OLEH
0|Page
DAFTAR ISI
JUDUL..............................................................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................................................
Latar Belakang................................................................................................................
Tujuan Penulisan.............................................................................................................
Manfaat ...........................................................................................................................
1|Page
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah salah satu negara pemasok utama kakao dunia setelah Pantai Gading
(38,3%) dan Ghana (20,2%) dengan persentasi 13,6% (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013).
Dengan demikian, komoditas kakao memegang peran penting dalam perekonomian nasional
dan menjadi salah satu komoditas andalan nasional setelah karet dan kelapa sawit.
Hingga saat ini, kurang lebih 90% petani menjual kakao dalam bentuk biji untuk
diekspor, namun mutu biji kakao tersebut masih rendah karena tidak difermentasi, kandungan
kadar air masih rendah, terserang jamur, tercampur dengan kotoran atau benda-benda asing
lainnya. Hal ini berdampak pada negara tujuan ekspor kakao, terutama di Amerika Serikat.
Kakao Indonesia diberlakukan penahan otomatis (automatic detention) dan potongan harga
(automatic discount) di Amerika Serikat sehingga daya saingnya menjadi lebih rendah dari
kakao yang diproduksi oleh negara lain.
Beberapa faktor yang mempengaruhi mutu kakao yang dihasilkan, yaitu penanganan dari
tingkat kebun (on-farm) dan penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen kakao
merupakan penentu mutu produk akhir kakao karena dalam proses ini terjadi pembentukan
calon cita rasa khas kakao dan pengurangan cita rasa yang tidak dikehendaki, seperti rasa pahit
dan sepat.
Dengan penanganan pascapanen yang tepat, kakao yang dihasilkan memiliki mutu yang
tinggi. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai penanganan pascapanen kakao yang tepat
diperlukan demi menghasilkan mutu kakao yang baik. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka
makalah yang berjudul “Penanganan Pascapanen Kakao” disusun agar pengetahuan mengenai
penanganan kakao, seperti proses pemanenan, sortasi, fermentasi, dan pengolahan dapat
diketahui dengan baik.
2|Page
1.2. Tujuan Penulisan
1.3. Manfaat
3|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kakao
yang terus dipacu pengembangannya guna menjadi berbagai macam produk baru
merupakan produsen biji kakao terbesar ketiga setelah Pantai Gading dan Ghana.
Produksi biji kakao Indonesia secara signifikan terus meningkat, tetapi mutu yang
dihasilkan sangat rendah akibat beberapa faktor antara lain minimnya sarana
pengolahan, lemahnya pengawasan mutu, biji kurang terfermentasi dan kadar air
tinggi. Namun, disisi lain kakao Indonesia juga mempunyai keunggulan yaitu
mengandung lemak coklat yang tinggi dan tidak cepat meleleh (Ulfaniah, dkk.,
2014).
kakao mulia yang berasal dari varietas criollo dengan kulit buah berwarna merah
dan kakao lindak yang berasal dari varietas forastero dengan kulit buah berwarna
Bagi industri makanan dan minuman cokelat, mutu biji kakao merupakan
persyaratan mutlak. Dengan demikian, bagi produsen kakao sebaiknya mutu biji
kakao menjadi perhatian agar posisi bersaing (bargaining position) menjadi lebih
baik, keuntungan dari harga jual menjadi optimal dan memberikan kepuasan
4|Page
kepada pelanggan tanpa banyak memerlukan biaya yang tinggi (Hayati, dkk.,
2012).
Standar mutu biji kakao Indonesia terbagi atas dua persyaratan yaitu,
persyaratan umum dan persyaratan khusus yang diatur dalam standar nasional
Keterangan:
I : biji kakao mutu I
II : biji kakao mutu II
III : biji kakao mutu III
F : Fine cacao (kakao mulia)
B : Bulk cacao (kakao lindak)
5|Page
Untuk mendapatkan mutu biji kakao yang memenuhi standar, maka
setiap tahapan proses pengawasan dan kontrol mutu biji kakao harus diawasi
secara teratur agar pada saat terjadi penyimpangan terhadap mutu biji kakao, suatu
tindakan koreksi yang tepat sasaran dapat segera dilakukan (Hatmi, dkk., 2012).
