Anda di halaman 1dari 8

PERBEDAAN KADAR AIR, GLUKOSA DAN FRUKTOSA

PADA MADU KARET DAN MADU SONOKELING

The Diference Moisture Content, Glucose and Fructose


The Honey Rubber and Honey Rosewood Flowers

Prendis Betha Nanda1, Lilik Eka Radiati2, Djalal Rosyidi2


1
Student of Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya
2
Lecturer of Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya
e-mail: frendyz_nanda@yahoo.com

ABSTRACT
The purpose of this study was to know diference the moisture content, glucose and
fructose between honey rubber and honey rosewood rubber taken from 15 different bottles of
honey Kembang Joyo farms in Karang Ploso, Malang. The method in this research was a
laboratory experiment with two treatments and 15 replications. Data were analyzed using
unpaired t-test. The results showed that difference in glucose and total reducing sugar gum
honey and honey rosewood with successive results were 41.2±0.9% and 36.2±1.7% to
72.6±1.8% and glucose 68.2±2.1% for total reducing sugars. As for the moisture content and
fructose showed no real difference with the results of successive 20.7±0.7% and 20.9±1.1% to
31.4±1.2% moisture content and 32.0±1.1% for fructose. The conclusion of this study was the
moisture content and the fructose in honey and honey rosewood rubber no real difference.
That glucose content and total reducing sugar in honey rubber is higher than rosewood
honey. Based on the research results, it is suggested that the storage of honey is bellow 80%
of humidty.

