Anda di halaman 1dari 8

KARAKTER KIMIA DAN FISIK TEPUNG GARUT (Maranta arundinacea)

HASIL FERMENTASI DAN APLIKASINYA SEBAGAI ALTERNATIF


PENGGANTI TEPUNG TERIGU DALAM PEMBUATAN
PASTA INSTAN

Yoas Masadi W.,1 Lindayani,2 Laksmi Hartayanie,2


1)
Mahasiswa; Program Studi Teknologi Pangan; Fakultas Teknologi Pertanian; Universitas Katolik
Soegijapranata
2)
Dosen; Program Studi Teknologi Pangan; Fakultas Teknologi Pertanian; Universitas Katolik
Soegijapranata
aku_wes_kekl@hotmail.com

ABSTRAK

Tepung umbi garut (Maranta arundinacea L) berpotensi sebagai pengganti tepung terigu dalam
berbagai bahan makanan, salah satunya pasta. Akan tetapi karakteristik fisik dan kandungan gizi
tepung garut ini kurang baik. Sehingga perlu adanya modifikasi melalui proses fermentasi.
Fermentasi umbi garut ini dilakukan dengan kombinasi Rhizopus oryzae dan Lactobacillus
plantarum dengan perbandingan 1:1, 1:2, dan 2:1 difermentasi selama 3 hari secara aerob. Setelah
proses fermentasi selesai, dilakukan proses penepungan umbi garut. Selanjutnya tepung garut
kontrol dan fermentasi tersebut diuji secara kimiawi (air, abu, lemak, protein, serat kasar, dan
karbohidrat) dan fisik (densitas, warna, kelarutan air, dan indeks penyerapan air) untuk mengetahui
pengaruh fermentasi terhadap kualitas tepung garut. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa
tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 1:1 mempunyai nilai terbaik,
dengan nilai kadar air 10,73 0,17 %, kadar abu 5,64 0,13 %, kadar lemak 1,18 0,54 %, kadar
protein 3,98 0,12 %, kadar serat kasar 3,28 0,79 %, kadar karbohidrat sebesar 75,18 0,63 %,
densitas 77,60 7,99 g/ml, kelarutan air 1,75 0,12 %, indeks penyerapan air sebesar 123,33
2,52 detik, warna L* 90,98 0,28 a* -0,20 0,01, dan b* 4,73 0,11. Setelah menjadi produk
pasta instan dilakukan uji fisik (daya regang, cooking loss, cooking time, dan kekerasan) dan
sensori (elastisitas, aroma, warna, rasa, dan overall). Merujuk pada hasil penelitian tersebut, maka
diketahui bahwa pasta instan berbasis tepung garut fermentasi mempunyai karakteristik terbaik dan
dapat diterima oleh masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang diketahui bahwa pasta berbasis
tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 1:2 mempunyai nilai yang
terbaik, dengan nilai cooking loss sebesar 5,87 0,30 %, kekerasan 213,32 1,05 gf, tensil
strength 7,19 x 10-2 3,72 x 10-3 N/mm2, cooking time sebesar 416,32 7,95 detik, atribut warna
L* 66,55 0,32, a* 0,87 7,96, b* 13,82 0,51. Serta atribut sensori overall sebesar 2,97 1,19.