yang tinggi tanpa diikuti cara panen dan pascapanen yang benar tidak akan
menjamin pendapatan yang tinggi. Pada saat panen buah kakao harus diperhatikan
tingkat kemasakan buah dan cara panennya. Sedangkan pada pascapanen kakao
2.1.2.1 Panen
Buah kakao yang sudah masak harus segera dipetik agar bijinya tidak
tumbuh. Tanda-tanda buah masak antara lain terjadinya perubahan warna. Buah
muda yang berwarna hijau berubah menjadi berwarna kuning, sedangkan buah
muda yang berwarna merah akan berubah menjadi jingga. Disamping itu, biji-biji
terlepas dari kulit buahnya sehingga akan berbunyi bila digoyang-goyang. Tingkat
kemasakan buah berpengaruh terhadap hasil fermentasi. Panen yang terlalu awal
menyebabkan mutu biji kering sangat rendah, karena biji yang dihasilkan gepeng
dan keriput. Sebaliknya, panen yang terlambat akan menyebabkan biji tumbuh di
6|Page
atau sabit. Untuk buah yang letaknya terlalu tinggi dapat dipanen dengan sabit
7|Page
bergalah. Pengambilan buah melalui pemutaran dengan tangan sebaiknya
tidak tumbuh lagi ditempat itu pada periode berikutnya. Pemanenan buah
dilakukan dengan memotong tangkai buah tepat di batang atau cabang tempat
dikumpulkan pada suatu tempat kemudian dilakukan sortasi buah yang busuk,
terserang hama atau penyakit, buah muda, dan buah yang terlalu masak
2.1.2.2 Pascapanen
terjadi pembentukan citarasa khas kakao dan pengurangan cita rasa yang tidak
dikehendaki, misalnya rasa pahit dan sepat. Dalam proses pengolahan khususnya
yang tidak diolah dengan baik tidak diterima di pasaran atau rendah harganya,
2.1.3 Fermentasi
melepaskan biji kakao dari pulp. Proses fermentasi merupakan tahapan biji kakao
cokelat yang baik, dapat mengurangi rasa pahit dan sepat serta memperbaiki
kenampakan biji. Fermentasi yang sempurna menentukan citarasa biji kakao dan
produk olahannya, termasuk juga karena buah yang masak serta pengeringan yang
8|Page
baik. Jika fermentasi yang dilakukan kurang atau tidak sempurna, dihasilkan
citarasa khas cokelat yang pahit dan akan timbul biji slaty, yaitu biji yang
yang mempengaruhi mutu biji kakao. Dalam proses ini, terjadi penguraian gula
menjadi alkohol yang dilakukan oleh beberapa jenis khamir yang dilanjutkan
dengan penguraian alkohol menjadi asam asetat dan asam laktat oleh beberapa
jenis bakteri. Selain itu, selama proses fermentasi juga berlangsung pembentukan
dalam proses fermentasi biji kakao yaitu khamir, bakteri asam cuka dan bakteri
bantuan oksigen dari udara. Proses fermentasi akan berjalan baik jika tersedia
cukup oksigen dan akan muncul panas yang merupakan hasil oksidasi senyawa
gula di dalam pulpa (lendir). Mikroba memanfaatkan senyawa gula yang ada di
dalam pulpa sebagai media tumbuh sehingga lapisan pulpa terurai menjadi cairan
yang encer dan keluar lewat lubang-lubang di dasar dan dinding peti fermentasi
(Widyotomo, 2008).
diatas permukaan tanah yang dialasi daun pisang, dan 3) fermentasi dengan
9|Page
memberikan kualitas biji kakao yang lebih baik dari dua cara fermentasi
fermentasi dan ditutup. Fermentasi berlangsung selama 5-7 hari untuk kakao
lindak dan 3-4 hari untuk kakao mulia. Selama fermentasi dilakukan pengadukan
agar proses fermentasi berjalan merata. Di samping itu, harus dijaga agar biji tidak
(Poedjiwidodo, 1996).
dengan panas yang dihasilkan. Panas menyebabkan suhu biji meningkat secara
bertahap dari 45⁰ - 60⁰C sehingga mempercepat terbentuknya asam dari pulp.
Kerja zat-zat racun mematikan biji tanpa merusak kegiatan enzim yang ada dalam
biji sehingga proses-proses enzimatis untuk membentuk aroma, rasa dan warna
cokelat yang sangat rendah atau rasa pahit dan biji yang slaty, umumnya
dihasilkan dari proses fermentasi yang terlalu singkat (kurang dari 3 hari).
Sedangkan biji rapuh dan berbau kurang sedap atau kadang berjamur adalah
produk dari proses fermentasi yang terlalu lama (lebih dari 5 hari), biji kakao
berjamur atau hitam tidak memiliki citarasa cokelat yang baik. Biji dengan waktu
fermentasi tepat 5 hari mempunyai warna belahan cokelat agak tua dan tekstur
(Widyotomo, 2008).
10 | P a g e
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam proses fermentasi adalah
sebagai berikut:
a. Jumlah biji
menggunakan kotak fermentasi berukuran (40 x 40 x 20) cm. Bila jumlah biji 20-
b. Tempat fermentasi
diberi lapisan daun pisang dan bagian atasnya ditutup dengan goni. Dewasa ini
tempat untuk fermentasi biji kakao berupa kotak kayu dengan bermacam-macam
ukuran, tergantung jumlah biji yang akan difermentasi. Kotak fermentasi yang
terlalu dalam akan menyebabkan proses fermentasi hanya terjadi pada bagian atas
saja. Setiap sisi kotak pada peti fermentasi bagian dalam dilubangi dengan jarak
yang sama dari setiap titik lubang. Lubang-lubang ini dimaksudkan untuk tempat
keluar masuknya udara yanag terdapat dalam kedua dinding tersebut sehingga
1996).
mencapai suhu itu diperlukan ketebalan biji tertentu. Untuk fermentasi skala kecil
(<100 kg) dengan metode sime-cadbury ketebalan biji antara 20 – 30 cm. Apabila
ketebalan lebih dari 30 cm menyebabkan suhu bagian tengah terlalu tinggi, karena
11 | P a g e
ketebalan biji terlalu tipis maka tidak dapat tercapai suhu optimal untuk
1996).