Keywords: flower rubber, rosewood flowers, nectar, honeybees

PENDAHULUAN madu rambutan, madu kelengkeng, madu


kopi dan madu mangga.
Keadaan Indonesia yang merupakan Sejak ribuan tahun yang lalu sampai
negara agraris dengan berbagai jenis sekarang ini, madu telah dikenal sebagai
tanaman yang tumbuh maka akan salah satu bahan makanan atau minuman
mempunyai potensi menghasilkan alami yang mempunyai peranan penting
bermacam-macam nektar. Berbagai jenis dalam kehidupan dan kesehatan. Madu
nektar dari tanaman yang berbeda merupakan produk alam yang dihasilkan
mempunyai kandungan nutrisi yang oleh lebah untuk dikonsumsi, karena
berbeda. Nektar merupakan komponen mengandung nutrisi yang sangat essensial.
pokok yang digunakan lebah untuk diubah Madu bukan hanya merupakan bahan
menjadi madu, dengan semakin bermacam pemanis, atau penyedap makanan, tetapi
jenis nektar yang di ambil oleh lebah, hal ini sering pula digunakan untuk obat-obatan.
akan memunculkan berbagai jenis madu Madu dapat digunakan untuk
yang ada. Madu yang ada di Indonesia saat menghilangkan rasa lelah dan letih, dan
ini antara lain yaitu madu sonokeling, madu dapat pula digunakan untuk menghaluskan
kelapa sawit, madu bakau, madu mete, kulit, serta pertumbuhan rambut (Purbaya,
2002).
Zat-zat atau senyawa yang terkandung kandungan air yang ada pada madu, maka
dalam madu sangat kompleks dan kini telah madu tersebut mempunyai kualitas semakin
diketahui tidak kurang dari 181 macam zat rendah. Menurut SNI (2004) kadar air pada
atau senyawa yang terdapat dalam madu madu maksimal 22%. Berdasarkan uraian
(Sihombing, 2005). Rasa manis madu alami diatas, maka perlu di kaji secara lebih detail
memang melebihi rasa manisnya gula bagaimana kadar air, fruktosa dan glukosa
karena memang rasa manis madu alami pada madu karet dan madu sonokeling.
mempunyai tingkat kemanisan satu setengah
kali rasa manis gula pasir. Rasa manis madu MATERI DAN METODE
alami tidak memiliki efek-efek buruk seperti
halya gula pasir, karena pada madu alami Materi Penelitian
tingkat kemanisanya dipengaruhi oleh Materi yang digunakan pada
karbohidrat sederhana yang berupa penelitian ini yaitu madu karet dan madu
monosakarida 79,8% dan air 17% sehingga sonokeling yang diambil dari peternakan
mudah diserap oleh tubuh (Prasetyo, Minarti lebah madu Kembang Joyo yang berada di
dan Cholis, 2014). Kec. Karangploso, Kab. Malang.
Kandungan nutrisi madu merupakan Peralatan yang digunakan pada
faktor penentu kualitas dan mutu madu. penelitian ini yaitu untuk uji kadar air
Secara umum, kandungan nutrisi tertinggi menggunakan refraktometer dan untuk uji
yang ada pada madu yaitu karbohidrat dan glukosa dan fruktosa menggunakan
kadar air (Ratnayani, Adhi dan Gitadewi, kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
2008). Karbohidrat yang ada pada madu (buatan ICI Instrument) dan dilengkapi
dalam bentuk gula pereduksi (glukosa dan dengan detectok indeks bias (Shodex RI SE-
fruktosa) dengan kandungan minimal 65% 61) serta integrator merk Shimazu CR6A
(SNI, 2004). Chromatophac.
Selain manfaat madu, masyarakat
