Anda di halaman 1dari 18

ISOLASI DNA PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa)

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PEMULIAAN BA-3103

Oleh :
Alfi Syahrul Miftahul Huda | 11420020
Asisten :
Rahma Kharismawati | 21322008

PROGRAM STUDI REKAYASA PERTANIAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada praktikum ini, terdapat dua gen padi yang akan diisolasi yaitu gen SOD dan
KAT. Gen SOD merupakan gen yang menyandikan superoksida dismutase. SOD
(superoxide dismutase) merupakan enzim antioksidan yang paling utama sebagai sistem
pertahanan melawan ROS dan radikal anion superoksida. SOD merupakan enzim yang
berfungsi mengkatalis dismutase radikal anion superoksida O2− menjadi hidrogen
peroksida H2 O2 dan molekul oksigen sebagai sistem pertahanan endogen. SOD berperan
dalam meningkatkan daya tahan tanaman terhadap stres lingkungan (Triana, et al., 2016).
Selanjutnya proses tersebut didetoksifikasi oleh katalase (CAT) dan glutathion
peroxidase (GPx). KAT juga merupakan salah satu enzim antioksidan endogen yang
dimanfaatkan sebagai perlawanan dalam menghadapi stress oksidatif bila jumlahnya
tidak berlebihan (Ervianti, et al., 2019).
Deoxyribonucleic acid (DNA) merupakan makromolekul berupa benang sangat
panjang yang terbentuk dari sejumlah besar deoksiribonukleotida, yang masing-masing
tersusun dari satu basa, satu gula dan satu gugus fosfat. DNA juga mempunyai peran
penting dalam pewarisan sifat. DNA membawa materi genetik dari suatu generasi ke
generasi berikutnya. DNA juga merupakan senyawa polinukleotida yang membawa sifat-
sifat keturunan yang khas pada kromosom. Jumlah DNA konstan di setiap jenis sel dan
spesies yang kandungannya bergantung dari sifat ploidi (genom) sel/ jumlah kromosom
di dalam sel. DNA bersifat stabil dan tidak katalik karena gula deoksiribosa hanya
mengandung satu kelompok hidroksil yang mengandung sedikit oksigen. Hal tersebut
menyebabkan DNA bertugas sebagai molekul untuk menjaga kestabilan informasi
genetik. DNA merupakan molekul besar yang kompleks dan terdiri atas dua pita panjang
yang saling berpilin untuk membentuk heliks ganda, dengan setiap pitanya termasuk
suatu polimer dari ratusan sampai ribuan nukleotida (Baktir, 2017). Setiap nukleotida
terdiri dari gula pentose deoksiribosa, yaitu gula pentosa atau beratom 5C telah
kehilangan satu atom oksigen; Gugus fosfat, yaitu terikat pada atom C nomor 5 pada gula
pentosa; dan basa nitrogen, yaitu yang terikat pada atom C nomor 1 pada gula pentosa
(Baktir, 2017).
Gambar 1. Struktur DNA
(Sumber: Nur’aini et al., 2019)
Isolasi DNA merupakan serangkaian proses yang dilakukan untuk memisahkan
DNA dari komponen-komponen sel seperti lipid, protein, dan RNA. Prinsip kerja isolasi
dan purifikasi DNA terdiri atas 5 tahap yaitu: pemecahan membran sel, penghilangan
protein, penghilangan RNA, presipitasi DNA, pengukuran kemurnian dan kuantitas
DNA. Pemecahan membran sel merupakan proses pertama dalam melakukan isolasi
DNA. Proses pemecahan membran sel yang paling terbaik dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia seperti detergen atau dengan menggunakan enzim.
Tahap kedua dalam proses isolasi DNA adalah proses penghilangan protein. Protein dan
asam nukleat (DNA) berbeda kelarutannya dalam pelarut organik. Asam nukleat bersifat
hidrofilik sehingga mudah larut dalam air, sedangkan protein mengandung banyak residu
hidrofobik pada pusat molekulnya sehingga membuatnya larut dalam pelarut organik.
Tahap ketiga adalah penghilangan RNA. Penghilangan RNA dapat dilakukan secara
enzimatik dengan menggunakan Rnase. Tahap keempat adalah presipitasi DNA. Pada
tahap ini digunakan dua jenis alkohol yaitu isopropanol dan etanol. Prinsip presipitasi
DNA oleh alkohol yaitu sebagai berikut. Molekul air bersifat polar (bermuatan positif)
sehingga dapat berikatan kuat dengan DNA yang juga bersifat polar (bermuatan negatif)
karena adanya kelompok fosfodiester pada tulang punggung DNA. Tahap terakhir adalah
pengukuran kemurniaan dan kuantitas RNA (Surzycki, 2003).
Tujuan utama dalam isolasi DNA adalah memisahkan DNA dari bahan lain seperti
protein, lemak, dan karbohidrat. Dengan memperoleh DNA yang murni, maka akan
diperoleh bahan DNA untuk digunakan dan dimanfaatkan sebagai sampel untuk
pemeriksaan analisis molekuler tahap selanjutnya sesuai tujuan tertentu, misalnya untuk
dilanjutkan proses amplifikasi untuk mengidentifikasi atau mendeteksi ada tidaknya gen
pada suatu penyakit infeksi tertentu, pengaruh gen unggul terhadap kondisi lingkungan
tumbuh yang tidak optimal atau gen resisten terhadap suatu antibiotik tertentu (Nurhayati
& Darmawati, 2017). Seperti penelitian yang dilakukan Deanesia, et al. (2017) mengenai
kelebihan Fe pada lahan pasang surut di Provinsi Riau yang berpotensi meracuni tanaman
padi namun memiliki mekanisme untuk mengatasi kelebihan Fe tersebut. Hasil penelitian
mendapatkan molekul DNA total dari lima varietas padi. Molekul DNA total yang
diperoleh pada varietas padi IR64 dan Amat Candu utuh dan memiliki konsentrasi sangat
tinggi. Pada varietas padi Mahsuri, Korea dan Sadani DNA total yang diperoleh juga utuh
tetapi konsentrasinya cukup tinggi.

