Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PERTANIAN (BA2103)

ANALISIS KUANTITATIF SENYAWA BIOMOLEKUL


KARBOHIDRAT PADA BUAH PISANG (Musa paradisca),
MELON (Cucumis mello), dan SEMANGKA (Citrullus lanatus)
Tanggal Praktikum : 21 September 2021
Tanggal Pengumpulan : 28 September 2021

Disusun oleh:
Alfi Syahrul Miftahul Huda
11420020
Kelompok 9

Asisten:
Made Satria Mauldeva Wibawa
11419045

PROGRAM STUDI REKAYASA PERTANIAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
JATINANGOR
2021
Analisis Kuantitatif Senyawa Biomolekul Karbohidrat pada Buah Pisang
(Musa paradisiaca), Melon (Cucumis mello), dan Semangka(Citrullus lanatus)
Alfi Syahrul Miftahul Huda ǀ 11420020

ABSTRAK
Gula pereduksi adalah golongan karbohidrat yang dapat mereduksi
senyawa-senyawa penerima elektron. Jenis karbohidrat yang termasuk gula
pereduksi adalah monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa) dan disakarida
(laktosa, maltosa). Metode Somogyi-nelson merupakan salah satu analisis
kuantitatif penetapan kadar gula reduksi. Pada percobaan ini akan ditentukan
kadar gula pereduksi dan kadar gula pereduksi dalam aturan tabel gizi dari buah
pisang (Musa paradisiaca), melon (Cucumis mello), dan semangka (Citrullus
lanatus). Hasil praktikum menunjukan bahwa gula reduksi dari buah melon
(Cucumis mello), semangka (Citrullus lanatus), dan pisang (Musa paradisiaca)
berturut-turut adalah 0.838 mg/100 mL, 1.081 mg/100 mL, dan 1.018 mg/100 mL.
Jumlah kadar gula pereduksi berdasarkan aturan tabel gizi dari buah melon
(Cucumis mello), semangka (Citrullus lanatus), dan pisang (Musa paradisiaca)
berturut-turut adalah 2,095mg/100gram, 2.702 mg/100gram, dan 2.545 mg/
100gram.
Kata kunci : Buah, Gula pereduksi, Karbohidrat, Kuantitatif, Somogyi-Nelson

