Anda di halaman 1dari 14

PEMANFAATAN BUAH PEDADA (Sonneratia caseolaris) DALAM

PEMBUATAN SELAI

UTILIZATION OF PEDADA (Sonneratia caseolaris) FOR MAKING JAM

Edi Setiawan1, Raswen Efendi2 and Netti Herawati2


Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Riau, Indonesia
Kode Pos 28293 edisetiawan.es71@gmail.com

ABSTRACT
Pedada fruit (Sonneratia caseolaris) is one of the complilers of mangrove
forest to live along the muddy shore has low salinity and a basin gatherin fire
flies. The purpose of this study were to obtain a concentration of sugar and fruit
pedada maturity level to quality of jam product. This research used a completely
randomized design (CRD) with combination treatment pedada fruit maturity level,
percentage increase pedada fruit and the sugar with 6 treatment and 3 replication.
From the result of this study showed that the number of maturity level, percentage
increase pedada fruit and the sugar significant effect on moisture content, ash
content, sucrose content, total acid content, total dissolved solids, descriptive
assessment organoleptic and assessment of organoleptic hedonic basis overall. In
this study, obtained the best treatment with the moisture content of 26.84%, ash
content of 0.31%, sucrose content of 57.82%, total dissolved content of
66.26ºbrix, total acid content of 15.20%, with light green color, in order flavorful
pedada, sweet taste and slightly soft texture.

Keyword : Jam, pedada fruit, maturity level, sugar composition.

PENDAHULUAN Sungai Indragiri (500 km) dengan


Indonesia merupakan negara kedalaman 6-8 m (Anonim, 2012).
yang sangat kaya akan Salah satu bentuk pemanfaatan
keanekaragaman hayatinya, terutama sumber daya perairan adalah vegetasi
kekayaan yang terkandung di wilayah hutan mangrove. Potensi mangrove di
perairan. Dengan kekayaan yang Indonesia sangat besar karena
begitu melimpah, maka sangat banyak memiliki beberapa jenis mangrove
memberikan manfaat bagi manusia. yang tumbuh subur. Salah satu jenis
Di provinsi Riau terdapat 15 sungai mangrove yang dimanfaatkan
yang membelah wilayah daratan, dari buahnya yaitu jenis pedada
sekian banyak sungai hanya empat (Sonneratia caseolaris) yang hidup
sungai yang digunakan sebagai dan tumbuh di hutan mangrove. Buah
prasarana perhubungan antar wilayah pedada ini belum dimanfaatkan secara
dalam provinsi Riau. Sungai tersebut optimal oleh masyarakat, sehingga
antara lain Sungai Siak (300 km) perlu mengolahnya menjadi bahan
dengan kedalaman 8-12 m, Sungai pangan yang bernilai ekonomis.
Rokan (400 km) dengan kedalaman 6- Menurut Hachinohe dkk.
8 m, Sungai Kampar (400 km) dengan (1999), buah pedada yang matang
kedalaman lebih kurang 6 m dan penuh dicirikan dengan berwarna

1. Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau


2. Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau
Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016
hijau kekuning-kuningan dengan Tempat dan Waktu
tekstur yang lunak dan buah sudah Penelitian telah dilaksanakan di
jatuh. Untuk buah yang setengah Laboratorium Pengolahan Hasil
matang dicirikan berwarna hijau Pertanian dan Laboratorium Analisis
kekuning-kuningan namun buah Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian,
masih menempel pada tangkai buah Universitas Riau. Penelitian akan
dan tektur buah belum lunak. Buah dilaksanakan selama tiga bulan yaitu
pedada yang setengah matang akan bulan Juli hingga September 2014.
memberikan pektin yang cukup
namun aromanya tidak kuat, Bahan dan Alat
sedangkan buah yang matang penuh Bahan utama yang digunakan
akan memberikan flavor (aroma) dalam penelitian ini adalah buah
namun pektinnya rendah. Selai pedada, gula dan pewarna alami daun
merupakan produk yang dibuat pandan. Pewarna alami daun pandan
dengan memasak hancuran buah yang yang digunakan 200 mg/kg.
dicampur dengan gula, dengan atau Sedangkan bahan yang digunakan
tanpa penambahan air dan memiliki untuk analisis adalah larutan buffer,
tekstur yang lunak dan plastis akuades, H2SO4 25%, HCl 25%, HCl
(Suryani dkk., 2004). Selanjutnya 2 N, HCl 0,05 N, HCl 0,01 N, HCl
Javanmard dan Endan (2010) 0,03 N, NaOH 0,1 N, NaOH 30%, KI
menyatakan bahwa selai merupakan 10%, KI 20%, (NH4)2HPO4 10%,
makanan yang dapat dibuat dari buah- (NH4)HPO4 10%, air panas, larutan
buahan yang berasa asam. Selai dapat indikator amilum, Pb asetat, larutan
dibuat dari proses pemanasan luff, larutan indikator phenolptalin
campuran bubur buah dan gula. (PP) 1% dan larutan natrium tio sulfat
Menurut Suryani dkk. (2004), 0,1 N.
formula umum yang digunakan dalam Alat yang digunakan dalam
pembuatan selai buah adalah 45:55 penelitian ini adalah pisau, talenan,
(buah:gula), tetapi penambahan gula panci, kompor, baskom, saringan,
juga dipengaruhi oleh faktor-faktor blender, pengaduk dan timbangan.
seperti keasaman buah, kandungan Sedangkan alat-alat yang digunakan
gula buah dan kematangan buah yang untuk analisis adalah oven, tanur,
digunakan. Selai mempunyai rasa desikator, loyang, cawan porselen,
yang asam, aroma yang khas dari penangas air, gelas piala, timbangan
buah serta tekstur buah yang lembut. analitik, kertas saring Whatman
Dari latar belakang tersebut maka NO.4, labu ukur 250 ml, pipet tetes,
perlu dilakukan penelitian tentang pH meter, buret, blender, erlenmeyer,
pembuatan selai dengan judul stopwatch dan refraktometer.
penelitian yaitu “Pemanfaatan Buah
Pedada (Sonneratia caseolaris) Metode Penelitian
dalam Pembuatan Selai”. Penelitian ini dilakukan secara
eksperimen dengan menggunakan
Tujuan Penelitian metode Rancangan Acak Lengkap
Tujuan dari penelitian ini adalah (RAL). Perlakuan dalam penelitian ini
untuk mendapatkan konsentrasi gula adalah kombinasi tingkat kematangan
dan tingkat kematangan buah pedada buah pedada (M) dan konsentrasi gula
terhadap mutu selai yang dihasilkan. (G) dengan 6 taraf perlakuan dan 3
kali ulangan, sebagai berikut. M1G1 :

