ABSTRAK
Kadar gula penyusun madu menurut SII selama ini ditentukan berdasarkan total gula pereduksi sehingga
belum bisa diketahui kadar masing-masing gula penyusun madu tersebut. Madu mengandung berbagai jenis gula
pereduksi yaitu glukosa, fruktosa, dan maltosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa dan
fruktosa dengam metode KCKT terhadap dua jenis madu dari jenis bunga yang berbeda.
Kondisi operasional KCKT diatur pada suhu kolom 80C dan laju alir 1 mL/menit, menggunakan kolom
metacarb 87C dan eluen air deionisasi. Deteksi dilakukan dengan menggunakan detektor indeks bias, dimana
glukosa dan fruktosa dipisahkan pada waktu retensi masing-masing sekitar 6 dan 7 menit. Prosedur tersebut
digunakan untuk penentuan kadar glukosa dan fruktosa pada sampel madu yaitu madu randu dan madu kelengkeng.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar glukosa pada madu randu adalah sebesar 27,13 % dan pada
madu kelengkeng sebesar 28,09 %. Kadar fruktosa pada madu randu sebesar 40,99 % dan pada madu kelengkeng
sebesar 40,03 %. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing sampel yang diteliti memiliki kadar glukosa dan
fruktosa yang sesuai dengan syarat mutu madu nasional dimana kandungan gula pereduksi (glukosa dan frukosa)
total adalah minimal 60%. Kadar gula pereduksi total pada madu randu adalah sebesar 68,12 % sedangkan pada
madu kelengkeng sebesar 68,12 %.
ABSTRACT
Honey is composed of reducing sugars i.e. glucose, fructose, and maltose. The concentration of sugar honey
is determined as total reducing sugars, so the concentration of each sugar which compose the honey is not known.
The research aims to determine the concentrations of glucose and fructose of honey from different cotton tree honey
and longan honey HPLC using.
o
The HPLC operational condition was as follows 80 C of column temperature and 1 mL/minutes of flow
rate, using metacarb 87C column and deionized watr as eluent. The detection was carried out by using refractive
index detector, where glucose and fructose can be separated at retention times of 6 and 7 minutes.
The result of research showed that the concentration of glucose in cotton tree honey was 27.13 % and in
longan honey was 28.09 %. the concentration of fructose in cotton tree honey was 40.99 % and in longan honey was
40.03 %. Thees results showed that the quality standard on the total concentration of reducing sugar ( 60 %) was
met by both types of honey. The total concentration of reducing sugar of cotton tree honey was 68.12 % and of
longan honey was 68.12 %.
77 77
77 77
PENDAHULUAN Komposisi gula pereduksi tiap-tiap madu
kemungkinan dapat mempengaruhi khasiat madu
Sejak ribuan tahun yang lalu sampai terutama dalam proses pengobatan (Purbaya,
sekarang ini, madu telah dikenal sebagai salah 2002; Jarvis, 1995).
satu bahan makanan atau minuman alami yang Glukosa yang terdapat di dalam madu
mempunyai peranan penting dalam kehidupan berguna untuk memperlancar kerja jantung dan
dan kesehatan. Madu merupakan produk alam dapat meringankan gangguan penyakit hati
yang dihasilkan oleh lebah untuk dikonsumsi, (lever). Glukosa dapat diubah menjadi glikogen
karena mengandung bahan gizi yang sangat yang sangat berguna untuk membantu kerja hati
essensial. Madu bukan hanya merupakan bahan dalam menyaring racun-racun dari zat yang
pemanis, atau penyedap makanan, tetapi sering sering merugikan tubuh. Selain itu, glukosa
pula digunakan untuk obat-obatan. Madu dapat merupakan sumber energi untuk seluruh sistem
digunakan untuk menghilangkan rasa lelah dan jaringan otot. Sedangkan, fruktosa disimpan
letih, dan dapat pula digunakan untuk sebagai cadangan dalam hati untuk digunakan
menghaluskan kulit, serta pertumbuhan rambut bila tubuh membutuhkan dan juga untuk
(Purbaya, 2002; Murtidjo, 1991). mengurangi kerusakan hati (Purbaya, 2002;
Madu dihasilkan oleh lebah madu Sarwono, 2001). Fruktosa dapat dikonsumsi oleh
dengan memanfaatkan bunga tanaman. Madu para penderita diabetes karena transportasi
memiliki warna, aroma dan rasa yang berbeda- fruktosa ke sel-sel tubuh tidak membutuhkan
beda, tergantung pada jenis tanaman yang insulin, sehingga tidak mempengaruhi keluarnya
banyak tumbuh di sekitar peternakan lebah insulin. Di samping itu, kelebihan fruktosa
madu. Sebagai contoh madu mangga (rasa yang adalah memiliki kemanisan 2,5 kali dari glukosa
agak asam), madu bunga timun (rasanya sangat (Winarno, 1982; Lehninger, 1990).