1.2 Tujuan
1. 1Menentukan proses isolasi DNA dari tanaman padi (Oryza sativa).

1.3 Waktu dan Lokasi Percobaan


Percobaan ini dilakukan pada Jumat, 28 Oktober 2022 pukul 08.00 – 11.00 WIB
di Labtek 1A kampus ITB Jatinangor.
BAB II
METODOLOGI
2.1. Alat dan Bahan
Alat Bahan
Microsentrifuge tube Tanaman padi (Oryza sativa)
Mortar Tips (10 μL, 100 μL, dan 1000 μL)
Pestle

2.2. Cara Kerja


2.2.1 Isolasi DNA dari jaringan tanaman padi (Oryza sativa) menggunakan kit dari
Wizard® Genomic DNA Purification Kit A1120.

Jaringan Tanaman Padi (Oryza sativa)


➢ Dibekukan menggunakan nitrogen cair dan digiling menjadi bubuk halus
menggunakan mortar dan pestle. Selanjutnya diambil 40 mg daun dan
dimasukkan ke tabung microcentrifuge tube 1,5 mL.
➢ Ditambahkan 600 μL Nuclei Lysis Solution, dan vortex 1–3 detik.
➢ Diinkubasi pada suhu 65°C selama 15 menit.
➢ Ditambahkan 3 μL RNase Solution ke dalam cell lysate, dan
dicampurkan sampel dengan cara membolak balikan microcentrifuge
tube selama 2–5 kali.
➢ Diinkubasi pada suhu 37°C selama 15 menit.
➢ Dibiarkan sampel mendingin hingga suhu kamar selama 5 menit sebelum
dilanjutkan.
➢ Ditambahkan 200 μL Protein Precipitation Solution, dan vortex pada
kecepatan maksimum selama 20 detik
➢ Dilakukan sentrifugasi selama 3 menit pada kecepatan 13,000–16,000
×g. Protein yang telah mengalami presipitasi terdapat pada pellet.
➢ Dikeluarkan supernatant dengan kandungan DNA dan dipindahkan ke
microcentrifuge tube 1,5 mL yang sudah terisi 600 μL isopropanol pada
suhu ruang
➢ Diresuspen larutan sampai terlihat strand DNA yang menyerupai benang
lalu disentrifugasi pada kecepatan 13,000–16,000 × g selama 1 menit
pada suhu ruang.
➢ Dikeluarkan supernatant dan ditambahkan 600 μL 70% ethanol dan
dicampurkan dengan dibolak-balik tube selama beberapa kali lalu
disentrifugasi selama 1 menit pada suhu ruang dengan kecepatan 13.000-
16.000 ×g
➢ Dilakukan aspriasi ethanol dan dijaga agar pelletnya tidak terbawa
➢ Tabung tissue towel dibalik dan pellet dikeringkan selama 15 menit
➢ Ditambahkan 30 μL DNA Rehydration Solution dan dilakukan rehidrasi
DNA melalui inkubasi selama 30 menit pada suhu 65°C kemudian
tabung diketuk dengan perlahan secara berkala
➢ Dilakukan penyimpanan DNA pada suhu 2–8°C