Hal ini untuk diperolehnya keseragaman fermentasi biji kakao. Biji kakao yang
tidak dibalik saat difermentasi, maka biji kakao yang ditengah dihasilkan panas
setiap 2 hari sekali selama 6 hari. Pengadukan yang hanya dilakukan sekali akan
kulit biji berwarna gelap, biji tengik, dan rapuh. Biji yang difermentasi penuh
ditandai dengan adanya warna cokelat gelap pada 80% kulit luar biji, lendir yang
d. Lamanya fermentasi
waktu fermentasi harus tepat agar mendapatkan hasil yang baik. Waktu fermentasi
yang terlalu cepat akan menghasilkan biji kakao bermutu rendah yaitu biji slaty,
biji yang teksturnya seperti keju. Sedangkan bila terlalu lama akan diperoleh biji
12 | P a g e
yang rapuh dan timbul citarasa yang tidak baik, tetapi pada umumnya lama
2.1.4 Pengeringan
Tahap pengolahan selanjutnya baik untuk biji yang dicuci maupun yang
tidak dicuci adalah pengeringan. Pada biji yang tidak dicuci tujuan pengeringan
ini adalah untuk menghentikan proses fermentasi agar tidak terjadi over
fermented. Secara umum tujuan pengeringan adalah untuk menurunkan kadar air
biji kakao dari sekitar 60% menjadi 6-7%. Pengeringan dapat dilakukan dengan
Pengeringan yang biasa dilakukan oleh petani selama ini adalah menggunakan
sinar matahari. Pengeringan menggunakan sinar matahari memiliki sisi positif dan
negatif. Sisi positifnya adalah akan diperoleh warna biji kakao coklat kemerahan
dan tampak lebih cemerlang. Warna dan kenampakan yang demikian inilah yang
diharapkan dari biji kakao kering, sehingga pengeringan dibawah sinar matahari
lebih disarankan untuk biji kakao. Namun demikian, pengeringan sinar matahari
pengeringan ini memerlukan waktu 5 hingga 7 hari untuk mencapai kadar air
13 | P a g e
rumah tangga dapat dilakukan dengan proses berikut: biji kakao yang sudah
14 | P a g e
kering, digoreng tanpa menggunakan minyak. Lamanya penggorengan sekitar
40 menit. Selanjutnya kulit dikupas dengan tangan. Setelah bersih, biji kakao
dipres dengan tujuan untuk memisahkan kandungan lemak dan tepung. Tepung
yang masih mengandung lemak berkadar rendah ini selanjutnya dikeringkan lagi
secara alami dibawah sinar matahari atau dengan oven. Setelah kering, kemudian
diayak untuk mendapatkan tepung yang halus. Akhirnya diperoleh bubuk kakao
yang bagus. Bubuk kakao inilah yang dimanfaatkan sebagai campuran minuman
sebagai berikut:
Devisi : Spermatophyta
Kelas :
: Dialypetalae
Bangsa : Malvales
Suku : Sterculiaceae
Marga : Theobroma
15 | P a g e
2.1.7 Kandungan Dan Manfaat Kakao
Kakao mengandung lebih banyak zat besi dari hampir semua sayuran
lainnya (10,5 mg/100g). Komposisi mineral dari coklat bubuk tiap 100 gram
antimikroba. Biji kakao mempunyai potensi sebagai bahan antioksidan alami yang
dari biji kakao sangat bermanfaat bagi kesehatan, efektif menghilangkan radikal
bebas dalam tubuh serta berperan penting untuk mempertahankan produk pangan.
Biji kakao mengandung antioksidan yang kuat seperti, epikatekin yang telah
terbukti untuk membantu mengurangi efek kanker, diabetes dan penyakit jantung.
Mengkonsumsi biji kakao telah terbukti baik untuk menurunkan tekanan darah
Dalam setiap buah terdapat sekitar 20-50 butir biji, yang tersusun dalam
lima baris dan menyatu pada bagian poros buah. Biji dibungkus oleh daging buah
atau pulp yang berwarna putih dan rasanya asam manis. Apabila buah sudah
matang biji akan terlepas dari kulit buah sehingga akan berbunyi saat diguncang.
Biji yang dibungkus oleh daging buah (pulpa) yang berwarna putih rasanya asam
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun
17 | P a g e
fungsi tubuh secara keseluruhan. Mineral juga berperan dalam berbagai tahap
dan sangat penting dalam pengendalian komposisi cairan tubuh 65% adalah air
dalam bobot tubuh. Tanaman yang ditanam di atas tanah akan menyerap mineral
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kemudian disimpan dalam akar, batang,
daun, bunga, dan buah. Hewan makan tanaman dan akan menyimpan mineral
gizi yang dimakan yang dapat diabsorpsi oleh tubuh). Faktor yang mempengaruhi
(Almatsier, 2004).
Mineral makro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah lebih dari
100 mg sehari seperti kalsium, fosfor, magnesium, natrium, kalium dan klor.
Sedangkan mineral mikro adalah mineral yang dibutuhkan tubuh kurang dari 100
mg sehari seperti besi, seng, iodium, mangan, selenium, dan kromium (Budiyanto,
2004).
2.2.1 Kalsium
tanpa lemak. Kira-kira 99 persen kalsium terdapat dalam tulang dan gigi. Bahan
18 | P a g e
makanan yang kaya akan kalsium adalah susu dan hasil olahannya seperti keju
19 | P a g e
dan es krim. Disamping itu, brokoli, kacang-kacangan dan buah-buahan juga
Kalsium juga dapat diperoleh dalam jumlah yang cukup dari air mineral
serta feses dan untuk mencegah kehilangan ini diperlukan kalsium melalui
makanan. Peranan kalsium tidak saja sebagai pembentukan tulang dan gigi, fungsi
lain dari kalsium yaitu dalam cairan jaringan berfungsi untuk pengendalian kerja
gangguan pertumbuhan, tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh. Semua
orang dewasa terutama sesudah usia 50 tahun, kehilangan kalsium dari tulangnya.
Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Hal ini dinamakan osteoporosis yang
terjadi pada wanita daripada laki-laki dan lebih banyak pada orang kulit putih
daripada kulit berwarna. Disamping itu, osteoporosis lebih banyak terjadi pada
2500 mg sehari. Kelebihan kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan
2.2.2 Magnesium
Dalam tubuh manusia terdapat sekitar 0,5 gram per kilogram jaringan
20 | P a g e
sumber magnesium yang baik. Sedangkan fungsi dari magnesium adalah sebagai
getaran otot. Magnesium mencegah kerusakan gigi dengan cara menahan kalsium
2.2.3 Kalium
2,6 mg kalium per kilogram berat badan bebas lemak. Sumber kalium di
antaranya adalah cokelat dan kopi. Sedangkan fungsi kalium diantaranya adalah
cukup makan sayuran dan buah segar. Kekurangan kalium menyebabkan lemah,
lesu, kehilangan nafsu makan, dan kelumpuhan. Jantung akan berdebar detaknya,
21 | P a g e
2.2.4 Natrium
Tubuh manusia mengandung 1,8 gram natrium per kilogram berat badan
bebas lemak, dimana sebagian besar terdapat dalam cairan ekstraseluler. Sumber
susu, telur dan daging. Sedangkan fungsi dari natrium di antaranya adalah
cukup pada makanan agar kecukupan natrium ini dapat terjamin tubuh sendiri dan
Kekurangan natrium dapat terjadi sesudah muntah, diare, dan keringat berlebihan.
Bila kadar natrium darah turun, perlu diberikan natrium dan air untuk
keracunan yang dalam keadaan akut menyebabkan hipertensi, hal ini dapat diatasi
2.3 Destruksi
anorganik. Pada dasarnya ada dua jenis destruksi yang dikenal dalam ilmu kimia
yaitu destruksi basah (oksida basah) dan destruksi kering (oksida kering). Kedua
destruksi ini memiliki teknik pengerjaan dan lama pemanasan atau pendestruksian
oksidator. Berbagai cara yang ditempuh untuk memperbaiki cara kering yang
pemakaian suhu tinggi yaitu antara lain dengan destruksi basah ini. Pelarut-pelarut
yang dapat digunakan untuk destruksi basah antara lain asam nitrat, asam sulfat,
asam perklorat, dan asam klorida. Kesemua pelarut tersebut dapat digunakan baik
semua konstituen yang ada telah larut sempurna. Senyawa garam yang terbentuk
setelah destruksi merupakan senyawa garam yang stabil dan disimpan selama
menjadi logam anorganik dengan cara pengabuan sampel dalam krus porselin dan
dibutuhkan suhu pemanasan antara 400-800°C, tetapi suhu ini sangat tergantung
pada jenis sampel yang akan dianalisis. Untuk menentukan suhu pengabuan
dengan sistem ini, terlebih dahulu ditinjau jenis logam yang akan dianalisis.
Kemudian oksida dilarutkan ke dalam pelarut asam encer baik tunggal maupun
campuran, setelah itu dianalisis menurut metode yang digunakan. Metode yang
atom. Metode ini digunakan secara luas untuk penentuan kadar unsur logam
23 | P a g e
2.4 Spektrofotometri Serapan Atom
untuk mendeteksi atom-atom logam dalam fase gas. Metode ini mengandalkan
nyala untuk mengubah logam dalam larutan sampel menjadi atom-atom logam
berbentuk gas. Metode ini secara luas digunakan untuk analisis kuantitatif logam
penyerapan energi sinar oleh atom-atom netral, dan sinar yang diserap biasanya
itu tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang tertentu
memiliki energi yang cukup untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom.
Dengan adanya absorbsi energi, berarti diperoleh energi yang lebih banyak
sehingga suatu atom yang berada pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya
bebas. Atom tersebut mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan
dari lampu katoda yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya
(ultratrace). Cara analisis ini memberikan kadar total unsur mineral dalam suatu
sampel dan tidak tergantung pada bentuk molekul mineral dalam sampel tersebut.
24 | P a g e
Cara ini cocok untuk analisis sekelumit mineral karena mempunyai kepekaan
yang tinggi (batas deteksi kurang dari 1 ppm), pelaksanaanya relatif sederhana,
berikut ini:
a. Sumber Radiasi
menghasilkan garis radiasi resonansi sangat tajam. Lampu ini terdiri atas anoda
dan katoda dalam suatu tabung silinder borosilikat atau kuarsa yang berisi gas
mulia, argon, atau helium pada tekanan rendah. Katoda tersebut berbentuk silinder
berongga yang permukaannya dilapisi dengan unsur yang sama dengan unsur
yang dianalisis. Pemberian tekanan dengan potensial tinggi pada arus tertentu
antara anoda dan katoda, akan menyebabkan logam mulia, memijar sehingga
menabrak atom-atom logam katoda hingga terlempar keluar dan tereksitasi dan
b. Tempat sampel
dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan
dasar. Ada berbagai macam alat yang digunakan untuk mengubah sampel menjadi
menjadi bentuk uap atomnya dan untuk proses atomisasi. Suhu yang dapat
25 | P a g e
dicapai oleh nyala tergantung pada gas yang digunakan, misalnya untuk gas
merupakan sumber nyala yang paling banyak digunakan. Pada sumber nyala
diambil sedikit (hanya beberapa μL), lalu diletakkan dalam tabung grafit,
melewatkan arus listrik pada grafit. Akibat pemanasan ini, maka zat yang
akan dianalisis berubah menjadi atom-atom netral dan pada fraksi atom ini
dilewatkan suatu sinar yang berasal dari lampu katoda berongga sehingga
c. Monokromator
sesuai dengan panjang gelombang yang digunakan dalam analisis dari sekian
digunakan untuk menyempitkan lebar pita radiasi yang sedang diperiksa sehingga
diatur untuk memantau panjang gelombang yang sedang dipancarkan oleh lampu
26 | P a g e
d. Detektor
Rohman, 2009).
e. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
pencatatan hasil. Pembacaan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah
terkalibrasi, hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva yang
dianalisis menjadi lebih kecil atau lebih besar dari nilai yang sesuai dengan
karena tumpang tindih absorpsi antara spesies pengganggu dan spesies yang
a. Gangguan yang berasal dari matriks sampel yang mana dapat mempengaruhi
b. Gangguan kimia yang dapat mempengaruhi jumlah atau banyaknya atom yang
c. Gangguan oleh absorbansi yang disebabkan bukan oleh absorbansi atom yang
dalam nyala.