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


Buah setengah masak 50%, awal yang dilakukan dalam
ditambahkan Gula 50%. M1G2 : pembuatan selai yaitu pencucian buah
(Buah setengah masak 45%, padada setengah masak dan masak
ditambahkan Gula 55%. M1G3 : penuh, selanjutnya dilakukan
Buah setengah masak 40%, pengupasan kulit, pemisahan daging
ditambahkan Gula 60%. M2G1 : buah dengan biji. Setelah itu
Buah masak penuh 50%, ditambahkan dilakukan penghancuran buah pedada
Gula 50%. M2G2 : Buah masak setengah masak dan masak penuh
penuh 45% ditambahkan Gula 55%. menggunakan blender dengan
M2G3 : Buah masak penuh 40%, perbandingan buah dan air (1:1)
ditambahkan Gula 60%. kemudian disaring. Hasil saringan
Parameter yang diamati yang masih kasar diblender kembali.
terhadap buah pedada setengah masak Bubur buah kemudian dimasak dalam
dan buah pedada masak penuh adalah kuali dan ditambahkan gula dengan
kadar pektin, derajat keasaman dan berbagai konsentrasi yaitu (50%, 55%
kadar gula total. Sedangkan parameter dan 60%) dan pewarna alami
yang diamati terhadap selai pedada sebanyak 200 ml/kg bubur buah dan
adalah kadar air, kadar abu, kadar diaduk hingga terbentuk konsistensi
sukrosa, kadar total asam, kadar total selai. Diagram alir proses pembuatan
padatan terlarut dan selanjutnya selai dapat dilihat pada Lampiran 1.
dilakukan penilaian kesukaan secara
keseluruhan dan penilaian sensori
secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Proksimat Kadar
Pektin, Derajat Keasaman dan
Pelaksanaan Penelitian Kadar Gula Total pada Buah
Penelitian Pendahuluan Pedada Setengah Masak dan Buah
Penelitian pendahuluan dimulai Pedada Masak Penuh
dengan melakukan analisis proksimat Berdasarkan hasil penelitian
pada buah pedada setengah masak pada buah pedada setengah masak
dan masak penuh. Analisis proksimat dan buah pedada masak penuh
yang dilakukan meliputi analisis diperoleh data kadar pektin, derajat
kadar pektin, derajat keasaman (pH) keasaman dan kadar gula total. Nilai
dan kadar gula total. Analisa kadar kadar pektin, derajat keasaman dan
pektin bertujuan untuk mengetahui kadar gula total buah pedada setengah
jumlah pektin dalam bahan baku. Uji masak dan buah pedada masak penuh
derajat keasaman (pH) bertujuan disajikan pada Tabel 1.
untuk megetahui tingkat keasaman
buah pedada sebelum diolah menjadi
selai pedada. Selanjutnya uji kadar
gula total bertujuan untuk mengetahui
jumlah gula yang terkandung dalam
buah padada.

Penelitian Utama
Penelitian utama adalah
pembuatan selai pedada yang
mengacu pada (Manalu, 2011). Tahap

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


Tabel 1. Analisis kadar pektin, derajat keasaman dan gula total pada buah pedada
setengah masak dan buah pedada masak penuh
Kadar Pektin Derajat Kadar Gula
Perlakuan
(%) Keasaman (pH) Total (%)
Buah pedada setengah masak 0,43 3,0 40,04
Buah pedada masak penuh 0,32 3,2 48,78

