pasta instan berbasis tepung garut fermentasi mempunyai karakteristik terbaik dan
dapat diterima oleh masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang diketahui bahwa pasta berbasis
tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 1:2 mempunyai nilai yang
terbaik, dengan nilai cooking loss sebesar 5,87 0,30 %, kekerasan 213,32 1,05 gf, tensil
strength 7,19 x 10-2 3,72 x 10-3 N/mm2, cooking time sebesar 416,32 7,95 detik, atribut warna
L* 66,55 0,32, a* 0,87 7,96, b* 13,82 0,51. Serta atribut sensori overall sebesar 2,97 1,19.
PENDAHULUAN
Berdasarkan survei BPS, impor gandum komoditas gandum yang dapat melemahkan
Indonesia mencapai 4 juta ton dan jumlahnya ketahanan pangan nasional (BPS, 2008).
meningkat menjadi 5.3 5.5 juta ton pada Sehingga diperlukan adanya diversifikasi
tahun 2008. Hal ini mengindikasikan pangan berbasis bahan lokal, salah satunya
ketergantungan masyarakat Indonesia pada umbi-umbian, yang mengandung karbohidrat
cukup tinggi dan mampu digunakan sebagai menggunakan kultur tunggal (Thomson and
bahan pengganti gandum dan turunan Yoon, 1984).
gandum seperti tepung terigu (Amudi, 2007).
Tujuan dari penelitian adalah Memodifikasi
Salah satu bahan pangan berpotensi untuk tepung berbasis umbi garut secara fermentasi
diolah menjadi tepung adalah umbi garut dengan kombinasi kultur, sehingga
(Maranta arundinacea L). Kandungan didapatkan komposisi tepung garut
karbohidrat dalam umbi garut ini nencapai fermentasi yang mendekati karakteristik
85,20 gr sehingga berpotensi menggantikan tepung terigu. Tepung garut tersebut akan
tepung terigu. Selain itu juga unggul dalam diaplikasikan menjadi produk pasta instan
nilai indeks glikemiknya. Indeks glikemik berbasis bahan pangan lokal yang dapat
umbi garut adalah 14 sedangkan glukosa 100. diterima di masyarakat serta bermanfaat
Hal ini memberikan informasi bahwa umbi untuk dikembangkan melalui diverfisikasi
garut dapat digunakan sebagai sumber pangan berbasis bahan baku lokal oleh
pangan yang memiliki nilai kecernaan rendah industri skala kecil dan menengah, serta
sehingga dapat digunakan sebagai diet mengurangi ketergantungan terhadap tepung
rendah kalori (Marsono 2002). gandum yang diperoleh secara impor.
jaring, dehumidifier, sendok plastik, ayakan pembuatan binder dan penambahan air jeruk
80 mesh, toples plastik, baskom, kompor, nipis, pembuatan adonan bihun, pencetakan,
panci, cetakan mie, panci pengukus, penjepit pengukusan, pengeringan, pengujian fisik
kayu, cawan porselen, gelas arloji, dan (waktu rehidrasi, derajat keutuhan, daya
A 6,72 0,14 236,67 1,03 7,02 x 10-2 2,03 x 10- 3 394,24 2,86
B 6,23 0,05 293,33 1,04 5,13 x10-2 1,06 x 10- 3 401,32 2,37
-2 -3
C 6,10 0,09 257,67 1,25 6,32 x 10 1,17 x 10 457,19 1,15
D 5,87 0,30 213,32 1,05 7,19 x 10-2 3,72 x 10-3 416,32 7,95
Pembahasan
Untuk karakteristik kimia ini ada beberapa fermentasi (bahan B,C, dan D). perubahan ini
pengujian yang dilakukan yaitu, kadar air, terjadi karena lemak (trigliserida)
abu, protein, lemak, serat kasar, dan terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol
karbohidrat. Untuk kadar air, hasil yang oleh enzim lipase yang dihasilkan oleh
diperoleh bahan B, C, D berkisar antara 9,55- Rhizopus oryzae selama proses fermentasi
12,46%. Hasil ini sesuai teori bahwa kadar berlangsung (Septiani, 2004). Selain itu juga
air maksimum yang diijinkan untuk tepung karena bakteri asam laktat mempunyai
adalah 14-15% (Fardiaz, 1989). Sedangkan aktivitas lipolitik sekunder, yang dapat
