AGRILAND
Jurnal Ilmu Pertanian
Journal homepage: https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/agriland
ABSTRAK ABSTRACT
Permen jelly termasuk dalam produk pangan semi Jelly candy is included in semi-wet food products,
basah, karena bahan utamanya adalah air, bahan because the main ingredients are water, flavorings or
perasa atau bahan lain yang dapat membentuk gel. other ingredients that can form a gel. Therefore this
Oleh karena itu produk ini mudah mengalami product is easily damaged, so to extend the shelf life it is
keruskan, sehingga untuk memperpanjang daya necessary to do proper drying. This study aims to
simpan perlu dilakukan pengeringan yang tepat. determine the effect of drying temperature and drying
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh time on the quality of jackfruit jelly candy. The study
suhu pengeringan dan lama pengeringan terhadap used a complete randomized design with two replications
mutu permen jelly nangka. Penelitian menggunakan with temperature and drying time as a treatment. The
rancangan acak lengkap dua ulangan dengan suhu dan results showed that the best water content, vitamin C,
lama pengeringan sebagai perlakuan. Hasil penelitian texture, and organoleptic color of jelly candy at 60 ˚C
menunjukkan bahwa kadar air, vitamin C, tekstur, dan with 5 hours drying time, while organoleptic flavored jelly
organoleptic warna permen jelly terbaik pada suhu 60 candies best at 80 ˚C drying temperature with 20 hours
˚C dengan lama pengeringan 5 jam, sedangkan drying time.
organoleptik rasa permen jelly terbaik pada suhu
pengeringan 80 ˚C dengan lama pengeringan 20 jam.
Kata Kunci: Suhu, pengeringan, permen jelly, nangka Keywords: Temperature, drying, jelly candy, jackfruit
116
Miranti AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian 8(1) Januari-April 2020 116-120
117
Miranti AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian 8(1) Januari-April 2020 116-120
Tabel 1. Pengaruh suhu pengeringan terhadap kadar air, vitamin C, tekstur, warna,
dan rasa permen jelly nangka
Suhu Kadar Air Vitamin C
(%) Tekstur Warna Rasa
Pengeringan (˚C) (mg/100g)
60 20.09a 4.92a 2.23 3.98a 2.15a
70 18.25b 4.58b 2.26 3.71b 2.35a
80 12.79c 4.40c 2.29 3.16c 2.46b
90 7.35d 4.14d 2.30 2.26d 2.45c
Keterangan: Huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5%
berdasarkan uji LSD
Tabel 2. Pengaruh lama pengeringan terhadap kadar air, vitamin C, tekstur, warna,
dan rasa permen jelly nangka
Lama Pengeringan Kadar Air Vitamin C
Tekstur Warna Rasa
(jam) (%) (mg/100g)
5 21.64a 5.10a 2.01a 3.58a 2.13a
10 16.36b 4.66b 2.23b 3.46b 2.30b
15 11.97c 4.31c 2.35c 3.13c 2.48c
20 8.50d 3.96d 2.49d 3.05c 2.51d
Keterangan: Huruf yang tidak sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5%
berdasarkan uji LSD
Tabel 1 menunjukkan bahwa suhu dan diperoleh semakin rendah. Sejalan dengan
lama pengeringan berpengaruh nyata pendapat Taib et al. (1997) menyatakan
(P<0.01) terhadap kadar air permen jelly bahwa kemampuan bahan untuk
nangka. Kadar air permen jelly nangka melepaskan air dari permukaannya akan
semakin menurun dengan semakin semakin besar dengan meningkatnya suhu
meningkatnya suhu dan lama pengeringan. udara pengering yang digunakan dan makin
Kadar air permen jelly nangka tertinggi lamanya proses pengeringan, sehingga
diperoleh dari perlakuan suhu pengeringan kadar air yang dihasilkan semakin rendah.
60 °C, yaitu 20.09% dan terendah pada Suhu dan lama pengeringan
suhu pengeringan 90 °C, yaitu 7.35%. Hal berpengaruh nyata (P<0.01) terhadap kadar
ini disebabkan semakin tingginya suhu vitamin C permen jelly nangka (Tabel 1 dan
pengeringan maka semakin banyak molekul 2). Kadar vitamin C semakin menurun
air yang menguap dari jelly yang dengan semakin meningkatnya suhu dan
dikeringkan sehingga kadar air yang lama pengeringan. Kadar vitamin C tertinggi
diperoleh semakin rendah. Hal ini sesuai diperoleh dari perlakuan suhu pengeringan
dengan Syarief dan Halid (1993) yang 60 °C, yaitu 4.92 mg/100 g, dan terendah
menyatakan bahwa tinggi rendahnya kadar pada suhu pengeringan 90 °C, yaitu 4.14
air suatu bahan sangat ditentukan oleh air mg/100 g. Vitamin C merupakan vitamin
terikat dan air bebas yang terdapat dalam yang mudah larut dalam air dan rusak oleh
bahan. Air terikat ini membutuhkan suhu panas, sehingga dengan semakin tingginya
yang lebih tinggi untuk menguapkannya bila suhu pengeringan maka semakin banyak
dibandingkan dengan air bebas yang molekul air yang menguap dari sehingga
membutuhkan suhu yang relative rendah kadar vitamin C yang diperoleh semakin
untuk menguapkannya. Menurut Winarno rendah. Semakin tinggi suhu pengeringan,
(1995), semakin tinggi suhu pengeringan maka asam-asam organik seperti asam
maka semakin cepat terjadi penguapan, askorbat akan mengalami kerusakan,
sehingga kandungan air di dalam bahan sehingga total kadar vitamin C produk
semakin rendah. semakin lama waktu menjadi menurun. Kerusakan asam dapat
pengeringan semakin banyak air yang dipercepat oleh adanya kontak panas yang
dikeluarkan dari bahan sehingga kadar air lama, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta
bahan semakin rendah. Fitriani (2008), katalis tembaga dan besi (Winarno, 2008).