Tabel 1 menunjukkan bahwa Buckle (1987), asam-asam dari buah


buah pedada setengah masak dapat meningkatkan nilai pH.
mengandung kadar pektin sebesar Menurut Fardiaz (1992) yang
0,43% dan buah pedada masak penuh menyatakan bahwa pH makanan
kadar pektinnya sebesar 0,32%. dipengaruhi oleh asam yang terdapat
Artinya semakin masak buah pedada pada bahan makanan secara alamiah.
maka kadar pektinnya semakin Nilai pH yang semakin kecil akan
rendah. Hal ini sesuai dengan membuat produk lebih awet karena
pendapat Winarno (1992), buah yang pada umumnya mikroba tidak tahan
belum masak banyak mengandung pada kondisi asam.
pektin dalam bentuk protopektin, Buah pedada setengah masak
sedangkan buah masak banyak mempunyai kadar gula total sebesar
mengandung soluble pektin yang 40,04% dan buah pedada masak
banyak dimanfaatkan dalam penuh mengandung kadar gula total
pembuatan selai. Buah yang terlalu sebesar 48,78%. Gula total yang
masak akan menyebabkan perubahan tinggi pada buah pedada masak penuh
pektin menjadi asam pektat (Winarno, disebabkan karena adanya proses
2008). Selain itu tingkat kematangan pemecahan polisakarida menjadi gula
buah turut berpengaruh terhadap (sukrosa, glukosa dan fruktosa) yang
kadar pektin, hal tersebut sesuai terjadi pada periode pasca panen.
dengan pendapat Winarno (1992) Menurut Dwijoseputro (1986)
tingkat kematangan akan pemecahan gula sukrosa dengan
mempengaruhi pektin yang dihasilkan bantuan enzim sukrase akan
karena komposisi kandungan membentuk glukosa dan fruktosa.
protopektin, pektin dan asam pektat di maka kandungan gulanya akan
dalam buah sangat bervariasi dan semakin tinggi.
tergantung pada derajat kematangan
buah. Analisis kimia selai pedada
Buah pedada setengah masak Hasil analisis sidik ragam kadar
nilai derajat keasamannya adalah 3,0 air, kadar abu, kadar sukrosa dan
dan buah pedada masak penuh nilai kadar total padatan terlarut yang
derajat keasamannya adalah 3,2. Hal dihasilkan. Rata-rata nilai kadar air,
tersebut disebabkan karena semakin kadar abu, kadar sukrosa dan kadar
masak buah pedada maka nilai derajat total padatan terlarut selai pedada
keasaman (pH) semakin tinggi. yang dihasilkan disajikan pada Tabel
Artinya buah pedada setengah masak 2.
mengandung asam yang tinggi.
Semakin kecil nilai derajat keasaman
maka kandungan asamnya semakin
tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


Tabel 2. Analisis kimia selai pedada
Perlakuan
Analisis kimia
M1G1 M1G2 M1G3 M2G1 M 2 G2 M2G3
33,03b 29,68a
Kadar air (%) c b 26,84a 35,19c 34,70c 33,71c
Kadar abu (%) 0,44ab 0,38ab 0,31a 0,56b 0,46ab 0,35a
Kadar sukrosa (%) 51,07a 53,16b 57,82c 62,21d 64,36e 66,11f
Kadar total asam(%) 18,93d 17,06c 15,20b 6,40a 6,00a 5,86a
Total padatan terlarut
64,73a 65,60b 66,26b 71,60c 72,60d 73,40e
(ºbrix)
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05).

Kadar air selai pedada Pektin yang terdapat pada buah


Tabel 2 menunjukkan rata-rata pedada dan sukrosa yang ada pada
kadar air selai pedada berkisar antara gula akan meningkatkan kadar air
26,84-35,19%. Hasil DNMRT pada selai pedada. Pektin yang terdapat
taraf 5% menunjukkan bahwa kadar pada buah pedada akan berubah
air perlakuan M1G3 berbeda nyata menjadi gula-gula sederhana.
terhadap perlakuan M1G1, M2G1, Semakin meningkatnya kadar pektin
M2G2 dan M2G3. Namun kadar air maka kadar air selai pedada
perlakuan M1G1 dan M1G2, M1G2 dan cenderung meningkat. Hal ini
M1G3 serta M2G1, M2G2 dan M2G3 disebabkan karena sifat pektin yang
berbeda tidak nyata. Hal ini mampu membentuk gel bersama air,
disebabkan oleh perbandingan gula dan asam, sehingga air akan
persentase buah pedada dan terperangkap untuk mmbentuk gel.
konsentrasi gula yang ditambahkan Hal ini sejalan dengan pendapat
dalam pembuatan selai pedada. Winarno (1997) dalam Sulardjo dan
Kadar air buah pedada lebih tinggi Santoso (2012) pektin akan
daripada gula. Menurut Manalu menggumpal dan membentuk serabut
(2011) bahwa buah pedada halus serta dapat mengikat air.
mengandung kadar air sebesar
84,76% (bb) dan Mahmud dkk. Kadar abu selai pedada
(2008) menjelaskan kadar air gula Tabel 2 menunjukkan kadar
sebesar 5,4%. Konsentrasi gula yang abu selai pedada berkisar antara
ditambahkan pada selai pedada akan 0,31-0,56%. Hasil uji lanjut
mengikat air. Hal ini sejalan dengan (DNMRT) pada taraf 5%
pendapat Estiasih dan Ahmadi menunjukkan bahwa kadar abu
(2009) penambahan gula dengan perlakuan M2G1 berbeda nyata
kadar yang tinggi (minimum 40%) terhadap perlakuan M1G3 dan M2G3.
akan mengikat air bebas yang Namun kadar abu perlakuan M1G1,
terdapat dalam bahan pangan M1G2, M1G3, M2G2 dan M2G3 berbeda
menjadi air terikat. Selanjutnya tidak nyata, serta kadar abu
menurut Sundari dkk. (2010) perlakuan M1G1, M1G2, M2G1 dan
penambahan gula dalam jumlah M2G2 berbeda tidak nyata. Hal ini
banyak akan mempercepat proses disebabkan oleh perbandingan
pemanasan dan air akan terkurung persentase buah pedada dan
dalam gel. konsentrasi gula yang ditambahkan

