Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA TERHADAP KARAKTERISTIK PERMEN JELLY

SIRSAK (Annona muricata Linn)


Teresina Rapela Sopi Simorangkir1), Dekie Rawung2), Judith Moningka2)
1)
Mahasiswa Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Pertanian UNSRAT
2)
Dosen Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan

Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,Universitas Sam Ratulangi Manado


Korespondensi email : teresina.simorangkir03@gmail.com

ABSTRAK

Buah sirsak merupakan tanaman tropis yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Buah
ini memiliki manfaat sebagai tanaman buah yang bergizi. Buah sirsak bukan hanya dijadikan
makanan segar, salah satu pengolahan dari buah sirsak adalah permen jelly. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan penambahan kosnsentrasi yang tepat dalam pembuatan permen jelly sirsak dilihat
dari aspek sensoris, mengukur tingkat penerimaan panelis terhadap permen jelly sirsak. Penelitian ini
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan A (sukrosa 20%), B (sukrosa 25%),
C (sukrosa 30%), D (sukrosa 35%), dan E (sukrosa 40%). Parameter yang dianalisis adalah sifat
sensoris, kekenyalan, kadar air, kadar sukrosa, kadar vitamin C. Hasil penelitian diperoleh bahwa
perlakuan ini, perlakuan C (Sukrosa 30%) yang paling disukai panelis, pada perlakuan ini memiliki
kandungan kimia kadar air rata-rata 17,52 % , kadar sukrosa rata-rata 44,51% , kadar rata-rata vitamin
C 21,90 mg/100 g dan nilai kekenyalan rata-rata 80,44 mm/g/detik.

Kata kunci : Permen jelly, sukrosa, sirsak

ABSTRACT

Soursop fruit is a tropical plant that is well known by Indonesians. This is a fruit nutritious
fruit plant, that is not only used as fresh food but can be processed into jelly candy. The aim of this
study was to obtain an appropriate concentrations of sugar (sucroce) additions on the jelly candy
processing based on, panelist responds on sensory dest of the jelly candy. The study was conducted
using a completely randomized design with five treatments, including A (sucrose 20%), B (sucrose
25%), C (sucrose 30%), D (sucrose 35%), and E (sucrose 40%). The parameters analyzed were
sensory, plasticity, moisture content, sucrose content, and vitamin C. The results showed that the C
treatment (sucrose 30%) was the most favorable, on this treatment contains of 17.52% average
moisture content, 44.51% average sucrose content, 21.90 mg/100 g average vitamin C content and
80.44 mm/g/s average plasticity content, respectively.

