ALGINAT
Dosen Pengampu : Dr, Andarini Diharmi, S.Pi., M.Si
Kelompok :
Anggina Shaleh Putri : (2204111518)
Mona Bela Agustia : (2204112934)
Naurah Aathirah : (2204111532)
1.2 Tujuan
Alginat dari Sargassum polycystum digunakan sebagai bahan baku industri kosmetika karena
merupakan bahan alami yang aman untuk digunakan (Mariani, 2007). Di dalam krim lulur
terdapat kandungan setil alkohol yang merupakan pengental yang dapat diganti dengan bahan
alami alginat (Rasyid, 2005). Metode penelitian pembuatan alginat dengan metode Le-
Gloahec-Herter, pembuatan krim lulur dengan metode fase minyak dan fase air, pengujian
karakteristik kualitas bahan baku S. polycystum dan kualitas alginat. pengujian daya simpan
dengan pengujian fisik-kimia Hasil penelitian S. polycystum sebagai bahan baku memiliki
nilai sensori 8, kadar air 12,75%, CAW 76,85%, impuritis 0,98%. Hasil karakteristik tersebut
sesuai dengan SNI. Natrium alginat yang dihasilkan memiliki nilai rendemen kadar air
19,46% yaitu 11,45%, kadar abu 23,5%, viskosita.
3. Kajian mutu sabun mandi padat rumput laut eucheuma spinosum dengan konsentrasi yang
berbeda
Eucheuma spinosum merupakan salah satu jenis rumput laut penghasil alginate dan karaginan
yang dapat dimanfaatkan dalam bidang kosmetik, seperti dalam pembuatan sabun mandi
padat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dikaji terkait dengan sifat kimia, fisik, dan
organoleptik, serta formulasi yang tepat sehingga menghasilkan sabun mandi padat yang
memenuhi syarat mutu. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) satu
faktor. Penelitian ini terdiri atas lima perlakuan dan tiga ulangan (P0 = tanpa penambahan
Eucheuma spinosum; P1= penambahan Eucheuma spinosum 5%, P2= penambahan
Eucheuma spinosum 10%, penambahan Eucheuma spinosum 15%. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kandungan kimia sabun mandi padat rumput laut Eucheuma spinosum
dengan konsentrasi yang berbeda didapatkan nilai rata-rata kadar air sebesar47%-63.63%, pH
sebesar 10.8-11.07, alkali bebas sebesar 1.04%-1,07%. Kandungan fisik sabun mandi padat
rumput laut Eucheuma spinosum dengan konsentrasi yang berbeda diperoleh nilai rata-rata
stabilitas busa sebesar 17.3%-38.6%, tingkat kekerasan sabun sebesar 4.13gf-5gf. Hasil uji
organoleptik menunjukkan bahwa panelis lebih menyukai sabun mandi padat yang berwarna
cerah, tekturnya padat, serta aroma wangi dan tingkat kesukaan penelis menunjukkan bahwa
tingkat kesukaan tertinggi pada formulasi P3 sebesar 7 (sangat suka)
Rumput laut banyak dimanfaatkan dalam pembuatan sabun diantaranya adalah jenis rumput
laut Eucheuma spinosum karena memiliki banyak manfaat bagikulit, karena mengandung
antioksidan yang berperan dalam penyembuhan dan peremajaan kulit (Nurjanah et al., 2019).
Vitamin A dan vitamin C yang bekerja dalam memelihara kolagen. Sedangkan kandungan
protein dari rumput laut penting untuk membentuk jaringan baru pada kulit sehingga
mencegah penuaan dini (Salsabillah et al., 2021). Rumput laut kaya akan kandungan Vitamin
B kompleks, C, Magnesium, dan berbagai mineral lainnya yang membantu metabolisme sel
kulit (Hildianti et al., 2016). Menurut penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
Agusnia et al. (2021) bahwa senyawa bioaktif yang terkandung dalam rumput laut Eucheuma
cottonii dapat berperan sebagai senyawa antibakteri yang memungkinkan dapat menghambat
pertumbuhan bakteri patogen pada manusia.
1.5 Kesimpulan
PROSES PEMBUATAN KARAGINAN
Karagenan adalah polisakarida yang diekstrak dari alga laut merah (Rhodophyceae)
dan sering digunakan dalam industri makanan. Sebagai bahan yang berperan sebagai
pengental, pengemulsi, dan stabilisator, karagenan memberikan kontribusi penting dalam
meningkatkan tekstur, konsistensi, dan daya tahan produk makanan. Karaginan merupakan
polisakarida yang linier atau lurus, dan merupakan molekul galaktan dengan unit- unit
utamanya adalah galaktosa. Karaginan merupakan getah rumput laut yang diekstraksi dengan
air atau larutan (Arifin 2013) . Keberhasilan penggunaannya dalam industri panumtgan
menyoroti sifat-sifat khas karagenan yang berasal dari alga laut, menciptakan peluang untuk
inovasi dalam formulasi produk dan meningkatkan pengalaman konsumen.