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


dalam pembuatan selai pedada. Kadar gula total yang
Kadar abu selai pedada cenderung terkandung pada buah pedada masak
meningkat seiring bertambahnya penuh akan meningkatkan kadar
persentase buah pedada. Hal ini sukrosa selai pedada, dimana
disebabkan oleh buah pedada terdapat adanya kecenderungan
mengandung kadar abu yang lebih peningkatan kadar sukrosa seiring
tinggi dibandingkan kadar abu gula. bertambahnya buah pedada masak
Menurut Manalu (2011) buah pedada penuh. Penambahan gula terlalu
mengandung kadar abu sebesar (bk) banyak akan terjadi kristalisasi pada
8,40% dan Mahmud dkk. (2008) permukaan gel. Semakin meningkat
menjelaskan gula pasir mengandung konsentrasi gula pasir, menyebabkan
kadar abu sebesar 0,6%. Peningkatan kadar gula reduksi selai buah yang
kadar abu pada selai pedada juga dihasilkan semakin meningkat. Hal
dipengaruhi oleh tingkat kematangan ini sesuai dengan pendapat Desroiser
buah. Menurut Julianti (2011), (1988) bahwa kadar gula reduksi
semakin tinggi tingkat kematangan selai buah akan berbanding lurus
pada buah terung belanda, maka dengan jumlah gula yang
kadar air, kadar abu, total padatan ditambahkan.
terlarut, nilai warna serta kesukaan
terhadap aroma dan tekstur akan Kadar total asam selai pedada
semakin meningkat pula, tetapi untuk Tabel 2 menunjukkan kadar
kandungan vitamin C, total asam dan total asam selai pedada berkisar
nilai kekerasan akan semakin antara 5,86-18,93%. Hasil DNMRT
menurun. pada taraf 5% menunjukkan bahwa
kadar total asam perlakuan M1G1
Kadar sukrosa selai pedada berbeda nyata terhadap perlakuan
Tabel 2 menunjukkan kadar lainnya. Namun kadar total asam
sukrosa pada selai pedada berkisar perlakuan M2G1, M2G2 dan M2G3
antara 51,07-66,11%. Hasil DNMRT berbeda tidak nyata. Kadar total
pada taraf 5% menunjukkan bahwa asam cenderung meningkat seiring
kadar sukrosa selai pedada berbeda bertambahnya buah pedada setengah
nyata untuk masing-masing masak. Hal ini disebabkan karena
perlakuan. Hal ini disebabkan oleh buah pedada setengah masak
perbandingan persentase buah mempunyai pH yang lebih rendah
pedada dan konsentrasi gula yang daripada buah pedada masak penuh
ditambahkan dalam pembuatan selai yaitu sebesar 3,0 (Tabel 1) dan kadar
pedada. Kadar sukrosa cenderung gula totalnya juga lebih rendah yaitu
meningkat seiring bertambahnya sebesar 40,04% (Tabel 1). Hal ini
konsentrasi gula. Hal ini disebabkan sejalan dengan pendapat Winarno
karena kadar karbohidrat gula lebih (2002) tingkat kematangan buah
tinggi daripada kadar karbohidrat umumnya ditunjukkan oleh ratio gula
buah pedada. Menurut Mahmud dkk. dan asam. Menurut Chen dkk. (2009)
(2008) gula pasir mengandung menyatakan bahwa buah pedada
karbohidrat 94% dan Febrianti berwarna hijau, mempunyai rasa
(2010) menjelaskan buah pedada yang asam, mempunyai aroma yang
mengandung karbohidrat sedap, tidak beracun dan dapat
(bydifference) sebesar 14,35%. langsung dimakan.

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


Kadar total asam selai pedada dapat menghasilkan total padatan
cenderung meningkat seiring terlarut yang lebih tinggi selanjutnya
bertambahnya persentase buah Suparmo dan Sudarmanto (1991)
pedada masak penuh. Hal ini menjelaskan gula pasir mengandung
disebabkan karena nilai pH buah sukrosa 97,1%, gula reduksi 1,24%,
pedada masak penuh lebih tinggi kadar air 0,16% dan senyawa organik
yaitu sebesar 3,2. Artinya kandungan bukan gula 0,7%.
asamnya lebih rendah dari pada buah Tingkat kematanan buah akan
pedada setengah masak, selain itu berpengaruh terhadap peningkatan
kadar pektin yang terkandung dalam kadar total padatan terlarut. Hal ini
buah pedada masak penuh akan disebabkan karena buah yang sudah
berubah menjadi gula-gula sederhana masak mengandung gula total yang
hal tersebut menyebabkan kadar lebih tinggi. Menurut Buckle dkk.
gulanya semakin meningkat, (1987) semakin tinggi konsentrasi
sehingga pada hasil statistik sukrosa yang terkandung dalam suatu
perlakuan M2G1, M2G2 dan M2G3 buah yang sudah matang akan
kadar total asamya cenderung sama. menghasilkan total padatan terlarut
Penggunaan bahan baku yang yang tinggi.
mengandung asam tidak perlu
menambahkan asam sitrat, akan Penilaian sensori selai pedada
tetapi jika bahan baku sedikit Hasil sidik ragam penilaian
mengandung asam, maka perlu sensori terhadap warna, aroma, rasa
menambahkan asam agar kesegaran dan tekstur secara deskriptif serta
dan nilai pH yang diinginkan dapat penilaian kesukaan secara
tercapai (Safitri, 2012). keseluruhan selai pedada dapat
dilihat pada Tabel 3.
Total padatan terlarut selai
pedada
Tabel 2 menunjukkan kadar
total padatan terlarut selai pedada
berkisar antara 64,73-73,40. Hasil
DNMRT pada taraf 5%
menunjukkan bahwa kadar total
padatan terlarut perlakuan M1G1
berbeda nyata terhadap perlakuan
lainnya. Namun kadar total padatan
terlarut perlakuan M1G2 dan M1G3
berbeda tidak nyata. Hal ini
disebabkan oleh perbandingan
persentase buah pedada dan
konsentrasi gula yang ditambahkan
dalam pembuatan selai pedada.
Kadar total padatan terlarut
cenderung meningkat seiring
bertambahnya konsentrasi gula. Hal
ini sesuai dengan pendapat Buckle
(1987) dalam Yulistiani (2009)
semakin tinggi penambahan sukrosa

