Anda di halaman 1dari 8

Praktikum Fisiologi dan Perkembangan Tumbuhan BA-2104

Pengaruh Jumlah Karbid Terhadap Pematangan Buah Pisang Ambon (Musa


acumita Colla)

Alfi Syahrul Miftahul Huda | 11420020


Asisten
Vanessa Audrey | 11419042

Jl. Let. Jend. Purn. Dr. (HC) Mashudi No.1 / Jalan Raya Jatinangor KM 20.75, Desa Sayang,
Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat – Indonesia, 45363.

ABSTRAK
Pematangan buah merupakan proses perubahan biokimiawi dan fisiologi pada buah.
Pematangan buah dapat terjadi secara alami ataupun dengan bantuan manusia. Salah satu cara
pematangan buah adalah dengan proses pemeraman menggunakan karbid. Pada percobaan ini
akan dilakukan penelitian mengenai pengaruh jumlah karbid terhadap pematangan buah
pisang ambon (Musa acumita Colla). Parameter yang diamati adalah perubahan warna,
perubahan massa, perubahan tekstur, dan perubahan rasa. Metodologi percobaan ini dibagi
menjadi 6 perlakuan yaitu pemberian karbid dosis 0 gram, 0.1 gram. 0.2 gram, 0.3 gram, 0.4
gram, dan 0.5 gram. Pengamatan dilakukan selama 3 kali yaitu pada h0, h3, dan h7. Hasil
akhir didapatkan bahwa Pemberian karbid berbagai jumlah mempengaruhi proses
pematangan buah pisang ambon (Musa acuminata Colla), semakin banyak jumlah karbid
yang diberikan maka proses pematangan buah akan semakin cepat. Pemberian karbid
berpengaruh nyata pada perubahan warna dan tekstur buah pisang. Pemberian karbid tidak
memberikan pengaruh yang signifikan pada perubahan bobot massa dan perubahan rasa
pisang ambon.

Kata Kunci: gas etilen, karbid, pematangan buah, pisang ambon.

PENDAHULUAN
Buah merupakan hasil dari tumbuhan berbunga, buah adalah alat
penyerbukan pada bunga yang kemudian untuk menyebarluaskan biji, Adanya biji
diikuti pembuahan, bakal buahakan di dalam dapat mengindikasikan bahwa
tumbuh menjadi buah dan bakal biji yang organ tersebut adalah buah (Lewis, 2002).
terdapat didalamnya akan menjadi biji Pematangan buah merupakan perubahan
(Sudjatha & Wisaniyasa, 2017). Buah yang terjadi pada tahap akhir
mencakup bakal buah yang telah perkembangan buah atau merupakan tahap
berkembang lanjut beserta dengan awal penuaan (senescence) pada buah.
jaringan yang mengelilinginya. Bagi Selama perkembangan buah terjadi
berbagai perubahan biokimiawi dan acuminata Colla). Menentukan perbedaan
fisiologi (Sinay, 2008). warna buah pada proses pematangan buah
Buah klimakterik adalah buah pisang ambon (Musa acuminata Colla).
yang mengalami lonjakan respirasi dan Menentukan perbedaan tekstur buah pada
produksi etilen setelah dipanen, sehingga proses pematangan buah pisang ambon
buah cepat mengalami kerusakan. Contoh (Musa acuminata Colla). Menentukan
buah yang termasuk klimakterik adalah perbedaan massa buah pada proses
apel, manga, papaya, kiwi, tomat, dan pematangan buah pisang ambon (Musa
pisang. Buah nonklimakterik adalah buah acuminata Colla). Menentukan perbedaan
yang tidak mengalami lonjakan respirasi rasa buah pada proses pematangan buah
maupun etilen setelah dipanen. Contoh pisang ambon (Musa acuminata Colla).
buah nonklimakterik adalah semua spesies
beri, jeruk, nanas, dan melon (Hartanto & METODELOGI
Lanyas, 2013). Alat-alat yang digunakan dalam
Mekanisme pematangan buah percobaan kali ini adalah kain basah,
merupakan proses yang sangat komplek kantong kresek, lakban pisau, dan
dan terprogram secara genetik yang timbangan. Bahan-bahan yang digunakan
diawali dengan perubahan warna, tekstur, dalam percobaan ini adalah buah pisang
aroma, dan rasa. Selama proses ambon (Musa acuminata Colla) dan
pemasakan buah, kandungan asam karbit.
berkurang dan kandungan gula meningkat Proses percobaan untuk
menyebabkan terjadinya kenaikan mengetahui pengaruh lama penyinaran
respirasi mendadak yang disebut terhadap perkecambahan benih caisim
klimakterik. Aktivitas respirasi yang (Brassica chinensis v1ar. Parachinensis)
sangat tinggi menjadi pemacu biosintesis adalah pertama disiapkan 7 pisang ambon.
etilen yang berperan dalam pemasakan Kedua, 1 pisang dicoba untuk diamati
buah. Etilen diperlukan untuk koordinasi parameter rasa, lalu ke-6 pisang lainnya
dan penyempurnaan pemasakan buah. diamati warna, tekstur, dan diukur massa.
Perubahan biokimiawi dan fisiologi Ketiga, pisang dimasukkan ke dalam
tersebut terjadi pada tahap akhir dari plastik hitam lalu karbit yang telah
perkembangan buah (Sinay, 2008). dibungkus kain basah dimasukan ke dalam
Pematangan buah dipengaruhi oleh plastik dan ditutup menggunakan lakban
hormon auksin (auksin yang diproduksi ulangi sesuai jumlah perlakuan. Keempat,
oleh biji akan menyebabkan pematangan pada hari ke 3 masing masing pisang
buah), giberelin (mempengaruhi diambil dan diamati warna, tekstur, dan
pertambahan ukuran, merangsang massa setelahi itu dimasukin lagi ke
pembungaan, dan pembelahan tepung tempat karbit. Kelima, pada hari ke 7
oslen), dan gas etilen (merangsang pisang diamati warna, tekstur, berat dan
pematangan buah dengan meningkatkan rasa setiap pisang.
aktivitas enzim yang membantu pelunakan
buah) (Irnaningtyas, 2013). Faktor lain HASIL PENGAMATAN
yang mempengaruhi pematangan buah
adalah sifat tanaman, lingkungan tempat Tabel 1. Perbedaan warna pisang ambon
tumbuh, dan keadaan tanaman yang
terbebas dari penyakit ( Rai, et al., 2007). Perlakuan Awal Tengah Akhir
Tujuan dari percobaan kali ini
adalah untuk menentukan pengaruh 0 gram 2 5 7
pemberian jumlah karbit terhadap proses 0.1 gram 2 5 7
pematangan buah pisang ambon (Musa
0.2 gram 2 5 7 Keterangan:
1 = sangat keras
0.3 gram 2 4 7 2 = keras
3 = cukup lunak
0.4 gram 2 4 7
4 = lunak
0.5 gram 2 4 7 5 = sangat lunak

