1, Tahun 2016
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula
terhadap mutu sirup buah kelubi yang dihasilkan. Dari hasil penelitian dapat ditarik
kesimpulan, bahwa perlakuan terbaik terdapat pada D (larutan gula sukrosa
125%/bb) dengan kadar gula total 42.353%, kandungan vitamin C 0.1183%, total
padatan terlarut 64.267oBrix, dan pH 2.750%. Pada pembuatan sirup asam kelubi
dengan penambahan gula sukrosa 80%, 95%, 110% dan 125% belum menghasilkan
sirup buah kelubi kadar gula dengan standar SNI.
percobaan. Model rancangan yang maka dilakukan uji lanjut BNJ taraf
digunakan adalah sebagai berikut : nyata 5%.
Y ij = µ+ Pi + Eij
Di mana : HASIL DAN PEMBAHASAN
Y ij : Hasil pengamatan terhadap
jumlah gula sukrosa (1-3) Kadar Gula
µ : Rata-rata Kadar gula pada sirup adalah
Pi : Pengaruh jumlah konsentrasi gula kadar sukrosa pada sirup berkisar antara
E : Pengaruh sisa pada satuan 64% - 66%. Hasil sidik ragam dari
percobaan yang mendapatkan perlakuan penambahan gula pada
perlakuan jumlah konsentrasi pembuatan sirup buah kelubi berbeada
gula (1-3) pada ulangan (1-3) nyata pada taraf 5% terhadap kadar gula
I : Perlakuan jumlah gula Sukrosa (Lampiran 3). Rata-rata pengaruh
(1-3) penambahan gula terhadap kadar gula
J : Ulangan (1-3) sirup buah kelubi yang dihasilkan setelah
uji lanjut dilakukan dapat dilihat pada
Hasil data dianalisa secara
Tabel 1.
statistik, jika F hitung > dari F tabel,
Dari hasil Analisa sidik ragam pada buah maka akan terjadi proses
menunjukkan bahwa kadar gula dalam hidrolisis yang menghasilkan kadar gula.
sirup buah kelubi berkisar antara 23.36% Menurut Standar Nasional
- 42.35% Kandungan gula tertinggi Indonesia (SNI) 01-3544-1994,
terdapat pada perlakuan D (Larutan gula kandungan gula sirup min 65%, dengan
sukrosa 125%/bb) dengan nilai 42.353% kadar gula yang tinggi sirup akan lebih
dan terendah pada perlakuan A (Larutan awet sesuai dengan sifat dan fungsi gula
gula sukrosa 80%/bb) dengan nilai yaitu sebagai bahan pengawet jika
23.364%. Jadi semakin besar konsentrasi penggunaannya dalam konsentrasi
sukrosa dan semakin kecil konsentrasi tinggi. Untuk memenuhi syarat mutu
sari buah kelubi yang ditambahkan, tersebut, jumlah gula yang ditambahkan
maka kandungan gula dalam bahan akan dalam proses pengolahan harus cukup
semakin meningkat. Menurut Suhardi besar, sehingga kadar gulanya cukup
dan Tranggono, ddk (1990) besarnya tinggi. Hasil percobaan menunjukkan
gula yang ditambahkan dalam bentuk bahwa sirup buah kelubi yang dihasilkan
monosakarida (glukosa, fruktosa) dan belum memenuhi standar yang telah
disakarida (sukrosa) akan menentukan ditetapkan SNI tahun 1994.
kemanisan buah-buahan tersebut.
