Anda di halaman 1dari 8

Vol. 5, No.

1, Tahun 2016

STUDI KONSENTRASI GULA YANG TEPAT DALAM PEMBUATAN


SIRUP BUAH KELUBI (Eleiodoxa conferta)

Rekka Melisa, S.TP(1), dan Hermiza Mardesci(2)


(1)
Alumni Teknologi Pangan Faperta UNISI
(2)
Dosen Teknologi Pangan Faperta UNISI
mimzaaci@yahoo.co.id

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi gula
terhadap mutu sirup buah kelubi yang dihasilkan. Dari hasil penelitian dapat ditarik
kesimpulan, bahwa perlakuan terbaik terdapat pada D (larutan gula sukrosa
125%/bb) dengan kadar gula total 42.353%, kandungan vitamin C 0.1183%, total
padatan terlarut 64.267oBrix, dan pH 2.750%. Pada pembuatan sirup asam kelubi
dengan penambahan gula sukrosa 80%, 95%, 110% dan 125% belum menghasilkan
sirup buah kelubi kadar gula dengan standar SNI.

Kata Kunci : Sirup, Buah Kelubi, Konsentrasi Gula

PENDAHULUAN Salah satu cara penanganan buah kelubi,


Kelubi (Eleiodoxa Conferta) seperti diolah manisan, asinan, dan sirup.
merupakan tumbuhan yang telah dikenal Sirup didefinisikan sebagai
oleh masyarakat Indonesia. Buah kelubi larutan gula pekat (Sakarosa : High
kurang dimanfaatkan masyarakat, dari Fructose Syrup dan atau gula inverse
segi penggunaannya hanya buah lainnya) dengan atau tanpa penambahan
masaknya saja kadang-kadang dipakai bahan tambahan makanan yang
sebagai pengganti buah asam untuk diijinkan. Definisi sirup yang lain yaitu
rempah-rempah sayur. sejenis minuman ringan berupa larutan
Di Kabupaten Indragiri Hilir kental dengan cita rasa beraneka ragam,
buah kelubi belum dimanfaatkan secara biasanya mempunyai kandungan gula
optimal. Khususnya di Desa Simpang minimal 65%.( Menurut SNI (1994).
Kateman Kecamatan Pelangiran. Bahan utama yang umum
Menurut para masyarakat setempat digunakan dalam pembuatan sirup
pohon buah kelubi tumbuh secara liar adalah sari buah, gula sebagai pemanis,
dihutan desa setempat. Sampai saat ini dan bahan penstabil (stabilizer). Bahan
belum ada petani yang membudidayakan pemanis yang sering digunakan dalam
pohon kelubi secara massal. Pada pra pengolahan sirup adalah jenis gula
penelitian penulis telah melakukan sukrosa. Seperti yang telah diketahui,
analisa kadar vit C pada buah kelubi sukrosa sebagai bahan pemanis memilik
yang belum diolah. Dan didapatkan hasil kandungan kalori yang cukup tinggi
kadar vit C pada buah kelubi 0.32%. yaitu 400 kalori dalam 100 gram bahan.
Buah kelubi biasanya dibiarkan Konsumsi makanan dan
membusuk ditangkainya dan berjatuhan minuman dengan kandungan gula tinggi
untuk itu perlu dilakukan pemanfaatan. secara berlebihan dan tanpa diimbangi
asupan gizi lain dapat menimbulkan

