NIM : 191710101022
Kelas : THP 4B
Asisten :
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Memahami perubahan yang terjadi selama penyangraian biji kakao
2. Mengetahui efisiensi pemisahan kulit biji kakao
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Penimbangan 100g
Pendinginan
Penimbangan
Perhitungan persentase
5.1 Penyangraian
Pada praktikum penyangraian biji kakao dilakukan dengan menyangrai 100
gram biji kakao sebanyak 3 kali pengulangan. Penyangraian dilakukan dengan alat
roaster bersuhu 110-1150C selama 10 menit. Penyangraian merupakan proses
yang berfungsi untuk memudahkan pengeluaran lemak dari dalam biji dan
membentuk aroma serta citarasa khas cokelat dari biji kakao. Setelah disangrai,
biji kakao ditimbang untuk mengetahui berat sebelum dan sesudah sehingga dapat
dilakukan pengamatan deskripsi fisik kakao.
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan, diperoleh hasil yang
menunjukkan bahwa rata-rata berat biji kakao sebelum penyangraian sebesar
100,20 gram dan setelah penyangraian sebesar 93,48 gram. Berat biji kakao
mengalamai penyusutan karena adanya pemanasan yang diberikan selama
penyangraian. Selain itu, penyaringan membuat beberapa senyawa volatile
mengalami penurunan kerapatan curah biji kakao sehingga mengalami perubahan
fisik seperti pengembangan volume. Hal ini selaras dengan penelitian Wibowo
(2017), bahwa penyangraian biji kakao dimaksudkan untuk mengurangi kadar air
biji, mempermudah pengelepasan kulit biji dan pembentukam aroma, memiliki
cita rasa yang khas. Menurut Wijanarti dkk, (2018), penyangraian bertujuan untuk
membentuk aroma kakao hingga menurunkan kadar air hingga 5-6%, dan
mengurangi kandungan mikroba yang berasal dari proses fermentasi.
Penyangraian biji kakao memiliki pengaruh terhadap sifat fisiknya. Warna
biji kakao sebelum penyaringan adalah berwarna coklat, beraroma lebih asam dan
tekstur lebih keras. Sedangkan biji kakao setelah penyangraian berwarna coklat
tua, aromanya tidak asam dan tekstur mudah rapuh. Perubahan warna pada biji
kakao dipengaruhi oleh reaksi Maillard yang merupakan reaksi antara gula
pereduksi dengan asam amino yang terjadi pada suhu tinggi. Menurut Wijanarti,
dkk (2018), gugus karboksil dari glukosa atau gula pereduksi akan berinteraksi
dengan gugus nukleofilik grup amino dari protein dalam suasana basa sehingga
terbentuk kompleks pigmen melanoidin yang berwana cokelat dan senyawa 5-
hidroksimetil-2-furfuraldehid (HMF). Perubahan aroma biji kakao sebelum dan
sesudah disangrai dipengaruhi oleh senyawa precursor aroma yang dihasilkan.
Senyawa prekusor tersebut selanjutnya akan bereaksi dengan reaksi Maillard pada
saat proses penyangraian sehingga menghasilkan aroma khas coklat. Proses
penyangraian menyebabkan sebagian asam menguap dari biji kakao sehingga
kadar asam pada biji berkurang (Wijanarti, dkk., 2018). Selain perubahan fisik
terhadap warna dan aroma, penyangraian biji kakao mempengaruhi tekstur
sehingga menjadi lebih rapuh ketika dipatahkan. Hal ini selaras dengan penelitian
Lada, dkk (2014), yang mengatakan bahwa tektur biji kakao menjadi rapuh
(fraktur) setelah disangrai.
Fraksi 2 (%)
120
98.26 98.93 97.78
100
80
60 Nib
40 Kulit
20
1.74 1.07 2.22
0
1 2 3
Fraksi 4 (%)
120
98.37 99.11 97.44
100
80
60 Nib
40 Kulit
20
0
1 2 3
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penyangraian berpengaruh terhadap perubahan biji kakao sebelum dan
sesudah penyangraian. Perubahan tersebut diantaranya massa biji menurun,
warna menjadi coklat tua, aromanya tidak asam dan teksturnya mudah rapuh.
Hal ini disebabkan oleh adanya penguapan air dan reaksi Maillard pada biji
kakao.