Tabel 3. Perbedaan tekstur pisang ambon


8
7
Parameter Warna

Awal
6 Perlakuan Awal Tengah Akhir
5
4 Tenga 0 gram 2 4 5
3 h
2 0.1 gram 2 4 5
1
0
0.2 gram 2 4 5
0.3 gram 2 3 5
0.4 gram 2 3 5
Perlakuan Karbit
0.5 gram 2 3 5
Grafik 1. Perbedaan warna pisang ambon
Parameter Tekstur 6
Tabel 2. Perbedaan massa pisang ambon 5
Perlakuan Awal(g) Tengah(g) Akhir(g) 4
3
0 gram 98 97 89 Awal
2
0.1 gram 106 104 98 1 Tengah

0.2 gram 110 110 95 0 Akhir

0.3 gram 108 107 94


0.4 gram 120 120 116 Perlakuan Karbit
0.5 gram 112 111 100
Grafik 3. Perbedaan tekstur pisang ambon

Tabel 4. Perbedaan rasa pisang ambon

Perlakuan Awal Akhir


0 gram 2 4
0.1 gram 2 4
0.2 gram 2 4
0.3 gram 2 4
0.4 gram 2 4
Grafik 2. Perbedaan massa pisang ambon 0.5 gram 2 4
5

Parameter Rasa
4
3
2
1 Awal

0 Akhir Gambar 1. Parameter warna pematangan


pisang
Berdasarkan tabel 1 dan grafik 1
diperoleh hasil pengamatan warna buah
Perlakuan Karbit pada proses pematangan pisang ambon
yaitu menunjukkan parameter warna pada
Grafik 4. Perbedaan rasa pisang ambon pengamatan awal perlakuan 0 gram, 0.1
gram, 0.2 gram, 0.3 gram, 0.4 gram, dan
Keterangan: 0.5 gram secara berturut turut adalah 2, 2,
1 = sangat keras 2, 2, 2, dan 2. Pada pengamatan tengah
2 = keras perlakuan 0 gram, 0.1 gram, 0.2 gram, 0.3
3 = cukup lunak gram, 0.4 gram, dan 0.5 gram secara
4 = lunak berturut turut adalah 4, 4, 4, 5, 5, dan 5.
Pada pengamatan akhir perlakuan 0 gram,
PEMBAHASAN 0.1 gram, 0.2 gram, 0.3 gram, 0.4 gram,
Pemeraman merupakan sebuah dan 0.5 gram secara berturut turut adalah
cara yang dilakukan untuk menyimpan 7, 7, 7, 7, 7, dan 7. Hal ini menunjukkan
buah saat setelah dipetik dalam keadaan bahwa pemberian karbit berpengaruh
belum matang. Buah-buahan yang nyata terhadap perubahan warna pisang
tergolong buah klimakterik setelah ambon. Peningkatan dosis karbid
dipanen akan menjadi matang selama seharusnya memberikan perubahan warna
proses penyimpanan. Tujuan pemeraman buah pisang yang lebih cepat, seperti
adalah untuk mempercepat dan penelitian yang dilakukan oleh Murthada,
menyeragamkan kematangan buah et al. (2012) menunjukkan bahwa nilai
(Suyanti dan Supriyadi, 2008). Pada buah skor warna tertinggi terdapat pada buah
pisang proses pemeraman dapat dilakukan pisang dengan perlakuan menggunakan
dengan menggunakan karbid. Karbid karbid 5 gr dibanding karbid dengan dosis
(CaC2 ) adalah bahas penghasil gas etilen dibawahnya. Pada percobaan ini hasil
yang dapat memacu pematangan buah pengamatan menunjukkan hal yang
(Dahlan, 2020). Jika proses pemeraman sebaliknya pada saat pengamatan tengah
berjalan baik akan menghasilkan buah dan pada saat pengamatan akhir pisang
yang seragam kematangannya, rasanya dengan dosis yang lebih tinggi
manis dan mengeluarkan aroma yang menunjukkan perubahan warna yang lebih
harum (Kaleka, 2013). Hasil penelitian cepat. Hal ini disebabkan karena pada saat
Anna (2012) menunjukkan bahwa karbid proses pengkarbitan karbit dibungkus
memberikan pengaruh sangat nyata kurang rapat. Suhu udara pada kemasan
terhadap uji skor warna, uji organoleptik kedap udara lebih tinggi dibandingkan
(warna, aroma dan tekstur), dan suhu udara pada kemasan tidak kedap
berpengaruh nyata terhadap susut bobot udara. Hal ini diakibatkan karena tidak
serta kadar vitamin C pada buah adanya sirkulasi udara, sehingga udara