Keywords: jelly candy, sucrose, soursop

PENDAHULUAN (fungi), parasit, menurunkan tekanan


darah tinggi dan menormalkan kembali
Tanaman sirsak (Annona sistem syaraf yang kurang baik (Verheij
muricata Linn.) merupakan tanaman dan Coronel,1997). Buah sirsak bukan
tropis dan sudah tidak asing lagi bagi hanya dijadikan makanan segar, namun
masyarakat Indonesia. Buah ini telah dimanfaatkan sebagai bahan
mempunyai manfaat sebagai tanaman industri seperti sirup, dan juice yang
buah yang bergizi. Selain itu beberapa memiliki nilai tambah.
laporan menyebutkan bahwa buah
sirsak mempunyai efek anti Permen jelly merupakan salah
tumor/kanker, dan terbukti secara medis satu produk pangan yang disukai banyak
dapat menyembuhkan penyakit kanker, orang dari kalangan anak-anak hingga
antimikroba seperti bakteri, jamur orang dewasa, dengan demikian
pengolahan permen jelly dari buah pada pembuatan permen coklat praline
sirsak dapat meningkatkan penggunaan/ dengan filler permen jelly nenas melalui
konsumsi sirsak dengan berbagai uji penerimaan perlakuan terbaik
khasiatnya. Permen jelly memiliki menyatakan bahwa konsentrasi sukrosa
tekstur lunak yang diproses dengan 10% yang terbanyak disukai melalui
penambahan komponen hidrokoloid aspek sensoris.
seperti agar-agar, gum, pektin, Berdasarkan uraian tersebut
karagenan, gelatin, yang digunakan maka dilakukan penelitian mengenai
untuk memodifikasi tekstur sehingga karakteristik permen jelly sirsak yang
menghasilkan produk yang kenyal dibuat dengan beberapa variasi
(Suryani, 2004). penambahan sukrosa.
Kareganan dipakai secara luas METODOLOGI PENELITIAN
dalam industri makanan sebagai
pembentuk gel karena gel yang Waktu dan Tempat
dihasilkan dari karagenan bersifat Penelitian ini dilaksanakan di
reversible, lembut dan elastis. Laboratorium Analisa Ilmu pangan,
Karagenan mengandung sulfat 18% Program studi Ilmu dan Teknologi
(Aslan, 1991), selain itu gel yang Pangan, Jurusan Teknologi Pertanian,
dihasilkan tidak mudah mengalami Fakultas Pertanian Universitas Sam
sinersis karena karagenan memiliki sifat Ratulangi Manado dan Balai Riset dan
hidrofilik (BeMiller dan Whistter, Standarisasi Industri Manado selama
1996). Karagenan digunakan pada bulan April sampai Juni
konsentrasi 0,005%-3% pada berbagai Bahan dan Alat
macam produk (Anonim, 2007). Bahan baku yang digununakan
Sukrosa pada pembuatan dalam penelitian ini adalah Sirsak,
permen jelly digunakan sebagai bahan sukrosa, karagenan, sirup glukosa,
utama karena memberikan aroma, rasa aquades. Alat alat yang digunakan:
dan tekstur yang khas (Cosidine, 1982 Timbangan analitik, blender, kompor,
dalam Rohjani, 2000). Menurut panci, pisau, sringan, cetakan permen,
Muchtadi (1989 dalam Santoso dan wajan, sendok pengaduk, Oven, dan lain
Suladjo, 2012) Pembentukan gel sebagainya.
ditentukan oleh sukrosa, asam dan Motode Penelitian
pektin. Sukrosa sangat berpengaruh Penelitian ini menggunakan metode
terhadap pembuatan soft candy, hal Rancangan Acak Lengkap (RAL)
mana gula (Sukrosa) pada pembuatan dengan perlakuan :
soft candy berfungsi untuk A. 20% Sukrosa
meningkatkan intensitas rasa manis, B. 25% Sukrosa
membentuk tekstur yang liat dan C. 30% Sukrosa
menurunkan kekerasan permen jelly D. 35% Sukrosa
yang terbentuk. Sukrosa yang E. 40% Sukrosa
ditambahkan tidak boleh lebih dari 65% Setiap perlakuan diulang sebanyak 3×,
agar pembentukan kristal-kristal sehingga diperoleh 15 unit percobaan
dipermukaan gel dapat dicegah kemudian dianalisis dengan
(Winarno, 1984). menggunakan metode analisis sidik
Penelitian Nurhasanah (2011) ragam (Analysis of Variance/ANOVA).
Pengaruh konsentrasi sukrosa dan agar-
agar terhadap mutu permen jelly sirsak, Prosedur Penelitian
dengan konsentrasi 60-67% memberikan Persiapan sari buah sirsak
pengaruh sangat nyata terhadap kadar Buah sirsak dicuci dan dikupas
air, dan vitamin C. Konsentrasi 65% kulit dan dikelurkan bijinya sesudah itu
menghasilkan permen jelly yang diblansir menggunakan uap selama 5
diterima panelis. Pada penelitian menit. Buah sirsak yang telah diblansir
Wijana, dkk, (2014) konsentrasi sukrosa dengan uap dilumatkan/dihaluskan
kembali kemudian blender dengan 2: Tidak suka
perbandingan sirsak dan air 1:1, setelah 1: Sangat tidak suka
diblender dilakukan penyaringan untuk
mendapatkan sari dari buah sirsak
tersebut. Uji Tekstur Kekenyalan
Pembuatan Permen Jelly (Sari dkk, Menggunakan Metode Penetrometer
2016 Yang telah dimodifikasi) (Baedhowie dan Prangonawati, 1983)
Cara kerja dalam penelitian ini sebagai Penetrometer yang digunakan adalah
berikut : siapkan semua bahan yang penetrometer jenis Precision 2777
diperlukan. Sari buah sirsak sebanyak washington BLVD . Penetrometer
200 ml, penambahan sukrosa 20% (40 disiapkan dan diletakkan pada tempat
g), 25% (50 g), 30% (60 g), 35% (70 g), yang datar kemudian jarum dipasang,
40% (80 g), setelah itu tambahkan dan ditambah pemberat pada
karagenan 3,0% (6 gr) dan sirup glukosa penetrometer. Sampel permen jelly
20% (40 ml). semua bahan dicampurkan disiapkan dan diletakan pada dasar
sampai merata. Dipanaskan selama ±5 penetrometer sehingga jarum penunjuk
menit sampai mencapai suhu 850C dan permukaan sampel tepat
sambil diaduk hingga mengental bersinggunan dan jarum pada skala
tambahkan asam sitrat 0,3% (0,6 g). menunjukan angka nol. Tekan tuas
dinginkan/ diamkan cairan kental (lever) penetrometer selama 10 detik.
permen jelly pada suhu ruang di dalam Penusukan dilakukan pada permen jelly
nampan, apabila sudah kenyal dilakukan sebanyak 3 kali pada sisi posisi tengah,
pengecilan ukuran di potong-potong. kiri dan kanan, kemudian dibaca skala
Masukan kedalam oven pada suhu 750C pada alat yang menunjukan kedalaman
selama 8 jam umtuk mengurangi kadar peneterasi jarum kedalam sampel.
air permen jelly . Kekenyalan dengan satuan mm/gr/dt.
Variabel Pengamatan Prinsipnya semakin rendah nilai yang
 Uji Organoleptik didapatkan maka tingkat kekenyalan
 Uji Kekenyalan semakin kecil.
 Kadar air Kadar air (Sudarmadji dkk, 1989)
 Kadar Sukrosa Sampel ditimbang sebanyak 2
 Vitamin C gram dalam cawan yang sudah diketahui
Prosedur Analisa beratnya, kemudian dikeringkan dalam
Uji Organoleptik (Metode Hedonik, oven pada suhu 1050 C selama 3 jam.
Selanjutnya didinginkan dalam desikator
Bambang dkk, 1988)
sampai mencapai suhu kamar, kemudian
Uji organoleptik mengunakan ditimbang. Selanjutnya dipanaskan
metode hedonik, dilakukan untuk kembali dalam oven selama 30 menit,
mengetahui tingkat kesukaan panelis dinginkan dalam desikator dan timbang.
terhadap permen jelly, mengunakan Perlakuan ini diulang beberapa kali
panelis yang terdiri dari 20 orang sampai mencapai berat yang konstan.
dengan meminta memberikan penilaian Kadar air dihitung dengan rumus :
secara pribadi terhadap sampel yang
disajikan. Parameter yang diuji yaitu
rasa, warna, aroma, dan tekstur, dengan
memberikan penilaian dengan skala Keterangan :
sebagai berikut : A : Berat cawan kosong dinyatakan
dalam gram
7 : Sangat suka B : Berat cawan +sampel awal
6 : Suka dinyatakan dalam gram
5: Agak suka C : Berat cawan +sampel kering
4: Netral dinyatakan dalam gram.
3: Agak tidak suka
Analisis Kadar Sukrosa (Metode Luff - Penentuan kadar gula sesudah
Schoorl, SNI 01-2892-1992) inversi :
Persiapan sampel : Timbang Pipet 50 ml filtrate dan masukkan ke
sampel sebanyak 2 g, masukkan ke dalam labu takar 100 ml. tambahkan 5
dalam labu takar 250 ml. tepatkan ml HCl 25%, kemudian labu takar
dengan akuades sampai tanda tera dan dimasukkan ke dalam penangas 60-
kocok. Saring dan pipet filtratnya, 70oC. Biarkan selama 10 menit dalam
masukkan ke dalam labu takar 250 ml. penengas air (untuk menginversi gula-
Tambahkan 10 ml larutan Pb asetat gula). Angkat dan dinginkan, tambahkan
setengah basah sambil diaduk. Cek NaOH 30% hingga merah jambu atau
apakah penambahan Pb asetat sudah pH = 7. Tepatkan hingga tanda tera dan
cukup atau belum dengan meneteskan diaduk. Pipet 10 ml filtrate dari
larutan Na2HPO4 10%.Bila timbul persiapan sampel kedalam Erlenmeyer
endapat putih berarti sudah cukup. 500 ml bertutup. Tambahkan 15 ml air,
Tambahkan Na2HPO4 10% hingga batu didih dan 25 ml larutan Luff-
cukup mengendapkan kelebihan Schrool. Panaskan sekitar 2 menit
Pbasetat (15 ml) yaitu diuji dengan sampai mendidih dan didihkan terus
meneteskan 1-2 tetes larutan Na2HPO4 selama 10 menit dan water bath. Angkat
sampai timbul endapan. Tambahkan dan dinginkan secepatnya dengan es.
akuades sampai dengan tanda tera, aduk Setelah dingin tambahkan 10-15 ml
dan biarkan sekitar 30 menit, kemudian larutan KI 30% dan 25 ml larutan H2SO4
di saring. 25% dengan perlahan-lahan. Segera
- Penentuan kadar gula sebelum titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N dan
inversi : larutan kanji 0,5 sebagai indikator. Kanji
Pipet 10 ml filtrat dari persiapan sampel baru ditambahkan pada saat warna telah
yang telah disaring ke dalam berubah menjadi kuning. Lakukan juga
Erlenmeyer 500 ml. tambahkan 15 ml terhadap blangko dengan mengganti
air, batu didih dan 25 milih larutan Luff- larutan sampel/filtrate dengan air.
Schoorl. Panaskan sekitar 2 menit Perhitungan :
sampai mendidih dan didihkan terus Kadar sukrosa = (% gula sesudah inversi
selama 10 menit dalam water bath. - % gula sebelum inversi) x 0.95
Angkat dan dinginkan secepatnya Kadar gula dihitung = % gula sesudah
dengan es.Setelah dingin, tambahkan inversi x 0.95
10-15 ml larutan KI 30% dan 25 ml Vitamin C (SNI 01- 2891-1992)
larutan H2SO4 25% dengan perlahan- Sampel 10 g dihaluskan dan dimasukkan
lahan. Segera titrasi dengan larutan ke dalam labu ukur 250 ml, lalu
Na2HPO4 0.1 N dan larutan kanji 0.5% ditambahkan aquadest sampai tanda
sebagai indikator. tera, dikocok sampai homogen dan
Kanji baru ditambahkan pada saat warna disaring kemudian di pipet filtrate
telah berubah menjadi kuning. Lakukan sebanyak 25 ml dimasukkan ke dalam
juga terhadap blanko dengan mengganti Erlenmeyer ditambahkan 1-2 ml amilum
larutan sampel/filtrat dengan air. 1%. Setelah itu dititrasi dengan iodium
Perhitungan : 0,01 N sampai diperoleh perubahan
Larutan H2SO4 yang digunakan = ml warna biru tidak hilang selama 10 detik
blanko – ml sampel = Z dimana 1 ml titran iodium 0,01 N setara
Ket : Z dapat dilihat pada tabel Luff- dengan 0,88 mg asam askorbat.
Schoorl untuk melihat kandungan Perhitungan Vitamin C dilakukan
gulanya. sebagai berikut:
( )