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


Tabel 3. Rata-rata penilaian sensori secara deskriptif dan penilaian kesukaan
secara keseluruhan
Perlakuan
Penilaian sensori
M1G1 M1G2 M1G3 M2G1 M2G2 M2G3
Warna 1,80b 1,83b 1,90b 1,40a 1,93b 1,86b
2,30bc
Aroma 2,20bc d 2,56d 1,80a 2,10b 2,46cd
Rasa 3,43c 2,66b 1,86a 1,93a 1,90a 1,73a
Tekstur 2,16ab 2,66c 3,46d 1,86a 2,36bc 2,63c
Penilaian kesukaan secara
2,70c 2,66b 2,33b 1,86a 2,30b 2,43b
keseluruhan
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05).

Warna selai pedada secara ditambahkan. Pigmen alami


deskriptif mencakup pigmen yang sudah
Tabel 3 menunjukkan penilaian terdapat dalam makanan dan pigmen
sensori oleh 30 panelis semi terlatih yang terbentuk pada pemanasan,
terhadap atribut warna selai pedada penyimpanan atau pemrosesan
secara deskriptif yaitu berkisar antara (DeMan, 1997).
1,40-1,93 (hijau tua dan hijau muda).
Hasil DNMRT pada taraf 5% Aroma selai pedada secara
menunjukkan bahwa warna selai deskriptif
pedada perlakuan M2G1 berbeda Tabel 3 menunjukkan penilaian
nyata terhadap perlakuan lainnya. sensori secara deskriptif oleh 30
Namun warna selai pedada perlakuan panelis semi terlatih terhadap atribut
M1G1, M1G2, M1G3, M2G2 dan M2G3, aroma selai pedada secara deskriptif
berbeda tidak nyata. Hal ini yaitu berkisar antara 1,80-2,56
disebabkan karena semakin masak (beraroma buah pedada dan agak
buah pedada dan semakin banyak beraroma buah pedada). Hasil
buah pedada yang digunakan dalam DNMRT pada taraf 5%
pembuatan selai pedada maka warna menunjukkan bahwa aroma selai
selai pedada tidak mengalami pedada perlakuan M2G1 berbeda
pemudaran, namun jika gula yang nyata terhadap perlakuan lainnya.
ditambahkan semakin banyak maka Namun aroma selai pedada perlakuan
akan terjadi proses karamelisasi pada M1G1, M1G2 dan M2G2 berbeda tidak
saat pengolahan dan mengalami nyata, serta aroma selai pedada
pemudaran warna pada selai pedada. perlakuan M1G2, M1G3 dan M2G3
Hal ini sesuai dengan pendapat berbeda tidak nyata. Hal ini
Shallenberger dan Birch (1975) disebabkan karena semakin masak
dalam Noerhartati dkk. (2004) buah pedada dan semakin banyak
bahwa penambahan gula yang buah pedada yang digunakan dalam
dipanaskan tanpa air atau larutan pembuatan selai pedada maka aroma
pekat gula yang dipanaskan, sederet khas pedada semakin kuat. Tingkat
reaksi terjadi yang pada akhirnya kematangan buah yang digunakan
membentuk karamel. Warna dapat mempengaruhi aroma selai.
makanan disebabkan oleh pigmen Hal ini sesuai dengan pendapat
alami atau pewarna yang Satuhu (2004) buah setengah matang