Kata Kunci: Tepung Garut, Fermentasi, Pasta Instan

PENDAHULUAN
Berdasarkan survei BPS, impor gandum komoditas gandum yang dapat melemahkan
Indonesia mencapai 4 juta ton dan jumlahnya ketahanan pangan nasional (BPS, 2008).
meningkat menjadi 5.3 5.5 juta ton pada Sehingga diperlukan adanya diversifikasi
tahun 2008. Hal ini mengindikasikan pangan berbasis bahan lokal, salah satunya
ketergantungan masyarakat Indonesia pada umbi-umbian, yang mengandung karbohidrat
cukup tinggi dan mampu digunakan sebagai menggunakan kultur tunggal (Thomson and
bahan pengganti gandum dan turunan Yoon, 1984).
gandum seperti tepung terigu (Amudi, 2007).
Tujuan dari penelitian adalah Memodifikasi
Salah satu bahan pangan berpotensi untuk tepung berbasis umbi garut secara fermentasi
diolah menjadi tepung adalah umbi garut dengan kombinasi kultur, sehingga
(Maranta arundinacea L). Kandungan didapatkan komposisi tepung garut
karbohidrat dalam umbi garut ini nencapai fermentasi yang mendekati karakteristik
85,20 gr sehingga berpotensi menggantikan tepung terigu. Tepung garut tersebut akan
tepung terigu. Selain itu juga unggul dalam diaplikasikan menjadi produk pasta instan
nilai indeks glikemiknya. Indeks glikemik berbasis bahan pangan lokal yang dapat
umbi garut adalah 14 sedangkan glukosa 100. diterima di masyarakat serta bermanfaat
Hal ini memberikan informasi bahwa umbi untuk dikembangkan melalui diverfisikasi
garut dapat digunakan sebagai sumber pangan berbasis bahan baku lokal oleh
pangan yang memiliki nilai kecernaan rendah industri skala kecil dan menengah, serta
sehingga dapat digunakan sebagai diet mengurangi ketergantungan terhadap tepung
rendah kalori (Marsono 2002). gandum yang diperoleh secara impor.

Sebanyak 15-20% tepung garut dapat


digunakan sebagai campuran dalam MATERI METODE
pembuatan mie dan pasta. Akan tetapi, Bahan dan Alat
karakteristik kimia dan fisik tepung garut Bahan yang digunakan adalah umbi garut
masih kurang,baik serta karakteristik sensori segar (Maranta arundinacea L) yang didapat
seperti aroma, rasa dan tekstur dari umbi dari Kulon Progo, Yogyakarta, kultur
garut masih terasa. Sehingga perlu adanya Rhizopus oryzae dan Lactobacillus
modifikasi melalui fermentasi (Karjono, plantarum, Potato Dextrose Agar (PDA),
1998).. Malt Extract Agar (MEA), Potato Dextrose
Broth (PDB), Malt Extract Broth (MRB),
Melalui fermentasi, kandungan gizi umbi
K2SO4, HgO, H2SO4, Na2S2O3 4%, NaOH
garut dapat diperbaiki, menghilangkan
50%, HCl, NaOH 0,1 N, H2SO4 0,25N,
karakteristik flavor dan rasa khas yang
NaOH 0,25N, Na2SO4 10%, alkohol 96%,
kurang disukai (Sindhu et al, 2002).
zink, NaCl, NaCO3, KCO3, indikator methyl
Penggunaan kombinasi dua kultur ini karena
red blue, aquadestilata, pelarut organik
kedua kultur akan bekerja saling melengkapi
(heksan), spiritus, natrium tripolifosfat
kekurangan satu sama lain sehingga hasil
(STPP), minyak sayur , telur, garam.
yang diperoleh akan lebih baik bila
dibandingkan dengan yang hanya
Alat yang digunakan dalam penelitian ini 2 : 1, dan 1 : 2 dengan konsentrasi dasar
-6
adalah tanur, soxhlet, oven, pH meter, masing-masing kultur 10 CFU / ml setiap
kromameter, spektrofotometer, inkubator, 3 kg irisan umbi ganyong dalam 4 liter
laminar air flow, vortex, penangas air, air, inkubasi selama 3 hari secara aerob,
autoclave, timbangan digital, tray, food pengeringan dengan dehumidifier,
processor, distilator, digester, kertas saring, penepungan, pengayakan, pengujian kimia
labu godok, kondensor, labu destruksi, labu (air, abu, lemak, protein, serat kasar,
destilasi, erlenmeyer, pengaduk, statif, buret, karbohidrat, pH) dan fisik (warna, densitas,
corong, labu takar, ruang asam, nampan, kehalusan, bentuk, bau). Untuk tepung
pisau, pemotong singkong, gelas ukur, ganyong tanpa fermentasi proses
kontainer plastik, tabung reaksi, plastik, karet pembuatannya sama hanya tanpa tahapan
gelang, jarum ose, kapas, bluetip, mikropipet, inokulasi dan inkubasi.
bunsen, korek api, stirer, pipet tetes, pipet
volume, pompa pilleus, pengaduk kayu, Proses pembuatan bihun instan meliputi

jaring, dehumidifier, sendok plastik, ayakan pembuatan binder dan penambahan air jeruk