manis), madu kapuk/randu (rasanya manis, lebih Penentuan gula pereduksi selama ini
legit dan agak gurih), madu lengkeng (rasa dilakukan dengan metode pengukuran
manis, lebih legit dan aromanya lebih tajam). konvensional seperti metode osmometri,
Selain itu dikenal pula madu buah rambutan, polarimetri, dan refraktometri maupun
madu kaliandra dan madu karet (Sarwono, 2001; berdasarkan reaksi gugus fungsional dari
Suranto, 2004). senyawa sakarida tersebut (seperti metode Luff-
Madu yang baik harus dapat memenuhi Schorl, Seliwanoff, Nelson-Somogyi dan lain-
ketentuan yang ditetapkan oleh Standar Industri lain). Hasil analisisnya adalah kadar gula
Indonesia (SII) tahun 1977 dan 1985. Kadar pereduksi total dan tidak dapat menentukan gula
yang sesuai dengan standar SII hanya mungkin pereduksi secara individual. Untuk menganalisis
terdapat pada madu murni, yaitu madu yang kadar masing-masing dari gula pereduksi
belum diberi campuran dengan bahan-bahan lain. penyusun madu dapat dilakukan dengan
Di pasaran dalam negeri, jaminan akan keaslian menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja
dan mutu madu masih belum ada, oleh Tinggi (KCKT). Metode ini mempunyai
karenanya kecurigaan akan kepalsuan madu beberapa keuntungan antara lain dapat
selalu ada (Suranto, 2004; Sujatmaka, 1988). digunakan pada senyawa dengan bobot molekul
Standar mutu madu salah satunya besar dan dapat dipakai untuk senyawa yang
didasarkan pada kandungan gula pereduksi tidak tahan panas (Gritter, et al., 1991; Dira
(glukosa dan fruktosa) total yaitu minimal 60 %. Swantara, 1995).
Sedangkan, jenis gula pereduksi yang terdapat Penentuan kadar glukosa dan fruktosa
pada madu tidak hanya glukosa dan fruktosa, dengan kromatografi ini juga harus
tetapi juga terdapat maltosa dan dekstrin. mempertimbangkan berbagai hal antara lain
Sementara itu proses produksi madu oleh lebah pemilihan detektor, kolom, pemilihan eluen, laju
itu sendiri merupakan proses yang kompleks, alir eluen serta suhu kolom. Ini disebabkan
sehingga kemungkinan besar terjadi perbedaan karena hal-hal tersebut dapat mempengaruhi
kadar dan komposisi gula pereduksi di antara resolusi dari tiap-tiap komponen. Bila dua
berbagai jenis madu yang beredar di masyarakat. puncak kromatogram dari dua komponen
terpisah sempurna maka dikatakan resolusi dua digunakan dua buah sampel dan tiap sampel
komponen tersebut sempurna. Pemisahan dilakukan pengukuran sebanyak dua kali.
masing-masing komponen dengan menggunakan
alat KCKT harus dilakukan pada kondisi Peralatan
optimum. Pemisahan yang baik adalah bila Alat-alat yang digunakan dalam
kromatogram masing-masing komponen tidak penelitian ini antara lain: Seperangkat alat
saling tumpang tindih (Adnan, 1997; Noller, KCKT (buatan ICI Instruments) yang dilengkapi
1990). dengan detektor indeks bias (Shodex RI SE-61)
Penelitian yang dilakukan oleh Dira serta integrator merek Shimadzu CR6A
Swantara (1995) menyatakan bahwa pemisahan Chromatopac; labu ukur 20 mL, 25 mL, 50 mL,
dan analisis senyawa mono- dan disakarida pada pipet volume 1,0 mL, 2,5 mL, 5 mL, 10 mL, 25
madu dan bahan sejenis lainnya dapat dilakukan mL, 2,5 mL, alat sentrifugasi, kertas saring 0,45
dengan menggunakan teknik KCKT. Kolom
yang digunakan adalah Bondapak-NH2 m.
