Anda di halaman 1dari 5

Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal.

21-25 ISSN 0216-7395, e-ISSN 2406-9329

ISOLASI SENYAWA GALAKTOMANNAN BUAH AREN (ARENGA PINNATA)


MENGGUNAKAN BEBERAPA JENIS ABU

Sarmi*, Rita Dwi Ratnani dan Indah Hartati


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim
Jl.Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang 50236
*Email: Sarmijadi17@yahoo.com

Abstrak
Pemanfaatan buah aren saat ini masih sangat terbatas dan tingkat konsumsi masyarakat juga
masih rendah, untuk meningkatkan nilai ekonomis buah aren, maka dilakukan isolasi senyawa
galaktomannan pada buah aren. Galaktomannan bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar
edible film, pengental, stabilizer emulsi, dan bahan aditif baik pada industri pangan maupun
industri obat-obatan. Percobaan dilakukan dengan proses ekstraksi dengan menggunakan
variabel tetap buah aren 170 gr di tambah pelarut hingga 1000 ml, pengadukan menggunakan
magnetik stirrer skala 8 dan sentrifugasi pada 4500 rpm selama 15 menit, pelarut yang
digunakan antala lain air abu kayu, air abu sekam padi dan air. Variabel bebas lainnya
adalah temperatur pada 15, 20, 25, 30, 35, 40, 45, 50 0C, variabel waktu ekstraksi pada 9, 12,
15, 18, 21, dan 24 jam. Dari hasil percobaan diperoleh kondisi optimum ekstraksi
menggunakan larutan abu kayu pada suhu 30 0C dengan proses ekstraksi selama 21 jam ,
perolehan hasil ekstrak sebanyak 9.4134 gr dari bahan awal buah aren 170.6 gr sehingga
rendemen didapat 5.52 %.

Kata kunci: air abu, buah aren, galaktomannan, isolasi

PENDAHULUAN memiliki kadar air sangat tinggi mencapai


Aren (Arenga pinnata) merupakan tanaman 93,6% disamping juga mengandung protein
serba guna yang dapat hidup didaerah tropis 2,344%, karbohidrat 56,571% serat kasar
basah serta mampu beradaptasi dengan baik 10,524% (Tarigan dan Kaban, 2009). Tingginya
pada berbagai agroklimat mulai dari dataran kandungan karbohidrat yang terdapat pada buah
rendah hingga 1.400 meter diatas permukaan kolang kaling memungkinkan pemanfaatannya
laut. Aren merupakan tumbuhan berbiji tertutup sebagai bahan dasar pembuatan edible film.
dimana biji buahnya terbungkus daging buah. Komponen utama penyusun edible film
Tanaman aren banyak ditanam di Indonesia dikelompokkan menjadi tiga yaitu hidrokoloid,
termasuk di propinsi Sumatera Utara, Aceh, lipida, dan komposit.
Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa barat, Banten, Senyawa hidrokoloid sangat banyak
Jawa Tengah, Kalimantan Selatan dan Sulawesi terdapat di alam, salah satunya adalah
Selatan. Tanaman Aren belum dibudidayakan polisakarida galaktomanan yang banyak
dan sebagian besar masih menerapakan terdapat pada buah kolang kaling (Rao et
teknologi yang minim (Anonim, 2009). all.,1961).
Hampir semua bagian dari pohon aren dapat Galaktomanan telah banyak pula digunakan
dimanfaatkan atau menghasilkan sebagai pengental, stabilizer emulsi dan zat
produk yang mempunyai nilai ekonomi. Jenis aditif pada berbagai industri makanan dan obat-
produk yang dihasilkan dari pohon aren obatan (Mikkonen et all., 2009). Galaktomanan
diantaranya adalah ijuk , nira, kolang kaling, juga diketahui memiliki sifat antioksidan dan
tepung aren dan batang pohonnya. antimikroba (Sun et all., 2010). Antioksidan
Kolang kaling yang dihasilkan dari buah dapat diinkorporasi kedalam atau dilapiskan
pohon aren (Arenga pinnata) adalah endosperm pada bahan makanan untuk mengurangi
biji buah aren yang berumur pertengahan masak oksidasi senyawa asam lemak tidak jenuh dan
setelah melalui proses pengolahan maka benda warna sehingga dapat menambah kualitas
ini mejadi lunak, kenyal, dan berwarna putih pengawetan makanan (Lee, 2005).
agak bening (Sunanto, 1993). Galaktomanan dari bahan alami tersebut
Pemanfaatan buah kolang kaling saat ini terlebih dahulu perlu diisolasi, dan proses
masih sangat terbatas dan tingkat konsumsi isolasinya menggunakan bahan kimia natrium
masyarakat juga masih rendah. Kolang kaling hidroksida (Purawisastra, 2009). Penggunaan