Karagenan, ditemukan dalam alga laut merah, memainkan peran sentral dalam
meningkatkan kualitas produk pangan. Keunikan polisakarida ini terletak pada
kemampuannya sebagai agen pengental, pengemulsi, dan stabilisator, yang secara signifikan
memengaruhi tekstur, konsistensi, dan daya tahan produk. Penggunaan karagenan dalam
industri makanan mencakup berbagai aplikasi, mulai dari produk susu hingga makanan
kalengan dan makanan laut. Karena sifat-sifat fungsionalnya yang bervariasi, karagenan
memberikan kontribusi vital terhadap formulasi produk, sementara asal-usulnya dari alam
laut memberikan daya tarik tambahan dalam konteks keberlanjutan dan tren ramah
lingkungan di industri pangan. Inovasi terus mendorong penggunaan karagenan,
menjadikannya elemen krusial dalam perkembangan industri pangan modern. Menurut
Agustin (2017) karaginan merupakan senyawa yang termasuk kelompok polisakarida
galaktosa hasil ekstraksi dari rumput laut. Sebagian besar karaginan mengandung natrium,
magnesium, dan kalsium yang dapat terikat pada gugus ester sulfat dari galaktosa dan
kopolimer 3,6-anhydro-galaktosa.
Air Pencucian
Perendaman
Air = 40x berat rumput laut KOH = pH 8,5-9
kering Waktu = 12jam
Penghancuran
Ekstraksi Ultrasonik
Frekuenzi 20-40 kHz
Waktu = 10,15,20,25, dan 30 menit
Suhu ekstraksi = 60,70,80, dan 90˚C
Rasio rumput laut/pelarut = 1:20
Ekstrak
Filtrasi
(kain saring 150 mikron nilon mesh)
Filtrat
Endapan
Penepungan
Tepung Karagenan
Analisa Mutu
Kadar Air
Viskositas
Kekuatan Gel
Proses Pembersihan Rumput Laut untuk Pembuatan Karagenan:
Rumput laut dikelompokkan berdasarkan senyawa kimia yang dikandungnya,
sehingga dikenal rumput laut penghasil karaginan (karagenofit), agar (agarofit) dan alginat
(alginofit)
Pilih rumput laut berkualitas tinggi, seperti Eucheuma atau Kappaphycus, sebagai bahan
mentah (Kasran 2021). Pertama tama cuci rumput laut dengan air bersih untuk
menghilangkan kotoran dan material asing. Lalu Pisahkan bagian yang tidak diinginkan dari
rumput laut, memastikan hanya bagian yang sesuai untuk ekstraksi karagenan yang
digunakan. Selanjutnya keringkan rumput laut secara ringan untuk mengurangi kadar air
sebelum dilanjutkan ke tahap ekstraksi.
Langkah Bleaching Selama 1 Jam dengan Larutan Kaporit 5% (b/v)
Menurut Djaeni (2012) Kualitas karaginan yang dihasilkan oleh industri dalam negeri
belum dapat menyamai karaginan import terutama dari segi warna. Kalaupun ada yang
menyamai karagianan import, bahan yang digunakan untuk bleaching adalah bahan kimia
yang tidak diperbolehkan sebagai bahan aditif makanan.
a. Persiapan Larutan Kaporit:
Campurkan kaporit dengan air untuk membuat larutan dengan konsentrasi 5% (b/v).
Pastikan pencampuran dilakukan dengan baik untuk mendapatkan larutan homogen.
b. Penyemprotan atau Perendaman:
Aplikasikan larutan kaporit pada rumput laut dengan metode penyemprotan atau
perendaman. Pastikan semua bagian terendam atau tertutup secara merata.
c. Waktu Bleaching:
Biarkan rumput laut terpapar larutan kaporit selama 1 jam. Waktu ini dapat
disesuaikan tergantung pada kebutuhan atau spesifikasi produk.
d. Kontrol dan Pemantauan:
Awasi proses bleaching secara teratur selama satu jam untuk memastikan bahwa
rumput laut terpapar dengan konsentrasi larutan yang diinginkan.
e. Pembersihan Pasca-Bleaching:
Setelah 1 jam, bilas atau cuci rumput laut secara menyeluruh untuk menghilangkan
residu larutan kaporit yang mungkin masih ada.
f. Pengeringan:
Keringkan rumput laut yang telah melalui proses bleaching secara merata untuk
mengurangi kadar air dan mempersiapkannya untuk langkah-langkah berikutnya
dalam produksi karagenan.