2004).
28 | P a g e
a. Kecermatan (accuracy)
1. Metode simulasi
konsentrasi tertentu pada sampel yang diperiksa, lalu dianalisis dengan metode
pada setiap konsentrasi analit pada matriks, dapat dilihat pada Table 2.3 berikut
ini:
29 | P a g e
Tabel 2.3 Rentang Persen Perolehan Kembali Yang Diizinkan Pada Analit
Sampel
Jumlah analit pada sampel Persen perolehan kembali yang diizinkan (%)
1 ppm 80-110
100 ppb 80-110
10 ppb 60-115
1 ppb 40-120
Sumber: Harmita (2004)
b. Keseksamaan (precision)
derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara
berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang
(Harmita, 2004).
relatif atau RSD meningkat seiring dengan menurunnya kadar analit yang
dianalisis. Pada kadar satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah 16% dan pada kadar
c. Selektivitas (Spesifisitas)
hanya mengukur zat tertentu secara cermat dan seksama dengan adanya
30 | P a g e
hasil analisis yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan
(Harmita, 2004).
dalam sampel. Rentang merupakan batas terendah dan batas tertinggi analit
yang dapat ditetapkan secara cermat, seksama dan dalam linearitas yang dapat
kuantitasi merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat
31 | P a g e
BAB III.
PEMBAHASAN
Kakao adalah buah yang berasal dari tanaman kakao (Theobroma cacao LINN) baik
kakao mulia (fine cocoa) maupun kakao lindak (bulk cacao). Biji kakao mulia (fine cocoa)
adalah biji yang berasal dari tanaman kakao jenis Criollo sedangkan biji kakao lindak (bulk
cocoa) adalah biji yang berasal dari tanaman kakao jenis Forastero (Natawidjaya, et al.,
2012).
1. Jenis Criollo, yang terdiri dari Criollo Amerika Tengah dan Criollo Amerika Selatan.
Jenis ini menghasikan biji kakao yang mutunya sangat baik dan dikenal sebagai kakao
mulia. Jenis kakao ini terutama untuk blending dan banyak dibutuhkan oleh pabrik-
pabrik sebagai bahan pembuatan produkproduk cokelat yang bermutu tinggi. Saat ini
bahan tanam kakao mulia banyak digunakan karena produksinya tinggi serta cepat sekali
mengalami fase generatif.
2. Jenis Forastero, banyak diusahakan diberbagai negara produsen cokelat dan
menghasilkan cokelat yang mutunya sedang atau bulk cacao, atau dikenal juga sebagai
ordinary cacao. Jenis Forastero sering juga disebut sebagai kakao lindak. Kakao lindak
memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih baik, relatif lebih tahan terhadap serangan
32 | P a g e
hama dan penyakit dibandingkan kakao mulia. Endospermanya berwarna ungu tua dan
berbentuk bulat sampai gepeng, proses fermentasinya lebih lama dan rasanya lebih pahit
dari pada kakao mulia.
3. Jenis Trinitario, merupakan campuran atau hibrida dari jenis Criollo dan Forastero
secara alami, sehingga kakao ini sangat heterogen. Kakao jenis Trinitario menghasilkan
biji yang termasuk fine flavour cacao dan ada yang termasuk bulk cacao. Jenis Trinitario
antara lain hybride Djati Runggo (DR) dan Uppertimazone Hybride (kakao lindak).
Kakao ini memiliki keunggulan pertumbuhannya cepat, berbuah setelah berumur 2
tahun, masa panen sepanjang tahun, tahan terhadap penyakit VSD (Vascular streak
dieback) serta aspek agronominya mudah.
Pengolahan atau penanganan pasca panen kakao yang penting mencakup pelepasan
pulp dan pengeringan karena kedua tahapan ini menentukan kualitas biji keringnya.
Pelepasan pulp dapat dilakukan secara fisik, yaitu meremas-remas biji, tetapi dalam dunia
perdagangan dipersyaratkan kakao biji harus difermentasi karena tanpa difermentasi
menghasilkan biji berkualitas rendah (Arnawa, et al., 2013).
33 | P a g e
Panen kakao dilakukan dengan cara dipetik atau dipotong. Panen harus dilakukan pada
umur/waktu, cara dan sarana yang tepat. Alat panen yang digunakan dengan menggunakan
sabit, gunting atau alat lainnya (Arnawa, et al., 2013).
1. Buah kakao dipanen atau dipetik tepat masak. Kriteria buah masak adalah alur buah
berwarna kekuningan untuk buah yang warna kulitnya merah pada saat masih muda, atau
berwarna kuning tua atau jingga untuk buah yang warna kulitnya hijau kekuningan pada
saat masih muda.