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 21


Isolasi Senyawa Galaktomannan … (Sarmi, dkk.)

bahan kimia mempunyai resiko pencemaran pisahkan endapan secara dekantasi. Cuci
terhadap lingkungan. Oleh karena itu dalam endapan dengan air dan larutan asam klorida 2
penelitian ini dilakukan isolasi menggunakan M tambahkan ethanol 96 % volume sama aduk,
air abu. Beberapa abu mempunyai tingkat kemudian pisahkan endapannya. Cuci lagi
kebasaan sebagaimana bahan kimia natrium endapan dengan ethanol dan saring dekantasi,
hidroksida. Abu mengandung bahan kimia panaskan endapan pada oven suhu 50o C
seperti natrium, kalium, kalsium, dan kalsium hingga diperoleh massa kering. Lakukan analisa
monoksida, karena secara alami bahan kimia kwalitatif galaktomanan antara lain: Uji adanya
terkandung dalam tanaman (Komarayati dan gula pereduksi di dalam struktur galaktomannan
Hastoeti, 1993). Pada percobaan ini akan menggunakan Benedick test (Davis., 1963), uji
digunakan abu kayu, dan abu sekam padi. adanya protein didalam struktur galaktomannan
Abu biasanya digunakan di rumah tangga, menggunakan Ninhydrin test (Holmes., 1968),
sebagai bahan pembersih peralatan dapur. Abu uji kadar air dan uji kadar abu (AOAC,1995).
juga dijual di pasar dan biasanya merupakan
hasil pembakaran sisa bagian tanaman atau Prosedur uji gula pereduksi (Davis, 1963)
pohon yang sengaja dibakar. (Komarayati,dan Timbang ± 0.025 g hasil ekstrak kemudian
Hastoeti, 1993) larutkan dalam 10 ml aquades aduk sampai
Untuk meningkatkan pemanfaatan buah larut. Pipet larutan tersebut sebanyak 3 ml
kolang kaling supaya mempunyai nilai masukkan kedalam tabung reaksi dan
ekonomis, perlu kiranya dilakukan percobaan tambahkan 1 ml larutan Benedict, kemudian
Isolasi galaktomanan pada buah kolang kaling. panaskan didalam water bath hingga terbentuk
Salah satunya dengan cara ekstraksi endapan merah bata. Endapan tersebut
menggunakan larutan abu. menunjukkan adanya gula pereduksi.

METODOLOGI Prosedur uji protein (Holmes, 1968)


Kolang kaling dicuci bersih dengan air, Timbang hasil ekstrak sebanyak ± 0.025 g
kemudian masukkan wadah dan disimpan kemudian larutkan dalam aquades 10 ml dan
dalam lemari pendingin selama 24 jam. Untuk aduk sampai larut, kemudian pipet 2 ml larutan
mengkondisikan bahan supaya lebih kenyal, tersebut masukkan kedalam tabung reaksi
setelah dikeluarkan dari lemari pendingin, tambahkan 10 tts larutan Ninhydrin 10 %.
kolang kaling dipotong kecil-kecil terlebih Panaskan tabung tsb kedalam water bath hingga
dahulu kemudian timbang sebanyak ± 170 gr, terbentuk larutan warna lavender. Warna
lalu dihaluskan dengan blender, masukkan ke lavender menunjukkan adanya protein.
dalam beaker tambahkan sejumlah pelarut
untuk sekali percobaan sesuai variabel pelarut : HASIL DAN PEMBAHASAN
aquabidest, larutan abu kayu, larutan abu sekam Spesifikasi bahan baku awal buah aren
masing-masing hingga diperoleh campuran (Arenga pinnata )
sebanyak 1000ml, aduk masa kental dengan Bahan baku yang dipakai dengan spesifikasi
batang pengaduk lanjutkan pengadukan sbb: buah aren yang kita kenal dengan nama
menggunakan magnetik stirrer skala 8 selama kolang kaling, berwarna putih agak bening dan
waktu sesuai variabel 9, 12, 15, 18, 21, 24 jam dipilih yang besarnya seragam dengan tingkat
pada suhu sesuai variabel 15 0C, 20 0C, 25 0C, kekenyalan sedang dengan perkiraan usia penen
30 0C, 35 0C, 40 0C, 45 0C dan 50 0C, kemudian pertengahan matang tidak terlalu matang
masa disentrifugasi pada 4500 rpm selama 15 ditandai warna buah putih, tekstur keras dan
menit pada suhu ruang. Pisahkan supernatan juga tidak terlalu muda warna putih bening,
secara dekantasi kemudian ditambah ethanol 96 tekstur lunak. Usia panen muda berkisar antara
% volume sama dan aduk terus menerus sampai 8 – 12 bulan, usia panen pertengahan matang
terbentuk endapan putih galaktomanan, berkisar antara 16 – 18 bulan dan usia panen
endapan dipisahkan secara dekantasi. Cuci matang berkisar antara 22 - 24 bulan dihitung
endapan menggunakan ethanol 96 %, uapkan semenjak terjadinya penyerbukan. (Torio et
massa hingga kering. Lakukan pemurnian all., 2006 )
dengan melarutkan hasil ekstraksi Identifikasi awal kandungan kadar air buah
menggunakan aquabides sampai benar-benar aren dengan metode gravimetri suhu oven 110
0
larut, kemudian tambahkan larutan fehling aduk C didapat kadar air sebanyak 93.65 % dan
sampai terbentuk endapan biru muda, dan kadar abu didapat 0.080 % dengan metode