dan eluen campuran asetonitril:air (75 : 25) yang
-5
mengandung 1,0 x 10 M etanolamin. Laju alir Cara Kerja
ditentukan pada 0,6 mL/menit menggunakan
detektor UV pada panjang gelombang 195 nm. Pembuatan Larutan Standar
Namun dalam penelitian tersebut tidak dilihat Larutan standar glukosa dan fruktosa
pengaruh suhu kolom terhadap pemisahan dibuat dengan konsentrasi masing-masing 5 %
masing-masing komponen madu. b/v. Adapun cara pembuatannya adalah sebagai
Berdasarkan latar belakang tersebut, berikut :
maka dipandang perlu dilakukan penelitian a. Masing-masing senyawa (glukosa dan
untuk menentukan kadar glukosa dan fruktosa fruktosa) ditimbang sebanyak 1 g.
dalam madu dari jenis bunga yang berbeda b. Senyawa-senyawa tersebut dimasukkan ke
dengan metode KCKT. Sehingga kadar glukosa dalam labu ukur 20 mL, kemudian ditambah
dan fruktosa dari kedua jenis madu tersebut aquades sampai tanda batas (kadar glukosa
dapat dibandingkan. Penentuan kadar dilakukan dan fruktosa masing-masing 5 % b/v)
dengan mengatur laju alir eluen dan suhu kolom Dari konsentrasi tersebut dapat dibuat campuran
dengan menggunakan eluen air deionisasi, kolom dengan konsentrasi masing-masing 1 % ; 0,5 % ;
Metacarb 87C dan dideteksi dengan 0,25 % ; dan 0,125 % dengan cara :
menggunakan detektor indeks bias. Kadar a. Campuran glukosa dan fruktosa 1 %.
glukosa dan fruktosa yang diukur adalah kadar Ke dalam labu ukur 50 mL, dipipet masing-
dari dua jenis madu yang telah memenuhi masing 10,0 mL larutan fruktosa 5 %,
ketentuan SII (kadar gula pereduksi minimal 60 ditambah 10,0 mL larutan glukosa 5 %.
%) yaitu madu kelengkeng dan madu randu. Ditambah dengan aquades sampai tanda
Madu-madu tersebut berasal dari satu merk batas.
tertentu yang beredar di masyarakat. b. Campuran glukosa dan fruktosa 0,5 %.
Ke dalam labu ukur 50 mL, dipipet masing-
masing 5,0 mL larutan fruktosa 5 %
MATERI DAN METODE ditambah 5 mL larutan glukosa 5 %.
Kemudian ditambah dengan aquades sampai
Bahan tanda batas.
Bahan-bahan yang digunakan dalam c. Campuran glukosa dan fruktosa 0,25 %.
penelitian ini antara lain : air deionisasi, larutan Ke dalam labu ukur 50 mL, dipipet masing-
standar glukosa 5 % dan larutan standar fruktosa masing 2,5 mL larutan fruktosa 5 %
5 %. Sampel penelitian adalah madu randu dan ditambah 5 mL larutan glukosa 5 %.
madu kelengkeng yang telah memenuhi standar Kemudian ditambah dengan aquades sampai
SII dari merk yang sama. Tiap jenis madu tanda batas.
d. Campuran glukosa dan fruktosa 0,125%
Campuran glukosa dan fruktosa 0,25 % pada Validasi Prosedur Analisis
(c) dipipet 25,0 mL, dimasukkan ke dalam a. Ketepatan
labu ukur 50 mL. Campuran tersebut Ketepatan dari metode yang digunakan
ditambah dengan aquades sampai tanda ditentukan dengan melakukan beberapa kali
batas. pengukuran konsentrasi dari senyawa standar
Masing-masing campuran glukosa dan fruktosa dengan konsentrasi yang sama. Ketepatan
tersebut disaring dengan kertas saring 0,45 m. dinyatakan dengan perbandingan antara nilai
konsentrasi yang terukur dengan nilai
Penentuan Kondisi KCKT untuk Pemisahan konsentrasi yang sebenarnya. Dari data yang
Glukosa dan Fruktosa diperoleh dicari prosentase kesalahan
Kondisi analisis untuk penentuan relatifnya dengan rumus :
kandungan glukosa dan fruktosa pada sampel
madu adalah pada kondisi pemisahan yang x x 100 %
terbaik. Kondisi tersebut tercapai jika hasil % =
kromatogram masing-masing komponen tidak
tumpang tindih satu dengan yang lain.