2. Menjaga agar buah tidak rusak atau pecah, dan menjaga agar bantalan buah juga tidak
rusak karena ini merupakan tempat tumbuhnya bunga untuk periode selanjutnya.
3. Pemanenan terhadap buah muda atau lewat masak harus dihindari karena akan
menurunkan mutu biji kakao kering. Buah yang tepat masak mempunyai kondisi
fisiologis yang optimal dalam hal pembentukan senyawa penyusun lemak di dalam biji.
Panen buah yang terlalu tua akan menurunkan rendemen lemak dan menambah
presentase biji cacat (biji berkecambah). Panen buah muda akan menghasilkan biji kakao
yang bercitarasa khas cokelat tidak maksimal, rendemen yang rendah, presentase biji
pipih (flat bean) tinggi dan kadar kulit bijinya juga cenderung tinggi.
4. Apabila ada alasan teknis atau alasan lain yang sangat mendesak seperti serangan hama
atau penyakit, pemanenan buah kakao dapat dilakukan sebelum tepat masak. Hal ini
untuk menghindari kehilangan produksi yang lebih banyak.
Setelah melakukan pemanenan, pemisahan buah yang baik dengan buah yang rusak
atau
34 | P a g e
terserang hama/penyakit. Buah yang terserang hama/penyakit langsung dibenamkan ke dalam
tanah agar pada saat melakukan pemecahan buah, biji kakao yang sehat akan tercampur
dengan biji kakao yang sakit/cacat sehingga mengakibatkan rendahnya kualitas biji kering.
Sortasi buah kakao merupakan hal sangat penting terutama jika buah hasil panen harus
ditimbun terlebih dahulu selama beberapa hari sebelum dikupas kulitnya (Natawidjaya, et al.,
2012).
Pemeraman buah dilakukan dengan menimbun buah kakao hasil panen di kebun selama
5 – 12 hari tergantung kondisi setempat dan tingkat kematangan buah dengan cara :
1. Memilih lokasi penimbunan di tempat yang bersih, terbuka (tetapi terlindung dari panas
matahari langsung), dan aman dari gangguan hewan.
2. Buah dimasukkan ke dalam keranjang atau karung goni, dan diletakkan di permukaan
tanah yang telah dipilih sebagai lokasi penimbunan dengan dialasi daun-daunan.
3. Permukaan tumpukan buah ditutup dengan daundaun kering.
Kegiatan pemeraman bisa dilakukan pada saat panen rendah untuk mendapatkan
jumlah minimal buah dalam proses fermentasi sedangkan pada saat panen puncak kegiatan
pemeraman tidak perlu dilakukan (Anonim, 2012).
35 | P a g e
Gambar 5. Pemeraman Buah
Pemecahan atau pembelahan buah kakao dimaksudkan untuk mendapatkan biji kakao,
pemecahan buah kakao harus dilakukan secara hati-hati, agar tidak melukai atau merusak biji
kakao (Natawidjaya, et al., 2012).
1. Pemecahan buah kakao sebaiknya menggunakan pemukul kayu atau memukulkan buah
satu dengan buah lainnya.
2. Apabila pemecahan buah menggunakan golok atau sabit maka harus dilakukan dengan
hati-hati supaya biji kakao tidak terlukai atau terpotong oleh alat pemecah, karena akan
meningkatkan jumlah biji cacat dan mudah terinfeksi oleh jamur.
3. Setelah kulitnya terbelah, biji kakao diambil dari belahan buah dan ikatan empulur
(plasenta) dengan menggunakan tangan. Kebersihan tangan harus sangat diperhatikan
karena kontaminasi senyawa kimia dari pupuk, pestisida, minyak dan kotoran, dapat
mengganggu proses fermentasi atau mencemari produk akhirnya.
4. Biji yang sehat harus dipisahkan dari kotoran-kotoran pengganggu maupun biji cacat,
kemudian dimasukkan ke dalam ember plastik atau karung plastik yang bersih untuk
dibawa ke tempat fermentasi, sedang plasenta yang melekat pada biji dibuang.
5. Biji-biji yang sehat harus segera dimasukkan ke dalam wadah fermentasi karena
keterlambatan proses dapat berpengaruh negatif pada mutu akibat terjadi pra-fermentasi
secara tidak terkendali.
6. Untuk penanganan pascapanen kakao dengan kapasitas besar, dapat digunakan mesin
pemecah kulit buah kakao.
36 | P a g e
2.2.4 Tahap 4 – Fermentasi
Gambar 6. Perbandingan biji kakao yang terfementasi, sebagian terfermentasi, dan tanpa
fermentasi
1. Sarana fermentasi biji yang ideal adalah dengan menggunakan kotak dari kayu yang
diberi lubanglubang. Untuk skala kecil (40 kg biji kakao) diperlukan kotak dengan
ukuran panjang dan lebar masing-masing 40 cm dan tinggi 50 cm. Untuk skala besar 700
kg biji kakao basah diperlukan kotak dengan ukuran lebar 100 – 120 cm, panjang 150 –
165 cm dan tinggi 50 cm. Jika peti fermentasi sulit diperoleh, dapat digantikan dengan
keranjang bambu.
2. Tinggi tumpukan biji kakao minimal 40 cm agar dapat tercapai suhu fermentasi 45-48
0
C.
3. Berat biji yang difermentasi minimal 40 kg. Hal ini terkait dengan kemampuan untuk
menghasilkan panas yang cukup sehingga proses fermentasi biji dapat berjalan dengan
baik.