( )
HASIL DAN PEMBAHASAN orang panelis memberikan penilaian
Uji Organoleptik pada parameter yang diuji yaitu aroma,
warna, rasa, dan tekstur.
Uji Organoleptik metode
hedonik dilakukan untuk mengetahui Aroma
tingkat kesukaan panelis terhadap Hasil pengamatan tingkat kesukaan
permen jelly sirsak. Uji organoleptik panelis terhadap aroma permen jelly
pada penelitian ini menggunakan 20 sirsak dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil uji organoleptik terhadap aroma permen jelly sirsak
Pelakuan Rata-rata
E (40% Sukrosa) 4,10
A (20% Sukrosa) 4,20
C (30% Sukrosa) 4,20
B (25% Sukrosa) 4,30
D (35% Sukrosa) 4,40
Dari tabel 3 diperoleh nilai rata-rata membuat senyawa volatil pada buah
tingkat kesukaan panelis terhadap aroma sirsak menguap bersama dengan air
permen jelly sirsak ditingkat netral, saatpengeringan (Wirakartakusumah,
berkisar 4,10 – 4,30. Berdasarkan hasil dkk 1992). Hal ini menyebabkan aroma
analisis sidik ragam diketahui bahwa setelah pengeringan berkurang
perlakuan konsentrasi sukrosa terhadap dibanding dengan keadaan buah segar.
tingkat kesukaan aroma tidak Aroma merupakan faktor yang sangat
memberikan pengaruh. Rata-rata penting untuk menentukan tingkat
tertinggi nilai tingkat kesukaan terhadap penerimaan konsumen terhadap suatu
aroma permen jelly sirsak adalah 4.30 produk, sebab sebelum dimakan
pada perlakuan D (sukrosa 35%), biasanya konsumen terlebih dahulu
sedangkan nilai rata-rata terendah adalah mencium aroma dari produk tersebut
4,10 pada perlakuan E (sukrosa 40%). untuk menilai layak tidaknya produk
Berdasarkan penilaian panelis terhadap tersebut untuk dimakan. (Soekarto dan
tingkat kesukaan aroma permen jelly Hubies, 2000 dalam Nelwan 2014).
menunjukkan bahwa, perlakuan A
(sukrosa 20%) yaitu 4,20, perlakuan C Hasil analisis varians terhadap variabel
(sukrosa 30%) yaitu 4,20, perlakuan B panelis menunjukkan bahwa panelis
(sukrosa 25%) yaitu 4,40. Komentar berpengaruh sangat nyata terhadap nilai
yang diberikan oleh beberapa panelis organoleptik aroma, hal ini berarti
menyatakan bahwa aroma permen jelly bahwa respon panelis terhadap aroma
yang dihasilkan relatif tidak berbeda, permen jelly sangat beragam, dapat
aroma dari permen jelly sirsak hanya dilihat pada tabel 4 yang menunjukkan
sedikit yang timbul apabila dihirup. Hal variasi respon panelis terhadap aroma
ini dikarenakan perlakuan pengeringan permen jelly sirsak.
Tabel 4 Persentase tingkat kesukaan panelis terhadap aroma
Perlakuan Persentase %
Sangat Tidak Agak tidak Netral Agak Suka Sangat
tidak suka suka suka suka suka
A 0 0 15 55 25 5 0
B 0 0 10 70 5 10 5
C 0 5 5 70 5 15 0
D 0 0 20 50 10 20 0
E 0 5 15 45 35 0 0
Walaupun nilai rata-rata terhadap aroma 4,10-4,30) tetapi presentasi panelis yang
tidak berpengaruh nyata (berkisar antara memberikan nilai netral bervariasi dari
45% sampai 70% dari total panelis. sangat suka terhadap aroma permen jelly
Tabel 4 juga menunjukkan bahwa tidak sirsak memiliki persentasi panelis 5 %.
ada panelis yang sangat tidak suka Warna
terhadap aroma permen jelly sirsak, Hasil pengamatan tingkat kesukaan
sementara itu ada persentase panelis terhadap warna permen jelly sirsak dapat
yang dari 5-20 % suka, bahkan yang dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil uji organoleptik terhadap warna permen jelly sirsak