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


akan memberikan pektin yang cukup, sebagai bahan baku dalam
sedangkan buah yang matang akan pembuatan cuka.
memberikan aroma yang baik.
Penambahan gula yang semakin Tekstur selai pedada secara
banyak akan mempengaruhi aroma deskriptif
khas pedada pada selai pedada, Tabel 3 menunjukkan penilaian
bahkan aroma khas pedada akan sensori secara deskriptif oleh 30
hilang apabila perbandingan daging panelis semi terlatih terhadap atribut
buah dengan gula tidak sesuai. tekstur selai pedadasecara deskriptif
yaitu berkisar antara 1,86-3,46
Rasa selai pedada secara deskriptif (lembut dan sedikit lembut). Hasil
Tabel 3 menunjukkan penilaian DNMRT pada taraf 5%
sensori secara deskriptif oleh 30 menunjukkan bahwa tekstur selai
panelis semi terlatih terhadap atribut pedada perlakuan M1G3 berbeda
rasa selai pedada secara deskriptif nyata terhadap perlakuan lainnya.
yaitu berkisar antara 1,73-3,43 Namun tekstur selai pedada
(manis dan manis sedikit asam). perlakuan M1G1 dan M2G1, M1G1 dan
Hasil DNMRT pada taraf 5% M2G2, serta perlakuan M1G2, M2G2
menunjukkan bahwa rasa selai dan M2G3 berbeda tidak nyata. Hal
pedada perlakuan M1G1 dan M1G2 tersebut disebabkan karena semakin
berbeda nyata terhadap perlakuan banyak buah pedada setengah masak
lainnya. Namun rasa selai pedada yang digunakan maka teksturnya
perlakuan M1G3, M2G1, M2G2 dan cenderung sedikit lembut.
M2G3 berbeda tidak nyata. Hal ini Kecederungan tekstur yang sedikit
disebabkan karena perbandingan lembut disebabkan oleh kandungan
persentase buah pedada dan pektin yang terdapat pada buah
konsentrasi gula yang ditambahkan pedada setengah masak, karena
dalam pembuatan selai pedada. pektin akan membentuk gel pada
Rasa selai pedada cenderung selai pedada. Penambahan gula akan
manis sedikit asam seiring berpengaruh terhadap tekstur selai
bertambahnya persentase buah pedada, dengan semakin
pedada setengah masak. Hal ini meningkatnya konsentrasi gula maka
disebabkan karena buah pedada selai pedada akan mengalami
setengah masak mempunyai pH yang kristalisasi. Menurut Muchtadi
lebih rendah yaitu 3,0 dan gula total (1989) penambahan gula terlalu
yang lebih rendah yaitu sebesar banyak akan terjadi kristalisasi pada
40,04%, artinya kadar total asamnya permukaan gel yang terbentuk,
lebih tinggi dari pada buah pedada sedangkan bila gula yang
masak penuh. Hal ini sesuai dengan ditambahkan sedikit atau kurang
pendapat Chen dkk. (2009) akan terbentuk gel yang lunak..
menyatakan bahwa buah pedada
berwarna hijau, mempunyai rasa Penilian kesukaan secara
yang asam, mempunyai aroma yang keseluruhan
sedap, tidak beracun dan dapat Tabel 3 menunjukkan penilaian
langsung dimakan. Menurut Ghalib kesukaan secara keseluruhan pada
dkk. (2011) rasa asam yang dimiliki selai pedada yaitu berkisar antara
buah pedada muda dapat digunakan 1,86-2,70 (suka dan agak suka).
Hasil DNMRT pada taraf 5%

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


menunjukkan bahwa penilaian bahwa parameter warna, tekstur,
kesukaan secara keseluruhan aroma dan rasa dapat dikatakan
perlakuan M1G1 dan M2G1 berbeda gabungan dari penilaian keseluruhan
nyata terhadap perlakuan lainnya. yang tampak.
Namun penilaian kesukaan secara
keseluruhan perlakuan M1G2, M1G3, Rekapitulasi Hasil Analisis Selai
M2G2 dan M2G3 berbeda tidak nyata. Pedada (Sonneratia casseolaris)
Panelis menyatakan kesan suka Berdasarkan parameter yang
seiring bertambahnya persentase telah diamati terhadap selai pedada
buah pedada masak penuh dalam yaitu kadar air, kadar abu, kadar
pembuatan selai pedada. Penilaian sukrosa, kadar total asam dan total
kesan suka dan agak suka padatan terlarut serta penilaian
dipengaruhi oleh penilaian sensori. Adapun rekapitulasi hasil
keseluruhan atribut yaitu warna, semua analisis selai pedada disajikan
aroma, rasa dan tekstur dari selai pada Tabel 4.
pedada. Daroini (2006) menyatakan

Tabel 4. Rekapitulasi hasil analisis kimia dan penilaian sensori selai pedada
SNI 01- Perlakuan
Hasil analisis 3746-
M1G1 M1G2 M1G3 M2G1 M2G2 M2G3
2008
Maks. 33,03b 29,68a
Kadar air (%) c b 26,84a 35,19c 34,70c 33,71c
35%
Kadar sukrosa Min. 64,36
51,07a 53,16b 57,82c 62,21d e 66,11f
(%) 55%
Total padatan 64,73 65,60 66,26 71,60
Min. 65 a b b c 72,60d 73,40e
terlarut
Total asam (%) - 18,93d 17,06c 15,20b 6,40 a 6,00 a 5,86 a
Kadar abu (%) - 0,44 ab 0,38 ab 0,31a 0,56 b 0,46 ab 0,35 a
Warna Normal 1,80b 1,83b 1,90b 1,40a 1,93b 1,86b
2,30bc
Aroma Normal 2,20bc d 2,56d 1,80a 2,10b 2,46cd
Rasa Normal 3,43c 2,66b 1,86a 1,93a 1,90a 1,73a
Tekstur - 2,16ab 2,66c 3,46d 1,86a 2,36bc 2,63c
Penilaian
- 2,70c 2,66b 2,33b 1,86a 2,30b 2,43b
keseluruhan
Ket: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil yang berbeda menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05).