Proses Pencucian dengan Menggunakan Air:
Proses perendaman sekaligus pencucian pertama dilakukan selama ±20 menit dan di
dalam ruangan yang biasa, dimana bahan baku dikeluarkan dari karung dan dimasukkan ke
dalam keranjang yang berkapasitas 600 kg (Engelen 2017).Sebelum pencucian utama,
lakukan prapencucian dengan menyiram atau merendam rumput laut menggunakan air bersih.
Langkah ini bertujuan untuk menghilangkan sisa-sisa larutan kaporit dan partikel-partikel
kecil lainnya.
a. Pencucian Utama:
Cuci rumput laut secara menyeluruh dengan menggunakan air bersih. Gunakan metode
penyiraman atau perendaman, pastikan air bersih meresap ke dalam rumput laut dan
membawanya pergi. Proses ini membantu menghilangkan residu larutan kaporit dan
membawa rumput laut ke tingkat kebersihan yang diinginkan.
b. Berulang-ulang jika Diperlukan:
Jika diperlukan, ulangi langkah pencucian dengan air bersih untuk memastikan bahwa rumput
laut benar-benar bebas dari kaporit dan kontaminan lainnya. Pencucian yang efektif sangat
penting untuk menjaga kualitas akhir karagenan.
c. Pengeringan:
Setelah pencucian selesai, keringkan rumput laut dengan hati-hati. Pastikan kadar airnya telah
dikurangi secara signifikan untuk mempersiapkannya untuk langkah-langkah selanjutnya
dalam proses produksi karagenan.
Proses Penghancuran
Proses penghancuran adalah langkah dalam produksi karagenan di mana rumput laut
yang telah melalui tahap perendaman dan pengeringan dihancurkan menjadi partikel-partikel
yang lebih kecil. Tujuan utama dari proses ini adalah untuk meningkatkan efisiensi ekstraksi
karagenan dengan meningkatkan luas permukaan rumput laut yang dapat terlibat dalam
proses selanjutnya. Rumput laut yang direndam dengan air selama ±24 jam untuk
mengurangi bau amis supaya mempermudah saat proses penghancuran rumput laut. Rumput
laut yang sudah direndam ditiriskan dan dilakukan penghancuran dengan blender. Rumput
laut yang sudah hancur dilakukan penjemuran hingga kering dan rapuh (Lukito 2017)
Metode penghancuran dapat bervariasi tergantung pada peralatan yang tersedia dan
skala produksi. Beberapa metode umum melibatkan penggunaan mesin penggiling atau
blender yang mampu menghasilkan ukuran partikel seragam. Pilihan metode penghancuran
yang efisien membantu memastikan bahwa seluruh bahan mentah dipecahkan secara merata,
sehingga memudahkan ekstraksi zat-zat yang diinginkan, seperti karagenan, selama tahap-
tahap produksi berikutnya.
Penting untuk memperhatikan kontrol kebersihan dan sterilisasi selama proses
penghancuran untuk mencegah kontaminasi dan menjaga kualitas produk akhir. Selain itu,
ukuran partikel yang dihasilkan juga harus sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan untuk
mendapatkan hasil ekstraksi yang optimal. Proses penghancuran adalah bagian integral dalam
rangkaian langkah-langkah produksi karagenan yang berkontribusi pada kualitas akhir
produk.
Kain saring yang dipilih memiliki ukuran mesh sebesar 150 mikron. Ukuran mesh ini
menunjukkan seberapa banyak celah atau lubang yang ada dalam satu inci persegi kain
saring. Pemilihan ukuran mesh yang tepat penting untuk menyaring partikel-partikel dengan
ukuran tertentu. Larutan encer yang terbentuk dari ekstraksi dengan menggunakan jumlah air
40 kali berat bahan baku kering dapat lebih mudah menembus pori-pori saringan alat filtrasi,
sehingga karaginan yang terlarut didalamnya pun dapat dengan mudah lolos melalui pori-pori
saringan(Arifini 2013). Filtrasi adalah proses pemisahan partikel-padatan dari cairan
menggunakan media penyaring. Dalam hal ini, kain saring berfungsi sebagai media
penyaring untuk memisahkan partikel yang tidak diinginkan dari larutan yang mengandung
ekstrak karagenan. Kain saring bekerja berdasarkan prinsip mekanis, di mana partikel-
partikel yang lebih besar dari ukuran lubang pada mesh akan terjebak di dalam kain saring,
sementara cairan yang lebih kecil dapat melewati. Kain saring nilon mesh memiliki
keunggulan dalam ketahanan dan kekuatan, serta ketahanan terhadap pelarut tertentu. Selain
itu, kain saring nilon juga cenderung elastis, yang memudahkan proses
penyaringan.Pemilihan ukuran mesh yang sesuai dengan karakteristik partikel yang
diinginkan untuk disaring. Dalam kasus ini, ukuran mesh 150 mikron dapat memisahkan
partikel yang cukup halus sesuai dengan kebutuhan.