Pendidihan larutan sukrosa dengan
adanya kandungan asam yang terdapat
Dari hasil analisa sidik ragam dipercepat oleh panas, sinar, alkali,
menujukkan kandungan vitamin C pada enzim, oksidator serta oleh katalis
sirup buah kelubi berkisar antara 0.11 % tembaga dan besi. Pada proses
- 0.15%, dari hasil uji lanjut untuk pengolahan pangan, kehilangan vitamin
semua perlakuan berbeda tidak nyata. C akibat reaksi enzimatis jumlahnya
Penurunan kandungan vitamin C buah sangat sedikit, sedangkan reaksi non
kelubi telah diolah menjadi sirup, karena enzimatis menjadi penyebab utama
akibat dari proses lama pemasakan atau hilangnya vitamin C (Wong, 1989).
pemanasan, sesuai dengan pendapat Vitamin C tergolong vitamin yang
Andarwulan dan Koswara (1992) bahwa mudah larut dalam air. Vitamin C atau
pengaruh cara memasak (pengukusan asam L-askorbat adalah lakton, yaitu
atau perebusan) termasuk cara ester dalam asam hidroksikarboksilat
pemotongan dan volome air yang dan diberi ciri oleh gugus enadiol yang
digunakan serta suhu berpengaruh menjadikan senyawa pereduksi yang
terhadap vitamin C. kuat. Asam L-askorbat mudah
Pada saat proses pemanasan teroksidasi secara reversibel menjadi
kandungan vitamin C tidak tahan asam L-dehidroaskorbat yang masih
terhadap panas dan mudah teroksidasi. mempunyai keaktifan sebagai vitamin C
Asam askorbat dan garam natriumnya (Deman, 1997). Asam dehidroaskorbat
sangat stabil dalam keadaan tanpa air, secara kimia sangat labil dan dapat
tetapi dalam keadaan ada air dan oksigen mengalami perubahan lebih lanjut
atau bahan pengoksidasi lainnya maka menjadi asam L-diketogulonat yang
asam askorbat menjadi sangat labil tidak memiliki keaktifan vitamin C.
(Satuhu, 1994). Asam L-diketogulonat yang teroksidasi
Selain itu, pemanasan selama akan membentuk asam oksalat dan asam
pengolahan dapat menyebabkan L-treonat (Winarno, 1997).
terjadinya degradasi vitamin C. Hal ini
disebabkan panas dapat mempercepat Total Padatan Terlarut
terjadinya oksidasi vitamin C. Menurut Uji total padatan terlarut ini
Winarno (1997), vitamin C mudah dilakukan untuk mengetahui kadar gula
teroksidasi dan proses tersebut pada sirup. Tujuan analisa ini adalah
untuk mengetahui kadar gula pada sirup berbeda nyata pada taraf 5% terhadap
yang sesuai dengan SNI. Pengukuran ini total padatan terlarut. Rata-rata pengaruh
dilakukan dengan cara meneteskan penambahan gula terhadap total padatan
produk (sirup) pada kaca sensor yang terlarut sirup buah kelubi yang
ada pada hand refraktometer dan angka dihasilkan setelah uji lanjut dilakukan
brix dapat segera dibaca. dapat dilihat Tabel 3.
Hasil sidik ragam dari perlakuan
penambahan gula pada sirup buah kelubi
Dari hasil analisa sidik ragam yang tinggi disertai dengan asam yang
menunjukkan total padatan terlarut tinggi (pH rendah) pada sirup maka
berkisar antara 51.80oBrix - dapat dikatakan bahwa hal ini
64.267oBrix, dengan total padatan merupakan teknik pengawetan pangan.
terlarut paling tinggi pada perlakuan D
(Larutan gula sukrosa 125 %/bb) sebesar Derajat Keasamaan (pH) Sirup
64.267oBrix dan terendah pada Derajat keasamaan pH digunakan
perlakuan A (Larutan gula sukrosa untuk menyatakan tingkat keasamaan
80%/bb) sebesar 51.80oBrix. Jadi basa yang dimiliki oleh zat, larutan atau
semakin tinggi kandungan gula, maka benda. pH normal berkisar 7 nilai ph > 7
total padatan terlarut juga tinggi. Hal ini menunjukkan basa dan pH < 7
disebabkan, kenaikkan total padatan menunjukkan asam.