menyatakan semakin lama waktu Kadar vitamin C permen jelly nangka
pengeringan maka semakin banyak molekul tertinggi diperoleh dari perlakuan lama
air yang menguap dari bahan yang pengeringan 5 jam, yaitu 5.10 mg/100 g,
dikeringkan sehingga kadar air yang dan terendah pada lama pengeringan 20
118
Miranti AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian 8(1) Januari-April 2020 116-120
jam, yaitu 3.96 mg/100 g. Hal ini pencoklatan bahan makanan yang
disebabkan karena dengan semakin mengandung karbohidrat dapat dipercepat
lamanya waktu pengeringan maka jumlah oleh pengaruh suhu pemanasan sehingga
vtamin C yang teroksidasi akan semakin komponen gula pereduksi akan membentuk
besar, karena jumlah panas yang diterima senyawa berwarna coklat.
oleh bahan semakin besar. Hal ini sesuai Semakin lama waktu pengeringan
dengan pendapat Winarno (1992) yang memungkinkan terjadinya reaksi Maillard
mengatakan bahwa vitamin C mudah lebih besar sehingga menyebabkan permen
teroksidasi dan proses tersebut dipercepat jelly nangka berwarna kuning kecoklatan.
oleh panas. Semakin lama waktu pengeringan
Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa mengakibatkan warna menjadi coklat.
suhu berpengaruh tidak nyata (P>0.05) Reaksi pencoklatan umumnya dibagi
terhadap tekstur permen jelly nangka, menjadi dua golongan, yaitu reaksi
sedangkan lama pengeringan berpengaruh pencoklatan enzimatik dan reaksi
nyata (P<0.01) terhadap tekstur permen jelly pencoklatan non enzimatik. Reaksi
nangka. Tekstur permen jelly nangka pencoklatan non enzimatik dibagi lagi
semakin meningkat dengan semakin menjadi tiga macam reaksi, yaitu
lamanya pengeringan. Tekstur tertinggi karamelisasi, reaksi maillard dan
diperoleh dari perlakuan lama pengeringan pencoklatan akibat pengaruh vitamin C.
20 jam, yaitu 2.49 dan terendah pada lama Winarno (2008) menyatakan pengeringan
pengeringan 5 jam, yaitu 2.01. Semakin dengan waktu yang lama menyebabkan
lama waktu pengeringan tekstur permen kerusakan pada karbohidrat yaitu terjadinya
jelly nangka yang dihasilkan semakin keras reaksi browning non enzimatik (reaksi
atau kenyal disebabkan kadar air semakin Maillard) dan karamelisasi. Reaksi Maillard
rendah (Tabel 2). Sejalan dengan pendapat terjadi karena adanya reaksi antara gugus
Winarno (2008) yang menyatakan bahwa amino protein dengan gugus karboksil gula
lama pengeringan menyebabkan penguapan pereduksi yang menghasilkan bahan
air lebih banyak sehingga kadar air dalam berwarna coklat, sedangkan karamelisasi
bahan semakin kecil. Lebih lanjut terjadi karena adanya reaksi antara gula
Matondang (1991) menyatakan bahwa dan panas.
pengurangan molekul air pada proses Suhu dan lama pengeringan
pemanasan menyebabkan pengerutan berpengaruh nyata (P<0.01) terhadap
bahan dan peningkatan konsentrasi pektin, organoleptik rasa permen jelly nangka (Tabel
selulosa, dan bahan lain penyusun dinding 1 dan 2). Organooleptik rasa tertinggi
sel. diperoleh pada suhu pengeringan 80 °C,
Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa yaitu 2.46, dan organoleptik rasa terendah
suhu dan lama pengeringan berpengaruh pada suhu pengeringan 60 °C, yaitu 2.15.