untuk bahan A kadar melebihi 14-15%, memecah lemak menjadi senyawa yang lebih
kondisi ini akan menyebabkan kontaminasi sederhana (Bottazi, 1983). Begitu pula untuk
jamur dan bakteri pada tepung (Frazier & kadar protein, adanya perubahan kadar
Westhoff, 1988). Untuk kadar abu, terjadi protein tepung garut ini disebabkan proses
kenaikan dari bahan A sebesar 2,3% menjadi fermentasi (Fennema, 1985), yang berkaitan
5,42-5,64% untuk bahan B, C, dan D. dengan jenis mikroorganisme serta adanya
seharusnya kadar abu tidak dipengaruhi oleh enzim dalam proses fermentasi. Dimana
fermentasi, karena kadar abu ini dihitung dari penggunaan inokulum Lactobacillus
sisa mineral dalam bahan pangan yang plantarum, yang dapat menghasilkan enzim
mudah larut dalam air dan afinitas rendah proteolitik sehingga berpengaruh terhadap
sehingga mudah menjadi ion bebas kadar protein bahan yang difermentasi (Arief
(Muchtadi D., 2011). Hal inilah yang et al, 2006). Selain itu, adanya kombinasi
menyebabkan turunnya kadar abu pada bahan dengan Rhizopus oryzae yang termasuk jenis
pangan. Pada kadar lemak, terjadi kapang juga berperan untuk menghasilkan
peningkatan pada bahan tepung garut protein, mengurai lemak kompleks menjadi
trigliserida, asam amino, dan protease dalam Marta, 2011). Untuk uji kelarutan air
(Fennema, 1985). Untuk kadar serat kasar ini, hasilnya meningkat untuk tepung garut
juga mengalami kenaikan, hal ini karena kontrol. Peningkatan ini berpengaruh
adanya enzim yang dihasilkan oleh kapang terhadap mouthfeel adonan (kasar, halus,
Rhizopus oryzae yang dapat bekerja lebih lembut, berpasir) (Hartoyo & Sunandar,
efektif dalam memecah pati menjadi 2006). Lalu untuk uji kebasahan, jika
komponen yang lebih sederhana, sehingga dibandingkan dengan tepung terigu nilai
dengan satuan berat yang sama maka jumlah tepung garut (kontrol maupun fermentasi)
serat kasar yang teranalisis semakin jauh lebih rendah, karena tidak adanya
meningkat. Selain itu selama fermentasi gliadin sebagai penyusun gluten yang hanya
terjadi perombakan senyawa menjadi ada pada terigu. Selain itu karena pengaruh
komponen yang lebih sederhana, kecuali fermentasi yang menyebabkan denaturasi
serat kasar. Dengan demikian kandungan protein, proses agglomerasi, nilai
serat kasar tepung yang dihasilkan akan kemampuan bahan yang dapat terserap,
semakin meningkat (Birch, 1985). Untuk adanya partikel non-alglomerat, serta ukuran
kadar karbohidrat, pada tepung garut partikel tepung (Hartoyo & Sunandar, 2006;
fermentasi malah mengalami kenaikan jika Canovas & Mercado, 1996). Pada uji warna,
dibandingkan dengan tepung kontrol. Hal ini terjadi penurunan kecerahan pada tepung
tidak sesuai teori bahwa bahan organik yang gaurt fermentasi, karena kandungan abu yang
mengalami penurunan selama fermentasi makin tinggi, sehingga warna tepung makin
adalah karbohidrat karena diuraikan oleh gelap (deMan, 1997), selain itu juga karena
kapang dan yeast melalui enzim amilase adanya reaksi pencoklatan enzimatis yang
dalam pemecahan amilum substrat sehingga terjadi saat pengupasan dan pengirisan umbi
kandungan bahan organik mengalami garut. Dimana pada proses tersebut umbi
penurunan (McKee, T. et al., 2011). akan terpapar oksigen dalam jumlah besar
sehingga terjadi oksidasi oksigen menjadi
2. Karakteristik Fisik Tepung Garut
gugus orthoquinon, yang membentuk pigmen
Untuk karakteristik fisik ini, uji yang coklat atau melanin (Fennema, 1985).