Pelakuan Rata-rata
B (Sukrosa 25%) 4,55
E (Sukrosa 40%) 4,60
D (Sukrosa 35%) 4,80
A (Sukrosa 20%) 4,95
C (Sukrosa 30%) 5,00
Dari Tabel 5 diperoleh nilai tingkat warna tetap harus dijaga agar dapat
kesukaan panelis terhadap warna menarik konsumen, karena hal yang
permen jelly sirsak ditingkat agak suka petama dilakukan oleh konsumen adalah
dengan skala berkisar 4,55 – 5,00. menilai produk dari penampilannya dan
Berdasarkan hasil analisis sidik ragam selera makan akan bangkit serta
diketahui bahwa perlakuan konsentrasi membuat persepsi positif pada makanan
sukrosa terhadap tingkat kesukaan tersebut (Kuswandono, 2007 dalam
warna tidak memberikan pengaruh. Engka, 2016). Warna merupakan faktor
Rata-rata tertinggi nilai tingkat kesukaan yang harus dipertimbangkan dalam
panelis terhadap warna adalah 5,00 pengembangan produk, karena panelis
(agak suka) pada perlakuan C (sukrosa akan menilai suatu produk pangan baru
30%), warna permen jelly yang pertama pada penampakan secara visual.
dihasilkan tidak terlalu pucat dan tidak (Winarno 2004 dalam Nelwan 2014).
terlalu coklat, sedangkan nilai rata-rata
terendah adalah 4,55 (agak suka) pada Hasil analisis varians terhadap variabel
perlakuan (sukrosa 25%). Warna panelis menunjukkan bahwa panelis
kecoklatan timbul dikarenakan proses berpengaruh sangat nyata terhadap nilai
pengeringan didalam oven selama 8 jam. organoleptik warna, hal ini berarti
Jika sukrosa dipanaskan di atas titik bahwa respon panelis terhadap warna
lebur maka gula yang dipanaskan akan permen jelly sangat beragam, dapat
menjadi kecoklatan (browning) atau dilihat pada tabel 6 yang menunjukkan
yang lebih dikenal dengan sebutan variasi respon panelis terhadap warna
karamel (de Man, 1989). Penampilan permen jelly sirsak.
Tabel 6. Persentase tingkat kesukaan panelis terhadap warna permen jelly
Perlakuan Persentase %
Sangat Tidak Agak tidak Netral Agak Suka Sangat
tidak suka suka suka suka suka
A 0 5 10 20 20 40 5
B 0 5 15 25 45 15 0
C 0 0 15 25 15 35 10
D 0 0 15 25 30 25 5
E 0 5 10 30 30 25 0
Walaupun nilai rata-rata terhadap warna Tabel 6 juga menunjukkan adanya
tidak berpengaruh nyata (berkisar antara persentase panelis yang tidak suka
4,55-5,00) tetapi presentasi panelis yang terhadap warna permen jelly sirsak,
memberikan nilai agak suka bervariasi sementara itu ada cukup banyak panelis
dari 15 sampai 45% dari total panelis. yang memberikan skor suka dari 15%
sampai 40% dari total panelis. Rasa
Persentase panelis yang sangat suka Hasil pengamatan tingkat kesukaan
terhadap warna permen jelly sirsak panelis terhadap rasa permen jelly sirsak
berkisar 5 – 10 %. dapat dilhat pada Tabel7.