PENDAHULUAN
Buah-buahan lebih banyak mengandung gula dari pada daun, batang, akar
dan bagian lainnya (Dhianawati, 2012). Salah satu jenis buah-buahan yang banyak
mengandung gula adalah pisang (Musa paradisiaca), melon (Cucumis mello), dan
semangka (Citrullus lanatus) (Nurhalimah, et al., 2016). Gula yang terkandung
pada buah-buahan tersebut adalah pati yang diubah menjadi sukrosa, glukosa, dan
fruktosa yang merupakan jenis gula pereduksi (Winarno, 2008). Pada praktikum
ini akan dilakukan analisis kuantitatif untuk membuktikan kadar gula pereduksi
tersebut pada buah menggunakan metode Somogyi-Nelson.
Karbohidrat merupakan salah satu biomolekul yang terdiri dari atom
karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) yang menjadi sumber energi utama
yang menyumbang setengah dari kebutuhan kalori manusia (Yunianto, et
al.,2021). Karbohidrat berasal dari ‘hydrate of carbon’ yang merujuk ke rumus
empiris (CH2 O)n . Secara struktural karbohidrat merupakan polihidroksi aldehid
atau keton atau senyawa yang menghasilkan polihidroksi aldehid atau keton pada
produk. Molekul karbohidrat dapat berikatan dengan molekul lain dan membentuk
glycoconjugate (turunan karbohidrat dengan karakteristik satu atau lebih rantai
karbohidrat berikatan kovalen dengan peptida, protein, atau lipid (Azhar, 2016).
Fungsi karbohidrat diantaranya adalah sebagai sumber energi utama, memelihara
kesehatan tubuh, penyusun materi genetik DNA dan RNA, cadangan energi di
dalam tubuh (glikogen), dan sebagai pengatur metabolisme lemak (Yunianto, et
al.,2021).
Total gula menunjukkan jumlah karbohidrat yang terkandung dalam
hidrolisat, baik senyawa reduktif maupun non reduktif. Hasil pemotongan rantai
molekul pati oleh enzim amilase mengakibatkan jumlah molekul oligosakarida
meningkat. Total gula ditetapkan berdasarkan metode fenol dengan prinsip bahwa
gula sederhana, oligosakarida, polisakarida dan turunannya bereaksi dengan fenol
dan asam sulfat pekat menghasilkan warna orange (Marlinda, et al., 2014). Gula
pereduksi merupakan golongan karbohidrat yang dapat mereduksi senyawa-
senyawa penerima elektron karena adanya gugus aldehida dan gugus keton. Sifat
pereduksi suatu gula ditentukan oleh ada tidaknya gugus hidroksil bebas yang
reaktif (Winarno, 2008). Gula pereduksi dapat dideteksi karena kemampuannya
mereduksi ion logam seperti Cu2+ atau Ag + menjadi produk yang tidak larut.
Kelompok karbohidrat yang merupakan gula pereduksi adalah maltosa, sellobiosa,
dan laktosa (Azhar, 2016).
Jenis karbohidrat yang terkandung dalam buah pisang (Musa paradisiaca)
adalah glukosa, fruktosa, sukrosa, dan amilum. Kandungan jenis karbohidrat
tersebut memiliki kadar yang berbeda-beda berdasarkan tingkat kematangan
pisang (Nurhalimah, et al., 2016). Jenis karbohidrat yang terkandung dalam
melon (Cucumis mello) adalah glukosa, fruktosa, sukrosa, dan amilum. Jumlah
glukosa dan fruktosa berkurang dengan bertambahnya sukrosa (Siswanto, 2010).
Buah semangka merupakan buah yang banyak mengandung air, manis, dan
renyah. Jenis karbohidrat yang terdapat pada semangka adalah fruktosa, glukosa,
dan sukrosa (Sari & Catarina, 2020).
Metode yang dapat digunakan dalam analisis kuantitatif karbohidrat
adalah Metode Somogyi-Nelson, anthrone-sulfat, Lane-Eynon, dan Luff Schoorl.
Metode Somogyi-Nelson didasarkan pada reaksi reduksi pereaksi tembaga sulfat
oleh gula-gula pereduksi. gula pereduksi akan mereduksi ion Cu2+ menjadi ion
Cu+ , lalu ion Cu+ akan mereduksi senyawa arsenomolibdat membentuk kompleks
berwarna biru kehijauan (Al Kayyis & Susanti, 2016). Kelebihan dari metode ini