Hasil Isolasi DNA


BAB III
HASIL DAN PENGAMATAN
3.1 Hasil Pengamatan
Tabel 1. Proses Isolasi DNA
Tahapan Isolasi DNA Dokumentasi

Tahap penggerusan sampel yang sudah


menjadi bubuk

Gambar 2. Tahap penggerusan sampel


yang sudah menjadi bubuk
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 5, 2022)

Tahap penambahan Nuclei lysis solution

Gambar 3. Tahap penambahan Nuclei


lysis solution
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 5, 2022)

Tahap mem-vortex

Gambar 4. Tahap mem-vortex


(Sumber: Dokumentasi Kelompok 5, 2022)

Tahap inkubasi

Gambar 5. Tahap inkubasi


(Sumber: Dokumentasi Kelompok 5, 2022)
Tahap penggunaan sentrifuge

Gambar 6. Tahap penggunaan sentrifuge


(Sumber: Dokumentasi Kelompok 5, 2022)

Proses pemisahan pelet dan supernatan

Gambar 7. Proses pemisahan pelet dan


supernatan
(Sumber: Dokumentasi Kelompok 5, 2022)
Foto hasil pelet di tahap 13

Gambar 8. Foto hasil pelet di tahap 13


(Sumber: Dokumentasi Kelompok 5, 2022)

Haail DNA di tahap 16

Gambar 9. Hasil DNA di tahap 16


(Sumber: Dokumentasi Kelompok 5, 2022)