Jurnal Teknologi Pertanian 37


Vol. 5, No. 1, Tahun 2016

gangguan metabolisme dalam tubuh kelubi yang belum banyak


sehingga menyebabkan gangguan dimanfaatkan menjadi suatu produk
kesehatan (Usmiati dan Yuliani, 2004). yang bermanfaat dan menjadi nilai
Untuk itu konsentrasi penambahan gula ekonomi yang tinggi.
dalam pembuatan sirup harus 2. Sebagai informasi kepada masyrakat
diperhatikan. cara pembuatan sirup buah kelubi.
Melakukan penelitian studi
pembuatan sirup Tamarillo (Kajian METODOLOGI PENELITIAN
Perbandingan Buah dan Konsentrasi
Gula), diperoleh perlakuan terbaik Bahan
dengan perbandingan air : buah (1 : 2) Bahan yang digunakan di dalam
dengan konsentrasi kadar gula sukrosa penelitian ini adalah kelubi matang,
80%. Hasil organoleptik perlakuan bahan pengental (CMC) dan air. Bahan
terbaik dari segi rasa 4.8 (menyukai), untuk analisa kimia yaitu, etahanol,
warna 4.4 (menyukai) dan aroma 4.6 larutan Pb-asetat, larutan Na2HPO4,
(menyukai). Kualitas kimia perlakuan larutan NaOH4N, H2SO46N, Na2S2O3
terbaik telah sesuai dengan syarat mutu 0,1 N, Hcl4N, KI 30%, methyl orange,
produk sirup menurut SNI yaitu total isopentanol, air aquades, NaOH 0,1 N.
gula 71.73%, viskositas 1.869 cps, total Larutan iod 0,01 N dan asam askorbat.
padatan terlarut 68.9oBrix dan total
antosianin 1.96 ppm. (Pratama, dkk Alat
(2011). Alat yang digunakan di dalam
Berdasarkan uraian di atas penelitian ini adalah timbangan analitik,
penulis akan menggunakan asam kelubi timbangan, gelas ukur, pengaduk kayu,
sebagai bahan utama dalam pembuatan corong, panci, pisau, baskom, kompor,
sirup dengan penambahan gula sukrosa botol, kain saring, alat untuk menutup
sebagai bahan pemanis. Tetapi belum botol, beaker glass, dan viskometer.
diketahui berapa persentase yang tepat
dalam penambahan gula sukrosa agar Metode Penelitian
menghasilkan sirup yang manis, dengan Rancangan percobaan yang
kekentalan, warna dan rasa yang disukai digunakan di dalam penelitian ini adalah
panelis serta memenuhi standar. Maka Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dari itu akan dilakukan penelitian dengan perlakuan perbandingan
mengenai “Studi Konsentrasi Gula yang konsentrasi gula dan sari buah kelubi
Tepat dalam Pembuatan Sirup Buah terdiri dari empat perlakuan yaitu :
Kelubi (Eleiodoxa conferta)”. A = 80% Gula Sukrosa/berat bahan
(450 gr)
Tujuan Penelitian B = 95% Gula Sukrosa/berat bahan
Tujuan penelitian ini adalah (450 gr)
untuk mengetahui pengaruh konsentrasi C = 110% Gula Sukrosa/berat bahan
gula terhadap mutu sirup yang (450 gr)
dihasilkan. D = 125% Gula Sukrosa/berat bahan
(450 gr)
Manfaat Penelitian Perlakuan ini diulang sebanyak 3
Manfaat penelitian ini adalah : kali sehingga diperoleh pula perlakuan
1. Memberikan alternatif kepada 4 x 3 dengan jumlah 12 satuan unit
masyarakat untuk mengolah buah

38 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 5, No. 1, Tahun 2016

percobaan. Model rancangan yang maka dilakukan uji lanjut BNJ taraf
digunakan adalah sebagai berikut : nyata 5%.
Y ij = µ+ Pi + Eij
Di mana : HASIL DAN PEMBAHASAN
Y ij : Hasil pengamatan terhadap
jumlah gula sukrosa (1-3) Kadar Gula
µ : Rata-rata Kadar gula pada sirup adalah
Pi : Pengaruh jumlah konsentrasi gula kadar sukrosa pada sirup berkisar antara
E : Pengaruh sisa pada satuan 64% - 66%. Hasil sidik ragam dari
percobaan yang mendapatkan perlakuan penambahan gula pada
perlakuan jumlah konsentrasi pembuatan sirup buah kelubi berbeada
gula (1-3) pada ulangan (1-3) nyata pada taraf 5% terhadap kadar gula
I : Perlakuan jumlah gula Sukrosa (Lampiran 3). Rata-rata pengaruh
(1-3) penambahan gula terhadap kadar gula
J : Ulangan (1-3) sirup buah kelubi yang dihasilkan setelah
uji lanjut dilakukan dapat dilihat pada
Hasil data dianalisa secara
Tabel 1.
statistik, jika F hitung > dari F tabel,

Tabel 1. Rata-rata Penilaian Kadar Gula terhadap Sirup Buah Kelubi.