Berdasarkan semua parameter telah memenuhi syarat mutu selai


yang diamati terhadap selai pedada buah (SNI 01-3746-2008) adalah
terdapat tiga parameter yang masuk perlakuan M1G1 (33,03%), M1G2
ke dalam Standar Nasional Indonesia (29,08%), M1G3 (26,84%), M2G2
yaitu kadar air dan kadar sukrosa (34,70%) dan M2G3 (33,71%)
(gula) pada (SNI 01-3746-2008) sedangkan kadar sukrosa (gula) selai
serta kadar total padatan terlarut pada pedada yang memenuhi syarat mutu
(SNI-01-3746-1995). Berdasarkan selai buah (SNI 01-3746-2008)
Tabel 14, kadar air selai pedada yang adalah perlakuan M1G3 (57,82%),

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


M2G1 (62,21%), M2G2 (64,36%) dan karena Aw selai akan menurun. Hal
M2G3 (66,11%). Rata-rata hasil ini disebabkan karena sukrosa
analisis total padatan terlarut selai mampu mengikat air bebas menjadi
pedada yang telah memenuhi standar air terikat sehingga mikroorganisme
mutu selai buah (SNI-01-3746-1995) tidak mampu hidup. Selanjutnya
adalah perlakuan M1G2 (65,60), memilih perlakuan terbaik
M1G3 (66,26), M2G1 (71,60), M2G2 berdasarkan penilaian sensori secara
(72,60) dan M2G3 (73,40). deskriptif dan penilaian kesukaan
Penetapan selai pedada terbaik secara keseluruhan. Berdasarkan
pada penelitian ini dilakukan dengan penilaian sensori oleh panelis secara
lebih mempertimbangkan kadar air, deskriptif terhadap perlakuan M1G3,
kadar gula dan kadar total padatan M2G2 dan M2G3 mempunyai warna
terlarut. Kadar air selai pedada yang sama yaitu hijau muda, untuk
tertinggi dalam penelitian ini adalah atribut aroma perlakuan M1G3 agak
kadar air selai pedada perlakuan beraroma pedada, sedangkan
M2G1, yaitu sebesar 35, 19%, perlakuan M2G2 dan M2G3 beraroma
sehingga selai pedada perlakuan buah pedada, atribut rasa perlakuan
M2G1 cenderung lebih mudah rusak M1G3, M2G2 dan M2G3 berasa manis
dibandingkan dengan perlakuan dan tekstur perlakuan M1G3 dan
lainnya. Kadar gula terendah adalah M2G3 sedikit lembut sedangkan
perlakuan M1G1 (49,34%) dan M1G2 perlakuan M2G2 bertekstur lembut.
(52,83%). Semakin rendah Penilaian kesukaan secara
kandungan sukrosa akan keseluruhan terhadap selai pedada
menyebabkan selai pedada menjadi panelis menyatakan kesan suka pada
tidak tahan lama, karena kandungan perlakuan M1G3, M2G2 dan M2G3.
sukrosa yang rendah akan Berdasarkan hasil analisis kimia
menghasilkan kristalisasi pada terhadap selai pedada kemudian
permukaan gel yang lebih sedikit dilakukan penilaian sensori secara
sehingga akan terbentuk gel yang deskriptif dan penilaian kesukaan
sangat lunak. secara keseluruhan, selai pedada
Kadar total padatan terlarut perlakuan terbaik adalah selai pedada
selai pedada terendah adalah perlakuan M1G3 (Buah setengah
perlakuan M1G1, yaitu sebesar 64,73, masak 40%, dengan gula 60%)
sehingga selai pedada perlakuan dengan kadar air 26,84%, kadar
M1G1 cenderung lebih mudah rusak, sukrosa 57,82%, kadar total padatan
karena pada perlakuan M1G1 terlarut 66,26, kadar total asam
mengandung sukrosa yang paling 15,20% dan kadar abu 0,31%.
rendah di antara perlakuan lainnya. Selanjutnya penilaian sensori secara
Perlakuan M2G2 dan M2G3 kadar deskriptif dengan warna hijau muda,
airnya masih terlalu tinggi walaupun agak beraroma pedada, berasa manis,
masih memenui syarat mutu selai bertekstur sedikit lembut dan
pedada dengan tingginya kadar air penilaian kesukaan secara
memungkinkan adanya aktivitas keseluruhan panelis menyatakan
mikroorganisme perusak. Perlakuan kesan suka.
M1G3 dengan kadar air rendah dan
tinggi kadar gula dan tinggi kadar
total padatan terlarut akan membuat
selai pedada semakin tahan lama