adalah presisi tinggi, akurasi tinggi, spesifik, dan relatif bebas dari gangguan.
Kekurangan dari metode ini adalah ketergantungan pada reagen yang bersifat
arsenik sehingga sangat toxic, pemeliharaan alat dan reagen memerlukan tempat
khusus dan membutuhkan biaya yang mahal (Suryaatmadja, 2003). Metode
anthrone-sulfat merupakan metode penetapan gula total. Prinsip dari metode ini
adalah gula pereduksi atau non pereduksi akan bereaksi dengan asam sulfat pekat
membentuk furfural atau turunannya. Furfural akan bereaksi dengan reagen
anthrone membentuk kompleks berwarna kuning kehijauan (Al Kayyis & Susanti,
2016). Kelebihan metode ini adalah kesederhanaan ujinya dan sensitivitas
terhadap sejumlah kecil karbohidrat. Kekurangan dari Metode Anthrone adalah
ketidakstabilan dari reagen (anthrone yang dilarutkan dalam asam sulfat).
(Pudyasmorowati, 2019). Metode Lane-Eynon, merupakan metode penetapan
kimia untuk gula pereduksi secara kuantitatif. Metode ini didasarkan pada reaksi
fehling yang direduksi oleh gula-gula pereduksi. Penetapan gula pereduksi dengan
melakukan pengukuran volume larutan gula pereduksi standar yang dibutuhkan
untuk mereduksi pereaksi tembaga (II) basa menjadi tembaga (II) oksida (Cu2O).
Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan metilen blue yang warnanya akan hilang
karena kelebihan gula pereduksi di atas jumlah yang dibutuhkan untuk mereduksi
semua tembaga (Obed, et al., 2015). Kelebihan metode Lane-Eynon adalah
pengerjaannya sederhana. Kekurangannya adalah tidak dapat secara langsung
menentukan gula non reduksi (Afriza & Ismanilda, 2019). Metode Luff Schoorl,
penentuan gula reduksi menggunakan metode Luff Schoorl didasarkan pada reaksi
yang terjadi antara monosakarida dengan larutan copper. Monosakarida akan
mereduksi CuO yang terkandung dalam larutan Luff Schoorl menjadi Cu2O.
Kelebihan CuO direduksi oleh KI berlebih dan dilepaskan I2. I2 yang dibebaskan
tersebut dititrasi dengan larutan Na2S2O3. Prinsip metode analisis yang
digunakan yaitu titrasi iodometri dengan menganalisis I2 bebas untuk dijadikan
dasar penetapan kadar (Afriza & Ismanilda, 2019). Kelebihan metode ini adalah
gula pereduksi dapat langsung diidentifikasi. Kekurangan metode ini adalah hasil
yang kurang konsisten dan membutuhkan pekerjaan yang tidak sederhana karena
rangkaian alatnya yang cukup sulit dan lebih banyak memakan waktu (Afriza &
Ismanilda, 2019).
Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi
secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Prinsip kerja spektrofotometer adalah
berdasarkan hukum Lambert-Beer, yaitu seberkas sinar dilewatkan suatu larutan
pada panjang gelombang tertentu, sehingga sinar tersebut sebagian ada yang
diteruskan dan sebagian lainnya diserap oleh larutan. Besarnya sinar berbanding
lurus dengan konsentrasi zat penyerap dan jarak yang ditempuh sinar dalam
larutan. Pada spektrofotometer UV-VIS, zat diukur dalam bentuk larutan. Analit
yang dapat diukur dengan spektrofotometer sinar tampak adalah analit berwarna
atau yang dapat dibuat berwarna. Analit berwarna adalah analit yang memiliki
sifat menyerap cahaya secara alami. Analit yang dibuat berwarna adalah analit
yang tidak berwarna sehingga harus direaksikan dengan zat tertentu untuk
membentuk senyawa yang menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu.
Pembentukan warna untuk zat atau senyawa yang tidak berwarna dapat dilakukan
dengan pembentukan kompleks atau dengan cara oksidasi sehingga analit menjadi
berwarna (Warono & Syamsudin, 2013).