Kromatogram yang tidak tumpang tindih dimana : x = konsentrasi rata-rata larutan
tersebut salah satunya dapat dicapai dengan standar terukur
mengatur suhu kolom dan laju alir dari eluen. = konsentrasi larutan standar
Kondisi pemisahan dapat ditentukan pada saat (konsentrasi sebenarnya)
pengukuran larutan standar, di mana eluen yang
digunakan adalah air deionisasi pada kolom
metacarb 87C dan dideteksi dengan b. Ketelitian
menggunakan detektor indeks bias. Prosedurnya sama dengan prosedur ketepatan,
kemudian data yang didapat dihitung
simpangan bakunya (SB) dan % koefisien
Pembuatan Kurva Standar variansi (KV) dengan rumus :
Larutan standar glukosa dan fruktosa
0,125 % diinjeksikan sebanyak 20 L
dengan menggunakan auto syringe injector.
Biarkan
sampai semua komponen keluar dan terpisah dari ( xi - x )
kolom. Waktu retensi untuk masing-masing
SB =
komponen (glukosa dan fruktosa) dicatat. n-1
Langkah tersebut diulangi dengan
menginjeksikan 20 L larutan standar Kv = S B
glukosa x 100
dan fruktosa 0,25 % kemudian dengan larutan
standar 0,5 % dan 1 %. Plot hubungan antara %
x
konsentrasi larutan standar dengan luas puncak dimana : SB = Simpangan baku
dari masing-masing komponen. Hubungan antara K V = Koefisien variansi
konsentrasi dengan luas puncak dapat dibuat x = Konsentrasi rata-rata larutan
persamaan regresi liniernya yaitu y = a + bx , standar terukur
dimana :
c. Batas Deteksi
Batas deteksi merupakan kadar analit yang
y b. x memberikan kadar analit yang memberi signal
a= sebesar signal blanko ditambah 3 kali simpang
n blanko.
n xy x. y y = yB + 3 sB
b=
n x 2 ( x) 2 dimana : yB = signal blanko
sB = simpang baku blanko
80 80
80 80
Dari persamaan regresi yang telah dibuat, HASIL DAN PEMBAHASAN
dapat dihitung batas deteksi untuk alat dengan
mengasumsikan : Penelitian ini telah melibatkan
pengamatan sifat kromatografi senyawa
senyawa standar secara individual yaitu glukosa
yB = a dan fruktosa, yang dilanjutkan dengan
pemisahan senyawa-senyawa standar tersebut
sB = Sy/x dalam campurannya dengan menggunakan
metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
1 Kondisi-kondisi pemisahan diperoleh
dimana : Sy/x =
(Yi Y ) 2 2
dari pengukuran senyawa-senyawa glukosa dan
n2 fruktosa tersebut kemudian diaplikasikan untuk
penentuan kadar senyawa tersebut pada sampel
madu randu dan madu kelengkeng.
Eluen yang digunakan adalah air
Penentuan Kadar Glukosa dan Fruktosa deionisasi, di samping murah juga tidak beracun.
Analisis Sampel Air deionisasi memiliki sifat kepolaran yang
Masing-masing madu dipipet 0,5 mL sesuai dengan karbohidrat dan ternyata dengan
dan diencerkan sampai volumenya tepat 50 mL eluen tersebut pemisahan glukosa dan fruktosa
kemudian disentrifugasi selama 30 menit. menghasilkan resolusi yang baik. Penelitian ini
Sampel tersebut disaring dengan kertas saring menggunakan detektor indeks bias karena
0,45 m. Sampel diinjeksikan sebanyak 20 detektor tersebut sesuai untuk pemisahan
L komponen-komponen karbohidrat.
pada alat kromatografi dan sistem dibuat dengan
kondisi pemisahan terbaik, semua komponen Kromatografi Campuran Senyawa Standar
dibiarkan terpisah. Hasil yang diperoleh Untuk kromatografi campuran senyawa
dilakukan uji kualitatif dan uji kuantitatif (Nur, standar, dipilih beberapa kondisi yang
et al., 1992). diharapkan dapat menghasilkan pemisahan
glukosa dan fruktosa dengan resolusi yang baik.