80 mesh, toples plastik, baskom, kompor, nipis, pembuatan adonan bihun, pencetakan,

panci, cetakan mie, panci pengukus, penjepit pengukusan, pengeringan, pengujian fisik

kayu, cawan porselen, gelas arloji, dan (waktu rehidrasi, derajat keutuhan, daya

desikator. tahan, daya serap air) dan organoleptik pada


30 orang panelis (warna, bau, elastisitas,
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium tekstur, rasa, overall). Data hasil pengujian
Rekayasan Pangan dan Sensori, Mikrobiologi kemudian dianalisa dengan SPSS 18.0
Pangan, dan Ilmu Pangan Fakultas Teknologi menggunakan one way annova pada tingkat
Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata kepercayaan 95%.
Semarang selama 3 bulan dimulai Juni
hingga September 2012.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Metode Fermentasi dapat memperbaiki karakteristik
Proses pembuatan tepung ganyong hasil fisik dan kimia tepung garut. Hal ini dapat
fermentasi meliputi sortasi umbi ganyong, dilihat pada Tabel 1., dan Tabel 2. Untuk
pengupasan, pencucian, pengirisan dengan karakteristik fisik, warna, dan sensori pasta
slicer, perendaman dalam larutan natrium instan dapat dilihat pada Tabel 3., Tabel 4.,
bisulfit 1000 ppm selama 30 menit, inokulasi dan Tabel 5.
kultur Rhizopus oryzae dan Saccharomyces
cereviceae perbandingan konsentrasi 1 : 1,
Tabel 1. Karakteristik Kimia Tepung Garut
Air Serat Kasar Karbohidrat
Bahan Abu (%) Lemak (%) Protein (%)
(%) (%) (%)
A 19,47 0,31 2,30 1,22 0,32 0,16 3,29 0,13 2,66 1,07 71,96 1,20
B 10,73 0,17 5,64 0,13 1,18 0,54 3,98 0,12 3,28 0,79 75,18 0,63
C 9,55 0,11 5,46 0,39 1,14 0,47 3,35 0,10 5,78 1,26 74,71 1,25
D 12,46 0,26 5,42 0,22 1,10 0,72 4,07 0,16 4,74 1,95 72,21 2,42
Keterangan :
A : Tepung garut kontrol (non fermentasi)
B : Tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 1:1
C : Tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 1:2
D : Tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 2:1
Semua nilai merupakan nilai mean standar deviasi

Tabel 2. Karakteristik Fisik Tepung Garut


Densitas Kelarutan Kebasahan Warna
Bahan
(g/ml) Air (%) (detik) L* a* b*
A 74,70 5,38 1,72 0,06 117,67 9,07 91,31 0,25 -0,22 0,04 4,66 0,17
B 77,60 7,99 1,75 0,12 123,33 2,52 90,98 0,28 -0,20 0,01 4,73 0,11
C 77,00 6,51 1,80 0,10 140,03 3,46 92,08 0,15 -0,24 0,03 4,78 0,21
D 76,20 7,40 1,94 0,07 121,63 5,03 91,83 0,11 -0,21 0,07 4,82 0,15
Keterangan :
A : Tepung garut kontrol (non fermentasi)
B : Tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 1:1
C : Tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 1:2
D : Tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 2:1
Semua nilai merupakan nilai mean standar deviasi