TUJUAN
Tujuan pada praktikum ini adalah pertama, menentukan kadar gula
pereduksi dari buah pisang (Musa paradisiaca), melon (Cucumis mello), dan
semangka (Citrullus lanatus). Kedua, menentukan kadar gula pereduksi dalam
aturan tabel gizi dari buah pisang (Musa paradisiaca), melon (Cucumis mello),
dan semangka (Citrullus lanatus).

ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alu mortar, aplikasi UV
Probe, corong, gelas kimia, kertas saring, kuvet, labu takar 250 mL,
spektrofotometer, pipet, tabung reaksi, tisu, dan vortex. Kemudian bahan-bahan
yang digunakan pada praktikum kali ini adalah air, alkohol 80%, ammonium
molibdat, aquades, CaCO3 , CuSO4 , H2 SO4 pekat, kalsium hidroksida, Kna tartrat,
melon (Cucumis mello), Na-oxzlzate kering, NaHAsO4 . 7H2 O, Na2 HPO4 ,
Na2 SO4 , pereaksi tembaga sulfat, pereaksi arsenomolibdat, pisang (Musa
paradisiaca), semangka (Citrullus lanatus), tembaga sulfat, dan timbal (II) asetat.

METODE
1. Pembuatan Reagen Tembaga Sulfat
Pertama, 28 gram Na2 HPO4 anhidrous dan 4 gram KNA tartrat dilarutkan
dalam 700 ml air. Kedua, ditambahkan 100 mL NaOH 1 N sambil diaduk.
Ketiga, ditambahkan 80 mL CuSO4 10% (w/w). Keempat, ditambahkan
180 gram Na2 SO4 anhidrous, ditepatkan hingga 1 liter. Kelima, dibiarkan
selama satu malam. Keenam, dekantasi supernatant jernih atau disaring.
2. Pembuatan Reagen Arsenomolibdat
Pertama, dilarutakan 25 gram ammonium molibdat dalam 450 mL air.
Kedua, ditambahkan 21 mL H2 SO4 pekat dan dicampur merata. Ketiga
ditambahkan 3 gram NaHAsO4 . 7H2 O yang sudah dilarutkan dalam 25 mL
air. Keempat, diaduk dan diinkubasi pada suhu 37o C selama 24-48 jam.
Kelima, disimpan dalam botol coklat di dalam lemari.
3. Persiapan Contoh Padat
Pertama, ditambahkan 10 mL alkohol 80% pada buah yang akan
dihaluskan dengan alu mortar. Kedua, disaring sampel yang telah
dihaluskan. Ketiga, dicuci sisa padatang dengan alkohol 80%. Keempat,
ditambahkan kalium hidroksida hingga basa dan dipanaskan selama 15
menit lalu sampel disaring. Keenam, ditambahkan timbal (II) asetat dan
natrium oksalat. Ketujuh, disaring kembali ke dalam labu takar 250 mL,
dan ditambahkan aquades hingga tera lalu dikocok secara perlahan.
4. Pembuatan Kurva Standar
Pertama, ditambahkan larutan glukosa ke dalam gelas kimia dengan 9 kali
pengenceran masing-masing 0,1 mg/mL hingga 1,0 mg/mL. Kedua,
ditambahkan aquades sesuai perlakuan konsentrasi pengenceran. Ketiga,
dimasukkan larutan masing-masing hasil pengenceran ke dalam tabung
reaksi yang berbeda. Keempat, ditambahkan 1 mL tembaga sulfat pada
masing-masing tabung reaksi sesuai perlakuan pengenceran. Kelima,
dipanaskan seluruh tabung reaksi perlakuan pengenceran. Keenam,
didinginkan dengan direndam tabung reaksi dengan air. Ketujuh,
ditambahkan 1 mL arsenomolibdat pada masing-masing tabung reaksi.
Kedelapan, diencerkan dengan aquades hingga 10 mL. Kesembilan,
larutan di vortex hingga menjadi homogen lalu dituangkan ke dalam kuvet
dan dibersihkan seluruh sisi luar kuvet dengan kertas tisu. Kesepuluh,
diatur absorbansi 540 nm pada spektrofotometer. Kesebelas, diatur
aplikasi UV Probe yang terhubung dengan spektrofotometer. Keduabelas,
diletakkan kuvet dengan tepat pada spektrofotometer yang telah diatur
absorbansinya menjadi 540 nm. Ketigabelas, dibaca dengan aplikasi UV
Probe agar diketahui hasilnya untuk kurva standar.
5. Analisis Gula Reduksi
Pertama, disiapkan sampel yang akan digunakan. Kedua, dipipet sebanyak
1 mL masing-masing sampel ke dalam tabung reaksi yang berbeda.
Ketiga, ditambahkan 1 mL tembaga sulfat ke dalam tabung reaksi masing-
masing sampel. Keempat, dipanaskan seluruh tabung reaksi perlakuan
pengenceran. Kelima, didinginkan dengan direndam tabung reaksi dalam
air. Keenam, ditambahkan 1 mL arsenomolibdat pada masing-masing
tabung reaksi sesuai perlakuan pengenceran. Ketujuh, diencerkan dengan
aquades hingga 10 mL dan di vortex. Kedelapan, dituangkan ke dalam
kuvet dan dibersihkan seluruh sisi luar kuvet dengan kertas tisu.
Kesembilan, ditempatkan kuvet secara tepat pada spektrofotometer.
Kesepuluh, diatur absorbansi 540 nm pada spektrofotometer. Kesebelas,
diatur aplikasi UV Probe yang terhubung dengan spektrofotometer.
Keduabelas, dibaca aplikasi UV Probe agar datanya keluar.