klimakterik. panas terkurung di dalam (Sadat, et al.,
2015).
Berdasarkan tabel 2 dan grafik 3 pemberian karbit berpengaruh nyata
diperoleh hasil pengamatan massa buah terhadap perubahan tekstur pisang ambon.
pada proses pematangan pisang ambon Peningkatan dosis karbid seharusnya
pada pengamatan awal perlakuan 0 gram, memberikan perubahan tekstur buah
0.1 gram, 0.2 gram, 0.3 gram, 0.4 gram, pisang yang lebih cepat, seperti yang
dan 0.5 gram secara berturut turut adalah dikatakan Prabawati, et al. (2008) buah
98 gram, 106 gram, 110 gram, 108 gram, akan cepat matang, mudah rontok, dan
120 gram, dan 112 gram Pada pengamatan cepat rusak, ditandai dengan bintik-bintik
tengah perlakuan 0 gram, 0.1 gram, 0.2 cokelat pada permukaan kulit karena
gram, 0.3 gram, 0.4 gram, dan 0.5 gram pemeraman buah dilakukan dengan
secara berturut turut adalah 97 gram, 104 penambahan karbid yang terlalu banyak,
gram, 110 gram, 107 gram, 120 gram dan sehingga mempercepat laju gas etilen.
111 gram. Pada pengamatan akhir Pada percobaan ini hasil pengamatan
perlakuan 0 gram, 0.1 gram, 0.2 gram, 0.3 menunjukkan hal yang sebaliknya pada
gram, 0.4 gram, dan 0.5 gram secara saat pengamatan tengah dan pada saat
berturut turut adalah 89 gram, 98 gram, 95 pengamatan akhir pisang dengan dosis
gram, 94 gram, 116 gram, dan 110 gram. yang lebih tinggi barulah menunjukkan
Hal ini menunjukkan bahwa pemberian perubahan tekstur yang lebih cepat. Hal
karbit berpengaruh terhadap pengurangan ini disebabkan karena pada saat proses
massa pisang ambon, akan tetapi pengkarbitan karbit dibungkus kurang
peningkatan dosis karbid tidak rapat. Cara pemeraman yang kurang tepat
memberikan pengurangan massa pisang akan mempengaruhi hasil dan
ambon yang signifikan. Hal ini sesuai menurunkan mutu buah pisang (Kaleka,
dengan penelitian yang dilakukan oleh 2013). Suhu udara pada kemasan kedap
Lidiawati (2016) hasil analisis ragam udara lebih tinggi dibandingkan suhu
menunjukkan bahwa pemberian karbid udara pada kemasan tidak kedap udara.
berbagai dosis dan jenis kemasan tidak Hal ini diakibatkan karena tidak adanya
berpengaruh nyata terhadap susut bobot sirkulasi udara, sehingga udara panas
buah pisang ambon, dan tidak terdapat terkurung di dalam (Sadat, et al., 2015).
interaksi antara kedua perlakuan yang Berdasarkan tabel 4 dan grafik 4
diamati pada hari terakhir. diperoleh hasil pengamatan rasa buah
Berdasarkan tabel 3 dan grafik 3 pada proses pematangan pisang ambon
diperoleh hasil pengamatan tekstur buah pada pengamatan awal perlakuan 0 gram,
pada proses pematangan pisang ambon 0.1 gram, 0.2 gram, 0.3 gram, 0.4 gram,
pada pengamatan awal perlakuan 0 gram, dan 0.5 gram secara berturut turut adalah
0.1 gram, 0.2 gram, 0.3 gram, 0.4 gram, agak manis, agak manis, agak manis, agak
dan 0.5 gram secara berturut turut adalah manis, agak manis, dan agak manis. Pada
keras, keras, keras, keras, keras, dan keras. pengamatan akhir perlakuan 0 gram, 0.1
Pada pengamatan tengah perlakuan 0 gram, 0.2 gram, 0.3 gram, 0.4 gram, dan
gram, 0.1 gram, 0.2 gram, 0.3 gram, 0.4 0.5 gram secara berturut turut adalah
gram, dan 0.5 gram secara berturut turut sangat manis, sangat manis, sangat manis,
adalah agak lunak, agak lunak, agak sangat manis, sangat manis, dan sangat