Perlakuan Rata-rata (%)
D = 125% Gula Sukrosa/berat bahan 42.353 a
C = 110% Gula Sukrosa/berat bahan 38.470 ab
B = 95% Gula Sukrosa/berat bahan 32.729 b
A = 80% Gula Sukrosa/berat bahan 23.364 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf dan pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata menurut uji Duncan taraf 5%.

Dari hasil Analisa sidik ragam pada buah maka akan terjadi proses
menunjukkan bahwa kadar gula dalam hidrolisis yang menghasilkan kadar gula.
sirup buah kelubi berkisar antara 23.36% Menurut Standar Nasional
- 42.35% Kandungan gula tertinggi Indonesia (SNI) 01-3544-1994,
terdapat pada perlakuan D (Larutan gula kandungan gula sirup min 65%, dengan
sukrosa 125%/bb) dengan nilai 42.353% kadar gula yang tinggi sirup akan lebih
dan terendah pada perlakuan A (Larutan awet sesuai dengan sifat dan fungsi gula
gula sukrosa 80%/bb) dengan nilai yaitu sebagai bahan pengawet jika
23.364%. Jadi semakin besar konsentrasi penggunaannya dalam konsentrasi
sukrosa dan semakin kecil konsentrasi tinggi. Untuk memenuhi syarat mutu
sari buah kelubi yang ditambahkan, tersebut, jumlah gula yang ditambahkan
maka kandungan gula dalam bahan akan dalam proses pengolahan harus cukup
semakin meningkat. Menurut Suhardi besar, sehingga kadar gulanya cukup
dan Tranggono, ddk (1990) besarnya tinggi. Hasil percobaan menunjukkan
gula yang ditambahkan dalam bentuk bahwa sirup buah kelubi yang dihasilkan
monosakarida (glukosa, fruktosa) dan belum memenuhi standar yang telah
disakarida (sukrosa) akan menentukan ditetapkan SNI tahun 1994.
kemanisan buah-buahan tersebut.
Pendidihan larutan sukrosa dengan
adanya kandungan asam yang terdapat

Jurnal Teknologi Pertanian 39


Vol. 5, No. 1, Tahun 2016

Kandungan Vitamin C dari perlakuan penambahan gula pada


Vitamin C tergolong vitamin pembuatan sirup buah kelubi berbeda
yang mudah larut dalam air. Vitamin C tidak nyata pada taraf 5% terhadap
atau asam L-askorbat adalah lakton, kandungan vitamin C. Rata-rata
yaitu ester dalam asam pengaruh penambahan gula terhadap
hidroksikarboksilat dan diberi ciri oleh kandungan vitamin C pada sirup buah
gugus enadiol yang menjadikan senyawa kelubi yang dihasilkan setelah uji lanjut
pereduksi yang kuat. Hasil sidik ragam dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Penilaian Vitamin C terhadap Sirup Buah Kelubi.


Perlakuan Rata-rata (%)
A = 80% Gula Sukrosa/berat bahan 0.1500
B = 95% Gula Sukrosa/berat bahan 0.1309
C = 110% Gula Sukrosa/berat bahan 0.1225
D = 125% Gula Sukrosa/berat bahan 0.1183