3.2 Pembahasan
Isolasi DNA merupakan serangkaian proses yang dilakukan untuk memisahkan DNA
dari komponen-komponen sel seperti lipid, protein, dan RNA (Surzycki, 2003). Ekstraksi
dan purifikasi DNA pada dasarnya merupakan serangkaian proses pemisahan DNA dari
komponen-komponen sel lainnya. Ekstraksi DNA pada organisme eukaryot dilakukan
melalui proses penghancuran dinding sel (lysis of cell wall), penghilangan protein dan RNA
(cell digestion), dan pengendapan DNA (precipitation) dan pemanenan. Terdapat 3 prinsip
utama dalam isolasi DNA yakni 1). penghancuran (lisis), 2). esktraksi atau pemisahan DNA
dari bahan padat seperti selulosa dan protein, serta 3). pemurnian DNA (Nurhayati &
Darmawati, 2017). Proses pemecahan membran sel yang paling terbaik dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia seperti detergen atau dengan menggunakan enzim. Tahap
kedua dalam proses isolasi DNA adalah proses penghilangan protein. Protein dan asam
nukleat (DNA) berbeda kelarutannya dalam pelarut organik. Asam nukleat bersifat hidrofilik
sehingga mudah larut dalam air, sedangkan protein mengandung banyak residu hidrofobik
pada pusat molekulnya sehingga membuatnya larut dalam pelarut organik. Pada tahapan
ekstraksi DNA, biasanya digunakan chelating agent seperti ethylenediamine tetraacetic acid
(EDTA), DNase yang dapat mendenaturasi DNA. Tujuan dilakukan ekstraksi yaitu untuk
mendapatkan ekstrak dari tanaman yang diuji. Tahap selanjutnya yaitu purifikasi, tahap ini
bertujuan untuk membersihkan hasil ekstraksi dari zat-zat lainnya. Tahap ketiga adalah
penghilangan RNA. Penghilangan RNA dapat dilakukan secara enzimatik dengan
menggunakan Rnase. Tahap keempat adalah presipitasi DNA. Pada larutan tersebut
kemudian diberikan RNAse dan diinkubasi selama 10 menit pada suhu 65°C. Hal tersebut
bertujuan untuk mengoptimalkan kerja enzim yang sangat dipengaruhi oleh temperatur.
Penambahan RNAse berguna untuk menyingkirkan kontaminasi RNA sehingga DNA dapat
diisolasi secara utuh. Pada tahap ini digunakan dua jenis alkohol yaitu isopropanol dan etanol.
Tahap presipitasi dilakukan dengan cara meneteskan larutan presipitasi protein dan kemudian
divortex yang bertujuan untuk menghomogenkan larutan. Larutan presipitasi protein terdiri
atas amonium asetat yang jika berikatan dengan protein mengakibatkan terbentuknya
senyawa baru dengan kelarutan lebih rendah, sehingga menyebabkan protein mengendap.
Larutan tersebut kemudian disentrifugasi kembali selama 5 menit dengan kecepatan 13.000
rpm, kemudian dipekatkan melalui presipitasi dengan menggunakan etanol dan isopropanol.
Kedua senyawa tersebut akan mempresipitasi DNA pada fase aquoeus sehingga DNA
menggumpal membentuk struktur fiber dan terbentuk pellet setelah dilakukan sentrifugasi.
Setelah didapatkan pellet DNA, dilakukan pelarutan DNA dengan menggunakan buffer TE
atau H2O setelah pellet terlebih dahulu dikeringkan (Surzycki, 2003). Tujuan utama dalam
isolasi DNA adalah memisahkan DNA dari bahan lain seperti protein, lemak, dan
karbohidrat. Dengan memperoleh DNA yang murni, maka akan diperoleh bahan DNA untuk
digunakan dan dimanfaatkan sebagai sampel untuk pemeriksaan analisis molekuler tahap
selanjutnya sesuai tujuan tertentu, misalnya untuk dilanjutkan proses amplifikasi untuk
mengidentifikasi atau mendeteksi ada tidaknya gen pada suatu penyakit infeksi tertentu,
pengaruh gen unggul terhadap kondisi lingkungan tumbuh yang tidak optimal atau gen
resisten terhadap suatu antibiotik tertentu (Nurhayati & Darmawati, 2017). Seperti penelitian
yang dilakukan Deanesia, et al. (2017) mengenai kelebihan Fe pada lahan pasang surut di
Provinsi Riau yang berpotensi meracuni tanaman padi namun memiliki mekanisme untuk
mengatasi kelebihan Fe tersebut. Hasil penelitian mendapatkan molekul DNA total dari lima
varietas padi. Molekul DNA total yang diperoleh pada varietas padi IR64 dan Amat Candu
utuh dan memiliki konsentrasi sangat tinggi. Pada varietas padi Mahsuri, Korea dan Sadani
DNA total yang diperoleh juga utuh tetapi konsentrasinya cukup tinggi.
Terdapat beberapa alat yang digunakan dalam isolasi DNA, yang pertama adalah
mesin sentrifugasi, yaitu mesin yang didesain untuk memisahkan material bermassa di
antaranyaberat dengan yang ringan. Mesin sentrifugasi berputar dengan kecepatan yang
sangat tinggi. Kemudian ada tabung sentrifugasi yang berfungsi sebagai tempat diprosesnya
sampel. Vortex berfungsi untuk mencampurkan larutan yang berjumlah sedikit. Termos
digunakan untuk menahan tekanan nitrogen cair yang digunakan dalam menghaluskan duan
padi. Timbangan digunakan untuk mengukur berat sampel tanaman padi yang dibutuhkan.
Mikropipet + tip dan pipet transfer berfungsi untuk mengambil larutan yang diperlukan
dalam praktikum dalam satuan mikroliter (μL). Tube digunakan untuk menampung sampel
darah. Inkubator atau waterbath digunakan untuk mengontrol temperatur, keamanan dan
goncangan pada status yang tetap. Sarung tangan dan masker untuk menghindari kontaminasi
pada sampel sekaligus sebagai alat pelindung diri dari bahan pemeriksaan yang infeksius.
Selain itu, terdapat beberapa reagen yang digunakan dalam praktikum ini, yang pertama