Tabel 7. Hasil uji organoleptik terhadap rasa permen jelly sirsak.


Pelakuan Rata-rata
A (Sukrosa 20%) 4,80
D (Sukrosa 35%) 5,00
E (Sukrosa 40%) 5,30
B (Sukrosa 25%) 5,35
C (Sukrosa 30%) 5,40
Dari Tabel 7 diperoleh nilai tingkat asam. Penerimaan panelis terhadap rasa
kesukaan panelis terhadap rasa permen dipengaruhi oleh konsentrasi bahan dan
jelly sirsak ditingkat suka berkisar dari interaksi dengan komponen rasa yang
4,55 – 5,00. Berdasarkan hasil analisis lain (Winarno, 1984).
sidik ragam diketahui bahwa perlakuan
konsentrasi sukrosa terhadap tingkat Hasil analisis varians terhadap variabel
kesukaan rasa permen jelly tidak panelis (Lampiran 5) menunjukkan
memberikan pengaruh. Rata-rata bahwa panelis berpengaruh sangat nyata
tertinggi nilai tingkat kesukaan panelis terhadap nilai organoleptik rasa. Hal ini
terhadap rasa permen jelly adalah 5,40 berarti bahwa respon panelis terhadap
(suka) pada perlakuan C (sukrosa 30%), rasa permen jelly sangat beragam. Hal
sedangkan nilai rata-rata terendah adalah ini dapat dilihat pada tabel 8 yang
4,80 (agak suka) pada perlakuan A menunjukkan variasi respon panelis
(sukrosa 20%), beberapa komentar terhadap rasa permen jelly sirsak.
panelis mengatakan rasa permen jelly
yang dihasilkan tingkat kemanisannya
pas dan juga terasa masam dari buah
sirsak, karena sirsak mengandung asam-
asam organik yaitu asam malat, asam
sitrat dan asam isositrat (Ashari, 2006).
Rasa manis di dapatkan dari sukrosa.
Menurut (Hasniarti, 2012) dalam
(Engka, 2016) jumlah sukrosa yang
lebih banyak menimbulkan rasa manis
yang menyeimbangi rasa asam yang
kuat pada permen jelly. Rasa memiliki
peranan penting dalam menentukan
penerimaan suatu makanan.
Penginderaan rasa terbagi menjadi
empat rasa yaitu manis, asin, pahit dan
Tabel 8. Persentase tingkat kesukaan panelis terhadap rasa permen jelly
Perlakuan Persentase %
Sangat Tidak Agak tidak Netral Agak Suka Sangat
tidak suka suka suka suka suka
A 0 5 15 20 20 35 5
B 0 0 10 10 30 35 15
C 0 0 10 15 10 55 10
D 0 5 5 25 25 30 10
E 0 5 0 20 15 55 5
Seperti halnya pada aspek sensoris permen jelly sirsak, sementara itu
aroma dan warna, nilai rata-rata beberapa panelis memberikan skor
terhadap rasa tidak berpengaruh nyata sangat suka dari 5% sampai 15% dari
(berkisar antara 4,80-5,40) tetapi total panelis terhadap rasa permen jelly
presentasi panelis yang memberikan sirsak.
nilai suka bervariasi dari 35% sampai Tekstur
55% dari total panelis. Tabel 8 juga Hasil pengamatan tingkat kesukaan
menunjukkan bahwa tidak ada panelis panelis terhadap tekstur permen jelly
yang sangat tidak suka terhadap rasa sirsak dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Hasil uji organoleptik terhadap tekstur permen jelly sirsak