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Metode Nelson Somogyi digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi
dengan menggunakan pereaksi tembaga arsenomolibdat. Metode Somogyi-Nelson
didasarkan pada reaksi reduksi pereaksi tembaga sulfat oleh gula-gula pereduksi.
gula pereduksi akan mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ , lalu ion Cu+ akan
mereduksi senyawa arsenomolibdat membentuk kompleks berwarna biru
kehijauan (Al Kayyis & Susanti, 2016). Prinsip kerja pengujian ini adalah
mereaksikan sampel dengan reagensia Nelson kemudian dipanaskan dalam air
mendidih selama beberapa menit. Setelah itu, larutan didinginkan dengan air
mengalir. Larutan ditambahkan reagen arsenomolibdat dan dikocok hingga
homogen. Larutan ditambahkan aquades lalu divortex. Selanjutnya, larutan
diabsorbansi pada panjang gelombang 540 nm menggunakan spektrofotometer
UV-Vis. Mula-mula, kupro direduksi menjadi bentuk kupro dengan adanya
pemanasan. Selanjutnya, kupro yang terbentuk dilarutkan dengan arsenomolibdat
menjadi molybdenum berwarna biru. Berdasarkan hasil yang diperoleh, sampel
maupun larutan glukosa standar ditambahkan reagensia arsenomolibdat
membentuk larutan berwarna hijau kebiruan pekat. Pada glukosa standar, semakin
besar konsentrasinya maka warna larutan yang terbentuk semakin hijau kebiruan
pekat (Nurcahyani & Budi, 2015). Panjang gelombang 540 nm dipakai pada
spektrofotometer karena pada panjang gelombang tersebut reaksi gula reduksi
dengan reagen akan menghasilkan warna yang terlihat setelah dipanaskan dan
didinginkan sehingga dapat terbaca absorbansinya oleh panjang gelombang 540
nm (Hutapea, 2017).

Gambar 1. Proses pembentukan pereaksi dan padatan dengan pereaksi tembaga


arsenomolibdat
(Sumber : Firmansyah, 2014)
Pada percobaan ini, reagen tembaga sulfat berfungsi untuk mengetahui
adanya gula pereduksi pada sampel. Reagen tembaga sulfat akan bereaksi dengan
gula pereduksi dalam sampel ((Cu2+) spesifik dengan gula pereduksi menjadi
(Cu+) berwarna merah bata) (Al Kayyis & Susanti, 2016). Reagen arsenomolibdat
dibuat dengan mereaksikan amonium molibdat [(NH4 )6 Mo7 O24 ] dan natrium
arsenat (Na2 HasO7 ) reduksi kompleks arsenomolibdat dalam asam sulfat
(Rohman, 2013). Fungsi penambahan reagen arsenomolibdat pada percobaan ini
bertujuan agar bereaksi dengan endapan kupro oksida. Selanjutnya kupro oksida
akan mereduksi kembali arsenomolibdat menjadi molibdene blue yang berwarna
biru kehijauan (Cu+ diubah kembali menjadi Cu2+ ) yang nanti diukur
absorbansinya dengan spektrofotometer (Al Kayyis & Susanti, 2016).
Fungsi penambahan alkohol pada uji ini adalah untuk mengekstrak gula
yang terdapat pada sampel yang berbentuk padatan serta untuk melarutkan bahan
kimia yang tersisa pada sampel. Kadar alkohol dipilih 80% karena kebanyakan
gula sensitif terhadap alkohol dengan konsentrasi tinggi, oleh karena itu
pemanasan rendah dilakukan untuk menghilangkan alkohol. Selain itu, pada
percobaan ini dilakukan penambahan Pb-asetat basa dan Na-oksalat. Penambahan
Pb-asetat berfungsi untuk menghilangkan pigmen, senyawa berwarna, senyawa
pengotor dan senyawa koloid. Sedangkan penambahan Na-oksalat berfungsi
untuk menghilangkan kelebihan Pb-asetat (Sartika, 2011).
Tabel 1. Hasil Absorbansi Larutan Standar Glukosa
Konsentrasi (mg/100 ml) Absorbansi
0.1 0.120
0.2 0.429
0.3 0.799
0.4 0.925
0.5 1.481
0.6 1.608
0.7 1.671
0.8 1.733
0.9 1.859
1 2.298