22
Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 21-25 ISSN 0216-7395, e-ISSN 2406-9329

gravimetri pemanasan tanur suhu 800 0C. Pengaruh suhu


Perkiraan bahan awal yang di pakai pada Dari percobaan menggunakan solven abu
percobaan kali ini dipanen pada usia panen kayu dengan variabel suhu dan pengadukan
pertengahan matang. magnetik stirrer skala 8 serta waktu ekstraksi 15
jam dengan sentrifugasi pada 4500 rpm selama
Pengaruh jenis abu 15 menit diperoleh rendemen berturut turut
Setelah dilakukan percobaan menggunakan sebagai berikut: untuk ekstraksi pada suhu 15
variabel solven pada suhu 300C ekstraksi 0
C, 20 0C, 25 0C, 30 0C, 35 0C, 40 0C, 45 0C dan
selama 15 jam didapatkan hasil bahwa untuk 50 0C diperoleh rendemen sebanyak 2,42 %;
solven abu kayu diperoleh ekstrak sebanyak 2,79%; 2,94 %; 3,37 %; 3,31 %; 2,90%;
5.7819 gr dari bahan awal 171,330 gr kolang 2,56%, dan 1,14 %. Dari pengamatan hasil
kaling sehingga didapat rendemen sebanyak percobaan dapat disimpulkan bahwa proses
3,37 % . Sedang untuk solven yang ke 2 yaitu ekstraksi maksimum pada suhu 300C dengan
aquabidest didapat hasil ekstrak sebanyak rendemen sebanyak 3,37 %.
4,9815 gr dari bahan awal kolang kaling Pada suhu tersebut telah terjadi
sebanyak 170,084 gr sehingga didapat kesetimbangan antara solven dan solute,
rendemen sebanyak 2,93 %. Untuk solven yang perpindahan massa pada temperatur diatas 30
o
ke 3 yaitu solven abu sekam padi didapat hasil C terjadi kurang sempurna sehingga perolehan
ekstrak sebanyak 4,3296 gr dari bahan awal ektrak semakin kecil, hal ini terjadi
kolang kaling sebanyak 170,002 gr sehingga kemungkinan galaktomanan sudah terurai
rendemen yang dihasilkan 2,55%. Profil sedikit demi sedikit. Sementara pada temperatur
perolehan hasil ekstrak berdasarkan variabel ekstraksi di bawah suhu 30 oC ekstrak yang
solvent yang dilakukan pada percobaan dengan dihasilkan juga semakin kecil, hal ini
kondisi suhu 30 0C selama 15 jam waktu disebabkan viskositas sangat berpengaruh
ekstraksi dan sentrifugasi pada 4500 rpm dalam proses ekstraksi, semakin rendah
selama 15 menit disajikan pada Gambar 1. temperatur ekstrak semakin tinggi viskositas
Berdasarkan data yang tersaji pada Gambar sehingga semakin sedikit terjadinya tumbukan
1 bisa disimpulkan bahwa hasil rendemen antara solven dan solute, perpindahan massa
paling tinggi menggunakan solven abu kayu juga semakin sedikit sehingga perolehan
didapat sebanyak 3.37 %. Sementara dari ekstrak semakin kecil, Profil proses ekstraksi
solven aquabidest dan solven abu sekam padi variabel suhu dapat dilihat pada Tabel 1.
diperoleh rendemen berturut turut sebanyak
2.93 % dan 2.55 %. Dengan spesifikasi abu Tabel 1. Perolehan hasil ekstrak variabel
kayu sbb: kadar air abu kayu 1.21 % , kadar suhu dengan solvent abu kayu pengadukan
kebasaan abu kayu sebanyak 1.95 %, sementara magnetik stirrer skala 8 waktu ektraksi 15
spesifikasi abu sekam padi dengan kadar air jam sentrifugasi 4500 rpm selama 15 menit.
7.14 % dan kadar kebasaannya hanya 0.26 %. No: Suhu ekstraksi 0C Hasil %
Hal ini dapat diartikan bahwa tingkat kebasaan 1. 15 2.42
solven berpengaruh terhadap hasil ekstrak 2. 20 2.79
sebagaimana ekstrak galaktomanan dari kolang 3. 25 2.94
kaling. 4. 30 3.37
5. 35 3.31
4
6. 40 2.90
Rendemen