menyukai madu dikarenakan rasa manis Metode Penelitian
yang ada. Rasa manis ini dipengaruhi oleh Metode penelitian ini menggunakan
kandungan gula pereduksi yang terkandung percobaan labolatorium dengan dua
pada madu. Sementara ini di Indonesia perlakuan yaitu madu karet dan madu
dikenal berbagai macam madu menurut rasa sonokeling. Masing-masing perlakuan
manis yang ada yaitu madu mangga dan diulang sebanyak 15 kali. Variabel yang
madu sonokeling (rasa yang agak asam), diamati pada penelitian ini adalah kadar air
madu bunga timun dan madu karet (rasanya (Ratnayani, 2008) dan kadar gula pereduksi
sangat manis), madu kapuk/randu (rasanya yaitu fruktosa dan glukosa (Ratnayani,
manis lebih legit dan agak gurih). Selain itu 2008). Perhitungan kadar air menggunakan
dikenal pula madu rambutan dan madu refraktometer (SNI, 2004). Data hasil
kaliandra (Suranto, 2004). penelitian dianalisis menggunakan uji t-
Madu merupakan bahan higroskopis, tidak berpasangan.
yaitu mudah menyerap air yang sangat di
pengaruhi oleh kelembaban. Jika
kelembapan 51%, kadar air madu 16,1%.
Jika kelembapan 81%, kadar air madu
33,4% (Sarwono, 2007). Semakin banyak
HASIL DAN PEMBAHASAN tertinggi kedua setelah karbohidrat yaitu
kadar air. Tabel 1 dapat dilihat rataan
Kandungan tertinggi yang ada pad kandungan glukosa, fruktosa dan kadar air
madu yaitu karbohidrat dalam bentuk gula madu karet dan madu sonokeling.
pereduksi glukosa dan fruktosa. Kandungan
Tabel 1. Rataan kandungan glukosa dan fruktosa madu karet dan madu sonokeling.
Uji Madu Karet Madu Sonokeling
a
Kadar air 20,7±0,7 20,9±1,1a
Glukosa 41,2±0,9a 36,2±1,7b
Fruktosa 31,4±1,2a 32,0±1,1a
Total gula 72,6±1,8a 68,2±2,1b
pereduksi
Keterangan: notasi yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang sangat
nyata.
Umur panen juga mempengaruhi
Kadar Air komposisi air pada madu. Madu yang
Rataan dan hasil uji t tidak dipanen pada umur tua mempunyai kadar air
lebih sedikit daripada madu yang dipanen
berpasangan terhadap kandungan air pada
pada umur yang lebih muda. Semakin lama
madu karet dan madu sonokeling seperti madu dalam sarang lebah maka penguapan
terlihat pada Tabel 1. kadar air pada madu akan semakin
Data Tabel 1 disajikan rataan kadar air sempurna. Rata-rata madu karet dan madu
pada madu karet dan madu sonokeling. Pada sonokeling yang digunakan dipanen pada
madu karet mempunyai kandungan air rata- umur 10-12 hari, yaitu umur ketika madu
rata 20,7±0,7% dan pada madu sonokeling telah matang. Pematangan madu ditandai
20,9±1,1%. Hasil analisis uji t tidak dengan tertutupnya sel madu oleh lilin.
berpasangan menunjukan tidak ada Kadar air pada madu karet dan madu
perbedaan terhadap kadar air yang terdapat sonokeling pada penelitian ini sesuai dengan
pada madu karet dan kadar air madu kadar air pada madu mangga yang
sonokeling. Kadar air pada madu karet dan mempunyai kadar air sebesar 20,3%.
madu sonokeling yang digunakan pada Persamaan nilai pada penelitian ini
penelitian telah memenuhi SNI (2004) mutu dimungkinkan karena musim pada saat
madu bahwa kandungan maksimal air pada pemanenan adalah sama. Namun berbeda