Dari hasil analisa sidik ragam dipercepat oleh panas, sinar, alkali,
menujukkan kandungan vitamin C pada enzim, oksidator serta oleh katalis
sirup buah kelubi berkisar antara 0.11 % tembaga dan besi. Pada proses
- 0.15%, dari hasil uji lanjut untuk pengolahan pangan, kehilangan vitamin
semua perlakuan berbeda tidak nyata. C akibat reaksi enzimatis jumlahnya
Penurunan kandungan vitamin C buah sangat sedikit, sedangkan reaksi non
kelubi telah diolah menjadi sirup, karena enzimatis menjadi penyebab utama
akibat dari proses lama pemasakan atau hilangnya vitamin C (Wong, 1989).
pemanasan, sesuai dengan pendapat Vitamin C tergolong vitamin yang
Andarwulan dan Koswara (1992) bahwa mudah larut dalam air. Vitamin C atau
pengaruh cara memasak (pengukusan asam L-askorbat adalah lakton, yaitu
atau perebusan) termasuk cara ester dalam asam hidroksikarboksilat
pemotongan dan volome air yang dan diberi ciri oleh gugus enadiol yang
digunakan serta suhu berpengaruh menjadikan senyawa pereduksi yang
terhadap vitamin C. kuat. Asam L-askorbat mudah
Pada saat proses pemanasan teroksidasi secara reversibel menjadi
kandungan vitamin C tidak tahan asam L-dehidroaskorbat yang masih
terhadap panas dan mudah teroksidasi. mempunyai keaktifan sebagai vitamin C
Asam askorbat dan garam natriumnya (Deman, 1997). Asam dehidroaskorbat
sangat stabil dalam keadaan tanpa air, secara kimia sangat labil dan dapat
tetapi dalam keadaan ada air dan oksigen mengalami perubahan lebih lanjut
atau bahan pengoksidasi lainnya maka menjadi asam L-diketogulonat yang
asam askorbat menjadi sangat labil tidak memiliki keaktifan vitamin C.
(Satuhu, 1994). Asam L-diketogulonat yang teroksidasi
Selain itu, pemanasan selama akan membentuk asam oksalat dan asam
pengolahan dapat menyebabkan L-treonat (Winarno, 1997).
terjadinya degradasi vitamin C. Hal ini
disebabkan panas dapat mempercepat Total Padatan Terlarut
terjadinya oksidasi vitamin C. Menurut Uji total padatan terlarut ini
Winarno (1997), vitamin C mudah dilakukan untuk mengetahui kadar gula
teroksidasi dan proses tersebut pada sirup. Tujuan analisa ini adalah

40 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 5, No. 1, Tahun 2016

untuk mengetahui kadar gula pada sirup berbeda nyata pada taraf 5% terhadap
yang sesuai dengan SNI. Pengukuran ini total padatan terlarut. Rata-rata pengaruh
dilakukan dengan cara meneteskan penambahan gula terhadap total padatan
produk (sirup) pada kaca sensor yang terlarut sirup buah kelubi yang
ada pada hand refraktometer dan angka dihasilkan setelah uji lanjut dilakukan
brix dapat segera dibaca. dapat dilihat Tabel 3.
Hasil sidik ragam dari perlakuan
penambahan gula pada sirup buah kelubi

Tabel 3. Rata-rata Penilaian Padatan Terlarut terhadap Sirup Buah Kelubi.


Perlakuan Rata-rata (%)
D = 125% Gula Sukrosa/berat bahan 64.267 a
C = 110% Gula Sukrosa/berat bahan 58.667 b
B = 95% Gula Sukrosa/berat bahan 56.000 b
A = 80% Gula Sukrosa/berat bahan 51.800 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf dan pada kolom yang sama berarti berbeda tidak
nyata menurut uji Duncan taraf 5%.

Dari hasil analisa sidik ragam yang tinggi disertai dengan asam yang
menunjukkan total padatan terlarut tinggi (pH rendah) pada sirup maka
berkisar antara 51.80oBrix - dapat dikatakan bahwa hal ini
64.267oBrix, dengan total padatan merupakan teknik pengawetan pangan.
terlarut paling tinggi pada perlakuan D
(Larutan gula sukrosa 125 %/bb) sebesar Derajat Keasamaan (pH) Sirup
64.267oBrix dan terendah pada Derajat keasamaan pH digunakan
perlakuan A (Larutan gula sukrosa untuk menyatakan tingkat keasamaan
80%/bb) sebesar 51.80oBrix. Jadi basa yang dimiliki oleh zat, larutan atau
semakin tinggi kandungan gula, maka benda. pH normal berkisar 7 nilai ph > 7
total padatan terlarut juga tinggi. Hal ini menunjukkan basa dan pH < 7
disebabkan, kenaikkan total padatan menunjukkan asam.
terlarut pada buah-buahan akibat Hasil sidik ragam dari perlakuan
terbentuknya gula-gula sederhana hasil penambahan gula pada pembuatan sirup
degradasi pada fase kemasakkan buah kelubi berbeda nyata pada taraf 5%
(Pantastico, 1993). terhadap kadar pH sirup. Rata-rata
Menurut (Munafi, 2004), pengaruh penambahan gula terhadap pH
komponen-komponen yang terukur sirup buah kelubi yang dihasilkan setelah
sebagai total padatan terlarut yaitu uji lanjut dilakukan dapat dilihat pada
sukrosa, gula pereduksi, asam organik, Tabel 4.
dan protein. Mukarromah dkk. (2010),
menyatakan bahwa total padatan terlarut

Jurnal Teknologi Pertanian 41


Vol. 5, No. 1, Tahun 2016

Tabel 4. Rata-rata Penilaian Derajat Keasaman (pH) terhadap Sirup Buah Kelubi.
Perlakuan Rata-rata
D = 125% Gula Sukrosa/berat bahan 2.7500 a
C = 110% Gula Sukrosa/berat bahan 2.7433 a
B = 95% Gula Sukrosa/berat bahan 2.7233 b
A = 80% Gula Sukrosa/berat bahan 2.7067 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf dan pada kolom yang sama berarti berbeda
tidak nyata menurut uji Duncan taraf 5%.