adalah nucleic lysis solution digunakan untuk melarutkan komponen-komponen sel agar
terpisah dari DNA. RNAase berfungsi untuk menghancurkan RNA. Larutan presipitasi
protein (Hac) berfungsi untuk mengendapkan protein yang berasosiasi dengan DNA.
Isopropanol berfungsi sebagai medium agregasi plasmid DNA agar DNA terlihat. Etanol
berfungsi untuk fase pencucian DNA untuk menghilangkan isopropanol dan garam yang
terkandung (Nurhayati & Darmawati, 2017). Selain itu, terdapat beberapa bahan yang
digunakan yaitu alkohol yang berfungsi untuk mensterilkan alat dan nitrogen cair yang
digunakan sebagai zat pendingin untuk mempermudah penggerusan sampel agar lebih cepat
halus (Rahayu & Purnavita, 2008).
Kriteria dari hasil isolasi DNA yang baik adalah dilihat dari kemurniaan hasil isolat
yang dianalisis kuantitasnya melalui elektroforesis. Menurut Sambrook et al (1989) dalam
Murtiyaningsih (2017) kemurnian larutan DNA dapat dihitung melalui perbandingan A260
nm dengan A280 nm. Hasil isolasi DNA dikatakan murni apabila rasio perbandingan A260
nm dan A280 nm adalah 1,8-2,0 dan telah memenuhi persyaratan yang dibutuhkan dalam
analisis molekuler. Pengukuran kuantitas DNA juga dilakukan dengan pengukuran
konsentrasi DNA yang bertujuan untuk mengetahui banyak sedikitnya DNA yang
terkandung dalam larutan. Konsentrasi DNA diukur melalui spektrofotometer yang
didasarkan pada prinsip penyerapan sinar ultraviolet oleh nukleotida dan protein dalam
larutan. Penyerapan sinar UV oleh DNA dicapai pada panjang gelombang 260 nm,
sedangkan penyerapan protein dicapai pada panjang gelombang 280 nm. Pada panjang
gelombang 260 nm, apabila optical density (OD260) sama dengan 1, maka konsentrasi
molekul DNA setara 50 ug ml-1 (untuk DNA heliks ganda) 40 ug ml-1 (untuk RNA) dan 20
ug ml-1 (untuk oligonukleotida). Secara kualitatif hasil isolasi DNA yang baik adalah
memiliki keutuhan DNA yang dilihat dari adanya pita DNA yang bermuncul single pita, tidak
terkontaminasi RNA yang dibuktikan tidak adanya pita RNA pada gel agarose
(Murtiyaningsih, 2017).
Pemuliaan tanaman dilakukan untuk memperoleh ketersediaan kultivar tanaman yang
baik secara fenotipik atau genetik. Pemuliaan tanaman dilakukan dengan cara persilangan
dan teknik hibridisasi somatik. Identifikasi tanaman hasil pemuliaan tanaman dapat
dilakukan berdasarkan karakter morfologi, anatomi, sitogenetika dan molekuler. Analisis
secara molekuler lebih akurat karena dilakukan pada level DNA. Hal pertama yang dilakukan
untuk identifikasi tanaman secara molekuler adalah isolasi DNA (Triani, 2020). Isolasi DNA
dalam pemuliaan tanaman sangat penting karena tujuan utama dalam isolasi DNA adalah
memisahkan DNA dari bahan lain seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Dengan
memperoleh DNA yang murni, maka akan diperoleh bahan DNA untuk digunakan dan
dimanfaatkan sebagai sampel untuk pemeriksaan analisis molekuler tahap selanjutnya sesuai
tujuan tertentu, misalnya untuk dilanjutkan proses amplifikasi untuk mengidentifikasi atau
mendeteksi ada tidaknya gen pada suatu penyakit infeksi tertentu, pengaruh gen unggul
terhadap kondisi lingkungan tumbuh yang tidak optimal atau gen resisten terhadap suatu
antibiotik tertentu (Nurhayati & Darmawati, 2017).
Salah satu aplikasi DNA yang sudah dilakukan di industri khususnya pada teknologi
pasca panen adalah identifikasi gen transgenik pada produk susu bubuk kedelai dan susu
formula soya dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction). Tujuan adanya identifikasi
transgenik ini adalah untuk memenuhi hak-hak konsumen dengan adanya pelabelan produk
rekayasa genetik (PRG). Seperti peneilitian yang dilakukan oleh Wardani et al (2017) teknik
yang dilakukan untuk mendeteksi PRG salah satunya menggunakan metode PCR. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya gen transgenik pada produk susu bubuk kedelai
dan formula soya, sehingga produk dapat digolongkan sebagai PRG atau tidak. Penelitian
juga bertujuan untuk mengetahui suhu annealing optimum primer CaMV 35S promotor, gen
EPSPSCP4, dan NOS terminator yang diaplikasikan dalam penelitian. Hasil penelitian
didapatkan suhu annealing optimum primer CaMV 35S promotor adalah 60 °C. Sedangkan
untuk primer gen EPSPS-CP4 suhu annealing optimumnya 59 °C. Untuk primer NOS
terminator suhu annealing optimum tidak ditemukan. Dari amplifikasi DNA sampel, 6
sampel susu bubuk kedelai dan 5 sampel formula soya terdapat sisipan gen EPSPS-CP4 dan
gen Promotor CaMV 35S. Dengan demikian 11 sampel tersebut dapat dikatakan sebagai
PRG.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut.
1. Proses isolasi DNA DNA genomic dari jaringan tanaman padi (Oryza sativa) terdiri
dari pengurusan jaringan menggunakan mortal dan pestle yang ditambahkan nitrogen
cair serta penambahan nuclei lysis solution untuk pelisisan dinding dan membran sel,
dilakukan inkubasi selama 15 menit dengan suhu 650C, purifikasi dengan
penambahan RNase solution lalu di vortex, dilakukan sentrifugasi pada larutan,
ekstraksi pada larutan, dipresipitasi dengan aspirasi ethanol, dan dilakukan rehidrasi
DNA.