lunak, lunak, lunak, dan lunak. Pada manis. Pemberian karbit tidak memiliki
pengamatan akhir perlakuan 0 gram, 0.1 pengaruh yang nyata terhadap perubahan
gram, 0.2 gram, 0.3 gram, 0.4 gram, dan rasa pisang ambon. Hasil pengamatan ini
0.5 gram secara berturut turut adalah memiliki persamaan dengan penelitian
sangat lunak, sangat lunak, sangat lunak, yang dilakukan Lidiawati (2016) rasa
sangat lunak, sangat lunak, dan sangat buah pisang ambon pada hari pengamatan
lunak. Hal ini menunjukkan bahwa akhir yaitu manis sampai sangat manis
dengan skor penilaian antara 5 – 6, baik SMA/MA kelas XII. Jakarta:
pada pisang tanpa karbid maupun pisang Erlangga.
dengan penambahan karbid. Kaleka, N. 2013. Pisang-pisang
komersial. Jakarta: Penerbit
KESIMPULAN Arcita.
Pemberian karbid berbagai jumlah Lewis, R. A. 2002. CRC dictionary of
mempengaruhi proses pematangan buah agriculture sciences. Newyork:
pisang ambon (Musa acuminata Colla), CRC Press.
semakin banyak jumlah karbid yang Lidiawati, E. 2016. “Pengaruh dosis
diberikan maka proses pematangan buah karbid (CaC2 ) dan jenis kemasan
terhadap kualitas buah pisang
akan semakin cepat. Pemberian karbid
ambon (Musa paradisicia L)”.
berpengaruh nyata pada perubahan warna
Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu
buah pisang ambon tertera pada tabel 1 Pertanian Dharma Wacana. Metro
dan grafik 1. Pemberian karbid tidak Lampung.
memberikan pengaruh yang signifikan Murthada, A., Julianti, E. dan Suhaidi, I.
pada perubahan bobot massa pisang 2012. “Pengaruh jenis pemacu
ambon seperti yang tertera pada tabel 2 pematangan terhadap mutu buah
dan grafik 2. Pemberian karbid pisang barangan (Musa
berpengaruh nyata pada perubahan tekstur paradisiaca L.).” Jurnal Rekayasa
buah pisang ambon tertera pada tabel 3 Pangan dan Pertanian, 1(1): 47-
dan grafik 3. Pemberian karbid tidak 56.
memberikan pengaruh yang signifikan Rai, I. N., Wijana, G., & Semaraja, C. G.,
pada perubahan rasa pisang ambon seperti 2008."Identifikasi variabilitas
yang tertera pada tabel 4 dan grafik 4. genetik wani bali (Magnifiera
caesia Jack) dengan analisis
DAFTAR PUSTAKA penanda RAPD". Jurnal
Anna, E. Y. 2012. “Pengaruh jenis Holtikultura, 18(2):1-7.
perangsang pematangan terhadap Sadat, A., Tamrin dan Sugiyanti, C. 2015.
mutu buah terung belanda “Pengaruh pemeraman dengan
(Cyphomandra betacea)”. Skripsi. menggunakan batu karbid (cac2)
Fakultas Pertanian, Universitas terhadap sifat fisik dan kimia buah
Sumatera Utara. Medan. pisang ambon (Musa paradisiaca
Dahlan, D. N. 2020. “Perbandingan var. Sapientum (l.) Kunt))”.
kandungan serat kasar selai Jurnal Rekayasa pangan dan
cempedak yang diperam secara Pertanian, 3(4):1-10.
tradisional dan menggunakan Sinay, H. 2008. Kontrol pemasakan buah
karbid”. Journal Of Biology tomat menggunakan RNA
Education, 3(1): 54-62. antisesne. Yogyakarta: UGM
Hartanto, R., & Lanyas, B. 2013. Press.
“Karakteristik fisiologi manggis Sudjatha, W., & Wisaniyasa, N., W. 2017.
(Garcinia mangostana L.) dalam Fisiologi dan teknologi pasca
penyimpanan atmosfer panen (buah dan sayuran). Bukit
termodifikasi”. Jurnal Teknik Jimbaran: Udayana Press.
Pertanian Lampung, 2(1): Suyanti & Supriyadi, A. 2008. Pisang,
1-8. budidaya, pengolahan dan
Irnaningtyas. 2013. Biologi untuk prospek pasar. Jakarta: Penebar
Swadaya.
LAMPIRAN