terlarut pada buah-buahan akibat Hasil sidik ragam dari perlakuan
terbentuknya gula-gula sederhana hasil penambahan gula pada pembuatan sirup
degradasi pada fase kemasakkan buah kelubi berbeda nyata pada taraf 5%
(Pantastico, 1993). terhadap kadar pH sirup. Rata-rata
Menurut (Munafi, 2004), pengaruh penambahan gula terhadap pH
komponen-komponen yang terukur sirup buah kelubi yang dihasilkan setelah
sebagai total padatan terlarut yaitu uji lanjut dilakukan dapat dilihat pada
sukrosa, gula pereduksi, asam organik, Tabel 4.
dan protein. Mukarromah dkk. (2010),
menyatakan bahwa total padatan terlarut
Tabel 4. Rata-rata Penilaian Derajat Keasaman (pH) terhadap Sirup Buah Kelubi.
Perlakuan Rata-rata
D = 125% Gula Sukrosa/berat bahan 2.7500 a
C = 110% Gula Sukrosa/berat bahan 2.7433 a
B = 95% Gula Sukrosa/berat bahan 2.7233 b
A = 80% Gula Sukrosa/berat bahan 2.7067 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf dan pada kolom yang sama berarti berbeda
tidak nyata menurut uji Duncan taraf 5%.
Dari hasil analisa sidik ragam 80%, 95%, 110% dan 125% belum
menunjukkan pH sirup berkisar antara menghasilkan sirup buah kelubi kadar
2.70 - 2.75. Perlakuan terbaik pada gula reduksi dengan standar SNI.
perlakuan A (Larutan gula sukrosa Sehingga perlu adanya penelitian
80%/bb) sebesar 2.70. Hal ini sesuai lanjutan dengan menggunakan
dengan pendapat Astawan (1991) bahwa konsentrasi gula yang lebih tinggi.
pH produk minuman dari buah-buahan
sebaiknya diatur pada level asam, untuk
DAFTAR PUSTAKA
mencegah perkembangan bakteri atau Andarwulan, N. Dan S, Koswara, 1992.
cendawan maupun khamir yang hidup Kimia Vitamin. Rajawali Pres,
dalam suasana asam. Di samping itu juga Jakarta.
untuk menimbulkan cita rasa yang lebih AOAC Assosiation of Official
segar. Analytical Chermist, 2005.
Asam dapat mempertegas rasa Official Method of Analysis of
karena asam dapat mengintensifkan The Assosiation of Official
penerimaan rasa-rasa lain. Unsur yang Analytical of Chermist. Arlington
menyebabkan rasa asam adalah ion H+ : The Assosiation of Official
atau ion hidrogenium H3O+ (Winarno,
Analytical Chermist, inc.
1997). Aprianti, L. 2009. Pengawetan yang
Aman. Fakultas Kedokteran
KESIMPULAN USU. Medan.
Dari hasil penelitian diatas dapat Astawan, M., 1991. Teknologi
ditarik kesimpulan, bahwa perlakuan Pengolahan Pangan Nabati. Tepat
terbaik terdapat pada D (larutan gula Guna. Akademi.Pressido, Jakarta.
sukrosa 125%/bb) dengan kadar gula Bielig, Hans. J., dan Joachim Werner.,
total 42.353%, kandungan vitamin C 1986. Fruit Juice Processing.
0.1183%, total padatan terlarut FAO Agriculturallllll Services
64.267oBrix, dan pH 2.750%. Pada Bulletin. Roma.
pembuatan sirup asam kelubi dengan Buckle, K.A, Edwards, R.A, Fleet, G.H
penambahan gula sukrosa 80%, 95%, dan Wotton, M. 1987. Ilmu
110% dan 125% belum menghasilkan Pangan. Terjemahan Purnomo, H
sirup buah kelubi kadar gula dengan dan Aidon. UI Press, Jakarta.
standar SNI. Deman, John. M. 1997. Kimia Makanan.
Terjemahan Kosasih
Padmawinata. Penerbit ITB.
SARAN Bandung.
Pada pembuatan sirup asam Dewan Standarisasi Nasional. 1994. Sni
kelubi dengan penambahan gula sukrosa Sirup (SNI 01-3544-1994).