Gambar 2. Grafik Kurva Standar Larutan Glukosa

Kurva Standar Larutan Glukosa


2.500

2.000
Absorbansi

1.500

1.000

y = 2.221x + 0.0707
0.500
R² = 0.9457

0.000
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Konsentrasi

Berdasarkan tabel 1 diperoleh nilai absorbansi dari larutan gula dengan


konsentrasi 0.1 mg/ 100 ml adalah 0.120, konsentrasi 0.2 mg/ 100 ml adalah
0.429, konsentrasi 0.3 mg/ 100 ml adalah 0.799, konsentrasi 0.4 mg/ 100 ml
adalah 0.925, konsentrasi 0.5 mg/ 100 ml adalah 1.481, konsentrasi 0.6 mg/ 100
ml adalah 1.608, konsentrasi 0.7 mg/ 100 ml adalah 1.671, konsentrasi 0.8 mg/
100 ml adalah 1.733, konsentrasi 0.9 mg/ 100 ml adalah 1.859, dan konsentrasi 1
mg/ 100 ml adalah 2.298. Nilai absorbansi tersebut dihitung dan dianalisis
menggunakan persamaan regresi linear. Diperoleh persamaan regresi linear
y=2.221x + 0.0707. Variabel (y) adalah rata-rata absorbansi sampel dan variabel
(x) adalah kadar gula pereduksi dalam mg/100 ml. Fungsi regresi menunjukan
representatif perhitungan yang cukup akurat terlihat dari nilai R2=0.9457. Nilai
yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Manurung & Haryanto, 2015).
Tabel 2. Hasil Absorbansi Larutan Sampel
Sampel Absorbansi
Melon 1 2.140
Melon 2 2.000
Melon 3 1.660
Semangka 1 2.410
Semangka 2 2.512
Semangka 3 2.494
Pisang 1 2.540
Pisang 2 2.271
Pisang 3 2.184

Tabel 3. Hasil Rata-Rata Absorbansi Larutan Sampel


Sampel Rata-Rata Absorbansi
Melon Y= 1,933
Semangka Y= 2,472
Pisang Y= 2,331

Tabel 4. Perhitungan Jumlah Kadar Gula Pereduksi tiap Sampel


Kadar Gula Pereduksi Hasil Perhitungan
1.933 − 0.0707
Melon = 0.8384 mg/100ml
2.221
2.472 − 0.0707
Semangka = 1.081 mg/100ml
2.221
2.332 − 0.0707
Pisang = 1.018 mg/100ml
2.221

Tabel 5. Perhitungan Jumlah Kadar Gula Pereduksi tiap Sampel dalam aturan tabel gizi
Kadar Gula Pereduksi Hasil Perhitungan
mg
0.838
100ml = 2,095 mg/100gram
Melon 10 gram
x101
250 ml
mg
1.081
100ml = 2.702 mg/gram
Semangka 10 gram
x101
250 ml
mg
1.018
100ml = 2.545 mg/100gram
Pisang 10 gram
𝑥101
250 ml
Berdasarkan tabel 4 diperoleh jumlah kadar gula reduksi pada melon
adalah 0.8384 mg/100ml, pada semangka adalah 1.081 mg/100ml, dan pada
pisang adalah 1.018 mg/100ml. Berdasarkan tabel 5 diperoleh jumlah kadar gula
pereduksi dalam aturan tabel gizi pada melon adalah 2,095mg/100ml, pada
semangka adalah 2.702 mg/100ml, dan pada pisang adalah 2.545 mg/100ml.
Berdasarkan tabel 4 & 5 kadar gula pereduksi dan kadar gula pereduksi dalam
aturan tabel gizi terbesar ada pada sampel semangka yang memiliki nilai
absorbansi rata-rata 2,472 terbesar seperti yang tertera pada tabel 3. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan semakin tinggi kadar gula pereduksi yang
terdapat dalam sampel, maka absorbansi sampel akan semakin tinggi (Ruswandi,
et al., 2018).

KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum ini, dapat diambil kesimpulan yaitu jumlah kadar
gula reduksi dari buah melon (Cucumis mello), semangka (Citrullus lanatus), dan
pisang (Musa paradisiaca) melalui metode Nelson-Somogyi berturut-turut adalah
0.838 mg/100 mL, 1.081 mg/100 mL, dan 1.018 mg/100 mL. Jumlah kadar gula
pereduksi berdasarkan aturan tabel gizi dari buah melon (Cucumis mello),
semangka (Citrullus lanatus), dan pisang (Musa paradisiaca) melalui metode
Nelson-Somogyi berturut-turut adalah 2,095mg/100ml, 2.702 mg/100ml, dan
2.545 mg/100ml.
DAFTAR PUSTAKA
Afriza, R., & Ismanilda. (2019). Analisis perbedaan kadar gula pereduksi dengan
metode lane eynon dan luff schoorl pada buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus). Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium
(Temapela), 2(2), 90-96.
Al Kayyis, H. K., & Susanti, H. (2016). Perbandingan metode somogyi-nelson
dan anthrone-sulfat pada penetapan kadar gula pereduksi dalam umbi
cilembu (Ipomea batatas L.). Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 13(2),
81-89.
Azhar, M. (2016). BIomolekul sel: Karbohidrat, protein, dan enzim. UNP Press.
Dhianawati, D. (2012). Perbandingan kadar glukosa dalam jus buah sirsak
(Annona muricata) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). E-Journal
Litbang Kemenkes, 5(2), 96-100.
Firmansyah, W. E. (2014). Biokimia dan Analisis Pangan Analisis Kadar
Karbohidrat. Jurnal Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, 1(4), 1–31.
Hutapea, C. B. (2017) Studi teknik produksi gula reduksi dari limbah kulit buah
kopi. [Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh November]. Repositori ITS.
https://repository.its.ac.id/43486/1/2313100047_2313100056_Undergradu
ate_Theses.pdf
Manurung, H. T., & Haryanto, A. M. (2015). Analisis pengaruh ROE, EPS, NPM
dan MVA terhadap harga saham (studi kasus pada perusahaan manufaktur
go public sektor food dan beverages di bei tahun 2009-2013). Diponegoro
Journal of Management, 4(4), 1-16.
Marlinda, Y., Mirzah, Arief, S., & Amru, K. (2014). Produksi glukosa dari batang
kelapa sawit melalui proses hidrolisis secara enzimatis menggunakan
amilase termostabil. Jurnal Riset Kimia, 7(2), 194-200.
Nurcahyani, K. A., & Budi, U. (2015). Pengolahan limbah cair industri alkohol
berkonang menggunakan proses. Jurnal PKLH, 1(1), 112-116.
Nurhalimah, R., Astija, Kundera, I. N., & Tureni, D. (2019). Uji kandungan
karbohidrat pada buah pisang kultivar pisang kepok (Musa paradisiaca L.)
pada tingkat kematangan dan olahan yang berbeda. Journal of Biology
Science and Education, 7(2), 463-468.
Obed, Alimuddin, A. H., & Harlia. (2015). Optimasi katalis asam sulfat dan asam
maleat pada produksi gula pereduksi dari hidrolisis kulit buah durian.
Jurnal Kimia Khatulistiwa, 4(1), 67-74.
Pudyasmorowati, K. (2019). Penetapan kadar gula total jus buah apel rome
beauty (Malus sylvestris Mill) dengan metode anthrone-sulfat. [Thesis,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nasional]. Repositori STIKES Nasional.
http://librepo.stikesnas.ac.id/52/1/KTI.pdf
Rohman, A. (2013). Analisis komponen makanan. Graha Ilmu.
Ruswandi, Budhi , O., & Azhar, M. (2018). Penentuan kadar fruktosa hasil
hidrolisis inulin dengan DNS sebagai pengoksidasi. Eksata, 19(1), 14-23.
Sari, M. F., & Catarina, R. H. (2020\). Perbandingan karakteristik minuman
probiotik semangka (Citrullus lanatus) dengan variasi jenis semangka
merah dan kuning menggunakan starter Lactobacillus casei strain shirota.
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Hayati, 5(1), 25-33,.
Sartika. (2011) Analisis kadar glukosa dan fruktosa pada beberapa madu murni
yang beredar di pasaran dengan menggunakan metode spektrofotometri
visibel. [Skripsi, UIN Alauddin Makasar]. Repositori UIN Alauddin.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/3347/1/SARTIKA.pdf
Siswanto. (2010). Meningkatkan kadar gula buah melon. UPN "Veteran" Jawa
Timur.
Suryaatmaja, M. (2003). Pendidikan berkesinambungan patologi klinik. Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Warono, D., & Syansudin. (2013). Unjuk kerja spektrofotometer untuk analisa zat
aktif ketoprofen. Konversi, 2(2), 57-65.
Winarno, F. G. (2008). Kimia pangan dan gizi. Gramedia
Yunianto, A. E., Lusiana, S. A., Triatmaja, N. T., Suryana, & Utami, N. (2021).
Ilmu gizi dasar (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis.
LAMPIRAN
Tabel 6. Dokumentasi Hasil Pengamatan
Sebelum Reaksi Setelah Reaksi Keterangan