Dari hasil analisa sidik ragam 80%, 95%, 110% dan 125% belum
menunjukkan pH sirup berkisar antara menghasilkan sirup buah kelubi kadar
2.70 - 2.75. Perlakuan terbaik pada gula reduksi dengan standar SNI.
perlakuan A (Larutan gula sukrosa Sehingga perlu adanya penelitian
80%/bb) sebesar 2.70. Hal ini sesuai lanjutan dengan menggunakan
dengan pendapat Astawan (1991) bahwa konsentrasi gula yang lebih tinggi.
pH produk minuman dari buah-buahan
sebaiknya diatur pada level asam, untuk
DAFTAR PUSTAKA
mencegah perkembangan bakteri atau Andarwulan, N. Dan S, Koswara, 1992.
cendawan maupun khamir yang hidup Kimia Vitamin. Rajawali Pres,
dalam suasana asam. Di samping itu juga Jakarta.
untuk menimbulkan cita rasa yang lebih AOAC Assosiation of Official
segar. Analytical Chermist, 2005.
Asam dapat mempertegas rasa Official Method of Analysis of
karena asam dapat mengintensifkan The Assosiation of Official
penerimaan rasa-rasa lain. Unsur yang Analytical of Chermist. Arlington
menyebabkan rasa asam adalah ion H+ : The Assosiation of Official
atau ion hidrogenium H3O+ (Winarno,
Analytical Chermist, inc.
1997). Aprianti, L. 2009. Pengawetan yang
Aman. Fakultas Kedokteran
KESIMPULAN USU. Medan.
Dari hasil penelitian diatas dapat Astawan, M., 1991. Teknologi
ditarik kesimpulan, bahwa perlakuan Pengolahan Pangan Nabati. Tepat
terbaik terdapat pada D (larutan gula Guna. Akademi.Pressido, Jakarta.
sukrosa 125%/bb) dengan kadar gula Bielig, Hans. J., dan Joachim Werner.,
total 42.353%, kandungan vitamin C 1986. Fruit Juice Processing.
0.1183%, total padatan terlarut FAO Agriculturallllll Services
64.267oBrix, dan pH 2.750%. Pada Bulletin. Roma.
pembuatan sirup asam kelubi dengan Buckle, K.A, Edwards, R.A, Fleet, G.H
penambahan gula sukrosa 80%, 95%, dan Wotton, M. 1987. Ilmu
110% dan 125% belum menghasilkan Pangan. Terjemahan Purnomo, H
sirup buah kelubi kadar gula dengan dan Aidon. UI Press, Jakarta.
standar SNI. Deman, John. M. 1997. Kimia Makanan.
Terjemahan Kosasih
Padmawinata. Penerbit ITB.
SARAN Bandung.
Pada pembuatan sirup asam Dewan Standarisasi Nasional. 1994. Sni
kelubi dengan penambahan gula sukrosa Sirup (SNI 01-3544-1994).