4. Pengadukan/pembalikan biji dilakukan setelah 48 jam proses fermentasi
37 | P a g e
Gambar 7. Kotak Fermentasi
Metode fermentasi dalam tumpukan dilakukan dengan cara menimbun atau menumpuk
biji kakao segar di atas daun pisang hingga membentuk kerucut. Permukaan atas tumpukan
biji ditutup dengan daun pisang atau karung goni atau penutup lainnya yang memungkinkan
udara masuk. Penutupan berfungsi untuk mencegah pembuangan panas yang terlalu besar.
Pada metode ini, pekebun dianjurkan untuk melakukan fermentasi selama 6 hari dengan
pengadukan sebanyak dua kali. Keuntungan metode fermentasi dalam tumpukan adalah
penggunaannya yang sederhana dan tidak membutuhkan wadah khusus sehingga mudah
dilakukan oleh petani. Namun, karena dilakukan hanya diatas daun pisang, fermentasi harus
dilakukan di tempat teduh dan terlindung dari hujan dan cahaya matahari langsung serta perlu
dijaga dari kemungkinan biji menjadi kotor oleh tanah (Purwanto, 2013).
38 | P a g e
Gambar 8. Fermentasi dengan cara menumpuk
Lama fermentasi biji optimal adalah 4 – 5 hari (4 hari bila udara lembab dan 5 hari bila
udara terang). Proses fermentasi biji yang terlalu singkat (kurang dari 3 hari) menghasilkan
biji ungu agak keabu-abuan sedangkan biji yang tidak terfermentasi akan menghasilkan biji
slaty dengan tekstur pejal. Proses fermentasi biji yang terlalu lama (lebih dari 5 hari)
menghasilkan biji rapuh dan berbau kurang sedap atau berjamur. Keduanya merupakan cacat
mutu (Natawidjaya, et al., 2012).
Perendaman dan pencucian biji bukan merupakan cara baku, namun dilakukan atas
dasar permintaan pasar. Tujuan perendaman dan pencucian adalah untuk menghentikan
proses fermentasi, mempercepat proses pengeringan, memperbaiki penampakan biji dan
mengurangi kadar kulit. Biji yang dicuci mempunyai penampakan lebih bagus, namun agak
rapuh. Pencucian yang berlebihan menyebabkan kehilangan bobot, biji mudah pecah dan
peningkatan biaya produksi (Natawidjaya, et al., 2012).
39 | P a g e
Tahapan perendaman dan pencucian biji adalah biji direndam selama 1 - 2 jam,
kemudian dilakukan pencucian ringan secara manual atau mekanis. Biji kakao dari buah yang
sudah diperam selama 7 – 12 hari tidak perlu dicuci karena kadar kulitnya sudah rendah
(Natawidjaya, et al., 2012).
Pengeringan biji bertujuan untuk menurunkan kadar air biji kakao menjadi ≤ 7,5 %
supaya aman untuk disimpan. Pengeringan biji dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :
(Natawidjaya, et al., 2012).
1. Penjemuran :
a. Penjemuran dilakukan dengan menggunakan cahaya matahari langsung di atas para-
para atau lantai jemur. Saat cuaca cerah dengan lama waktu penyinaran 7 – 8 jam per
hari, untuk mencapai kadar air maksimal 7,5 % diperlukan waktu penjemuran 7 – 9
hari.
b. Tebal lapisan biji kakao yang dijemur 3 – 5 cm (2 –3 lapis biji atau 8 – 10 kg biji
basah per m2).
c. Setiap 1- 2 jam dilakukan pembalikan.
d. Alat penjemur sebaiknya dilengkapi dengan penutup plastik untuk melindungi biji
kakao dari air hujan. Bila matahari terik, plastik dibuka dan digulung
Gambar 9. Penjemuran
40 | P a g e
2. Mekanis :
a. Dilakukan dengan menggunakan mesin pengering. Penggunaan mesin ini sebaiknya
secara berkelompok karena membutuhkan biaya investasi yang besar.
b. Dengan pengaturan suhu 55 – 60 0C, diperlukan waktu 40 – 50 jam untuk dapat
mencapai kadar air biji kakao maksimal 7,5 %.
3. Kombinasi penjemuran dan mekanis:
a. Dilakukan penjemuran terlebih dahulu selama 1 - 2 hari (tergantung cuaca) sehingga
mencapai kadar air 20 – 25 %.
b. Setelah biji kakao dijemur, dimasukkan ke dalam mesin pengering. Dengan cara ini,
diperlukan waktu di mesin pengering selama 15 – 20 jam untuk dapat mencapai kadar
air maksimal 7,5 %.
Sortasi biji kakao kering dimaksudkan untuk memisahkan antara biji baik dan cacat
berupa biji pecah, kotoran atau benda asing lainya seperti batu, kulit dan daun-daunan.
Penentuan sortasi ditujukan untuk memisahkan biji kakao dari kotoran yang melekat dan
mengelompokkan biji menjadi berdasarkan kenampakan fisik dan ukuran biji yang seragam.
Tercampurnya biji kakao dengan bukan biji, seperti plasenta, pecahan kulit, batu/kerikil,
benda asing selain biji akan menurunkan nilai mutu terhadap biji kakao yang kita miliki
(Natawidjaya, et al., 2012).
Sortasi dilakukan dengan menggunakan ayakan atau mesin sortasi yang memisahkan
biji kakao berdasarkan ukuran. Sesuai dengan SNI biji kakao No 2323:2008/ Amd 1:2010,
biji kakao dikelompokkan kedalam 5 (lima) kriteria ukuran yaitu :
Dalam pengemasan dan penyimpanan biji kakao yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut :
1. Biji yang telah disortasi kemudian dikemas dalam karung, dengan berat bersih per karung
60 kg.