madu sebesar 22%. dengan kadar air pada madu karet pada
Kadar air madu dipengaruhi penelitian sebelumnya dengan kadar air
kelembaban lingkungan yang ada. Hal ini sebesar 23%. Perbedaan pada kadar air ini
disebabkan karena madu mempunyai sifat dimungkinkan disebabkan karena perbedaan
higroskopis, yaitu mudah menyerap air. musim saat pemanenan (Novitawati dkk.,
Semakin tinggi kelembaban lingkungan 2014).
maka kadar air madu akan semakin tinggi Kadar air yang rendah akan menjaga
pula. Jika kelembapan 51%, kadar air madu madu dari kerusakan untuk jangka waktu
16,1%. Jika kelembapan 81%, kadar air yang relatif lama. Secara alamiah kadar air
madu 33,4% (Sarwono, 2007). Rohmawati dalam madu tergantung sumber nektar dan
(2007), menyebutkan bahwa kelembaban kondisi cuaca yaitu berkisar 15%-25%
rata-rata di Indonesia cukup tinggi yaitu (Darmawan dan Retno, 2011).
sekitar 60%-90% sehingga pada umumnya Chasanah (2001) menjelaskan bahwa
madu di Indonesia berkadar air tinggi. kandungan kadar air yang tinggi pada madu
akan merangsang aktifitas khamir untuk daripada madu sonokeling, yaitu pada madu
tumbuh dan berkembang dalam madu, karet sebesar 41,2±0,9% dan madu
sehingga menyebabkan proses fermentasi. sonokeling sebesar 36,2±1,7%. Hasil
Khamir penyebab fermentasi pada madu perhitungan uji t berpasangan menunjukan
adalah Yeast osmophilic dan terdapat perbedaan yang nyata (P<0,01)
Zygosaccharomyces, yang tahan terhadap terhadap kandungan glukosa pada madu
konsentrasi gula tinggi, sehingga dapat karet dan madu sonokeling, lebih tinggi
hidup dan berkembang dalam madu. Khamir kandungan glukosa madu karet daripada
dalam madu akan mendegradasi gula, madu sonokeling.
khususnya glukosa dan fruktosa menjadi Perbedaan kandungan glukosa pada
alkohol dan CO2 sehingga berpengaruh madu karet dan sonokeling dipengaruhi oleh
terhadap kandungan glukosa dan fruktosa faktor sumber nektar yang diambil oleh
madu. lebah madu. Sihombing (2005) menyatakan
Kadar air madu karet dan madu bahwa tanaman karet merupakan tanaman
sonokeling yang digunakan pada penelitian sumber nektar, tanaman karet menghasilkan
ini sudah sesuai dengan SNI (2004) mutu nektar lebih banyak dibandingkan tanaman
madu dengan kandungan maksimal 22%, sonokeling. Kandungan glukosa pada nektar
artinya semakin tinggi kandungan kadar air tanaman karet sebesar 62, 14%. Tanaman
maka madu mempunyai kualitas semakin karet menghasilkan nektar melalui kelenjar
rendah. nektarifier ekstrafloral yang disekresikan
Madu karet dan madu sonokeling yang melalui stipula, daun, tangkai daun dan
digunakan pada penelitian mempunyai batang. Sedangkan nektar pada tanaman
karakteristik agak encer. Konsumen madu sonokeling hanya dihasilkan melalui
lebih tertarik terhadap madu yang kental kelenjar kecil yang ada pada bunga.
daripada madu yang encer. Dari hasil Glukosa merupakan bahan yang akan
penelitian ini tidak ada pengaruh pembelian mempengaruhi kecepatan kristalisasi madu
terhadap madu madu karet dan madu secara langsung. Laju kristalisasi madu