Terkadang, proses filtrasi perlu diulang beberapa kali untuk memastikan bahwa semua
partikel yang tidak diinginkan telah dihilangkan sepenuhnya dari larutan. Tahapan filtrasi
berulang ini dapat meningkatkan kejernihan dan kemurnian larutan. Filtrasi dengan kain
saring dapat dilakukan dengan menerapkan tekanan (vacuum atau tekanan positif) atau
menggunakan gaya gravitasi, tergantung pada desain sistem dan kebutuhan produksi. Setelah
beberapa kali penggunaan, kain saring perlu diperiksa secara rutin dan dibersihkan atau
diganti jika diperlukan. Hal ini penting untuk memastikan kinerja optimal kain saring dan
menghindari kontaminasi silang antara proses filtrasi. Filtrasi dengan menggunakan kain
saring 150 mikron nilon mesh merupakan langkah kritis dalam proses pemurnian ekstrak
karagenan, membantu menghasilkan larutan yang lebih jernih dan bebas dari partikel-partikel
kasar yang mungkin masih ada setelah proses ekstraksi.
Penepungan
Penepungan merupakan proses mekanis yang digunakan untuk mengubah ukuran
partikel bahan mentah. Metode penepungan dapat bervariasi, dan pemilihan metode tertentu
tergantung pada jenis bahan mentah dan hasil akhir yang diinginkan. Tujuan penepungan
dapat beragam, termasuk pengurangan ukuran partikel, peningkatan luas permukaan, atau
penyediaan ukuran partikel yang sesuai untuk aplikasi tertentu. Dalam konteks karagenan,
penepungan bertujuan untuk mempersiapkan rumput laut atau karagenan dalam bentuk yang
lebih halus. Alat penepung yang digunakan dapat mencakup berbagai jenis, seperti mesin
penggiling, blender, atau alat penepung khusus. Pemilihan alat bergantung pada kebutuhan
dan sifat-sifat bahan mentah. Ukuran partikel yang diinginkan dapat ditentukan berdasarkan
aplikasi atau langkah-langkah produksi selanjutnya. Dalam konteks karagenan, penentuan
ukuran partikel dapat mempengaruhi sifat reologi dan karakteristik produk akhir.
Bahan mentah (rumput laut atau karagenan) dimasukkan ke dalam alat penepung.
Proses penepungan melibatkan gesekan atau pemotongan bahan mentah oleh pisau, pemukul,
atau alat penggiling lainnya, yang menghasilkan ukuran partikel yang lebih kecil.Proses
penepungan perlu dipantau secara cermat untuk memastikan bahwa ukuran partikel sesuai
dengan yang diinginkan. Kontrol suhu juga penting untuk mencegah pemanasan berlebih
yang dapat mempengaruhi sifat karagenan. Setelah penepungan, hasilnya dapat disaring
untuk menghilangkan partikel-partikel yang lebih besar atau tidak diinginkan. Langkah ini
dapat meningkatkan homogenitas dan kualitas produk.Hasil penepungan (misalnya, serbuk
karagenan) dapat disimpan dalam wadah yang sesuai untuk melindunginya dari kelembaban
dan kontaminasi. Proses penepungan adalah tahap persiapan bahan mentah yang penting
dalam produksi karagenan. Pemilihan metode, kontrol suhu, dan pemantauan ukuran partikel
adalah aspek-aspek kunci untuk memastikan kualitas dan konsistensi produk akhir.
Wadu, L. G., Meiyasa, F., & Ndahawali, S. (2023). Kajian mutu sabun mandi padat rumput
laut Eucheuma spinosum dengan konsentrasi yang berbeda. Marinade, 6(2), 1-10.
Setyoaji, M. I., Subehi, M., Susanty, & Nugrahani, R. A. (2019). Pembuatan natrium alginat
dari alga coklat (Phaeophyta) dan pengaruh penambahannya pada sifat antibakterial
sabun minyak dedak padi (rice bran oil). Jurnal Rekayasa dan Manajemen
Agroindustri, 7(3), 370-379.