Pelakuan Rata-rata
C (Sukrosa 30%) 4,80
E (Sukrosa 40%) 4,80
D (Sukrosa 35%) 4,85
A (Sukrosa 20%) 4,90
B (Sukrosa 25%) 4,95
Dari Tabel 9 diperoleh nilai tingkay pada konsentrasi (Sukrosa 25%) yang
kesukaan panelis terhadap tekstur dihasilkan sedikit kenyal dan tidak
permen jelly sirsak di tingkat agak suka terbentuk kristal, karena adanya
berkisar pada 4,80 – 4,95. Hasil analisis penambahan sirup glukosa untuk
sidik ragam menunjukkan bahwa mencegah proses kritalisasi. Menurut
perlakuan konsentrasi sukrosa terhadap (Muchtadi, 1989 dalam Santoso dan
tingkat kesukaan tekstur permen jelly Suladjo, 2012) apabila sukrosa yang
tidak memberikan pengaruh. Rata-rata ditambahkan dalam kosentrasi rendah
tertinggi nilai kesukaan terhadap tekstur akan terbentuk gel yang lunak. Tekstur
permen jelly adalah 4,95 (agak suka) merupakan sensasi tekanan yang dapat
pada perlakuan B (sukrosa 25%), diamati dengan mulut ataupun perabaan
sedangkan nilai rata-rata terendah adalah dengan jari. (Kurniawan 2006 dalam
4,80 (agak suka) pada perlakuan C Nelwan 2014) tekstur merupakan
(sukrosa 30%). Tekstur permen jelly parameter penting pada makanan lunak.

Tabel 10. Persentase tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur permen jelly

Perlakuan Persentase %
Sangat Tidak Agak tidak Netral Agak Suka Sangat
tidak suka suka suka suka suka
A 0 0 5 30 35 30 0
B 0 0 5 40 10 45 0
C 0 0 15 30 20 30 5
D 0 10 0 25 25 40 0
E 0 5 10 25 25 30 5
Hasil analisis varian terhadap variabel Panelis yang tidak suka terhadap tekstur
panelis berbeda dari yang lain permen jelly berkisar 5 – 10% dan
menunjukkan bahwa panelis tidak persentase panelis yang sangat suka
berpengaruh nyata terhadap nilai terhadap tekstur permen jelly 5%.
organoleptik tekstur. Nilai rata-rata
terhadap tekstur permen jelly (4,40 –
4,95) agak suka. Tabel 10 menunjukkan
persentase panelis suka dari 30 – 45%.
Sukrosa 20%
6
5
4
3
Sukrosa 40% 2 Sukrosa25%
1
0

Sukrosa 35% Sukrosa 30%

Aroma warna Rasa Tekstur

Gambar . Grafik analisis rata-rata keseluruhan organoleptik

Dapat dlihat dari gambar 2 nilai rata-rata Uji Kekenyalan


keseluruhan organoleptik permen jelly
sirsak dapat disimpulkan bahwa Hasil rata-rata analisis Sukrosa terhadap
penambahan sukrosa tidak memberikan uji kekenyalan yang dihasilkan berada
pengaruh pada pengujian organoleptik. pada kisaran 78,22 – 80,56 mm/g/detik
Selang rata-rata yang dihasilkan tidak
berdeda jauh.

Tabel 11. Data Analisis Kekenyalan permen jelly (mm/gr/detik)

Perlakuan Rata-rata Notasi


E (Sukrosa 40%) 78,22 a
A (Sukrosa 20%) 80,22 b
C (Sukrosa 30%) 80,44 b
D (Sukrosa 35%) 80,56 b
B (Sukrosa 25%) 81,22 b
BNT 5%= 1,43 Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata

Berdasarkan hasil analisis sidik nyata dengan perlakuan A (Sukrosa


ragam diketahui bahwa perlakuan 20%), C (Sukrosa 30%), D (Sukrosa
sukrosa berpengaruh terhadap 35%) dan B (Sukrosa 25%), sedangkan
kekenyalan permen jelly sirsak, perlakuan A (Sukrosa 20%) tidak
sehingga dilanjutkan dengan uji BNT berbeda nyata dengan perlakuan C
5%. Hasil uji BNT 5% menunjukkan (Sukrosa 30%), D (Sukrosa 35%), B
perlakuan E (Sukrosa 40%) berbeda (Sukrosa 25%). Sesuai dengan prinsip
penetrometer semakin kecil nilai yang Kekenyalan merupakan salah satu dari
diperoleh, maka tingkat kekenyalan parameter utama dalam penentuan
yang diperoleh semakin kecil. Permen kualitas dan penerimaan panelis
jelly dengan perlakuan E (Sukrosa 40%) terhadap permen jelly sirsak.
memiliki rata rata terkecil, penambahan
sukrosa terlalu banyak akan terjadi
kristalisasi pada permukaan gel yang Analisis kimia permen jelly sirsak
terbentuk. Bila sukrosa yang Kadar Air
ditambahkan sedikit atau kurang, akan Hasil rata-rata analisis sukrosa
terbentuk gel yang lunak (Muchtadi, terhadap kadar air yang dihasilkan
1989 dalam Santoso & Suladjo 2012). berada pada kisaran 13,20 – 21,52 %.
Tabel 12. Data Analisis kadar air permen jelly