3 7. 45 2.56
2 8. 50 1.14

1
Pengaruh waktu ekstraksi
0 Setelah dilakukan percobaan dengan
1 2 3 variabel solven diperoleh hasil maksimal
solven 1. air abu kayu, 2. aquabidest,
3. air abu sekam padi menggunakan solven abu kayu dan percobaan
dengan variabel suhu diperoleh optimal pada
Gambar 1. Grafik perolehan hasil ekstrak suhu 30 0C maka dilanjutkan percobaan
pada suhu 30 0C dengan variabel solven menggunakan hasil optimasi tersebut dengan
variabel waktu, dengan kondisi percobaab sbb :

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 23


Isolasi Senyawa Galaktomannan … (Sarmi, dkk.)

pengaduk magnetik stirrer skala 8 sentrifugasi makromelekul, mikroenkapsulasi bahan atau


pada 4500 rpm selama 15 menit diperoleh kosmetik, pengganti lemak, film, lapisan,
rendemen ekstrak berturut turut untuk kemasan.
percobaan pada 9, 12, 15, 18, 21 dan 24 jam Hasil uji kadar air hasil ekstrak dengan alat
diperoleh rendemen masing-masing 3,05 %; moisture balance didapatkan hasil bahwa untuk
3,20 %; 3,37 %; 4,88%; 5,52 % dan 1,27 %. ekstrak solvent abu kayu berkadar air 2,89 %;
Dari pengamatan hasil rendemen dapat ekstrak air kadar air didapat 4,66% dan ekstrak
disimpulkan bahwa optimasi ekstraksi abu sekam padi kadar airnya adalah 9,9 %.Dari
menggunakan air abu kayu pada suhu 30 0C ketiga hasil ekstrak dari masing-masing solven
maksimal ekstraksi selama 21 jam, didapat didapat kadar air yang cukup bagus dibawah 10
rendemen paling tinggi yaitu 5,52 %. Dalam hal %, kadar air disini sangat berpengaruh terhadap
ini waktu juga berpengaruh pada suatu proses kwalitas bahan sehingga bahan tersebut tidak
ekstraksi, semakin lama waktu yang ditempuh mudah rusak karena adanya pertumbuhan
semakin lama terjadinya tumbukan antara jamur.
solven dan solute sehingga rendemen yang Uji kadar abu hasil ekstrak dengan metode
dihasilkan juga semakin banyak. Pada waktu gravimetri pemanasan tanur pada suhu 800 0C
ekstraksi dibawah 21 jam perpindahan massa menunjukkan bahwa ekstrak solvent abu kayu
belum sempurna sehingga perolehan ekstrak memiliki kadar abu 8,4 %; ekstrak solvent air
lebih sedikit, sementara pada ekstraksi diatas memiliki kadar abu 17,4 % dan ekstrak solven
21 jam diperoleh hasil ekstrak semakin kecil, abu sekam padi memiliki kadar abu 8,9 %.
kemungkinkan galaktomanan banyak terurai
menjadi mannosa dan galaktosa sehingga pada KESIMPULAN
penambahan ethanol 96 % hanya sedikit Isolasi galaktomanan pada kolang kaling
endapan putih yang terbentuk. Profil perolehan bisa dilakukan dengan proses ekstraksi. Proses
rendemen berdasarkan lama waktu proses ekstraksi tersebut optimal diperoleh pada
ekstraksi bisa dilihat pada tabel 2. kondisi penggunaan bahan awal kolang kaling
sebanyak ± 170 gr dalam 1000 ml pelarut abu
Tabel 2. Perolehan hasil ekstrak solven abu kayu, suhu ekstraksi 30 0C dan waktu ekstraksi
kayu suhu 30 0C dengan variabel waktu, selama 21 jam, pengadukan dengan magnetik
pengadukan magnetik stirrer skala 8 stirrer skala 8, sentrifugasi pada 4500 rpm
sentrifugasi 4500 rpm selama 15 menit selama 15 menit dengan perolehan rendemen
No. Waktu ( jam ) Hasil ekstrak % sebanyak 9.4134 gr, prosentase sebanyak 5.52
1. 9 3.05 %.
2. 12 3.20
3. 15 3.37 DAFTAR PUSTAKA
4. 18 4.88 AOAC. 1995. Official Method of Analysis of
5. 21 5.52 the Association of Official Analytical
6. 24 1.27 Chemist. 17th ed. Washington
D.C.AOAC:13.
Anonim, 2009, Aren Sumber Energi Alternatif,
Analisa Kualitatif Hasil Ekstrak Warta Penelitian dan pengembangan
Setelah didapatkan hasil ekstraksi maka pertanian, 31, 2
dilakukan analisa kualitatif terhadap ekstrak Davis GR 1963. Yagoda papers: A permanent
yang terdiri atas uji gula pereduksi dan uji record of Benedict’s T est for reducing
protein. Uji gula preduksi menunjukkan hasil sugar. C lin C hem Acta 8:635-636.
positif. Gula pereduksi terkandung di dalam Holmes EJ. 1968. A ninhydrin histochemical
monosakarida yaitu gugus aldehid dan gugus test specific for hair keratin. J Histochem C
keton yang aktif mereduksi senyawa lain. Uji ytochem 16(6):428−432.
adanya protein pada galaktomannan. Komarayati S. dan Hastoeti P. 1993. Analisis
Adanya protein di dalam galaktomannan Kimia Kayu Nangka
juga berkontribusi terhadap sifat fisikokimia (Artocarpusheterophyllus Lamk) dari Jawa
galaktomannan itu sendiri. Interaksi antara Barat. Jurnal Penelitian Hasil Hutan
protein dan karbohidrat sangat penting dalam 11(8):326-328.
banyak sistem biologi produk farmasi dan Komarayati S., Dadang Setiawan dan
makanan olahan, misalnya pemurnian Mahpudin 2004. Beberapa Sifat Dan