Perhitungan Kadar Glukosa dan Fruktosa
Kromatogram yang dihasilkan berupa Tabel 1. Hubungan antara laju alir dan
puncak-puncak untuk setiap senyawa yang waktu retensi dari masing-masing
dianalisis. Luas area diukur secara otomatis oleh komponen
alat pengolah data. Uji kualitatif untuk
komponen glukosa dan fruktosa dalam sampel Laju Alir
dilakukan dengan mencocokkan waktu retensi Komponen Konsentrasi (%) WR (menit)
dari masing-masing puncak pada kromatogram
(mL/menit)
sampel dengan waktu retensi senyawa standar. GLUKOSA 5 1 6,025
Untuk uji kuantitatif, luas area komponen- FRUKTOSA 5 1 7,822
komponen yang dianalisis diplot ke dalam
persamaan regresi linier.
Tabel 1 menunjukkan bahwa glukosa
Uji Statistik
muncul sebagai puncak pada waktu retensi yang
Untuk menguji ada tidaknya variasi yang
lebih cepat daripada fruktosa. Hal ini disebabkan
nyata pada kadar glukosa dan fruktosa dari tiap
karena adanya interaksi yang lebih kuat antara
sampel madu, maka akan dilakukan uji statistik
fruktosa (yang mengandung gugus keton)
BNT terhadap data hasil analisis (kadar glukosa
dengan fase diam daripada interaksi antara
dan fruktosa). Uji stastistik dilakukan dengan
glukosa (yang mengandung gugus aldehid)
menggunakan metode uji F.
dengan fase diam. Semakin mirip sifat kepolaran
antara senyawa yang dipisahkan dengan fase
diam, maka interaksinya akan semakin kuat, Resolusi diartikan untuk menjelaskan
sehingga waktu retensi dari senyawa tersebut bagaimana dua buah pita / puncak dapat terpisah
akan semakin lama. satu sama lain. Bila dua puncak kromatogram
dari dua senyawa terpisah sempurna maka
Penentuan Kondisi KCKT untuk Pemisahan dikatakan dua senyawa tersebut terpisah secara
Glukosa dan Fruktosa sempurna atau resolusi dua senyawa tersebut
Kondisi analisis untuk penentuan sempurna. Resolusi antara dua puncak
kandungan glukosa dan fruktosa pada sampel merupakan fungsi dari tiga faktor yaitu : retensi,
madu adalah pada kondisi pemisahan yang selektifitas, dan efisiensi kolom. Retensi dan
terbaik. Kondisi tersebut tercapai jika hasil selektifitas merupakan fungsi sifat kimia fasa
kromatogram masing-masing komponen tidak gerak dan fasa diam. Retensi dapat dinyatakan
tumpang tindih satu dengan yang lain. melalui beberapa cara yakni waktu retensi
Kromatogram yang tidak tumpang tindih absolut, waktu retensi terkoreksi atau faktor
tersebut salah satunya dapat dicapai dengan kapasitas. Selektifitas merupakan ukuran
mengatur suhu kolom dan laju alir dari eluen. kemempuan fasa diam untuk membedakan dua
senyawa. Efisiensi kolom merupakan ukuran
seberapa luas pita-pita komponen menyebar
Tabel 2. Hubungan antara laju alir, suhu dalam perjalanannya sepanjang kolom. Suatu
dan waktu retensi dari campuran kolom yang lebih efisien akan menghasilkan
senyawa standar(glukosa dan fruktosa) puncak yang lebih sempit dari kolom yang
kurang efisien, untuk waktu retensi yang sama.
Konsentrasi Laju Alir Suhu WR (menit) Resolusi Penelitian yang dikerjakan oleh Dira
(%) (mL / menit) (C) Glukosa Fruktosa Pemisahan Swantara (1995) menyatakan bahwa pemisahan
75 6,310 7,957 6,76 dan analisis senyawa mono- dan disakarida pada
0,6 madu dan bahan sejenisnya dapat dilakukan
80 6,522 7,895 5,40
1 dengan teknik KCKT. Dalam penelitian tersebut,
70 6,492 7,823 7,85 sampel madu diambil secara acak tanpa melihat
1
80 6,212 7,793 9,32 jenis bunganya. Pada penelitian yang dilakukan,
sampel madu adalah madu yang diambil dari
jenis bunga yang berbeda yaitu randu dan
Tabel 2 menunjukkan bahwa jika laju kelengkeng.