Tabel 3. Karakteristik Fisik Pasta Instan


Cooking loss Tensile strength Cooking time
Bahan Kekerasan (gf)
(%) (N/mm2) (detik)

A 6,72 0,14 236,67 1,03 7,02 x 10-2 2,03 x 10- 3 394,24 2,86
B 6,23 0,05 293,33 1,04 5,13 x10-2 1,06 x 10- 3 401,32 2,37
-2 -3
C 6,10 0,09 257,67 1,25 6,32 x 10 1,17 x 10 457,19 1,15
D 5,87 0,30 213,32 1,05 7,19 x 10-2 3,72 x 10-3 416,32 7,95

Tabel 4. Karakteristik Warna Pasta Instan


Warna
L* a* b*
91,31 0,25 -0,22 0,04 4,66 0,17
90,98 0,28 -0,20 0,01 4,73 0,11
92,08 0,15 -0,24 0,03 4,78 0,21
91,83 0,11 -0,21 0,07 4,82 0,15
Keterangan :
A : Tepung garut kontrol (non fermentasi)
B : Tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 1:1
C : Tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 1:2
D : Tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 2:1
Semua nilai merupakan nilai mean standar deviasi
Tabel 5. Karakteristik Sensori Pasta Instan
Parameter
Bahan
Warna Aroma Kekenyalan Rasa Overall
A 2,22 1,16 2,27 1,08 2,43 1,14 2,77 1,07 2,47 1,14
B 2,77 1,04 2,63 0,96 2,13 1,04 2,63 1,10 2,73 1,06
C 1,83 0,87 2,43 1,22 2,57 1,25 2,07 1,04 1,90 0,88
D 3,20 0,92 2,66 1,21 2,93 1,05 2,50 1,20 2,97 1,19
Keterangan :
A : Tepung garut kontrol (non fermentasi)
B : Tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 1:1
C : Tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 1:2
D : Tepung garut fermentasi kultur campuran L. plantarum : R. oryzae 2:1
Semua nilai merupakan nilai mean standar deviasi