sonokeling berdasarkan kadar air yang ada. sangat tergantung dengan perbandingan
Karena pada madu karet dan madu glukosa dengan air dan glukosa dengan
sonokeling mempunyai kadar air yang sama. fruktosa. Perbandingan glukosa dengan air,
Erlin (2006) menjelaskan bahwa madu jika glukosa madu lebih tinggi daripada
cair lebih disukai karena lebih praktis kadar air madu akan terjadi kristalisasi
dikonsumsi dibandingkan dengan madu semakin cepat. Jika perbandingan glukosa
kental, sedangkan madu kental biasanya lebih tinggi daripada fruktosa ini juga akan
dicampur air terlebih dahulu untuk mempengaruhi terjadinya kristalisasi
mendapatkan hasil yang lebih encer. Namun semakin cepat. Pada sampel madu karet dan
untuk lansia lebih memilih madu dalam madu sonokeling yang digunakan pada
bentuk kental, hal ini dikarenakan lansia penelitian terlihat bahwa pada madu karet
lebih mementingkan manfaat bagi dan madu sonokeling mempunyai
kesehatan. Menurut Purbaya (2002) perbandingan kandungan glukosa lebih
menjelaskan bahwa madu sebaiknya tinggi jika dibandingkan dengan fruktosa.
dikonsumsi dalam bentuk larutan agar lebih Hal ini akan menyebabkan terjadinya reksi
mudah dicerna pembuluh darah. kristalisasi pada madu karet dan madu
sonokeling lebih cepat. Berbeda dengan
Kandungan Glukosa penelitian Swantara (1995) yang didapatkan
Rataan dan hasil dari uji t tidak kandungan total gula pereduksi 79% dengan
berpasangan kandungan glukosa madu karet kandungan fruktosa lebih tinggi daripada
dan madu sonokeling ditampilkan pada kandungan glukosa. Ditambahkan hasil
Tabel 1. menunjukan bahwa kandungan penelitian oleh Ratnayani, dkk (2008) yang
glukosa pada madu karet lebih tinggi mempunyai kandungan glukosa lebih rendah
daripada kandungan fruktosa dengan hasil yang sama jika dilihat dari kandungan
glukosa 27,05% dan fruktosa 40,01%, fruktosa madu.
sehingga madu akan lebih lambat kristalisasi
daripada madu sampel pada penelitian ini. Kandungan Total Gula Pereduksi
Madu karet dan madu sonokeling pada Total gula pereduksi pada madu
penelitian ini mempunyai kandungan didefinisikan sebagai jumlah total antara
glukosa lebih tinggi bila dibandingkan fruktosa dan glukosa. Kandungan fruktosa
dengan madu randu yang mempunyai pada madu karet dan madu sonokeling lebih
kandungan sebesar 27,13% dan madu rendah dibandingkan kandungan glukosa.
kelengkeng yang mempunyai kandungan Kandungan fruktosa pada madu karet dan
sebesar 28,09% (Ratnayani dkk., 2008). madu sonokeling secara berturut-turut yaitu
Madu karet dan madu sonokeling akan lebih 31,4±1,2% dan 32,0±1,1%, sedangkan
cepat mengkristal jika dibandingkan dengan kandungan glukosa pada madu karet dan
madu randu dan madu kelengkeng, karena madu sonokeling berturut-turut yaitu
proses mengkristal pada madu dipengaruhi 41,2±0,9 dan 36,2±1,7%. Berbeda dengan
oleh kandungan glukosa pada madu. penelitian yang dilakukan oleh Swantara
Semakin tinggi kandungan glukosa pada (1995) didapatkan kandungan total gula
madu maka madu akan lebih cepat pereduksi sekitar 79%, dimana kadar
mengkristal. fruktosa lebih besar daripada kadar glukosa.