2. Setiap karung diberi label yang menunjukkan nama komoditi, jenis mutu dan identitas
produsen menggunakan cat dengan pelarut non minyak. Penggunaan cat berminyak tidak
dibenarkan karena dapat mengkontaminasi aroma biji kakao.
3. Biji kakao disimpan di ruangan yang bersih, kelembaban tidak melebihi 7,5 %, ventilasi
cukup, dan tidak dicampur dengan produk pertanian lainnya yang berbau keras karena
biji kakao dapat menyerap bau-bauan.
4. Tumpukan maksimum biji kakao adalah 6 karung, tumpukan karung diberi alas dengan
palet dari papanpapan kayu setinggi 8 – 10 cm, jarak dari dinding 15 – 20 cm. Jarak
tumpukan karung dari plafon minimum 100 cm.
42 | P a g e
2.3 Standar Mutu
Standar mutu diperlukan sebagai tolok ukur untuk pengawasan mutu. Setiap biji kako
yang akan dipasarkan harus memenuhi persyaratan tersebut dan diawasi oleh lembaga yang
ditunjuk (Natawidjaya, et al., 2012).
Standar mutu biji kakao Indonesia diatur dalam Standar Nasional Indonesia Biji Kakao
(SNI 2323:2008/Amd 1:2010). Standar mutu terbagi atas dua syarat mutu, yaitu syarat umum
dan syarat khusus. Secara umum syarat umum biji kakao yang tertera didalam SNI ditentukan
atas dasar ukuran biji, tingkat kekeringan dan tingkat kontaminasi benda asing (Natawidjaya,
et al., 2012).
Untuk mendapatkan mutu biji kakao yang memenuhi standar, seragam, dan konsisten,
setiap tahapan proses harus diawasi secara reguler dan berkelanjutan agar pada saat terjadi
penyimpangan, suatu tindakan koreksi yang tepat sasaran dapat segera dilakukan.
Pengawasan proses dan kontrol mutu biji kakao harus dilakukan secara terencana dan teratur.
Dengan demikian, jika terjadi penyimpangan terhadap baku mutu suatu tindakan koreksi
segera dapat dijalankan (Natawidjaya, et al., 2012).
43 | P a g e
Gambar 11. Tabel Spesifikasi Biji Kakao Standar Kualitas Nasional (SNI)
2.4 Pengolahan Biji Kakao menjadi Cocoa Butter dan Cocoa Powder
Di pabrik pengolahan makanan dan minuman yang menggunakan biji coklat sebagai
salah satu bahan produk yang akan dibuat, biji kakao kering akan mengalami proses
pengolahan kembali. Pengolahan di tingkat ini seringkali disebut proses refinasi kakao
menjadi bubuk coklat selanjutnya menjadi bahan berbagai produk makanan dan minuman.
Secara umum proses produksi bubuk coklat hampir sama di mana pun, hanya ada perbedaan
kecil yang disebabkan oleh perbedaan sifat-sifat biji kakao yang diproses karena berasal dari
spesies yang berbeda. Tetapi, umumnya pabrik pengolahan biji kakao menggunakan mesin
yang sama untuk mengolah biji kakao menjadi cocoa butter dan cocoa powder (Ahmad,
n.d.).
44 | P a g e
Gambar 11. Proses pengolahan biji kakao menjadi berbagai produk olahan
Untuk memperoleh coklat bubuk, maka sebagian lemak coklat (cocoa butter) yang ada
di dalam pasta coklat harus dikeluarkan. Proses pengeluaran lemak dilakukan dengan
mengepress pasta menggunakan pengepress (hidraulik atau mekanis) pada tekanan 400 – 500
bar dan suhu 90 – 100oC (Syamsir, 2011).
Lemak coklat panas dilewatkan ke filter press untuk memisahkannya dari kotoran yang
mungkin terbawa, untuk selanjutnya dicetak dan didinginkan. Lemak coklat ini digunakan
oleh industri coklat (Syamsir, 2011).
Bungkil biji hasil dari pengepressan dihaluskan dengan menggunakan alat penghalus
(breaker) dan diayak untuk memperoleh ukuran partikel bubuk yang seragam. Kadar lemak
didalam coklat bubuk berkisar antara 10 – 22%. Bubuk coklat dengan kadar lemak yang lebih
tinggi biasanya memiliki warna yang lebih gelap dan flavor yang lebih ringan. Coklat bubuk
45 | P a g e
ini digunakan dalam berbagai produk pangan, misalnya untuk membuat minuman coklat,
pembuatan untuk cake, puding, ice cream dan sebagainya (Syamsir, 2011).
46 | P a g e
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
47 | P a g e
8. Sortasi biji kakao kering dimaksudkan untuk memisahkan antara biji baik dan cacat
berupa biji pecah, kotoran atau benda asing lainya seperti batu, kulit dan daun-
daunan.
9. Pengemasan merupakan kegiatan mewadahi dan atau membungkus produk dengan
memakai media/bahan tertentu untuk melindungi produk dari gangguan faktor luar
yang dapat mempengaruhi daya simpan.
3.2 Saran
Pembahasan mengenai proses pengolahan biji kakao menjadi beberapa produk lebih
diperbanyak lagi.
48 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Arnawa, G. et al., 2013. Psca Panen, Pengolahan Biji Kakao dan Fermentasi. Medan: SCPP.
Purwanto, E. H., 2013. Perbaikan Mutu Biji Kakao Indonesia dengan Penerapan Teknik
Fermentasi. s.l.:TREE.
49 | P a g e
50 | P a g e