4.2 Saran
Untuk memperoleh hasil isolasi DNA yang murni dan baik sebaiknya dilakukan
percobaan sesuai prosedur. Seperti memperhatikan faktor suhu inkubasi agar tidak terlalu
tinggi atau lama waktu inkubasi jangan terlalu lama karena dapat merusak DNA.
Penggerusan sampel daun padi juga harus diperbanyak agar mempermudah pengambilan
sampel. Selain itu, alat yang digunakan pad apercobaan seperti tube ataupun mikropipet
dilakukan sterilisasi menggunakan alkohol dan autoklaf agar hasil isolasi DNA tidak
terkontaminasi dari luar
DAFTAR PUSTAKA
Baktir, A. (2017). DNA Struktur dan Fungsi. Airlangga University Press.
Deanesia, D., Roslim, D.I., dan Herman. (2014). Isolasi DNA tanaman padi (Oryza sativa
L.) asal Kecamatan Bantan, Bengkalis, Riau. JOM FMIPA, 1(2), 644-650.
Murtianingsih, H. (2017). Isolasi DNA genom dan identifikasi kekerabatan genetic nanas
menggunakan rapd. Agritrop, 15(1), 1-10.
Nurhayati, B., & Darmawati, S. (2017). Biologi Sel Dan Molekuler. Badan Pemberdayaan
Dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Kemenkes Ri.
Nur’aini, S., Mukaromah, A. S., & Muhlisoh, S. (2019). Pengenalan deoxyribonucleic acid
(DNA) dengan marker-based augmented reality. Walisongo Journal of Information
Technology, 1(2), 91-100.
Rahayu, S. S., & Purnavita, S. (2008). Kimia Industri. Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah. Departemen Pendidikan Nasional.
Surzycki, S. (2003). Laboratory manual: human molecular biology. Blackwell Science
Publishing Company
Triana, S. H., Alimuddin, Widyastuti, U., Suharsono, Suryati, E., & Parenrengi, A. (2016).
Perbaikan metode introduksi gen pada Kappaphycus alvarezii. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, 8(1), 249-258.
Triani, N. (2020). Isolasi DNA tanaman jeruk dengan menggunakan metode CTAB (cetyl
trimethyl ammonium bromide). G-Tech: Jurnal Teknologi Terapan, 3(2), 221-226.
Wardani, A. K., Alirsyah, A., & Fauziah, A. (2017). Identifikasi gen transgenik pada produk
susu bubuk kedelai dan susu formula soya dengan metode PCR (Polymerase Chain
Reaction). Agritech: Jurnal Fakultas Teknologi Pertanian UGM, 37(3), 237-245.
LAMPIRAN
Tabel 1. Proses Isolasi DNA
Proses Isolasi DNA

Gambar 10. Penggerusan sampel padi Gambar 11. Hasil penggerusan sampel
(Oryza sativa) dengan cairan nitrogen (Sumber : Dokumentasi Kelompok 5, 2022)
menggunakan mortar dan pestle
(Sumber : Dokumentasi Kelompok 5, 2022)

Gambar 12. Sampel yang akan diinkubasi Gambar 13. Sampel setelah diinkubasi
pada inkubator (Sumber : Dokumentasi Kelompok 5, 2022)
(Sumber : Dokumentasi Kelompok 5, 2022)
Gambar 14. Penambahan DNA Rehidration Gambar 15. Hasil pellet pada proses
(Sumber : Dokumentasi Kelompok 5, 2022) precipitation dengan protein
(Sumber : Dokumentasi Kelompok 5, 2022)

Anda mungkin juga menyukai