Pembahasan

1. Karakteristik Kimia Tepung Garut

Untuk karakteristik kimia ini ada beberapa fermentasi (bahan B,C, dan D). perubahan ini
pengujian yang dilakukan yaitu, kadar air, terjadi karena lemak (trigliserida)
abu, protein, lemak, serat kasar, dan terhidrolisis menjadi asam lemak dan gliserol
karbohidrat. Untuk kadar air, hasil yang oleh enzim lipase yang dihasilkan oleh
diperoleh bahan B, C, D berkisar antara 9,55- Rhizopus oryzae selama proses fermentasi
12,46%. Hasil ini sesuai teori bahwa kadar berlangsung (Septiani, 2004). Selain itu juga
air maksimum yang diijinkan untuk tepung karena bakteri asam laktat mempunyai
adalah 14-15% (Fardiaz, 1989). Sedangkan aktivitas lipolitik sekunder, yang dapat
untuk bahan A kadar melebihi 14-15%, memecah lemak menjadi senyawa yang lebih
kondisi ini akan menyebabkan kontaminasi sederhana (Bottazi, 1983). Begitu pula untuk
jamur dan bakteri pada tepung (Frazier & kadar protein, adanya perubahan kadar
Westhoff, 1988). Untuk kadar abu, terjadi protein tepung garut ini disebabkan proses
kenaikan dari bahan A sebesar 2,3% menjadi fermentasi (Fennema, 1985), yang berkaitan
5,42-5,64% untuk bahan B, C, dan D. dengan jenis mikroorganisme serta adanya
seharusnya kadar abu tidak dipengaruhi oleh enzim dalam proses fermentasi. Dimana
fermentasi, karena kadar abu ini dihitung dari penggunaan inokulum Lactobacillus
sisa mineral dalam bahan pangan yang plantarum, yang dapat menghasilkan enzim
mudah larut dalam air dan afinitas rendah proteolitik sehingga berpengaruh terhadap
sehingga mudah menjadi ion bebas kadar protein bahan yang difermentasi (Arief
(Muchtadi D., 2011). Hal inilah yang et al, 2006). Selain itu, adanya kombinasi
menyebabkan turunnya kadar abu pada bahan dengan Rhizopus oryzae yang termasuk jenis
pangan. Pada kadar lemak, terjadi kapang juga berperan untuk menghasilkan
peningkatan pada bahan tepung garut protein, mengurai lemak kompleks menjadi
trigliserida, asam amino, dan protease dalam Marta, 2011). Untuk uji kelarutan air
(Fennema, 1985). Untuk kadar serat kasar ini, hasilnya meningkat untuk tepung garut
juga mengalami kenaikan, hal ini karena kontrol. Peningkatan ini berpengaruh
adanya enzim yang dihasilkan oleh kapang terhadap mouthfeel adonan (kasar, halus,
Rhizopus oryzae yang dapat bekerja lebih lembut, berpasir) (Hartoyo & Sunandar,
efektif dalam memecah pati menjadi 2006). Lalu untuk uji kebasahan, jika
komponen yang lebih sederhana, sehingga dibandingkan dengan tepung terigu nilai
dengan satuan berat yang sama maka jumlah tepung garut (kontrol maupun fermentasi)
serat kasar yang teranalisis semakin jauh lebih rendah, karena tidak adanya
meningkat. Selain itu selama fermentasi gliadin sebagai penyusun gluten yang hanya
terjadi perombakan senyawa menjadi ada pada terigu. Selain itu karena pengaruh
komponen yang lebih sederhana, kecuali fermentasi yang menyebabkan denaturasi
serat kasar. Dengan demikian kandungan protein, proses agglomerasi, nilai
serat kasar tepung yang dihasilkan akan kemampuan bahan yang dapat terserap,
semakin meningkat (Birch, 1985). Untuk adanya partikel non-alglomerat, serta ukuran
kadar karbohidrat, pada tepung garut partikel tepung (Hartoyo & Sunandar, 2006;
fermentasi malah mengalami kenaikan jika Canovas & Mercado, 1996). Pada uji warna,
dibandingkan dengan tepung kontrol. Hal ini terjadi penurunan kecerahan pada tepung
tidak sesuai teori bahwa bahan organik yang gaurt fermentasi, karena kandungan abu yang
mengalami penurunan selama fermentasi makin tinggi, sehingga warna tepung makin
adalah karbohidrat karena diuraikan oleh gelap (deMan, 1997), selain itu juga karena
kapang dan yeast melalui enzim amilase adanya reaksi pencoklatan enzimatis yang
dalam pemecahan amilum substrat sehingga terjadi saat pengupasan dan pengirisan umbi
kandungan bahan organik mengalami garut. Dimana pada proses tersebut umbi
penurunan (McKee, T. et al., 2011). akan terpapar oksigen dalam jumlah besar
sehingga terjadi oksidasi oksigen menjadi
2. Karakteristik Fisik Tepung Garut
gugus orthoquinon, yang membentuk pigmen

Untuk karakteristik fisik ini, uji yang coklat atau melanin (Fennema, 1985).