2. Efisiensi pemisahan nib dan kulit biji kakao telah memenuhi persyaratan SNI
(maksimal 1,75%). Sehingga efisiensi pemisahan dinilai cukup baik.
6.2 Saran
Adapun saran dalam prakitkum ini adalh diperlukan ketelitian dan
perhatian saat mencermati setiap langkah atau prosedur prakitkum. Selain itu,
pengolahan data haus dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada kesalahan dan
diperoleh data yang tepat dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Penyangraian
100,17+100,25+100,19
Rata-rata berat sebelum penyangraian = = 100,20 g
3
92,57+93,29+94,58
Rata-rata berat sesudah penyangraian = = 93,48 g
3
2. Pemisahan Kulit
a. Fraksi 1 (Nib)
29,16
U1 = x 100% = 98,61%
29,57
28,01
U2 = 28,32 x 100% = 98,91%
29,99
U3 = 30,82 x 100% = 97,61%
98,61%+98,91%+97,61%
x̄ = = 98,28%
3
Fraksi 1 (Kulit)
0,41
U1 = x 100% = 1,39%
29,57
0,31
U2 = 28,32 x 100% = 1,09%
0,83
U3 = 30,82 x 100% = 2,69%
1,39%+1,09%+2,69%
x̄ = = 1,72%
3
b. Fraksi 2 (Nib)
18,04
U1 = x 100% = 98,26%
18,36
19,36
U2 = 19,57 x 100% = 98,93%
16,75
U3 = 17,13 x 100% = 97,78%
98,26%+98,93%+97,78%
x̄ = = 98,32%
3
Fraksi 2 (Kulit)
0,32
U1 = x 100% = 1,74%
18,36
0,21
U2 = 19,57 x 100% = 1,07%
0,38
U3 = 17,13 x 100% = 2,22%
1,74%+1,07%+2,22%
x̄ = = 1,68%
3
c. Fraksi 3 (Nib)
21,38
U1 = x 100% = 98,62%
21,68
21,67
U2 = 22,01 x 100% = 98,46%
20,93
U3 = 21,35 x 100% = 98,03%
98,62%+98,46%+98,03%
x̄ = = 98,37%
3
Fraksi 3 (Kulit)
0,30
U1 = x 100% = 1,38%
21,68
0,34
U2 = 22,01 x 100% = 1,54%
0,42
U3 = 21,35 x 100% = 1,97%
1,38%+1,54%+1,97%
x̄ = = 1,63%
3
d. Fraksi 4 (Nib)
6,02
U1 = x 100% = 98,37%
6,12
5,56
U2 = 5,62 x 100% = 99,11%
6,46
U3 = 6,63 x 100% = 97,44%
98,37%+99,11%+97,44%
x̄ = = 98,31%
3
Fraksi 4 (Kulit)
1,10
U1 = x 100% = 1,63%
6,12
0,05
U2 = 5,62 x 100% = 0,89%
0,17
U3 = 6,63 x 100% = 2,56%
1,63%+0,89%+2,56%
x̄ = = 1,69%
3
LAMPIRAN ACC
Penyangraian
Rata-Rata Berat (g)
Sebelum Penyangraian Setelah Penyangraian
100,20 93,48
Pemisahan Kulit
Fraksi 1 (%) Fraksi 2 (%) Fraksi 3 (%) Fraksi 4 (%)
Ulangan
Nib Kulit Nib Kulit Nib Kulit Nib Kulit
1 98,61 1,39 98,26 1,74 98,62 1,38 98,37 1,63
2 98,91 1,09 98,93 1,07 98,46 1,54 99,11 0,89
3 97,31 2,69 97,78 2,22 98,03 1,97 97,44 2,56
Rata-
98,28 1,72 98,32 1,68 98,37 1,63 98,31 1,69
Rata
Asisten
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Penimbangan biji
kakao
Penyangraian biji
kakao
Pengamatan
perubahan biji kakao
akibat penyangraian
dan pembandingan
dengan biji kakao
tanpa penyangraian
Pemisahan kulit
2. Biji kakao sangrai
biji
No. Perlakuan Gambar Keterangan
Pemasukan dalam
mesin winnowing
Penimbangan kulit
dan nib masing-
masing fraksi