nyata (P<0.01) terhadap warna permen jelly Pengeringn dengan suhu 80 ˚C memberikan
nangka. Warna permen jelly nangka parameter penilaian yang lebih enak oleh
semakin menurun dengan semakin panelis dibandingkan dengan perlakuan
meningkatnya suhu pengeringan. Warna lainnya. Hal ini dikarenakan terjadinya
permen jelly nangka tertinggi diperoleh pada perubahan citarasa karena penguraian
suhu pengeringan 60 °C, yaitu 3.98 dan protein, lemak dan karbohidrat
terendah pada suhu pengeringan 90 °C, menghasilkan produk yang mempunyai
yaitu 2.26. Suhu yang tinggi menyebabkan citarasa enak. Rahayu et al. (1992)
terjadinya perubahan warna bahan serta menyatakan bahwa pengolahan pangan
terjadinya penurunan mutu bahan. Selama dengan cara pengeringan akan
pengeringan terjadi reaksi pencoklatan meningkatkan rasa pada produk yang
(reaksi maillard). Menurut Winarno (1997), dihasilkan. Menurut Pratiwi (2009), semakin
reaksi maillard adalah reaksi pencoklatan tinggi suhu pengeringan maka rasa semakin
yang terjadi antara karbohidrat khususnya meningkat karena sukrosa mampu
gula pereduksi dengan gugus amina primer. membentuk citarasa yang baik karena
Hasil reaksi tersebut menghasilkan bahan kemampuannya menyeimbangkan rasa
berwarna coklat yang sering tidak asam, pahit, atau asin melalui pembentukan
dikehendaki atau bahkan menjadi indikasi karamelisasi.
penurunan mutu. Yusmarini dan Pato Organoleptik rasa dari permen jelly
(2004) menyatakan bahwa reaksi nangka semakin disukai oleh panelis dengan
119
Miranti AGRILAND Jurnal Ilmu Pertanian 8(1) Januari-April 2020 116-120
semakin lamanya waktu pengeringan. bilimbi L.) Kering. Jurnal SAGU, 7(1):
Waktu pengeringan yang lama menyebabkan 32-37.
terjadinya inverse sukrosa menjadi glukosa Hasibuan, R. 2005. Proses pengeringan.
dan fruktosa sehingga rasa manis pada
Program Studi Teknik Kimia Fakultas
permen jelly menjadi semakin disuka
panelis. Hal ini didukung oleh Achyadi dan Teknik Sumatera Utara.
Hidayanti (2004) yang menyatakan bahwa Hasniarti. 2012. Studi Pembuatan permen
pengeringan menyebabkan larutan sukrosa buah dengan (Dillenia serrata Thumb).
akan mengalami inverse atau pemecahan Skripsi. Universitas Hasanuddin
sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa Makassar.
akibat pengaruh panas yang akan Helmi, N., Ivanti, L., Hanifah. 2006.
meningkatkan kelarutan gula.
Pengembangan permen jelly. Kumpulan
Kesimpulan Naskah Program Kreatifitas Mahasiswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penulisan Ilmia (PKMI), Malang.
kadar air, vitamin C, tekstur, dan Mulyasari, R. 2003. Permen Jelly Dari
organoleptic warna permen jelly terbaik pada Rumput Laut. Warta Penelitian
suhu 60 ˚C dengan lama pengeringan 5 jam, Indonesia.
sedangkan organoleptik rasa permen jelly Nelso. 1977. Sifat-sifat fisis dari pektin
terbaik pada suhu pengeringan 80 ˚C
(Dragon fruit). Jurnal bahan Alam
dengan lama pengeringan 20 jam.
terbarukan Universitas Negeri
Daftar Pustaka Semarang.
Achyadi, N.S., Hidayanti, A. 2004. Pengaruh Nurismianto, R., Sudaryati, Ihsan, A.H.
konsentrasi bahan pengisi dan 2015. Konsentrasi Gelatin dan
konsentrasi sukrosa terhadap Karagenan pada Pembuatan Permen
karakteristik fruit leather cempedak Jelly Sari Brokoli (Brassica oleracea).
(Artocarpus champedhen Lour.). Jurnal Rekapangan. 9(2)
http://www.unpas.ac.id. Diakses pada Rahmi, N. 1996. Kajian Proses Pembuatan
02 Juli 2008. Permen Jelly. Skripsi. Fakultas
Anonim. 2011. Kadar zat besi, serat, gula Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
total dan daya terima permen jelly Bogor, Bogor.
dengan Penambahan buah nangka. Rukmana, 1997. Klasifikasi buah nangka.
Ashari, S. 2006. Hortikultura Aspek Jurusan Teknologi Hasil Pertanian,
Budidaya. Universitas Indonesia, Fakultas Pertanian, Universitas Widya-
Jakarta. gama Malang.
Buckle et al. 1987. Pengertian gula dan Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi.
penggunaan gula dalam industri Jakarta: Gramedia.
panganI.
Fitriani, S. 2008. Pengaruh Suhu dan Lama
Pengeringan Terhadap Beberapa Mutu
Manisan Belimbing Wuluh (Averrhoa
120