dilakukan adalah uji densitas, uji kelarutan


3. Karakteristik Fisik Pasta Instan
air, uji kebasahan, dan uji warna. Untuk uji
densitas, hasil untuk bahan A hingga D Analisa fisik pasta instan meliputi uji cooking
berkisar dari 0,29-0,31, hal ini sesuai dengan loss, kekerasan, tensile strength, cooking
teori bahwa nilai densitas dari makanan time, dan warna. Untuk nilai cooking loss,
berbentuk bubuk umumnya antara 0,3-0,8 pasta berbasis tepung garut fermentasi
g/ml partikel (Wirakartakusumah et al., 1992 nilainya lebih rendah dari pasta kontrol. Hal
ini dipengaruhi kandungan abu dan lemak membentuk sifat kohesif, elastis, dan daya
dalam bahan, adanya kandungan abu dan regang dari pasta instan (Owens, 2001).
lemak yang tinggi pada bahan akan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil
meningkatkan cooking loss karena mineral yang sesuai dengan teori yang ada, dimana
dalam bahan tersebut akan ikut terlarut pada nilai tensile strength pada pasta berbasis
saat perebusan (Fennema, 1985). tepung garut fermentasi lebih kecil
Berdasarkan teori tersebut, hasil penelitian dibandingkan dengan pasta berbasis tepung
ini kurang sesuai karena pada pasta berbasis garut kontrol. Untuk uji cooking time, pasta
tepung fermentasi yang kandungan abu dan berbasis tepung garut fermentasi lebih lama
lemaknya tinggi, nilai cooking loss nya justru waktu perebusannya. Hal ini karena semakin
lebih rendah. Kemungkinan ketidaksesuaian tinggi kandungan protein dapat menurunkan
ini karena adanya peningkatan kadar protein nilai cooking time karena sebagian panas
pada campuran tepung terigu dan tepung yang diberikan saat proses pemasakan akan
garut yang digunakan. Pada pasta berbasis digunakan untuk mendenaturasi protein
tepung garut fermentasi, kadar protein yang (Bambang, 2011). Untuk uji warna, hasilnya
berasal dari tepung terigu meningkat akibat pada pasta instan mengalami penurunan jika
adanya substitusi tepung garut fermentasi, dibandingkan pada saat berbentuk tepung.
sedangkan pada pasta kontrol hanya Penurunan kecerahan warna ini disebabkan
bergantung pada protein dari tepung terigu karena adanya pencampuran tepung terigu
(Matz,1992). Karena dalam protein terdapat dengan tepung garut dengan bahan-bahan
gluten yang mengandung glutenin yang lainnya, semakin tinggi tepung garut yang
berfungsi membentuk jaringan tiga dimensi dicampurkan akan menyebabkan kecerahan
untuk mengikat adonan tetap elastis, kuat, dan warna kuning yang makin pudar (Owens,
dan tidak mudah larut (Beckett, 1995). Untuk 2001; Kruger et al, 1996).
uji kekerasan, pasta instan berbasis tepung
4. Karakteristik Sensori Pasta Instan
garut fermentasi nilainya lebih tinggi
dibandingkan pasta kontrol. Sehingga pasta Untuk karakteristik sensori ini meliputi
tepung fermentasi punya nilai elastisitas yang warna, rasa, aroma, kekenyalan, dan overall.
lebih kecil, karena nilai kekerasan ini Untuk parameter warna, aroma, kekenyalan,
berbanding terbalik dengan nilai tensile dan overall, bahan D yaitu pasta instan
strength (Owens, 2001). Uji tensile strength berbasis tepung garut fermentasi L.plantarum
ini berkaitan dengan kandungan protein. : R. oryzae 2:1 yang paling diminati. Karena
Karena protein dalam tepung terigu menurut panelis warna, aroma pada bahan D
mengandung gluten yang dapat yang paling bisa diterima. Hal ini sesuai teori
mempengaruhi kemampuan terigu untuk bahwa dengan fermentasi dapat memperbaiki
aroma, citarasa dari suatu produk (Chabela, monosakarida sebagai bahan baku untuk
dkk., 2001). Akan tetapi untuk parameter menghasilkan asam-asam organik, terutama
rasa, yang paling disukai panelis adalah asam laktat. Senyawa asam ini bercampur
perlakuan A, yaitu pasta garut kontrol. dalam tepung, sehingga ketika tepung
Ketidaksukaan panelis pada pasta berbasis tersebut diolah akan menghasilkan aroma dan
tepung garut fermentasi dapat disebabkan citarasa yang khas yang dapat menutupi
adanya perubahan citarasa akibat fermentasi. citarasa dari umbi yang cenderung tidak
Karena proses fermentasi granula pati akan disukai oleh konsumen (Sarpina et al., 2007).
mengalami hidrolisis menghasilkan

Anda mungkin juga menyukai