42 Jurnal Teknologi Pertanian


Vol. 5, No. 1, Tahun 2016

Dewan Standarisasi Nasional, beberapa Karakteristik Sirup


Jakarta. Jeruk Keprok Garut (Citrus
Deman, J, M.1980. Kimia Makanan. nobilis Lour). Laporan Penelitian.
Penerjemah : K, Padmawinata. Pakultas Teknologi Industri
ITB : Bandung. Pertanian Universitas
Gagung, J dan Sunarto., 2010. Pengaruh Padjadjaran.
Konsentrasi Gula terhadap Muafi, K. 2004. Produksi Asam Asetat
karakteristik Sirup Buah Naga. Kasar dari Jerami Nangka.
Jurnal Teknologi Pangan. Skripsi Fakulta Teknologi
Universitas Malang. Pertanian. Universitas Brawijaya.
Herlina, ddk., 2007. Pengaruh Malang.
Penggunaan Jenis Gula dan Mukaromah, U, S, H. Susetyorini dan S.
Konsentrasi Saribuah Terhadap Aminah. 2010. Kadar Vitamin C,
Beberapa Karakteristik Sirup Mutu Fisik, pH dan Mutu
Jeruk Keprok Garut (Citrus Organoleptik Sirup Rosella
Nobilis Lour). Fakultas (Hibiscus Sabdariffa, I)
Teknologi Industri Pertanian. Berdasarkan Cara Ekstraksi.
Universitas Padjadjaran. Jurnal Pangan dan Gizi Vol.I
Herliza.2013. Pengaruh Persentasi Gula (01): 43-51.
Kelapa dan Perbandingan Tepung Pratama, S.B., Susinggih. W., Arie. F.,
Ketan dengan Pisang Muli 2011. Studi Pembuatan Sirup
terhadap Mutu Dodol Tamarillo (Kajian Perbandingan
Pisang.Tembilahan :Universitas Buah dan Konsentrasi Gula).
Islam Indragiri. Jurnal Industria Vol 1 No 3 hal
Haryoto., 1998. Sirup Jahe. Kanisius. 180 - 193. Teknologi Industri
Yogyakarta. Pertanian Fakultas Teknologi
Hasdin, 2011. Asam Paya. Pertanian Universitas Brawijaya.
http://mykampong- Pantastico, E, R, B, 1993. Fisiologi
hasdin.blogspot.com. Diakses Pasca Panen, Penanganan dan
tanggal 20 Januari 2015. Pemanfaatan Buah-buahan dan
Jagtiani, j., Chan, H. T. And sakai, W.S. sayuran Tropika dan Subtropika.
1988. Tropical Fruit Processing, Terjemahan Komeriyani. UGM
Academic Press, San Diego. Press Yogyakarta.
Jacobs, M.B. 1984. The Chemical Safari, A.1995. Teknik Membuat Gula
Analysis of Food and Food Aren. Kanisius. Yogyakarta.
Products. D Van Nostrand Co. Satuhu, S., 1994. Penanganan dan
Inc. London. Pengolahan Buah. PT. Penebar
Kusnandar, dkk, 2008. Teknologi Proses Swadaya. Jakarta.
Produksi Minuman Nata de Coco Sudarmadji S, Haryono B, & Suhardi.,
dalam Cup. www.unhas.ac.id. 1997. Prosedur Analisa untuk
Diakses tanggal 20 januari 2015. Bahan Makanan dan Pertanian.
Lutony, Tony. L., 1993. Tanaman Penerbit Liberty, Yogyakarta.
Sumber Pemanis. PT. Penebar SNI Standar Nasional Indonesia.
Swadaya. Jakarta. 0131440. 2005. Gula Kristal
Marta, H, dkk., 2007. Pengaruh Putih. Jakarta: Badan
Pengunaan Jenis Gula dan Standarisasi.
Konsentrasi Saribuah terhadap

Jurnal Teknologi Pertanian 43


Vol. 5, No. 1, Tahun 2016

Tranggono dan Suhardi, 1990. Biokimia Wong, Dominic, W.S., 1989.


dan Teknologi Pasca Panen. Mechanism And Theory In Food
Pusat antar Universitas Pangan Chemistry. Van Nostrand
dan Gizi. Gadjah Mada Reinhold. New York.
University Press, Yogyakarta. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan
Tressler, D.K. and M.A. Joslyn., 1961. Gizi. PT Gramedia Pustaka
Fruit and Vegetable Juice Utama. Jakarta.
Processing Technology. The AVI Winarno, F.G., 2000. Kimia Pangaan
Pubblishing Company, Inc., dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka
Westport, Connecticut. Utama.
Usmiati S dan Yuliani S., 2004. Pemanis Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan
Alami dan Buatan untuk Gizi. Jakarta: PT.Gramelia.
Kesehatan . Warta Penelitian dan Winarno, F.G. 2004. Keamanan Pangan
Pengembangan Tanaman Industri Jilid 1. Bogor: M-Brio Press.
10 (1) : 13 -17.

44 Jurnal Teknologi Pertanian

Anda mungkin juga menyukai