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


Kesimpulan Anonim. 2008. Syarat Mutu Selai
Persentase buah pedada Buah. Badan Standarisasi
(Sonneratia caseolaris) dan Nasional. Jakarta.
konsentrasi gula yang berbeda dalam Anonim. 2012. Hutan Bakau di
pembuatan selai pedada berpengaruh Indonesia. Departemen
terhadap kadar air, kadar abu, kadar Kehutanan Republik
sukrosa, kadar total asam, kadar total Indonesia. Jakarta.
padatan terlarut serta penilaian Buckle. 1987. Ilmu Pangan. Edisi
sensori secara deskriptif dan 2. Universitas Indonesia
penilaian kesukaan secara Press. Jakarta.
keseluruhan. Chen, L., Q Zan, Li Mingguang, J
Selai pedada perlakuan M1G3 Shen, W Liao. 2009. Litter
dengan perbandingan buah pedada dynamics and forest
setengah masak 40% dan gula 60% structure of the introduced
merupakan perlakuan terbaik, dan Sonneratia caseolaris
telah memenuhi SNI 01-3746-2008, mangrove forest in
SNI-01-3746-1995 dan penilaian Shenzhen, China.
sensori secara deskriptif serta Estuarine, Coastal and Shelf
penilaian kesukaan secara Science volume 85 (2):241-
keseluruhan. Selai pedada perlakuan 246.
terbaik memiliki dengan kadar air Daroini. 2006. Kajian proses
26,84%, kadar sukrosa 57,82%, pembuatan teh herbal dari
kadar total padatan terlarut 66,26 campuran teh hijau
º
Brix, kadar total asam 15,20% dan (Camellia sinensis),
kadar abu 0,31%. Selanjutnya rimpang bangle (Zingiber
penilaian sensori secara deskriptif cassumunar Roxb.) dan
dengan warna hijau muda, agak daun ciremai (Phyllanthus
beraroma pedada, berasa manis, acidus (L.) Skeel.). Skripsi.
bertekstur sedikit lembut dan Fakultas Teknologi
penilaian kesukaan secara Pertanian. Institut Pertanian
keseluruhan panelis menyatakan Bogor. Bogor.
kesan suka. DeMan J.M. 1997. Kimia Makanan.
Institut Teknologi Bandung.
Saran Bandung
Perlu dilakukan penelitian Desrosier, N.W. 1988. Teknologi
lanjutan untuk mengukur umur Pengawetan Pangan.
simpan, selain itu perlu dilakukan (Terjemaahan Muchji
analisis usaha untuk mengetahui Muljohardjo). UI Press.
apakah selai pedada ini layak Jakarta.
dikembangkan sebagai bisnis Dwijoseputro, D.,1986. Pengantar
dibidang produk pangan semi basah. Fisiologi Tumbuhan. PT
Gramedia. Jakarta. Hal 127
– 153.
DAFTAR PUSTAKA Estiasih dan Ahmadi. 2009.
Anonim. 1995. Standar Mutu Selai Teknologi Pengolahan
Buah. Badan Standarisasi Pangan. Bumi Aksara.
Nasional. Jakarta. Jakarta.

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


Febrianti, F.2010. Kandungan Total 2008. Tabel Komposisi
Fenol, Komponen Pangan Indonesia.
Bioaktif, dan Aktifitas Gramedia Pustaka. Jakarta.
Antioksidan Buah Pedada Manalu. 2011. Kadar Beberapa
(Sonerattia caseolaris). Vitamin pada Buah
Skripsi Fakultas Perikanan Pedada (Sonneratia
dan Ilmu Kelautan. Institut caseolaris) dan Hasil
Pertanian Bogor. Bogor. Olahannya. Skripsi
Ferdiaz S. 1992. Mikrobiologi Fakultas Perikanan Dan
pangan 1. Gramedia Ilmu Kelautan, Institut
Pustaka Utama. Jakarta. Pertanian Bogor, Bogor.
Ghalib, RM., R Hashim, Sulaiman O, Noerhartati, E., Rahayuningsih, T.,
MFB Awaluddin, SH dan Feriyani, N.V. 2004.
Mehdi, F Kawamura. 2011. Pembuatan Selai Salak
Fingerprint (Salacca edulis reinw):
chematoxonomic Kajian Dari Penambahan
GC_TOFMS profile of Natrium Benzoat Dan
wood and bark of Gula Yang Tepat
mangrove tree Sonneratia Terhadap Mutu Selai
caseolaris (L.) Engl. Salak Selama
Journal of Saudi Chemical Penyimpanan. Skripsi
Society volume 15 (3):229- Fakultas Teknik Universitas
237. Wijaya Kusuma. Surabaya.
Hachinohe, H., A Suko dan A Ida. Safitri A.A. 2012. Studi Pembuatan
1999. Nursery Manual For Fruit Leather Mangga-
Mangrove Species. Rosella. Skripsi Program
Ministry of Forestry and Studi Ilmu Dan Teknologi
Estate Crops, Indonesian Pangan Jurusan Teknologi
and Japan International Pertanian Universitas
Cooperation Agency. Hasanuddin. Makasar.
Javanmard M., J Endan. 2010. A Satuhu. 2004. Penanganan dan
survey of rheological Pengolahan Buah. Penebar
properties of fruit jams. Swadaya. Jakarta.
International Journal of Sundari dkk., 2010. Formulasi Selai
Chemical Engineering and Pisang Raja Bulu Dengan
Applications volume 1 Tempe Dan Daya
(1):31-37. Simpannya. Jurnal
Julianti. 2011. Pengaruh tingkat Puslitbang Gizi dan
kematangan dan suhu Makanan, Badan
penyimpanan terhadap Litbangkes, Kemenkes
mutu buah terung belanda Republik Indonesia volume
(Cyphomandra betacea). 33 (1) 93-101
Jurnal hortikultura indonesia Sularjo. 2010. Pengaruh
2 (1) : 14-20. perbandingan gula pasir
Mahmud, M. K., Hermana, N.A. dan dagimng buah pepaya
Zulfianto, I. Ngadiarti, R.R. terhadap kualitas permen
Apriyantono, B. Hartati, pepaya. ISSN 0215-9511
Bernadus dan Tinex Celly.

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016


Universitas Widya Dharma.
Klaten.
Suryani, AE., Hambali dan M Rivai.
2004. Membuat Aneka
Selai. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Winarno, F.G.,.1992. Kimia Pangan
dan Gizi. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan
dan Gizi. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan
dan Gizi. M-Brioo Press.
Bogor.
Yulistiani. R., Murtiningsih dan M.
Mahmud. 2009. Peran
Pektin Dan Sukrosa Pada
Selai Ubi Jalar Ungu.
Jurnal UPN vol 2 (5).

Jom Faperta Vol 3 No 1 Februari 2016

Anda mungkin juga menyukai