24
Momentum, Vol. 12, No. 1, April 2016, Hal. 21-25 ISSN 0216-7395, e-ISSN 2406-9329

Pemanfaatan Arang Dari Serasah Dan Kulit (1971),Structures of The Galactomannan


Kayu Pinus (The Properties and Utilization Seeds of Annona muricata, Arenga
of Charcoal from Pine Litter and Bark) saccharifera, Cocos nucifera, Convolvulus
Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 22(1) tricolor, and Sophora japonica, Carbohyd.
2004: 17-22 Res, 20: 329 – 337.
Lee, D. S., 2005, dalam Jung Han (editor), Sunanto, H., 1993, Aren: Budidaya dan
Packaging Containing Natural Multigunanya, Kanisius – Jakarta.
Antimicrobial or Antioxidative Agents, Sun, Y. X., Liu, J. C., Yang, X. D., and
Innovations in Food Packaging, Elsevier Kennedy, J. F., 2010, Purification, Structural
Science & Technology Books,108 – 122. Analysis and Hydroxyl Radical-Scavenging
.Mikkonen, K. S., Maija, T., Peter, C., Chunlin, Capacity of a Polysaccharide from the
X., Hannu, R., Stefan, W., Bjarne, H., Fruiting Bodies of Russula virescens,
Kevin, B. H., and Madhav, P. Y., 2009, Process Biochemistry, 45: 874 – 879.
Mannan As Stabilizers of Oil-In-Water Tarigan, J., dan Kaban, J., 2009, Analisis
Beverage Emulsions, LWT-Food Science Thermal dan Komponen Kimia
and Technology, 42: 849-855 Kolangkaling, Jurnal Biologi Sumatera, 4,
Purawisastra S. 2009. Paten ID 0 022 445. 1.
Dirjen HKI. Departemen Kehakiman dan Torio et al.,2006 Physicochemical
HAM. Jakarta, 19 Januari 2009. Characterization of Galactomannan from
Purawisastra S. 2011. Penggunaan beberapa Sugar Palm (Arenga saccharifera)
jenis abu untuk isolasi galaktomanan dari Endosperm at Different Stages of Nut
ampas kelapa Jurnal Riset Teknologi Maturity. Philippine Journal of Science 135
Pencegahan Pencemaran Industri Vol. 1 (4) (1) 2006 : 19-30
2011: 40.
Rao, C. V. N., Choudhury, D., and Bagghi, P.,
1961, Can. J. Chem, 39, dalam Koiman, P.,

Fakultas Teknik-UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG 25

Anda mungkin juga menyukai