Kandungan Fruktosa Kandungan total gula pereduksi pada


Rataan kandungan fruktosa madu madu karet lebih tinggi yaitu sebesar
karet dan madu sonokeling ditunjukan pada 72,6±1,8% daripada madu sonokeling
Tabel 1. menunjukan kandungan fruktosa dengan kandungan total gula pereduksi
pada madu karet sebesar 31,4±1,2% dan sebesar 68,2±2,1%. Hasil uji analisis ragam
kandungan fruktosa pada madu sonokeling didapatkan ada perbedaan yang sangat nyata
sebesar 32,0±1,1%. Hasil analisis ragam (P<0,01) terhadap kandungan total gula
menunjukan tidak ada perbedaan yang pereduksi pada madu karet dan madu
sangat nyata (P<0,01) terhadap kandungan sonokeling. Perbedaan kandungan total gula
fruktosa pada madu karet dan madu pereduksi ini disebabkan dari sumber nektar
sonokeling. Hal ini menunjukan dari jenis yang ada, pada tanaman karet menghasilkan
nektar yang berbeda tidak mempengaruhi nektar lebih banyak dengan kandungan gula
kandungan fruktosa pada madu karet dan yang lebih tinggi yaitu sebesar 62,14% jika
madu sonokeling. Kandungan fruktosa dibandingkan dengan madu sonokeling
sampel lebih rendah jika dibandingkan (Sihombing, 2005). Hasil sama didapatkan
dengan penelitian yanh dilakukan oleh dari penelitian Prasetyo dkk. (2014) yaitu
Ratnayani (2008), yang didapatkan yang didapatkan kandungan glukosa pada
kandungan fruktosa sebesar 40,01%. madu karet sebesar 77,14% dan madu
Fruktosa mempunyai rasa lebih manis rambutan sebesar 73,40%.
daripada glukosa, dan juga lebih manis
daripada gula tebu dan sukrosa. Ratnayani, Berdasarkan rasa yang dihasilkan
dkk (2008) menjelaskan bahwa fruktosa maka madu karet akan lebih disukai oleh
mempunyai kemanisan 2,5 kali daripada konsumen jika dibandingkan dengan madu
glukosa, sehingga yang paling bertanggung sonokeling. Hal ini dikarenakan pada madu
jawab terhadap kemanisan madu adalah gula karet mempunyai rasa lebih manis daripada
fruktosa. Madu karet dan madu sonokeling madu sonokeling. Erni (2006) menjelaskan
sampel mempunyai kandungan fruktosa bahwa madu yang disukai mempunyai rasa
yang sama, sehingga madu karet dan madu manis daripada madu yang berasa asam
sonokeling mempunyai tingkat kemanisan karena memang madu berasal dari nektar
bunga yang berasa manis.
Pada ketentuan SNI mutu madu bahwa madu akan menyerap air dari kelembaban
kadar total gula pereduksi minimal 65%. lingkungan. Untuk pembelian madu lebih
Tabel 1 menunjukan bahwa kandungan total baik madu karet karena mempunyai rasa
gula pereduksi pada madu karet dan madu yang lebih manis daripada madu sonokeling.
sonokeling memenuhi kententuan nasional
mutu madu yang telah ditentukan. Pada DAFTAR PUSTAKA
madu palsu, madu tersebut tidak memenuhi
kebutuhan SNI, seperti kadar air yang cukup Erlin. 2006. Pengembangan Minuman
tinggi, kadar sukrosa yang melebihi Berbasis Madu Untuk Konsumen
ketentuan atau total gula pereduksi yang Remaja dengan Menggunakan Metode
kurang dari 65%. Hal ini disebabkan karena Quality Fuction Deployment (QFD).
pada madu palsu sering dilakukan Skripsi. Semarang: Universitas
pengenceran atau ditambah komponen lain Katolik Soegijapranata.
seperti pemanis buatan, gula pasir dan Novitawati, P. A., Minarti, S. dan Junus, M.
pewarna makanan. Pada beberapa kasus 2014. Perbandingan Kadar Air dan
madu palsu, kadar total gula pereduksi Aktivitas Enzim Diastase Madu Lebah
(fruktosa dan glukosa) masih dapat Apis mellifera di Kawasan
memenuhi ketentuan SNI. Ini disebabkan Penggembalaan Mangga dan Kawasan
karena jika proses penyimpanan madu Penggembalaan Karet. Skripsi.
cukup lama, maka sukrosa yang terdapat Malang: Universitas Brawijaya.
pada madu akan mengalami peruraian
Prasetyo, B. A., Minarti, S dan Cholis, N.
membentuka glukosa dan fruktosa.
2014. Perbandingan Mutu Lebah
Penelitian yang dilakukan oleh Swantara
Madu Apis mellifera Berdasarkan
(1995) menunjukan bahwa kadar total
Kandungan Gula Pereduksi dan Non
fruktosa dan glukosa pada madu diperoleh
Pereduksi di Kawasan Karet (Hevea
sekitar 79%.
brasiliensis) dan Rambutan
(Nephelium lappaceum). Skripsi.
KESIMPULAN DAN SARAN Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya: Malang.
Kesimpulan
Purbaya, J. R. 2002. Mengenal dan
Tidak ada perbedaan kandungan kadar Memanfaatkan Khasiat Madu Alami.
air dan fruktosa pada madu karet dan madu Bandung: Pionir Jaya.
sonokeling. Madu karet mempunyai Ratnayani, K., D. Adhi dan Gitadewi. 2008.
kandungan glukosa lebih tinggi daripada Penentuan Kadar Glukosa dan
madu sonokeling. Kandungan total gula Fruktosa pada Madu Randu dan Madu
pereduksi madu karet lebih tinggi Kelengkeng dengan Metode
dibandingkan dengan madu sonokeling Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
dengan nilai kandungan gula pereduksi pada Jurnal Kimia. 2(2): 77-86.
madu karet sebesar 72,6±1,8% dan madu
Sarwono, B. 2007. Lebah Madu. Jakarta
sonokeling sebesar 68,2±2,1%. Dilihat dari
Selatan: AgroMedia Pustaka.
kadar air dan gula pereduksi (glukosa +
fruktosa) madu karet dan madu sonokeling Sihombing, D. T. H. 2005. Ilmu Ternak
yang digunakan pada penelitian telah Lebah Madu: Cetakan ke 2.
memenuhi SNI. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Saran SNI. 2004. Madu. Badan Standarisasi
Nasional. SNI 01-3545-2004. ICS
Dalam penyimpanan madu sebaiknya 67.180.10.
dihindari dari lingkungan lembab karena
Suranto. 2007. Terapi Madu. Depok:
Penebar Swadaya.
White, J. W. 1992. Honey. Yogyakarta:
Cornell University Press.

Anda mungkin juga menyukai