Tabel 5. Foto Pengamatan Pematangan Buah Pisang Ambon


Perlakuan Awal Tengah Akhir

0 gram

Gambar 2. Pengamatan Awal Gambar 3. Pengamatan Tengah Gambar 4. Pengamatan Akhir


Perlakuan Karbid 0 gram Perlakuan Karbid 0 gram Perlakuan Karbid 0 gram
(Dokumentasi Kelompok 3, (Dokumentasi Kelompok 3, (Dokumentasi Kelompok 3, 2021)
2021) 2021)

0.1 gram

Gambar 5. Pengamatan Awal Gambar 6. Pengamatan Tengah Gambar 7. Pengamatan Akhir


Perlakuan Karbid 0.1 gram Perlakuan Karbid 0.1 gram Perlakuan Karbid 0.1 gram
(Dokumentasi Kelompok 3, (Dokumentasi Kelompok 3, (Dokumentasi Kelompok 3, 2021)
2021) 2021)

0.2 gram

Gambar 8. Pengamatan Awal Gambar 9. Pengamatan Tengah Gambar 10. Pengamatan Akhir
Perlakuan Karbid 0.2 gram Perlakuan Karbid 0.2 gram Perlakuan Karbid 0.2 gram
(Dokumentasi Kelompok 3, (Dokumentasi Kelompok 3, (Dokumentasi Kelompok 3, 2021)
2021) 2021)

0.3 gram
Gambar 11. Pengamatan Awal Gambar 13. Pengamatan Akhir
Perlakuan Karbid 0.3 gram Gambar 12. Pengamatan Tengah Perlakuan Karbid 0.3 gram
(Dokumentasi Kelompok 3, Perlakuan Karbid 0.3 gram (Dokumentasi Kelompok 3, 2021)
2021) (Dokumentasi Kelompok 3,
2021)
0.4 gram

Gambar 14. Pengamatan Awal Gambar 15. Pengamatan Tengah Gambar 16. Pengamatan Akhir
Perlakuan Karbid 0.4 gram Perlakuan Karbid 0.4 gram Perlakuan Karbid 0.4 gram
(Dokumentasi Kelompok 3, (Dokumentasi Kelompok 3, (Dokumentasi Kelompok 3, 2021)
2021) 2021)

0.5 gram

Gambar 17. Pengamatan Awal Gambar 18. Pengamatan Tengah Gambar 19. Pengamatan Tengah
Perlakuan Karbid 0.5 gram Perlakuan Karbid 0.5 gram Perlakuan Karbid 0.5 gram
(Dokumentasi Kelompok 3, (Dokumentasi Kelompok 3, (Dokumentasi Kelompok 3, 2021)
2021) 2021)

Anda mungkin juga menyukai