Perlakuan Rata-rata (%)


E (Sukrosa 40%) 13,20
A (Sukrosa 20%) 16,59
B (Sukrosa 25%) 17,15
C (Sukrosa 30%) 17,52
D (Sukrosa 35%) 21,52
Hasil analisis sidik ragam pangan yang ditambahkan (Engka,
menunjukkan bahwa perlakuan 2016). Kesegaran produk sangat
konsentrasi sukrosa terhadap analisis dipengaruhi oleh kandungan air
kadar air permen jelly tidak memberikan didalamnya. Air merupakan komponen
pengaruh. Rata-rata hasil analisis kadar penting dalam bahan makanan karena
air permen jelly yang dihasilkan dalam air dapat mempengaruhi penampakan,
penelitian ini pada perlakuan D (Sukrosa tekstur, serta cita rasa produk.
35%) memiliki nilai rata-rata tertinggi Kandungan air dalam bahan makanan
yaitu 21,52% dan terendah pada ikut menentukan acceptability,
perlakuan E (Sukrosa 40%) yaitu kesegaran dan daya tahan bahan itu.
13,20%. Berdasarkan nilai rata-rata pada (Winarno, 1984).
Tabel 12 terlihat bahwa semakin tinggi
konsentrasi sukrosa maka presentasi Sukrosa
kadar air semakin menurun, hal ini Hasil rata-rata sukrosa dari hasil
dikarenakan sifat dari sukrosa yang pengujian berkisar 30-23 – 44,51%.
dapat mengikat air sehingga dapat Konsentrasi (sukrosa 30%) memiliki
mengurangi kadar air pada bahan yang kadar total sukrosa tertinggi, diukuti
ditambahkan. Kemampuan mengikat air konsentrasi (sukrosa 40%), (sukrosa
adalah sifat yang menyebabkan sukrosa 25%), (sukrosa 35%) dan (sukrosa
dapat mengurangi kadar air pada bahan 20%).
Tabel 13. Data analisis kadar sukrosa permen jelly
Perlakuan Rata-rata Notasi
A (Sukrosa 20%) 30,23 a
D (Sukrosa 35%) 42,28 b
B (Sukrosa 25%) 42,59 bc
E (Sukrosa 40%) 44,28 cd
C (Sukrosa 30%) 44,51 d
BNT 5%= 1,76 Notasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata

Berdasarkan hasil analisis sidik sirsak, sehingga dilanjutkan dengan uji


ragam diketahui bahwa perlakuan BNT 5%. Hasil uji BNT 5%
konsentrasi sukrosa berpengaruh menunjukkan perlakuan A (sukrosa
terhadap kadar sukrosa permen jelly 20%) berbeda nyata dengan perlakuan D
(sukrosa 35%), B (sukrosa 25%), E sirsak. Kandungan total gula pada buah
(sukrosa 40%), dan C (sukrosa 30%). sirsak dengan kadar 81,9 – 93,6%
Perlakuan D (sukrosa 35%) dan B (Novita, 2011). sukrosa yang dilarutkan
(sukrosa 25%) berbeda nyata dengan dalam air yang dipanaskan, maka
perlakuan C (sukrosa 30%) dan sebagian sukrosa akan terurai menjadi
perlakuan D (Sukrosa 35%) tidak glukosa dan fruktosa yang disebut gula
berbeda nyata dengan perlakuan B invert (Winarno, 2004)
(Sukrosa 25%), begitu juga dengan
perlakuan E (Sukrosa 40%) tidak Kadar Vitamin C
berbeda nyata dengan C (Sukrosa 30%). Hasil rata-rata analisis sukrosa terhadap
Perbedaan kandungan gula pada bahan kadar vitamin C yang dihasilkan berada
dasar bisa menjadi penyebab perbedaan pada kisaran 21,90 – 22,21.
jumlah kadar sukrosa permen jelly

Tabel 14. Data Analisa Vitamin C Permen Jelly (mg/100g)


Perlakuan Rata-rata
A (Suksorsa 20%) 21,93
B (Sukrosa 25%) 22,21
C (Sukrosa 30%) 21,90
D (Sukrosa 35%) 22,01
E (Sukrosa 40%) 21,95