alir dipercepat atau suhu kolom ditingkatkan, Kolom yang digunakan dalam penelitian
maka komponen akan keluar sebagai puncak ini adalah kolom Metacarb 87C dengan eluen air
pada waktu retensi yang lebih pendek. deionisasi. Kolom tersebut dipilih karena
Sedangkan jika laju alir diperlambat atau suhu menggunakan eluen air deionisasi yang relatif
kolom diturunkan, maka komponen akan keluar murah dan tidak beracun. Penelitian sebelumnya
sebagai puncak pada waktu retensi yang lebih menggunakan kolom Bondapak-NH2 dan
lama. eluen campuran asetonitril:air (75 : 25) yang
-5
Penelitian ini dilakukan pada laju alir 1 mengandung 1,0 x 10 M etanolamin. Eluen
mL/menit dengan suhu kolom 80C karena pada yang digunakan pada penelitian tersebut relatif
saat tersebut diperoleh pemisahan yang baik. mahal. Selain itu dalam penelitian ini juga dilihat
Kedua komponen (glukosa dan fruktosa) dapat pengaruh suhu kolom dan laju alir, sedangkan
terpisahkan satu dengan yang lain sampai garis dalam penelitian sebelumnya hanya dilihat
alas. Pada kondisi ini glukosa dan fruktosa pengaruh laju alir terhadap pemisahan masing-
muncul pada waktu retensi yang relatif cepat masing komponen.
daripada kondisi-kondisi lainnya sehingga
memerlukan eluen yang tidak terlalu banyak Evaluasi Kuantitatif
sehingga lebih efisien. Selain itu, pada kondisi Pembuatan Kurva Standar
Kurva standar untuk glukosa dan
tersebut diperoleh resolusi yang terbaik.
fruktosa disiapkan dengan pengukuran luas area
kromatogram dari masing-masing senyawa Kurva Standar Glukosa
standar yang diperoleh dengan menyuntikkan
1200000
larutan standar campuran pada sistem
1000000
kromatografi yang bekerja pada kondisi
800000
pemisahan terbaik. Sistem kromatografi tersebut
600000
Luas Area
adalah sebagai berikut :
400000
200000
Kolom : Metacarb 87C
0
Eluen : Air deionisasi 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Laju Alir : 1 mL / menit Konsentrasi (%)
o
Suhu Kolom : 80 C
Detektor : Indeks bias
Gambar 1.Kurva Standar Glukosa
1000000
600000
(%) Glukosa Fruktosa
Luas Area
400000
70940 80924
200000
0,125 1103,087 0
977,222 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
236790 195161
0,25 Konsentrasi (%)
958,837 881,055
428752
0,5 351812
10431,946 749,533
1061880 949714 Gambar 2 Kurva Standar Fruktosa
1
2122,028 625,082
Validasi Ketepatan dan Ketelitian
Serangkaian validasi metode analisis
Berdasarkan data pada Tabel 3, maka
perlu dilakukan untuk menguji kestabilan dan
dapat dihitung persamaan regresi linier untuk
validitas alat. Pengujian ini bertujuan agar hasil
glukosa dan fruktosa. Persamaan regresi linier
yang diperoleh dari suatu alat memiliki ketepatan
untuk glukosa dan fruktosa adalah sebagai
dan ketelitian yang tinggi sehingga dalam
berikut :
mengambil kesimpulan menjadi tepat.
Ketepatan analisis dapat dilihat dari % kesalahan
Glukosa : y = -73545,652 + 1116023,791 x
relatif suatu analisis, dimana % kesalahan relatif
(r = 0,9960)
untuk glukosa adalah 1,76 %, sedangkan untuk
fruktosa dengan cara yang sama diperoleh nilai
Fruktosa : y = -69966,565 + 990654,539 x
% kesalahan relatif sebesar 2,95 %. Ini berarti
(r = 0,9918)
data yang diperoleh berdasarkan hasil
pengukuran telah memenuhi kriteria ketepatan
Dari persamaan regresi linier diatas, analisis, dimana prosentase kesalahan relatif
maka dapat dibuat kurva standar glukosa dan
(% ) 5 % (20). Ketelitian analisis dapat dilihat
fruktosa yang disajikan pada Gambar 1. dan
Gamar 2. dari nilai simpangan baku dan % koefisien
variansi. Nilai simpangan baku untuk glukosa
-3
adalah 1,437x10 dan untuk fruktosa adalah
-4
4,950x10 . Sedangkan nilai prosentase koefisien berdasarkan hasil pengukuran telah memenuhi
variansi untuk glukosa adalah 0,1412 % dan kriteria ketelitian analisis, di mana prosentase
untuk fruktosa adalah 0,0481%. Hal ini koefisien variansi (% KV) 5 % (Day dan
menunjukkan bahwa data yang diperoleh Underwood, 1993).