Penambahan
alkohol untuk
mengekstrak
gula
Penambahan
Pb-asetat
untuk
Gambar 3. Sampel buah dihaluskan Gambar 4. Sampel ditambahkan timbal (II) menghilangkan
menggunakan alu mortar ditambahkan asetat dan natrium oksalat senyawa
10 mL alkohol 80% (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021). pengotor dan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021). penambahan
Na-oksalat
untuk
menghilangkan
kelebihan Pb-
asetat.
Larutan glukosa
digunakan untuk
menetapkan
persamaan baku.
Penambahan
tembaga sulfat
untuk
mengetahui gula
Gambar 5. Dibuat larutan glukosa Gambar 6. Ditambahkan tembaga sulfat pereduksi
dengan 9 kali pengenceran dipanaskan lalu didinginkan (warna orange
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021). (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021). pada sampel).

Penambahan
arsenomolibdat
untuk merubah
sampel menjadi
berwarna biru
kehijauan.
Absorbansi 540
nm dipilih agar
Gambar 7. Ditambahkan reagen Gambar 8. Hasil kurva standar dari sampel dapat
arsenomolibdat lalu di vortex spektrofotometer dengan absorbansi 540 nm terbaca nilai
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021). dihubungkan dengan aplikasi UV Probe absorbansinya.
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021).
Penambahan
tembaga sulfat
untuk
mengetahui gula
pereduksi
(warna orange
pada sampel).

Gambar 9. Disiapkan sampel yang Gambar 10. Ditambahkan reagen tembaga


akan diuji kadar gula pereduksi sulfat dipanaskan lalu didinginkan
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021). (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021).
Penambahan
arsenomolibdat
untuk merubah
sampel menjadi
berwarna biru
kehijauan.
Kadar gula
pereduksi
Gambar 11. Ditambahkan reagen Gambar 12. Hasil absorbansi sampel dari didapat dari
arsenomolibdat pada sampel lalu di spektrofotometer dengan absorbansi 540 nm nilai absorbansi
vortex dihubungkan dengan aplikasi UV Probe sampel yang di
(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021). (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2021). substitusi ke
persamaan baku
Tabel 7. Lembar Kerja Praktikan

Anda mungkin juga menyukai