Hasil analisis sidik ragam KESIMPULAN


menunjukkan bahwa perlakuan
konsentrasi Sukrosa terhadap analisis Kesimpulan
vitamin C permen jelly tidak Dari hasil penelitian yang
memberikan pengaruh. Pada tabel 14 dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Menunjukkan pada rata rata vitamin C konsentrasi Sukrosa pada permen jelly
yang dihasilkan dari setiap perlakuan sirsak berdasarkan uji organoleptik
hampir sama. Perlakuan B (Sukrosa perlakuan yang paling disukai oleh
25%) memiliki rata rata tertinggi yaitu panelis dari segi aroma, warna, rasa, dan
22,21% dan terendah pada perlakuan D tekstur permen jelly adalah perlakuan C
(Sukrosa 35%) yaitu 22,01%. Permen (Sukrosa 30%), dengan tingkat
jelly sirsak dengan penambahan sukrosa kekenyalan permen jelly 80,44
yang rendah B (Sukrosa 25%) mm/g/detik, kadar air rata-rata 17,52%
menghasilkan kadar vitamin C yang memiliki kadar air sesuai standar mutu
lebih tinggi dibandingkan dengan kadar permen jelly (maks 20%). Sukrosa rata-
vitamin C pada perlakuan D (Sukrosa rata 44,51% dan vitamin C rata-rata
35%) dan E (Sukrosa 40%) sukrosa 21,90 mg/ 100 g.
yang tinggi. Hal ini dikarenakan
penambahan sukrosa yang tinggi
mengakibatkan lebih banyak air yang
keluar dari bahan dan air dapat
melarutkan vitamin C, sehingga vitamin
C dari bahan berkurang (Buntaran, dkk,
2009).
DAFTAR PUSTAKA Wuluh. Jurusan Teknologi
Pertanian UNSRAT.
Anonim. 2007. GENU Carrageenan :
Application. CP Kelco ApS, Nelwan, B. 2014. Pengaruh
Denmark. www.cpkelco.com Konsentrasi Gelatin dan Sirup
Glukosa Terhadap Sifat Kimia
Dan Sensoris Permen Jelly Sari
Ashari, S., 2006. Hortikultura Aspek Buah Pala (Myristica Fragrans
Budidaya. UI Press, Jakarta. Houtt). Program Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan Unsrat.
Aslan, L. M. 1991. Budidaya rumput
Laut. Penerbit Kanisisus. Novita. 2011. Manfaat Sirsak.
Yogyakarta. http//ww.indonesiaherba.com (16
Oktober 2011)
Baedhowie M dan S. Pranggonawati.
1983. Petunjuk Praktek Mutu Nurhasanah, 2011. Pengaruh
Hasil Pertanian. Departemen Konsentrasi Sukrosa dan Agar-
Pendidikan dan Kebudayaan. 129 agar Terhadap Mutu Permen
halaman. jelly Sirsak. Teknologi Pangan,
Fakultas Pertanian USU Medan.
Badan Standarisasi Nasional. (1992),
SNI 01-2891-1992: Cara Uji Rohjani, L. 2000. Proses Pengolahan
Makanan dan Minuman. Short Nougat dan Permen Jelly
Jakarta. (Pektin Gelatin). Universitas
Katholik Widya Mandala,
Bambang, Kartika. 1988. Pedoman Uji Surabaya
Inderawi Bahan Pangan.
Yogyakarta: penerbit Pusat Antar Sari, D. ,Ginting S., Lubis Z. 2016.
Universitas pangan dan Gizi Pengaruh Perbandingan
Konsentrasi Sorbitol dengan
BeMiller JN dan Whistler RL. 1996. Sari Ubi Jalar Ungu dan
Carbohydrates dalam Food Konsentrasi Karagenan
Chemistry. Fenemma OR (Ed). Terhadap Mutu Permen Jelly.
NewYork: Marcel Dekker Inc. Program Studi Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas
Buntaran, B,. O. P. Astirin, E. Pertanian USU, Medan.
Mahajoeno. 2009. Effect of
Sugar Solution Characteristics Santoso, A., Suladjo 2012 Pengaruh
of Dried Candy Tomato Konsentrasi Gula Pasir
(Lycopersicum esculentum). Terhadap Kualitas Jelli Buah
Nusantara Bioscience Vol.2, No 2 Rambutan. THP UNWIDHA
pp 55-61.

deMan, M. J. 1989. Kimia Makanan. Suryani, L. 2004. Membuat Aneka


Penerjemah : K. Buah. Yogyakarta: Kanisius.
Padmawinata. ITB-Press,
Bandung

Engka,D.L, Kandou.J, Koapaha,T 2016. Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi,


Pengaruh Konsentrasi Sukrosa 1989. Prosedur Analisa untuk
dan Sirup Glukosa Terhadap Bahan Makanan. Liberty,
Sifat Kimia dan Sensoris Yogyakarta.
Permen Keras Belimbing
Verheij, E. W. M dan R. E. Coronel,
1997. Prosea Sumbser Daya
Nabati Asia Tenggara 2 Buah-
buahan yang Dapat Dimakan.
Terjemahan S. Somaatmadja.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Wijana, S., Mulyadi A, dan Wijayanti,


F, 2014. Pembuatan Permen
Coklat Praline dengan Filler
Permen Jelly Nanas (Kajian
Konsentrasi Penambahan
Karaginan dan Sukrosa).
Brawijaya Malang.

Winarno, F. G., 1984. Kimia Pangan


dan Gizi. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta

Winarno, F.G. 2004.Kimia Pangan dan


Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

Wirakartakusumah, M.A., K.Abdullah,


A.M.Syarief. 1992. Sifat Fisik
Pangan. PAU Pangan Gizi IPB,
Bogor. Hal: 26-31

Anda mungkin juga menyukai